Anda di halaman 1dari 8

Protokol Kyoto adalah sebuah persetujuan sah di mana negara-negara perindustrian

akan mengurangi emisi gas rumah kaca mereka secara kolektif sebesar 5,2%
dibandingkan dengan tahun 1990 (namun yang perlu diperhatikan adalah, jika
dibandingkan dengan perkiraan jumlah emisi pada tahun 2010 tanpa Protokol, target ini
berarti pengurangan sebesar 29%).Tujuannya adalah untuk mengurangi rata-rata
emisi dari enam gas rumah kaca karbon dioksida, metan, nitrous oxide, sulfur
heksafluorida, HFC, dan PFC yang dihitung sebagai rata-rataselama masa lima tahun
antara 2008-12. Target nasional berkiasar dari pengurangan 6% untuk Uni Eropa, 7%
untuk AS, 6% untuk Jepang, 0% untuk Rusia, dan penambahan yang diizinkan sebesar
8% untuk Australia dan 10% untuk Islandia.(Sumber Wikipedia)

Beberapa mekanisme dalam Protokol Kyoto yang mengatur masalah pengurangan emisi
GRK, seperti dijelaskan di bawah ini:
* 1. Joint Implementation (JI), mekanisme yang memungkinkan negara-negara maju
untuk membangun proyek bersama yang dapat menghasilkan kredit penurunan atau
penyerapan emisi GRK.
* 2. Emission Trading (ET), mekanisme yang memungkinkan sebuah negara maju untuk
menjual kredit penurunan emisi GRK kepada negara maju lainnya. ET dapat dimungkinkan
ketika negara maju yang menjual kredit penurunan emisi GRK memiliki kredit penurunan
emisi GRK melebihi target negaranya.
* 3. Clean Development Mechanism (CDM), mekanisme yang memungkinkan negara
non-ANNEX I (negara-negara berkembang) untuk berperan aktif membantu penurunan
emisi GRK melalui proyek yang diimplementasikan oleh sebuah negara maju. Nantinya
kredit penurunan emisi GRK yang dihasilkan dari proyek tersebut dapat dimiliki oleh negara
maju tersebut. CDM juga bertujuan agar negara berkembang dapat mendukung
pembangunan berkelanjutan, selain itu CDM adalah satu-satunya mekanisme di mana
negara berkembang dapat berpartisipasi dalam Protokol Kyoto.

Terdapat tiga mekanisme yang diatur di Protokol Kyoto ini yaitu berupa Joint
Implementation (JI), Clean Development Mechanism (CDM), dan Emission Trading (ET).
Joint Implementation (implementasi bersama) adalah kerja sama antar negara maju
untuk mengurangi emisi GRK mereka. Clean Development Mechanisme (Mekanisme
Pembangunan Bersih) adalah win-win solution antara negara maju dan negara
berkembang, di mana negara maju berinvestasi di negara berkembang dalam proyek
yang dapat megurangi emisi GRK dengan imbalan sertifikat pengurangan emisi (CER)

bagi negara maju tersebut. Emission Trading (Perdagangan emisi) adalah perdangan
emisi antar negara maju.

v Join implementation
Meskipun pasal 6 protokol Kyoto tidak memiliki judul, bahkan tidak memiliki istilah JI, pasal ini
membahas cara-cara untuk mengalihkan unit pengurangan emisi (ERU) Emissions Reduction
Unit)yang diperoleh dan suatu kegiatan di negara maju yang lainnya. Konsep yang mendasari
mekanisme Kyoto yang satu ini adalah teori ekonomi klasik yaitu dengan input sekecil mungkin,
karena itu akan mengutamakan cara-cara yang paling murah atau yang paling menguntungkan bagi
yang menanamkan modalnya. Kegiatan JI akan didanai oleh sector swasta untuk menghasilkan ERU.
v Emission Trading (ET)
Jika sebuah Negara industry menghasilkan gas rumah kaca dibawah jatah yang diizinkan, maka
Negara tersebut dapat menjual volume gas rumah kaca yang diemisikannya kepada Negara maju lain
yang tidak dapat memenuhi kewajibannya. Sekema ini selanjutnya dikenal dengan nama
perdagangan emisi ET (Emission Trading) dengan komoditas berupa unit jatah emisi AUU (Asigned
Amount Unit). Namun demikian jumlah gas rumah kaca yang dapat diperdagangkan dibatasi
sehingga Negara pembeli tetao harus memenuhi kewajiban domestiknya dan sesuai dengan
ketentuan protocol Kyoto ET harus diperlukan sebagai suplemen atas kegiatan baru.
Dengan ketentuan seperti itu ET dapat menciptakan pasar untuk hak mengemisikan gas rumah kaca
diantara Negara-negara maju yang termasuk Annex B protocol Kyoto. Dengan harga per unit volume
GRK yang disamakan untuk semua Negara. Maka skema ini meminimumkan biaya mitigasinya. Jika
biaya pengurangan emisi disuatu Negara lebih rendah dari Negara lain maka upaya tersebut perlu
dimaksimumkan. Jadi secara umum ET bertujuan memaksimumkan penurunan emisi dengan
seminimum mungkin. Konsep semacam ini berhasil diterapkan dalam protocol mentreal yang
bertujuan untuk menghapuskan (phase out) penggunaan bahan-bahan perusak ozon ODS (Ozone
Depleting Subtance).
v Clean Development Mechanism (CDM)
Secara umum merupakan kerangka multilateral yang memungkinkan Negara maju melakukan
investigasi di Negara berkembang untuk mencapai target penurunan emisinya. Sementara itu,
Negara berkembang berkepentingan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dengan
tujuan utama untuk konvensi. Kerangka tersebut dirancang untuk memberikan aturan dasar bagi
kegiatan proyek yang dapat menghasilkan pengurangan emisi yang di sertifikasi CER (Certified
Emissions Reduction).
Mekanisme ini menawarkan win-win solution antara negara maju dengan negara berkembang dalam
rangka pengurangan emisi GHGs, dimana negara maju menanamkan modalnya di negara
berkembang dalam proyek-proyek yang dapat menghasilkan pengurangan emisi GHGs dengan
imbalan CER (Certified Emission Reduction).
Dalam perjalanan negosiasi protocol Kyoto, CDM adalah kelanjutan arena mekanisme ini muncul
secara tiba-tiba di Kyoto pada saat CoP3 menghadapi saat-saat kritis. Melalui CDM Negara

