Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS UJIAN

OD KATARAK SENILIS IMMATUR


OS Pseudofakia

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat


Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Penyakit Mata

Disusun Oleh :
Adhika Manggala Dharma
01.210.6064
Pembimbing :
dr. Djoko heru santosa SpM

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2015

LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kepanitraan klinik dan
melengkapi salah satu syarat menempuh Program Pendidikan Profesi dokter di
bagian Ilmu penyakit Mata
Nama

: Adhika Manggala dharma

NIM

: 012106064

Fakultas

: Kedokteran Umum, Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Bagian

: Ilmu penyakit mata

Judul

: Katarak senilis immatur dan Pseudofakia

Pembimbing: dr. Djoko heru santosa SpM

Telah diperiksa dan disahkan tanggal mengetahui:

Pembimbing

dr. Djoko heru santosa Sp. M

BAB I
STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama
:
Umur
:
Alamat
:
Pekerjaan
:
Status Menikah
:
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Penglihatan kabur
Riwayat Penyakit Sekarang

Ny. SM
56 tahun
Cangkringan Rembang
Pekerjaan buruh
Menikah

Pasien datang dengan keluhan mata sebelah mata kanan dirasakan pedes,
kemeng dan mbruwet 1 tahun. Pandangan kabur seperti melihat kabut, mulanya
seperti bercak putih tapi sekarang dirasa lebih luas. Keluhan dirasakan mengganggu
aktifitas pekerjaannya. Pasien rutin kontrol di poli mata RSUD Kudus.
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit Diabetes mellitus disangkal


Riwayat Hipertensi diakui
Riwayat operasi katarak pada mata kiri 3 bulan yang lalu
Riwayat penggunaan kortikosteroid jagka panjang disangkal
Riwayat adanya trauma pada mata seperti terbentur benda tumpul dan trauma
tajam disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit kencing manis disangkal


Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat sakit mata sebelumnya disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Aktivitas
: Normoaktif
Kooperatif
: Kooperatif

Status gizi

: Baik

Vital Sign
TD
Nadi
RR
Suhu
Status Ophtalmicus

: 190/106 mmHg
: 80x/menit
: 20 x/menit
: 36,50 C

OCULI DEXTRA(OD)
4/60
5/60
Tidak dikoreksi
Gerak bola mata normal,

PEMERIKSAAN

OCULI

Visus
Pin hole
Koreksi

SINISTRA(OS)
3/60
4/60
Tidak dikoreksi
Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-),
eksoftalmus (-),

enoftalmus (-),
Bulbus okuli

eksoftalmus (-),

strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-),

strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-),

nyeri tekan(-),

nyeri tekan (-),

blefarospasme (-),
lagoftalmus (-),

Palpebra

blefarospasme (-),
lagoftalmus (-)

ektropion (-),

ektropion (-),

entropion (-)
Edema (-),

entropion (-)
Edema (-),

injeksi konjungtiva (-),

injeksi konjungtiva (-),

injeksi siliar (-),

Konjungtiva

infiltrat (-),

injeksi siliar (-),


infiltrat (-),

hiperemis (-)
Putih
Bulat, edema (-),

Sklera

hiperemis (-)
Putih
Bulat, edema (-),

keratik presipitat(-),

Kornea

keratik presipitat(-),

infiltrat (-), sikatriks (-)

infiltrat(-), sikatriks (-)

Arkus senilis (+)

Arkus senilis (+)


tampak sebuah bekas
jahitan pada limbus

Jernih, kedalaman cukup

Camera Oculi

kornea arah jam 9.


