Anda di halaman 1dari 4

Normalnya, selaput ketuban yang membungkus bayi dalam kandungan pecah pada akhir kala

I atau awal kala II setelah pembukaan lengkap pada proses persalinan. Namun, ada kalanya
kantung ketuban pecah lebih dini, sehingga keluar cairan dalam jumlah banyak melalui liang
vagina. Itu bisa terjadi ketika kehamilan belum cukup bulan atau sudah cukup bulan tapi
belum ada tanda-tanda persalinan, seperti kontraksi dan pembukaan mulut rahim.
Bila itu terjadi, sebaiknya segera cari bantuan, seperti ke dokter atau bidan. Sebab, pada
kondisi itu, dibutuhkan tindakan tepat untuk menyelamatkan bayi. Harus dilakukan evaluasi,
seperti berapa usia kehamilan ibu, kalau bayi dilahirkan kira-kira bisa tidak dirawat di
perawatan khusus bayi baru lahir atau ICU, ujar dr Stella Shirley Mansur SpOG dari Rumah
Sakit Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara. Jika bayi belum siap dilahirkan dan jumlah cairan
ketuban masih cukup, dokter biasanya akan menahan agar janin tetap berada di dalam rahim,
hingga siap untuk dilahirkan.
Caranya dengan memberi obat untuk mematangkan paru-paru janin dan antibiotik untuk
mencegah infeksi. Ibu juga harus bedrest untuk mempertahankan kehamilannya. Tapi, bila
ada infeksi yang diketahui dari meningkatnya sel darah putih ibu, mau tidak mau bayi harus
segera dikeluarkan. Bila tidak, dikhawatirkan bakteri atau virus yang masuk bisa menginfeksi
bayi, sehingga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tandasnya.
Sedang bila ketuban pecah pada usia kehamilan cukup bulan tapi belum ada tanda-tanda
persalinan, dokter biasanya akan menginduksi agar bayi segera dapat dilahirkan. Pada
kehamilan cukup bulan, bayi diusahakan segera lahir dalam waktu 24 jam setelah ketuban
pecah. Dengan begitu, akan menurunkan risiko infeksi, pernapasan, hingga kematian bayi
sampai 24 persen, ujarnya.
Penyebab
Lantas, apa aja yang bisa menyebabkan kantung ketuban pecah lebih dini atau sebelum
waktunya? Menurut Stella, paling tidak ada lima hal yang bisa menyebabkan ketuban pecah
ini, yaitu:
1. Infeksi
Adanya infeksi genital, seperti keputihan yang disebabkan, bisa menyebabkan
ketuban pecah dini. Sebab, bakteri bisa naik ke mulut rahim, menempel di selaput
ketuban,

membuat

inokulasi,

menggerogoti,

dan

akhirnya

pecah.

Bisa juga karena infeksi yang lebih sistemik, seperti thypus, demam berdarah, atau
infeksi di akar gigi, sehingga menyebabkan kuman masuk ke peredaran darah.
Karena itu, ibu hamil sebisa mungkin tidak terinfeksi bakteri atau virus. Sebab, 70
persen penyebab ketuban pecah dini adalah infeksi, tandasnya.
2. Inkompetensi Serviks
Pada kondisi ini, serviks (mulut rahim) tidak kuat menahan berat badan janin yang
terus bertambah, sehingga terbuka. Akhirnya, terjadi persalinan prematur yang
didahulu dengan pecah ketuban. Kondisi ini oleh orang awam biasa disebut
kandungan lemak, ujar Stella.
3. Hormon Kehamilan Rendah
Rendahnya hormon kehamilan (progesteron) akan menyebabkan ibu mudah
mengalami kontraksi, meski ringan. Nah, jika rahim terus-menerus kontraksi, selaput
ketuban akan mudah pecah.
4. Kurang Mikronuterien
Kekurangan mikronutrien dan vitamin, juga bisa menyebabkan ketuban pecah
sebelum waktunya. Kurang vitamin C, misalnya, akan mengganggu metabolisme
tubuh, sehingga memicu ketuban pecah dini.
Tanda-Tanda
Pecahnya ketuban seringkali tidak disadari, terutama oleh ibu yang baru kali pertama hamil.
Apalagi, pecah ketuban dini biasanya tidak ada tanda-tanda yang jelas. Tahu-tahu pecah.
Cairan ketuban keluar seperti pipis yang tidak bisa ditahan, dan terasa hangat. Umumnya
tidak berbau, tapi pada beberapa ibu ada yang berbau amis. Sedang warnanya biasanya
bening. Tapi, bila sudah terinfeksi cairan ketuban bisa berwarna kuning atau keruh, urai
Stella.
Selain keluar dalam jumlah banyak, cairan ketuban juga bisa merembes atau menetes. Itu
terjadi bila selaput ketuban yang pecah ada di bagian atas. Pada kondisi seperti itu, ibu harus
lebih waspada. Karena cairan yang keluar tidak banyak, ibu tidak tahu kalau itu sebenarnya
cairan ketuban. Celana dalam yang lembab dikira disebabkan oleh lendir dari vagina atau
keputihan, ujar Stella.

