BLOK DIGESTIVE
PBL KASUS 2
Tutor :
dr. M. Zaenuri S. H., SpKF, MSi.Med.
Kelompok 5
Yunandhika Rizki Widodo
A. Naesaburi Sahid
Fikri Fachri Pradika Busono
Ghaida Sakina
Risdinar Ulya Fauziyah
Yupita Maya Sari
Darlah Imma Aurani
Juwita Retnoningtyas
Afria Tika Ningrum
Sufiya Lisnawati
M. Nauval Hanafi
Mulia Sari
G1A013024
G1A013026
G1A013027
G1A013041
G1A013044
G1A013045
G1A013046
G1A013048
G1A013050
G1A013051
G1A013084
G1A011112
BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario
Informasi 1
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang wanita, NY R, 69 tahun, datang ke polikinik RS dengan keluhan
penyakit kuning, penyakit ini sudah dirasa sejak 2 bulan yang lalu, tetapi
pasien tidak menyadarinya, sampai dokter Puskesmas merujuknya ke RS
tempat anda bekerja. Ny R mengeluhkan badannya gatal-gatal, air seninya
berwarna seperti teh. Selain itu, Ny R juga mengeluhkan kehilangan berat
badan beberapa kilogram selama 1 tahun ini, napsu makan menurun, dan
kadang-kadang
mual
serta
muntah.
Sejak
didiagnosis
menderita
BAB II
PEMBAHASAN
A. Klarifikasi Istilah
1. Makanan yang dapat menyebabkan tinja berwarna hitam: makanan yang
mengandung zat besi
2. Hipertensi: kenaikan tekanan darah dimana sistol > 140 mmHg dan
diastole > 90 mmHg
3. Stroke: gangguan aliran darah otak oleh pembuluh arah otak tersumbat
atau rupture
B. Batasan Masalah
1. Identitas:
Nama : Ny. R
Usia
: 69 th
2. RPS :
Keluhan utama : Penyakit Kuning
Onset : 2 Bulan
Keluhan penyerta: Badan gatal, air seni seperti teh, BB menurun, nafsu
makan menurun, mual , muntah
Kualitas :Kuantitas:Peringan :Pemberat :3. RPD :
Osteoatritis (OA)
4. Riwayat konsumsi obat:
Natrium Diklovenac
5. RPK :
Tidak ada yang punya keluhan sama
C. Analisis Masalah
1. Informasi yang didapat dan disimpulkan dari kasus tersebut
2. Hipotesis penyebab masalah untuk kasus tersebut
3. Diagnosis banding dari penyebab masalah tersebut
D. Menyusun Urutan Berbagai Penjelasan Mengenai Permasalahan
1. Hipotesis penyebab masalah untuk kasus tersebut
Hipotesis penyebab dari masalah pasien tersebut adalah adanya
Hepatitis. Syndrome dyspepsia didefinisikan sebagai abnormalitas dari
hepar yang disebabkan karena inflamasi atau peradangan pada hepar yang
menimbulkan gangguan sekresi cairan bilirubin sehinggan menyebabkan
penyakit kuning (Fauci et al, 2012). Dasar hipotesis tersebut didapatkan
dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dari keadaan kulit dimana
keluhannya biasanya warna kekuningan pada kulit dan mata.
2. Diagnosis banding dari penyebab masalah tersebut
Penyakit kuning dapat disebabkan oleh berbagai hal, di mana yang
paling umum adalah penyakit Hepar, karena virus sehingga terjadi
gangguan sekresi hasil metabolik hepar yang ditandai oleh peningkatan
produksi bilirubin. Berikut merupakan beberapa penyebab dari Penyakit
kuning :
a. Hepatitis Viral
Hepatitis virus adalah radang hati yang disebabkan oleh
virus. Virus yang sering dikaitkan pada penyakit ini
adalah virus Hepatitis A, Hepatitis B dan Hepatitis C.
Dikatakan akut apabila inflamasi (radang) hati akibat
infeksi
virus
hepatitis
1. Anatomi Hepar.
2. Histologi Hepar
3. Fisiologi sistem Bilirubin
4.
Patomekanisme Hepatitis
3) Ligamentum coronarium
4) Ligamentum triangulare dextra
5) Ligamentum triangulare sinistra
6) Ligamentum venosum (arantii)
Struktur :
1) Processus caudatus
2) Area nuda hepatis
3) Capsula hepatica
1) Vestibulum oris/ cavum buccalis
2) Cavum oris
3) Palatum durum
4) Palatum molle
5) Diafragma oris
6) Caruncula sublingualis
7) Arcus palatoglossus
8) Arcus palatopharingeus
9) Tonsilla palatina
10) Tonsilla lingualis
11) Vallecula epiglotica
12) Fauces
13) Uvula
14) Ostium Glandula Parotis
saluran cerna.