Jernih,kedalaman cukup,

hipopion (-),

Anterior

hipopion (-),

hifema (-),
Kripta(N), warna coklat,

(COA)
Iris

hifema (-),
Kripta(N), warna coklat,

(+), edema(-), synekia (-)

(+), edema(-), synekia

bulat, diameter : 3mm,

(-),
bulat, diameter 3 mm,

letak sentral,

Pupil

letak sentral,

refleks pupil langsung

refleks pupil langsung

(+),

(+), refleks pupil tak

refleks pupil tak

langsung (+)

langsung (+)
Keruh sebagian,

Lensa

IOL(+),Sentral,

Vitreus

Jernih

Shadow test (+)


Sukar untuk dinilai

Sukar untuk dinilai

Papil NII bulat, batas


Retina

tegas,
ablatio (-),
mikroaneurisma (-),
eksudat (-), perdarahan
(-),

(+) suram
N
Baik

Fundus Refleks
TIO
Uji makula

CD ratio (2:3)
(+) cemerlang
N
Baik

Epifora(-),Lakrimasi(+)

Isihara test
Sistem lakrimasi

Epifora(-),Lakrimasi(-)

Gambar

D. DIAGNOSA DIFFERENSIAL
OD
1. Katarak senilis Immatur
2. Katarak senilis matur
3. Katarak hipermatur
4.
OS
1. Pseudofakia
2. Afakia
F. DIAGNOSA KERJA
OD : Katarak Senilis Immatur
OS : Pseudoafakia
Dasar diagnosis:

Penglihatan mata kanan menurun


Pasien mengeluh seperti terselimuti kabut
Terdapat kekeruhan lensa sebagian.
Pada pemeriksaan didapatkan shadow test (+).,Fundus refleks (+) suram

TERAPI
a. Terapi medikamentosa
Medikamentosa :
- Vitamin C 1dd1
- Vitamin A, 1dd I
Operatif
EKEK+IOL
EKIK+IOL
G.

PROGNOSIS
OKULI DEKSTRA (OD)
Quo Ad Visam:
Dubia ad bonam
Quo Ad Sanam
:
Dubia ad bonam
Quo Ad Kosmetikam :
Ad bonam
Quo Ad Vitam
:
Ad bonam

I. EDUKASI
-

Lakukan operasi EKEK + IOL OD

OKULI SINISTRA(OS)
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
ad Bonam
ad Bonam

Persiapan sistemik (TD, pemeriksaan laboratorium, EKG, foto thorax, )


Persiapan lokal (menurunkan TIO, pemberian antibiotik profilaksis,)

Saran:
-

Konsumsi obat secara teratur

Segera rencanakan waktu untuk operasi

Lindungi mata dari debu ataupun benda asing

Menggunakan Pelindung kacamata

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.

KATARAK
Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya. Biasanya
kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama.
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat

kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit
mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa.
Katarak dapat berhubungan proses penyakit intraokuler lainnya.
Katarak dapat disebabkan bahan toksik khusus (kimia dan fisik). Keracunan beberapa
jenis obat dapat menimbulkan katarak seperti eserin (0,25-0,5%), kortikosteroid, ergot,
antikolinesterase topikal.
Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes
melitus, galaktosemi dan distrofi miotonik. Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa
adanya kelainan mata atau sistemik (katarak senil, juvenil, herediter) atau kelainan kongenital
mata.
Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :

Fisik
Kimia
Penyakit predisposisi
Genetik dan gangguan perkembangan
Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
Usia
III. KLASIFIKASI KATARAK
A. Berdasarkan usia, katarak dapat diklasifikasikan dalam
Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun
Katarak Infantile
Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
Katarak Pre-senilis
Katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun
Bila mata sehat dan tidak terdapat kelainan sistemik maka hal ini biasanya terdapat
pada hampir semua katarak senil, katarak herediter dan kongenital.

Katarak kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir
dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada
bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.
Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :

Kapsulolentikular dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak

polaris
Lentikular, yang termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks atau
nukleus lensa
Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian primer atau

berhubungan dengan penyakit ibu dan janin lokal atau umum.


Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat
prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakaian obat
selama kehamilan. Kadang-kadang pada ibu hamil terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus

atau hepatosplenomegali. Bila katarak disertai uji reduksi pada urine yang positif, mungkin
katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi
prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental. Hampir 50% dari katarak
kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan
katarak kongenital dengan diabetes melitus, kalsium dan fosfor.
Penanganan tergantung pada unilateral dan bilateral, adanya kelainan mata lain dan saat
terjadinya katarak. Katarak kongenital prognosisnya kurang memuaskan karena bergantung
pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata tersebut telah terjadi ambliopia. Bila
terdapat nistagmus maka keadaan ini menunjukkan hal yang buruk pada katarak kongenital.3
Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau
suatu leukokoria. Penyulit yang dapat terjadi adalah makula lutea yang tidak cukup mendapat
rangsangan. Makula tidak akan berkembang sempurna hingga walaupun dilakukan ekstraksi
katarak maka visus biasanya tidak akan mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia sensoris
(amblyopia ex anopsia). Katarak kongenital dapat menimbulkan komplikasi lain berupa
nistagmus dan strabismus.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang
menderita

penyakit

rubela,

galaktosemia,

homosisteinuria,

diabetes

melitus,

hipoparatiroidism, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik dan histoplasmosis.


Penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya merupakan penyakit-penyakit
herediter seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa
ektopik, displasia retina dan megalokornea.
Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah operasi. Operasi katarak
kongenital dilakukan bila refleks fundus tidak tampak. Biasanya bila katarak bersifat total,
operasi dapat dilakukan usia 2 bulan atau lebih muda bila telah dapat dilakukan pembiusan.

Tindakan bedah pada katarak kongenital yang umum dikenal adalah disisio lensa, ekstraksi
liliar, ekstraksi dengan aspirasi.

Katarak juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada
usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. katarak juvenil biasanya merupakan
kelanjutan katarak kongenital.
Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik
dan penyakit sistemik lainnya seperti :
1. Katarak metabolik
o Katarak diabetik dan galaktosemik
o Katarak hipokalsemik (tetanik)
o Katarak defisiensi gizi
o Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
o Penyakit Wilson
o Katarak berhubungan dengan penyakit metabolik lain
2. Otot
Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)
3. Katarak traumatik
4. Katarak komplikata
Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmus, aniridia,

pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis)


Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal, seperti Wagner

dan retinitis pigmentosa dan neoplasma)


Katarak anoksik
Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol,
triparanol (MER-29), antikolinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin,

busulfan dan besi)


Lain-lain kalinan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit, tulang
(disostosis kraniofasial, osteogenesis imperfecta, khondrodistrofia kalsifikans

Katarak Senil

kongenital pungtata) dan kromosom


Katarak radiasi

Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut yaitu usia di
atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.
Perubahan lensa pada usia lanjut :
1. Kapsul
Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak)
Mulai presbiopia
Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
Terlihat bahan granular
2. Epitel makin tipis
Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
Lebih ireguler
Pada korteks jelas kerusakan serat sel
Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein
nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang warna
coklat protein lensa nukleus mengandung sedikit histidin dan triptofan
dibanding normal
4. Korteks tidak berwarna karena :
Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda
Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai
terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Pada katarak senil sebaiknya disingkirkan penyakit mata
lokal dan penyakit sistemik seperti diabetes melitus yang dapat menimbulkan katarak
komplikata.
B. Berdasarkan Maturitas2
Katarak insipien. Pada stadium ini akan terlihat kekeruhan mulai dari tepi ekuator
berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat
di dalam korteks.
Pada katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular
posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda

Morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena
indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap
untuk waktu yang lama.
Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding
dengan keadaan normal.3 Keadaan ini bisa menyababkan glaukoma sekunder pada orangorang yang mempunyai predisposisi, contoh bilik mata dangkal, sudut sempit, karena dengan
perubahan lensa sedikit saja bisa menutup sudut sehingga secara akut bisa terjadi gangguan
filtrasi dan meyebabkan tekanan meningkat secara mendadak. 2 Katarak intumesen biasanya
terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan
ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada
lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
Katarak imatur. Pada stadium ini kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa.
Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan lensa yang degeneratif.
Katarak matur. Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada
ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan
mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal
kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
negatif.

