HAND HYGIENE
BAB I
DEFINISI HANDHYGIEN
Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan
debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih atau pun
dengan menggunakan handrub berbasis alkohol. Cuci tangan merupakan prosedur
paling penting dalam pencegahan dan pengendalian infeksi. Hal ini dilakukan
karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan
patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung
ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti
handuk, gelas).
Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang,
ataupun cairan tubuh lain (seperti ingus, dan makanan/minuman yang
terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus,
dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditularkan).
Flora transien pada tangan diperoleh melalui kontak dengan pasien,
petugas kesehatan lain dan permukaan lingkungannya
(misalnya
meja periksa, lantai atau toilet). Organisme ini tinggal di lapisan luar kulit
dan terangkat dengan mencuci tangan menggunakan sabun biasa dan air
mengalir. Flora residen tinggal di lapisan kulit yang Iebih dalam serta di
dalam folikel rambut, dan tidak dapat dihilangkan seluruhnya, bahkan
dengan pencucian dan pembilasan keras dengan sabun dan air bersih.
Untungnya, pada sebagian besar kasus, flora residen kemungkinan
kecil
terkait dengan penyakit infeksi yang menular melalui udara, seperti flu
burung.
BAB II
RUANG LINGKUP
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia
untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan
dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit.
Mencuci tangan saja adalah salah satu tindakan pencegahan yang menjadi
perilaku sehat dan baru dikenal pada akhir abad ke 19. Perilaku sehat dan
pelayanan jasa sanitasi menjadi penyebab penurunan tajam angka kematian dari
penyakit menular yang terdapat pada negara-negara kaya (maju) pada akhir abad
19 ini. Hal ini dilakukan bersamaan dengan isolasi dan pemberlakuan teknik
membuang kotoran yang aman dan penyediaan air bersih dalam jumlah yang
mencukupi.
Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal ini
terbukti tidak efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan mencuci
tangan dengan sabun. Menggunakan sabun dalam mencuci tangan sebenarnya
menyebabkan orang harus mengalokasikan waktunya lebih banyak saat mencuci
tangan, namun penggunaan sabun menjadi efektif karena lemak dan kotoran yang
menempel akan terlepas saat tangan digosok dan bergesek dalam upaya
melepasnya. Didalam lemak dan kotoran yang menempel inilah kuman penyakit
hidup. Efek lainnya adalah, tangan menjadi harum setelah dicuci dengan
menggunakan sabun dan dalam beberapa kasus, tangan yang menjadi wangilah
yang membuat mencuci tangan dengan sabun menjadi menarik untuk dilakukan.
Kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien. Kebersihan
tangan merupakan hal yang paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi.
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir bila tangan terlihat kotor atau
terkontaminasi dengan bahan-bahan protein. Gunakan handrub berbaris alkohol
secara rutin untuk dekontaminasi tangan, jika tangan tidak terlihat ternoda. Jangan
gunakan handrub berbasis alcohol jika tangan terlihat kotor. Jangan gunakan
produk berbasis alcohol setelah menyentuh kulit yang tidak utuh, darah atau
cairan tubuh. Pada kondisi ini cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan
elektronik dan data yang terkumpul menunjukkan bahwa risiko relatif yang
didapat dari tidak mencuci tangan dari percobaan intervensi adalah 95 persen
menderita diare, dan mencuci tangan degan sabun dapat mengurangi risiko diare
hingga 47 persen.
Jenis sabun untuk mencuci tangan
Segala jenis sabun dapat digunakan untuk mencuci tangan baik itu sabun
(mandi) biasa, sabun antiseptik, ataupun sabun cair. Namun sabun antiseptik/ anti
bakteri seringkali dipromosikan lebih banyak pada publik. Hingga kini tidak ada
penelitian yang dapat membuktikan bahwa sabun antiseptik atau disinfektan
tertentu dapat membuat seseorang rentan pada organisme umum yang berada di
alam.
Perbedaan antara sabun antiseptik dan sabun biasa adalah, sabun ini
mengandung zat anti bakteri umum seperti Triklosan yang memiliki daftar
panjang akan resistensinya terhadap organisme tertentu. Namun zat ini tidak
resisten untuk organisme yang tidak terdapat didaftar, sehingga mereka mungkin
tidak seefektif apa yang diiklankan.