Mendetoksifikasi atau menguraikan zat sisa tubuh dan hormon serta
10
ke hati melalui sistem porta hati, suatu koneksi vaskular unik dan
kompleks antara saluran cerna dan hati (Sherwood, 2012).
Vena-vena yang mengalir dari saluran cerna tidak langsung menuju
ke vena kava inferior, vena besar yang mengembalikan darah ke jantung.
Namun vena-vena dari lambung dan usus masuk ke vena porta hati, yang
membawa produk yang diserap dari saluran cerna langsung ke hati untuk
diproses, disimpan, atau didetoksiftkasi sebelum produk-produk ini
memperoleh akscs ke sirkulasi umum. Di dalam hati, vena porta kembali
bercabangcabang menjadi anyaman kapiler (sinusoid hati) untuk
memungkinkan terjadinya pertukaran antara darah dan hepatosit sebelum
darah mengalir ke dalam vena hepatika, yang kemudian menyatu dengan
vena kava inferior (Sherwood, 2012).
Hati tersusun menjadi unit-unit fungsional yang dikenal sebagai
lobulus, yaitu susunan jaringan berbentuk heksagonal mengelilingi satu
vena sentral. Setiap enam sudut luar lobulus terdapat tiga pembuluh,
cabang arteri hepatika, cabang vena porra hati, dan duktus biliaris. Darah
dari cabang arteri hepatika dan vena porta mengalir dari perifer lobulus ke
ruang kapiler luas yang disebut sinusoid yang berjalan di antara jejeran sel
hati ke vena sentral seperti jari-jari roda sepeda (Sherwood, 2012).
Sel Kupffer melapisi bagian dalam sinusoid serra menelan dan
menghancurkan sel darah merah dan bakteri yang melewatinya dalam
darah. Hepatosit-heparosit tersusun antara sinusoid dalam lempenglempeng yang tebalnya dua sel, sehingga masing-masing tepi lateral
menghadap ke genangan darah sinusoid. Vena sentral di semua lobulus hati
menyatu untuk membentuk vena hepatika, yang mengalirkan darah keluar
dari hati. Saluran tipis pengangkut empedu, kanalikulus biliaris, berjalan di
antara sel-sel di dalam setiap lempeng hati. Hepatosit terus-menerus
mengeluarkan empedu ke dalam saluran tipis ini, yang mengangkut
empedu ke duktus biliaris di tepi lobulus. Duktus-duktus biliaris dari
berbagai lobulus menyatu untuk akhirnya membentuk duktus biliaris
komunis, yang mengangkut empedu dari hati ke duodenum. Setiap
11
12
13
15
bergantung
dosis
(dose-dependenttoxicity),
toksisitas
idiosinkratik
obat
tersebut
setelah
onset
hepatotokisisitas
(Bayupurnama, 2009).
Apabila
jejas
hepatosist
sudah
dominan
makaka
dar
aminotransferase dapat meingkat paling tidak lebihdari lima kali batas atas
normal, sedangkan kenaikan kadar fosfatase alkali dan bilirubin menonjol
pada kholestasis. Mayoritas obat idiosin kratik melibatkan kerusakan
16
International
Consensus
Criteria,
maka
diagnosis
17
yang
dilakukan
di
Amerika
pada
tahun
1998-2001
19
30% berasal dari protein heme lainnya yang berada terutama dalam
sumsum tulang dan hati. Peningkatan hemolisis sel darah merah
merupakan penyebab utama peningkatan pembentukan bilirubin.
Sebagiandari protein hem dipecah menjadi besi dan produk
diantara biliverdin dengan perantaraan enzim hemeoksigenase.