Katarak hipermatur. Katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami proses


degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang
berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning
dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadangkadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendor.
Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang
berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk
sebagaisekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena
lebih berat.
Katarak Morgagni Merupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di mana korteks
benar-benar mencair, sehingga nukleus seolah-olah tenggelam dalam masa korteks. Nukleus
biasa lebih di bawah sehingga saat korteks mencair nukleus tampak tenggelam. Kapsul sudah
berkerut.
Perbedaan stadium katarak senil

Kekeruhan

Insipien
Ringan

Imatur
Sebagian

Matur
Seluruh

Hipermatur
Masif

Cairan lensa

Normal

Bertambah

Normal

Berkurang

(cairan

(air+masa lensa

Normal

masuk)
Terdorong

Normal

keluar)
Tremulans

mata

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

depan
Sudut bilik mata

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Shadow test

Negatif

Positif

Negatif

Pseudopositif

Penyulit

Negatif

Glaukoma

Negatif

Uveitis &

Iris
Bilik

glaukoma
Katarak Komplikata

Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan
proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaukoma, tumor intra okular,
iskemia okular, nekrosis anterior segmen, buftalmos, akibat suatu trauma dan pasca bedah
mata. Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin (diabetes
melitus, hipoparatiroid, galaktosemia dan miotonia distrofi) dan keracunan obat (tiotepa
intravena, steroid lokal lama, steroid sistemik, oral kontrasepsi dan miotika antikolinesterase).
Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak selamanya di
daerah bawah kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan dapat difus, pungtata ataupun linear.
Dapat berbentuk rosete, retikulum dan biasanya terlihat vakuol. Ada 2 bentuk yaitu bentuk
yang disebabkan kelainan pada polus posterior mata dan akibat kelainan pada polus anterior
bola mata.
Katarak pada polus posterior terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis pigmentosa,
ablasi retina, kontusio retina dan miopia tinggi yang mengakibatkan kelainan pada badan
kaca. Biasanya kelainan ini berjalan aksial yang biasanya tidak berjalan cepat di dalam
nukleus, sehingga sering terlihat nukleus lensa tetap jernih. Katarak akibat miopia tinggi dan
ablasi retina memberikan gambaran agak berlainan.
Katarak akibat kalainan polus anterior bola mata biasanya akibat kelainan kornea berat,
iridosiklitis, kelainan neoplasma dan glaukoma. Pada iridosiklitis akan mengakibatkan
katarak subkapsularis anterior. Pada katarak akibat glaukoma akan terlihat katarak disimanata
pungtata subkapsularis anterior (katarak Vogt).
Katarak Traumatik
Paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada lensa atau trauma tumpul pada
bola mata. Peluru senapan angin dan petasan merupakan penyebab tersering. Lensa menjadi
putih segera setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan
humor aqueus dan kadang-kadang vitreus masuk ke dalam struktur lensa.

2 .GEJALA KATARAK
Gejala Subjektif
Penglihatan seperti berasap dan visus menurun secara progresif.
Visus mudur tergantung lokalisasi dan tebal tipisnya kekeruhan, Bila Kekeruhan tipis
kemunduran visus sedikit dan bila Kekeruhan terletak diequator, tak ada keluhan apaapa.
silau saat melihat cahaya
Penderita mengeluh adanya bercak-bercak putih yang tak bergerak.
Diplopia monocular yaitu penderita melihat 2 bayangan yang disebabkan oleh karena
refraksi dari lensa sehingga benda-benda yang dilihat penderita akan menyebabkan
silau.
Pada stadium permulaan penderita mengeluh miopisasi, hal ini terjadi karena proses
pembentukan katarak sehingga lensa menjadi cembung dan refraksi mata meningkat,
akibatnya bayangan jatuh dimuka retina.
Melihatpada malamharilebihjelas daripada siang

Gejala Objektif
Pada oblique illumination(mata disinar dari samping):
Lensa tampak keruh keabuan seperti asap
Pada fundus reflex dengan opthalmoscope:
kekeruhan tersebut tampak hitam dengan background orange. Dan pada stadium
matur hanya didapatkan warna putih atau tampak kehitaman tanpa background
orange, hal ini menunjukkan bahwa lensa sudah keruh seluruhnya.