berkembang dapat berpartisipasi dalam upaya penurunan emisi, sesuatu hal yang diharapkan Negara
maju. Konsep ini dedasarkan atas Polluter pay principle. Dananya dihimpun dari denda yang
dikenakan terhadap Negara maju yang tidak memenuhi kewajiban penurunan emisinya.
Selanjutnya proposal tentang Clean Development Fund (CDF) berkembang menjadi semacam
mekanisme yang mirip JI, yaitu kegiatan penurunan emisi yang bersifat proyek. Dengan bantuan dari
AS dan China, proposal Brazil CDF berevolusi sangat cepat. Pada saat-saat yang kritis tiba-tiba
muncul mekanisme baru dengan nama CDM yang secara mengejutkan dapat diterima banyak pihak.
Proyek ini bias dirancang oleh Negara berkembang berdasarkan agenda pembangunan nasional
mereka, serta mendukung tercapainya tujuan konvensi. Isu-isu yang belum jelas tuntas pada waktu
itu adalah penerapan pajak atas kegiatan CDM untuk dana administrasi dan adaptasi bagi Negaranegara berkembang yang sangat rentan, dimasukkannya hutan kedalam CDM, tabungan kredit dan
kelembagaan CDM.
Kegiatan Pengurangan emisi melalui CDM harus diserifikasi oleh entitas operasional yang ditunjuk
oleh CoP/MoP. Seertifikasi atas tiga syarat utama sesuat dengan ketentuan pasal 12.5:
v Partisipasi Negara berkembang dilakukan atas dasar sukarela dan pihak-pihak yang terlibat telah
menyetujuinya.
v Hasil penurunan emisi harus nyata dapat diukur dan member dampak jangka panjang dalam ha;
perlindungan iklim
v Kegiatan CDM harus menghasilkan keuntungan atau perolehan (additionality) dalam hal
pengurangan emisi disbanding jika tidak ada kegiatan.
Sampai dengan tanggal 19 Maret 2001, 84 negara telah ikut menan datangani Protokol Kyoto dan 33
negara telah meratifikasinya. Sedangkan Indonesia sebagai negara berkembang yang belum
diwajibkan untuk menurunkan emisi GHGs-nya belum meratifikasi Protokol ini. Akan tetapi sebagai
negara yang terdiri dari banyak pulau, lautan serta memiliki hutan yang sangat luas dan untuk
kepentingan pembangunan bangsa di masa depan, ada upaya-upaya untuk menjajagi kemungkinan
ratifikasi.

Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti
dari atmosfer ke bumi dan kembali
keatmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat
berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam
bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau
langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah
mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:

Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb.
kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada
keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun
(precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.

Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah
dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler
atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air
tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.

Air Permukaan - Air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan
danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan
semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungaisungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air
permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.

Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan
sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir
ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi
yang membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di bumi secara keseluruhan
relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya. Tempat terbesar terjadi di laut.
Macam-Macam dan Tahapan Proses Siklus Air :

Siklus Pendek / Siklus Kecil

1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari


2. Terjadi kondensasi dan pembentukan awan
3. Turun hujan di permukaan laut

Siklus Sedang

1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari


2. Terjadi evaporasi
3. Uap bergerak oleh tiupan angin ke darat
4. Pembentukan awan
5. Turun hujan di permukaan daratan
6. Air mengalir di sungai menuju laut kembali

Siklus Panjang / Siklus Besar

1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari


2. Uap air mengalami sublimasi
3. Pembentukan awan yang mengandung kristal es
4. Awan bergerak oleh tiupan angin ke darat
5. Pembentukan awan
6. Turun salju
7. Pembentukan gletser
8. Gletser mencair membentuk aliran sungai
9. Air mengalir di sungai menuju darat dan kemudian ke laut

3. Siklus Karbon dan Oksigen


Di atmosfer terdapat kandungan COZ sebanyak 0.03%. Sumber-sumber COZ di udara berasal dari
respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pembakaran batubara, dan asap pabrik.
Karbon dioksida di udara dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis dan menghasilkan
oksigen yang nantinya akan digunakan oleh manusia dan hewan untuk berespirasi.
Hewan dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk batubara di dalam tanah.
Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga menambah kadar C02 di udara.
Di ekosistem air, pertukaran C02 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbon dioksida
berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion bikarbonat.
Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri
dan organisme heterotrof lain. Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, COz yang mereka
keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah C02 di
air.

1) Siklus karbon
Aliran materi berupa oksigen yang dihasilkan tumbuhan terjadi pada ekosistem, oksigen
dimanfaatkan oleh bermacam hewan dan manusia untuk melakukan pernapasan dan
diubah menjadi karbondioksida, namun karbondioksida dapat diubah kembali melalui
fotosintesis menjadi oksigen oleh tumbuhan.
Jika kita mempelajari susunan organisme hidup, sekitar 49 persen dari berat kering
organisme mengandung karbon dan kemudian air. Jika kita lihat pada jumlah total
karbon secara global, kita mendapatlan bahwa 71 persen karbon ditemukan terdapat di

lautan. Lautan mengatur sejumlah karbondiokasida yang ada di atmosfir (Gambar 13).
Apakah kamu tahu bahwa atmosfir hanya mengandung sekitar 1 persen dari total
keseluruhan karbon?
Bahan bakar fosil juga mengarah kepada suatu reservoir dari karbon. Siklus karbon
terjadi melalui atmosfir, lautan dan melalui organisme hidup dan mati. Sesungguhnya
sejumlah karbon dikembalikan ke atmosfir sebagai CO2 melalui aktivitas respirasi dari
produsen dan konsumen. Dekomposer juga pada dasarnya menambah sejumlah karbon
ke CO2 pool melalui pemrosesan sampah dan organisme yang mati di daratan dan
lautan. Sejumlah karbon yang difiksasi menghilang ke sedimen dan dikeluarkan dari
sirkulasi. Pembakaran kayu, kebakaran hutan dan pembakaran bahan organik, bahan
bakar fosil, aktivitas gunung berapi semuanya menambah sumber untuk pelepasan
CO2 ke atmosfir.
Aktivitas manusia berpengaruh pada siklus karbon secara signifikan. berkurangnya hutan
secara cepat dan penggunaan bahan bakar fosil secara besar-besaran untuk keperluan
energi dan transportasi secara signifikan menambah kecepatan pelepasan
karbondioksida ke atmosfer.

Daur fosfor yaitu daur atau siklus yang melibatkan fosfor, dalam hal input atau sumber fosfor-proses
yang terjadi terhadap fosfor- hingga kembali menghasilkan fosfor lagi. Daur fosfor dinilai paling
sederhana daripada daur lainnya, karena tidak melalui atmosfer. fosfor di alam didapatkan dari:
batuan, bahan organik, tanah, tanaman, PO4- dalam tanah. kemudian inputnya adalah hasil
pelapukan batuan. dan outputnya: fiksasi mineral dan pelindikan.
fosfor berupa fosfat yang diserap tanaman untuk sintesis senyawa organik. Humus dan partikel tanah
mengikat fosfat, jadi daur fosfat dikatakan daur lokal.
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan dan hewan)
dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang
mati diuraikan oleh decomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut
di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak
terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik
terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi.
Siklus ini berulang terus menerus. Fosfor dialam dalam bentuk terikat sebagai Ca-fosfat, Fe- atau Alfosfat, fitat atau protein. Bakeri yang berperan dalam siklus fosfor : Bacillus, Pesudomonas,
Aerobacter aerogenes, Xanthomonas, dll. Mikroorganisme (Bacillus, Pseudomonas,
Xanthomonas, Aerobacter aerogenes) dapat melarutkan P menjadi tersedia bagi tanaman.
Daur fosfor terlihat akibat aliran air pada batu-batuan akan melarutkan bagian permukaan mineral
termasuk fosfor akan terbawa sebagai sedimentasi ke dasar laut dan akan dikembalikan ke daratan.

Anda mungkin juga menyukai