Karena itu, Stella mengingatkan agar ibu waspada bila celana dalam selalu basah hingga
harus ganti 5-10 kali dalam sehari. Sebab, cairan ketuban yang merembes menunjukkan kalau
terjadi infeksi. Bila tidak segera diatasi, bakteri bisa menginfeksi janin, sehingga bisa
berdampak buruk.
Untuk memastikan apakah itu benar cairan ketuban atau bukan, bisa menggunakan kertas
lakmus warna merah. Caranya, tempelkan kertas lakmus warna merah di dekat mulut rahim
atau dinding vagina. Bila warnanya berubah jadi biru, berarti cairan yang keluar bersifat basa.
Artinya, ada kebocoran air ketuban.
Membedakan

Urine

dan

Cairan

Ketuban

Urine:
-

Berbau

khas

- Cenderung keluar bila batuk, tertawa, atau bergerak tiba-tiba.


Cairan
-

Ketuban
Tidak

berbau,

tapi

ada

yang

berbau

amis

- Keluarnya menyembur atau hanya tetesan. Akan lebih banyak keluar saat berdiri setelah
duduk atau berbaring. Bahkan jika bergerak lambat dan hati-hati, cairan ketuban tetap keluar
dengan

sendirinya.

- Normalnya jernih, meski kadang ada bintik lendir atau darah. Tapi, bila sudah terinfeksi,
warna cairan ketuban biasanya.
Yang

Berisiko

Ada beberapa golongan ibu yang berisiko mengalami pecah ketuban sebelum waktunya.
Mereka
-

adalah:
Pernah

Melahirkan

Prematur

Ibu yang pernah melahirkan prematur, berisiko mengalami ketuban pecah dini. Sebab,
melahirkan prematur berarti ada masalah dengan kehamilannya. Karena itu, ibu yang punya
riwayat melahirkan prematur harus dilakukan evaluasi, seperti screening infeksi dan
mengukur
-

panjang

leher
Hamil

rahim,

kata

Stella.
Kembar

Ibu yang hamil kembar berisiko mengalami ketuban pecah dini, karena rahim meregang lebih
besar. Pada kehamilan tunggal, rahin meregang 33 sampai 35 sentimeter. Tapi, pada
kehamilan kembar, rahim bisa meregang lebih dari 40 sentimeter, ujar Stella.

Itu berarti dinding rahim dipaksa meregang sangat besar. Padahal, otot rahim juga punya titik
jenuh, sehingga bila meregang melebihi batasnya, otomatis otot rahim akan kontraksi sendiri.
Nah, otomatis otot rahim akan mencari titik terlemah pada selaput ketuban, di mana tekanan
dihantarkan ke situ, dan biasanya ada di dekat mulut rahim. Hal itu memicu pecahnya selaput
ketuban

Anda mungkin juga menyukai