Kamera anterior menjadi dangkal dan iris terdorong kedepan, sudut kamera
anterior dapat menyempit sehingga tekanan intraokuler meningkat, akibatnya
dapat terjadi glaukoma.

DIAGNOSIS
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah slitlamp, funduskopi pada
kedua mata bila mungkin, tonometer, selain itu pemeriksaan prabedah yang diperlukan
lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata, konjungtiva, karena dapat merupakan
penyulit yang berat berupa panoftalmitis pascabedah.
Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan sebelum dilakukan
pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya tajam penglihatan
KOMPLIKASI KATARAK
Komplikasi yang sering timbul akibat katarak adalah:
Glaukoma
Ada beberapa fase dari katarak yang bisa menimbulkan glaukoma, yaitu:
1. Phocomorpic Glaucoma
Lensa lebih besar karena menyarap air sehingga pada orang dengan
predisposisi tertentu akan menyebabkan bilik matanya menjadi dangkal dan
jaringan trabekulum bisa tertutup akibat irisnya maju. Bisa menimbulkan
glaukoma sekunder sudut tertutup. Glaukomanya mirip dengan glaukoma
akut, tapi glaukomanya sekunder.
2. Phacolytic Glaucoma
Terjadi pada katarak hipermatur di mana protein lensa keluar dari kapsul, bisa
ke bilik mata depan dan menyumbat trabekulum sehingga menyebabkan
tekanan intraokular meningkat. Pada kasus ini glaukomanya sudut terbuka,
tetapi tersumbat oleh protein-protein lensa.
3. Phacotoxic Glaucoma
Lensa sudah keriput sehingga bisa maju ke depan atau ke belakang. Kalau
lebih ke arah anterior maka keadaan ini bisa menyebabkan blokade pupil yang
bisa menyebabkan glaukoma sekunder sudut tertutup.

Uveitis
Protein lensa keluar dan dianggap benda asing, sehingga tubuh berusaha

menghancurkannya. Keadaan ini menimbulkan reaksi uveitis.

Subluksasi dan Dislokasi lensa


Terjadi pada stadium hipermatur, di mana pada stadium ini zonulnya menjadi
kaku dan rapuh sehingga bisa lepas dari lensa. Lensa bisa subluksasi atau
dislokasi.

4. PENATALAKSANAAN
Pengobatan medikamentosa hanya memperlambat proses degenerasi lensa namun tidak
menghentikannya.
Contoh :
Vitamin dosis tinggi
Iodium tetes

Tujuan terapi medikamentosa :


1. Untuk memperlambat kecepatan progresifitas kekeruhan (mencegah rusaknya protein dan
lemak penyusun lensa, misalnya dengan menstabilkan molekul protein dari denaturasi)
sehingga pasien dapat lebih lama menikmati tajam penglihatan sebelum proses opasitas
memburuk.
Contoh: obat iodine yang memiliki efek antioksidan seperti potassium iodine, natrium
iodine.