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk
mencegah penyakit diare dan ISPA, yang keduanya menjadi penyebab utama
kematian anak-anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak-anak diseluruh dunia
meninggal sebelum mencapai umur lima tahun karena penyakit diare dan ISPA.
Mencuci tangan dengan sabun juga dapat mencegah infeksi kulit, mata, cacing
yang tinggal di dalam usus, SARS, dan flu burung.
Pada sebuah penelitan yang dipublikasikan Jurnal Kedokteran Inggris
(British Medical Journal) pada November 2007 menyatakan bahwa mencuci
tangan dengan sabun secara teratur dan menggunakan masker, sarung tangan, dan
pelindung, bisa jadi lebih efektuf untuk menahan penyebaran virus ISPA seperti
flu dan SARS. Temuan ini dipublikasikan setelah Inggris mengumumkan bahwa
mereka menggandakan obat-obatan anti virus sebagai persiapan pandemik flu
yang mungkin terjadi dimasa depan. Berdasarkan 51 riset, peneliti menemukan
bahwa pendekatan melalui perlindungan fisik yang murah sebaiknya diberikan
prioritas dalam rencana nasional mengatasi pandemik flu, saat bukti-bukti banyak
menunjukkan bahwa penggunaan vaksin dan obat-obatan anti virus tidak efisien
untuk menghentikan penyebaran influenza.
Ke - 51 penelitian ini membandingkan intervensi untuk mencegah
penularan virus ISPA dari binatang ke manusia atau manusia ke manusia dengan
isolasi, karantina, menjauhkan diri secara sosial, perlindungan diri dan
perlindungan melalui perilaku sehat, intervensi lainnya hingga tidak melakukan
apapun juga. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa secara individual mencuci
tangan dengan sabun, menggunakan masker, sarung tangan dan pelindung lebih
efektif untuk menahan laju penyebaran virus ISPA, dan lebih efektif lagi bila
dikombinasikan. Para peneliti juga akan mengadakan evaluasi lanjutan akan
kombinasi manakah yang terbaik untuk diterapkan. Penelitian lainnya yang
dibulikasikan oleh Cochrane Library journal pada Oktober 2007 menemukan
bahwa mencuci tangan dengan air dan sabun adalah cara yang sederhana dan
efektif untuk menahan virus ISPA, mulai dari virus flu sehari-hari hingga virus
pandemik yang mematikan.
Sebuah penelitian lain tentang kebijakan kesehatan yang dilakukan oleh
Bank Dunia menunjukkan bahwa perilaku sehat seperti mencuci tangan dengan
sabun kurang dipromosikan sebagai perilaku pencegahan penyakit, dibandingkan
promosi obat-abatan flu oleh staf kesehatan. Hal ini diperparah apabila lokasi
penduduk terpencil dan sulit terjangkau media cetak maupun elektronik (seperti
radio dan TV).
Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan dengan sabun
1. Diare.
Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum
untuk anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30
penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabut dapat
memangkas angka penderita diare hingga separuh. Penyakit diare
seringkali diasosiasikan dengan keadaan air, namun secara akurat
sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti
tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare
berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat
manusia sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah
penyakit diare karena terbukti saat ini diare adalah penyebab nomor dua kematian
pada balita.
Bibit penyakit biasanya masuk ke tubuh kita melalui 2 jalan. Yang pertama
adalah melalui tangan dan satu lagi melalui hidung. Dengan mencuci tangan
dengan air yang mengalir dan sabun secara rutin maka secara otomatis tubuh kita
akan terlindung dari bibit penyakit yang masuk melalui tangan.
Sampai saat ini ternyata bukan hanya anak-anak saja yang malas untuk
mencuci tangan, sebagian besar orang dewasa juga masih sulit untuk
membiasakan diri untuk mencuci tangannya. Karena itulah kampanye pentingnya
mencuci tangan melalui media kepada masyarakat luas harus terus di lakukan.