Enzimlain, biliverdinreduktase, mengubah biliverdin menjadi
bilirubin. Tahapan ini terjadi terutama dalam sel system
retikuloendotelial (mononuklirfagositosis). Peningkatan hemolysis
sel darah merah merupakan penyebab utama peningkatan
pembentukan bilirubin. Pembentukan early labeled bilirubin
meningkat pada beberapa kelainan dengan eritropoiesis yang tidak
efektif namunsecara klinis kurang penting (Sulaiman, 2007).
b. Transport plasma. Bilirubin tidak larut dalam air, karenanya
bilirubin tak terkonjugasi ini transportnya dalam plasma terikat
dengan albumin dan tidak dapat melalui membran glomerulus,
karenanya tidak muncul dalam air seni. Ikatan melemah dalam
beberapa keadaan seperti asidosis, dan beberapa bahan seperti
antibiotika tertentu, salisilat berlomba pada tempat ikatan dengan
albumin (Sulaiman, 2007).
b) Fase Intrahepatik
Intrahepatik yaitu menyangkut peradangan atau adanya kelainan pada
hati yang mengganggu proses pembuangan bilirubin
a. Liver uptake. Proses pengambilan bilirubin melalui transport yang
aktif dan berjalan cepat, namun tidak termasuk pengambilan
albumin. Pengambilan oleh hati secara rinci dan pentingnya protein
pengikat seperti ligandin atau protein Y, belum jelas (Sulaiman,
2007).
b. Konjugasi. Bilirubin bebas yang terkonsentrasi dalam sel hati
mengalami konjugasi dengan asam glukoronik membentuk
bilirubin diglukuronida /bilirubin konjugasi / bilirubin direk.
Bilirubin tidak terkonjugasi merupakan bilirubin yang tidak larut
dalam air kecuali bila jenis bilirubin terikat sebagai kompleks
dengan molekul amfipatik seperti albumin. Karena albumin tidak
20
bersama
bahan
lainnya.
Anion
organic
usus,
flora
bakteri
mereduksi
bilirubin
menjadi
atau
kolestasis
intrahepatik.
Bilirubin
tak
21
: C14H10Cl2NNaO2
Berat molekul
: 318,13
22
Nama kimia
Nama lain
: Sodium [o-(dikloroanilino)fenil]asetat
Pemeria
Kelarutan
pKa
: 4,2
Diklofenak adalah turunan asam fenilasetat sederhana yang
23
BAB III
KESIMPULAN
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Bonkovsky HL. Drug-induced liver injury. In: Boyer, TD, Teresa LW, Michael
PM, editors. Zakim and Boyers hepatology: A textbook of liver disease.
5th ed. USA: Elsevier; 2006. p. 503-38.
Bayupurnama P, Hepatotoksisitas Imbas Obat di dalam Buku Ajar Penyakit
Dalam Jilid I, Edisi ke 4. Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI. Jakarta,
2006; 109: 473-76.
Bayupurnama, Putut. 2009. BukuAjarIlmuPenyakitDalamJilid I Edisi V. Jakarta:
Internapublishing.
Daldiyono, 1997. Gastroenterologi Hepatologi. Jakarta : CV Sagung Seto.
Dubey, S. 2008. Perdarahan Gastrointestinal Atas. Dalam : Greenberg, M.I. Teks
Atlas Kedaruratan Greenberg Vol 1. Jakarta : Erlangga
Eroschenko, Victor P. 2013. Atlas Histologi diFiore. Jakarta : EGC.
George F. Longstreth, MD, Department of Gastroenterology, Kaiser Permanente
Medical Care Program, San Diego, California. Also reviewed by A.D.A.M.
Health Solutions, Ebix, Inc., Editorial Team: David Zieve, MD, MHA,
David R. Eltz, and Stephanie Slon.Update Date 10/8/2012.
Guyton, Arthur. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Kanoko, Mpu. 2007. Ilmu Ajar Ilmu Penyakit Hati. Jaya Abadi. Jakarta
Katzung, Bertram G. 2011. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi Ketiga. Jakarta:
Salemba Medika.
Lee WM. 2010. Drug Induce hepatotoxicity. N Engl J Med ; 349 : 474-485
Lindseth Glenda N, 2006,Ikterus dan Metabolisme Bilirubin. Dalam : Hartanto
Huriawati et al. PatofisiologiKonsepKlinis Proses-Proses Penyakit volume
1 Edisi 6. Jakarta:EGC. h.481-485
Sherwood, Laurelee. 2012. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem Edisi 6. Jakarta:
FK Universitas Indonesia.
Siew C. Ng, et. all. 2009. Gastric arteriovenous malformation: a rare cause of
upper GI bleed. American Society for Gastrointestinal Endoscopy,
Published by Elsevier Inc. All rights reserve, Volume 69; Issue 1;
Pages 155156.
26
Sulaiman, Ali, 2007, Pendekatan Klinis pada Pasien Ikterus. Dalam : Aru W
Sudoyo et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta :
Penerbitan IPD FKUI,. h. 420-423
Sudoyo, AW., et al. 2007. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Tjay, T. H., dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-Efek Sampingnya Edisi ke VI. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
27