2. Untuk menjaga kondisi elemen mata misalnya pembuluh darah dan persyarafan mata.
Contoh:
Suplemen vitamin A (berfungsi penting dalam menjaga kondisi retina), contoh: vitamin A

6000 IU, beta carotene (pro-vitamin A) 12.000 IU


Suplemen vitamin B (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi saraf), contoh : vitamin
B-2 (riboflavin) 20 mg, vitamin B-6 (pyridoxine hydrochloride) 11 mg,vitamin B complex

Vitamin C (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi pembuluh darah), contoh : asam
askorbat 600 mg
Vitamin E (mengurangi resiko degenerasi makular dan katarak)

Operatif
Teknik operasi katarak :
EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular)
Dengan merobek kapsul anterior lensa sehingga massa dan korteks

lensa dapat

keluar.
indikasi : pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, perencanaan
implantasi IOL
penyulit : komplikasi katarak sekunder

EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsular)


Dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama dengan kapsul.
indikasi : pasien dengan zonula zinn yang rapuh dan mudah putus
kontraindikasi : pasien < 40 tahun
penyulit : glukoma, uveitis , perdarahan, endoftalmitis

FAKOEMULSIFIKASI
Tehnik operasi katarak dengan membuat sayatan kecil pada kornea < dari 3mm
dengan menghancurkan katarak menggunakan getaran ultrasonik yang selanjutnya

mesin phaco akan menyedot massa katarak yang telah hancur tersebut sampai bersih
kemudian sebuah lensa Intra Ocular (IOL) yang dapat dilipat (foldable lens)
dimasukkan melalui irisan tersebut.

PROGNOSIS
Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak
sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali
saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien
ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada
katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang
proresif lambat. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan EKEK atau
fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis
pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.

A. PSEUDOFAKIA
Pseudofakia adalah suatu keadaan dimana mata terpasang lensa
tanam

setelah

operasi

katarak.

Lensa ini

a k a n memberikan

penglihatan lebih baik. Lensa intraokular ditempatkan waktu operasi


katarak da n a ka n t e ta p di s a na un tu k s e um ur h id up . Le n s a in i
t id a k a ka n me ng ga ng gu da n ti da k perlu perawatan khusus dan
tidak akan ditolak keluar oleh tubuh.

Gejala dan tanda pseudofakia :


- Penglihatan kabur
- Visus jauh dengan optotype Snellen
- Dapat merupakan myopi atau hipermetropi tergantung ukuran
-

lensa yang ditanam (IOL)


Terdapat bekas insisi atau jahitan

1. Letak lensa didalam bola mata dapat bermacam macam, seperti :


a . Pa d a
bilik
mata
depan,
yang
ditempatkan
d i d e p a n i r i s d e n g a n k a k i p e n y o k o n g n y a bersandar
pada sudut bilik mata
b. Pada daerah pupil, dimana bagian 21ulti lensa pada pupil dengan
fiksasi pupil
c . Pa d a bi li k
ke d ud uka n

ma ta
le ns a

b e la ka ng ,
n orma l

ya n g

di le ta k ka n

d ib e l a ka n g

iris.

pa da
Lensa

dikeluarkan dengan ekstraksi lensa ekstra kapsular


d. Pada kapsul lensa.
Pa d a s a a t i n i p e ma s a n g a n l e n s a t e r u t a ma d i u s a ha ka
n terletak

di

dalam kapsul

lensa. Meletakkan lensa tanam

didalam bilik mata memerlukan perhatian khusus :


1.
2.
3.
4.

Endotel kornea terlindung


Melindungi iris terutama pigmen iris
Melindungi kapsul posterior lensa
Mudah memasukkannya karena tidak memberikan cedera pada
zonula lensa.

5.
Keuntungan pemasangan lensa ini :
1. Penglihatan

menjadi

lebih

fisiologis

karena letak

lensa

ditempatkan pada tempat lensa asli yang diangkat.


2. Lapang penglihatan sama dengan lapang pandangan normal
3. Tidak terjadi pembesaran benda yang dilihat
4. Psikologis, mobilisasi lebih cepat.
Pemasangan lensa tidak dianjurkan kepada :
1.
2.
3.
4.

Mata yang sering mengalami radang intra okuler (uveitis)


Anak dibawah 3 tahun
Uveitis menahun yang berat
Glaukoma neovaskuler

yang

B. LENSA INTRAOKULER DAN IMPLAN


Lensa intraocular (IOL) umum digunakan untuk memperbaiki atau
menyembuhkan cacat visual. IOL dikategorikan dalam dua jenis:
monofocal

atau 22ultifocal.

Lensa

22ultifocal22 monofocal

atau

22ultifocal dapat dimanfaatkan dalam penggantian Lensa mata rusak.


IOL monofokal
IOL

monofokal

satu jarak saja

yang

(jauh,

berarti

mereka memberikan

menengah atau

dekat)

visi pada

berarti

bahwa

pasien harus memakai kacamata atau lensa kontak untuk membaca,


menggunakan komputer atau melihat pada jarak lengan.
IOL 22ultifocal
IOL multifokal menawarkan kemungkinan melihat dengan baik
pada lebih dari satu jarak, tanpa kacamata atau lensa kontak.
Toric IOL untuk Astigmatisma
IOL toric dirancang untuk

mengoreksi astigmatisme.

Toric IOL datang dalam berbagai kekuatan visi jarak, dalam 2 versi.
Satu, mengoreksi hingga 2,00 dioptri (D) dari Silindris dan yang lain
mengoreksi hingga 3,50 D. Model

yang

berbeda juga

dapat

menyaring UV yang berpotensi merusak atau cahaya biru.


Kebanyakan
katarak,

ahli

cenderung

bedah yang

merawat Silindris pada

menggunakan

atau limbal relaxation incision, yang


Selain

astigmatik keratotomi (AK)


membuat sayatan di kornea.

astigmatisme kornea, beberapa

memiliki astigmatisme lenticular,

pasien

orang

yang

mungkin
disebabkan

oleh ketidakteraturan dalam bentuk lensa alami di dalam mata. Hal ini
bisa

diperbaiki dengan IOL toric

namun

dengan

risiko penglihatan

memburuk karena lensa berputar dari posisi, sehingga butuh operasi


lebih lanjut untuk memposisikan atau mengganti IOL.
Monovision dengan Lensa Intraokuler
Jika operasi katarak melibatkan kedua mata bisa dipertimbangkan
menggunakan monovision. Hal ini dengan menanamkan sebuah IOL

di satu mata yang memberikan penglihatan dekat dan IOL di mata lain
yang
Biasanya

menyediakan penglihatan jarak.


orang dapat

menyesuaikan

diri. Tapi

jika

tidak

bisa, penglihatan mungkin menjadi kabur baik dekat dan jauh. Masalah
lain adalah bahwa persepsi kedalaman dapat menurun karena visus
binokuler kurang

yang

berarti,

mata tidak bekerja

sama.

Aspheric IOL
IOL berbentuk bola, yang berarti permukaan depan secara
seragam melengkung. IOL aspheric, pertama kali diluncurkan oleh
Bausch + Lomb pada tahun 2004, yang sedikit datar di pinggiran dan
dirancang untuk memberikan sensitivitas kontras yang lebih baik.
Lensa ini memiliki kemampuan untuk mengurangi penyimpangan
visual.
Beberapa ahli bedah katarak memperdebatkan manfaat IOLs
aspheric, karena manfaat sensitivitas kontras tidak dapat berlangsung
pada pasien yang lebih tua karena sel-sel ganglion retina adalah
penentu utama sensitivitas kontras dan pada usia tua secara bertahap
kehilangan sel-sel ini. Namun, orang muda yang menjalani operasi
katarak sekarang cenderung memiliki sel ganglion lebih banyak dan
lebih sehat. Jadi mereka akan dapat menikmati sensitivitas kontras
yang lebih baik untuk waktu yang lama.
Blue Light-Filtering IOLs
IOL ini memfilter baik ultraviolet (UV) dan energi tinggi sinar biru,
yang keduanya terkandung dalam cahaya alami maupun buatan. Sinar
UV telah lama dicurigai bisa menyebabkan katarak dan gangguan
penglihatan lain,

dan

IOL

banyak menyaring mereka

seperti lensa mata alami sebelum penghapusan

keluar

dalam operasi

katarak. Sinar biru, yang berkisar 400-500 nanometer (nm) dalam


spektrum cahaya,
berperan dalam

dapat

menyebabkan kerusakan
timbulnya

retina dan

degenerasi makula.

IOL ini berwarna kuning transparan untuk menyaring sinar biru.

Sebenarnya

warna

kuning ini

ini mirip

tidak

dengan lensa kristal alami. Warna

mengubah warna lingkungan

atau

kualitas penglihatan. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa


beberapa sensitivitas kontras mungkin hilang dengan pemakaian IOL
jenis ini. Dalam studi Austria, beberapa orang yang menggunakan IOL
ini melihat

adanya

penurunan

kualitas penglihatan ketika

mereka

diberi kuesioner.
Sebuah studi yang dilaporkan dalam edisi Desember 2010, Journal
of

Cataract

&

Refractive

Surgery

menemukan

bahwa

pasien katarak dengan IOL berwarna kuning memiliki kesulitan melihat


dalam rentang warna biru pada kondisi pencahayaan yang kurang.
Piggyback IOL
Bila

pasien

memiliki

lensa intraokular asli

hasil

yang

yang

kurang

dari

optimal dari

digunakan dalam

operasi

katarak, ada pilihan untuk memasukkan lensa tambahan dari yang


dimiliki saat

ini.

Hal

ini

dikenal

sebagai

lensa

piggyback,

mungkin dapat memperbaiki penglihatan dan dianggap lebih aman


daripada mengeluarkan dan mengganti lensa yang ada.
Jika diperlukan derajat yang sangat tinggi dalam koreksi visus,
seperti

untuk miopia berat

atau astigmatisme,

dapat

disarankan kombinasi kekuatan dari dua lensa intraokular pada satu


mata dengan menggunakan lensa piggyback.

DAFTAR PUSTAKA

Asbury, Vaughan. Glaukoma. Dalam : Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran ECG; 2010.
BEM FK Udip. Dalam : Ilmu Kesehatan Mata. Semarang : Falkutas Kedokteran Universitas
Diponegoro; 2009.

Ilyas S. Glaukoma. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin; 2007.
Ilyas S. Lensa Mata. Dalam: Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran; edisi ke-2. Cetakan I. Jakarta: FKUI, 2002: 143-157.
Ilyas S. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Dalam: Ilmu Penyakit Mata; edisi
ke-3. Cetakan I. Jakarta: FKUI, 2006: 200-211.
James, bruce.dkk.2006. lecture notes oftalmologi edisi kesembilan.Jakarta: Erlangga
Khurana, A.K., Comprehensive Opthalmology : Disease Of TheCornea., New Age Int: New
Delhi., 2007.
Kumar K., Childhood cataract : Aetiology and management[serial ordine] 2004; 17: 50.
Available Acessed August 13, 2009.
Lens and cataract. In: Basic and clinical sciences course. Section 11. Chapter 1,3,4.
American Academy of Ophtalmology: Mosby; 2008-2009. p.5-9,19-29Wijana, N.,
1983, Ilmu Penyakit Mata, Jakarta : 41-42.
Lumbantobing, S.M 2008. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental, Jakarta:fakultas
kedokteran Indonesia
Rahmadani, Siti. Diktat Kuliah Ilmu Penyakit Mata Tingkat IV. Jakarta: 2007.
Shock John.P,MD dan Harper Richard A,MD.Lensa Dalam : Vaughan DanielG,Asbury
Taylor, dan Riordan-Eva Paul. Oftalmologi Umum. Edisi XIV. Jakarta:Widya
medika;2000. p. 175 179.
Tanulfhan M, Asbury T. Anatomi embriologi mata. In : Oftalmologi Umum. Edisi ke 14.
Jakarta: Widya Pustaka-, 2002. p.9-11, 25-9.

Anda mungkin juga menyukai