Berikut adalah 5 fakta pentingnya melakukan cuci tangan dengan memakai
sabun:
1. Mencuci tangan dengan menggunakan air saja tidak cukup karena lemak
dan kotoran masih menempel di tangan.
2. Mencuci tangan dengan memakai sabun selain menghilangkan lemak dan
kotoran yang menempel ditangan juga akan mencegah timbulnya berbagai
penyakit yang disebabkan oleh kuman, seperti radang tenggorokan,
masalah saluran pernafasan, disentri, diare, iritasi kulit, biang keringat,
mata merah, jerawat, bau badan, dan tipus.
3. Setelah ke jamban dan sebelum menyentuh makanan (sebelum mengolah
atau memakan makanan) adalah saat-saat yang sangat penting untuk
mencuci tangan dengan memakai sabun karena dapat menghilangkan
kuman yang menempel ditangan.
4. Membiasakan diri mencuci tangan dengan memakai sabun adalah kegiatan
preventif yang paling murah dan efektif dan dapat mengurangi biaya
pengobatan kesehatan kita.
5.
Pakistan
Upaya mensosialisasikan perilaku sehat sanitasi dan mencuci tangan
dengan sabun di Nigeria dimulai oleh sebuah program yang diprakarsai
oleh UNICEF dengan menggunakan anak sekolah sebagai agen
perubahan. Dalam membentuk perilaku sanitasi mandiri dan pengetahuan
akan hidup yang bersih dan sehat anak-anak sekolah dirangsang untuk
membentuk kelompok kelompok sekolah seperti klub sehat & hak untuk
anak, yang melibatkan orang tua dan mengajak partisipasi komunitas di
desa untuk ikut serta dalam proyek-proyek sanitasi. Salah satu sekolah
memprakarsai
Klub
Lingkungan
Sehat
dimana
para
murid
10
2. Sebelum
a)
b)
invasif.
c) Menyediakan / mempersiapkan obat-obatan.
d) Mempersiapkan makanan.
e) Memberi makan pasien.
f) Meninggalkan rumah sakit.
3. Diantara
4. Setelah
a)
b)
c)
d)
11
Sarana utama untuk cuci tangan adalah air mengalir dengan saluran
pembuangan atau bak penampung yang memadai. Dengan guyuran
air mengalir tersebut maka mikroorganisme yang terlepas karena
gesekan mekanis atau kimiawi saat cuci tangan akan terhalau dan
tidak menempel lagi dipermukaan kulit. Air menalir tersebut dapat
berupa kran atau dengan cara mengguyur dengan gayung, namun
cara mengguyur dengan gayung memiliki risiko cukup besar untuk
terjadinya pencemaran, baik melalui gagang gayung ataupun
percikan air bekas cucian kembali ke bak penampung air bersih.
Air kran bukan berarti harus dari PAM, namun dapat diupayakan
secara sederhana dengan tangki berkran di ruang pelayanan /
perawat kesehatan agar mudah dijangkau oleh para petugas
kesehatan yang memerlukannya. Selain air mengalir ada, dua jenis
bahan pencuci tangan yang dibutuhkan yaitu : sabun atau detergen
dan larutan antiseptic.
b) Sabun
Bahan
tersebut
tidak
membunuh
mikroorganisme
tetapi
tegangan
permukaan
sehingga
mikroorganisme
terlepas dari permukaan kulit dan mudah terbawa oleh air. Jumlah
mikroorganisme
semakin
berkurang
dengan
meningkatnya
12
Memiliki
efek
yang
luas,
menghambat
atau
merusak
pertumbuhan.
Tidak mengakibatkan iritasi kulit.
Tidak menyebabkan alergi.
Efektif sekali pakai, tidak perlu diulang ulang.
Dapat diterima secara visual maupun estetik.
d) Lap tangan yang bersih dan kering
3.4 Prosedur Standar Membersihkan Tangan
Teknik Membersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir harus
dilakukan seperti dibawah ini:
a) : Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih.
b) : Tuangkan 3 5 cc sabun cair untuk menyabuni seluruh permukaan
tangan.
c) : Ratakan dengan kedua telapak tangan.
d) : Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan
dan sebaliknya.
e) : Gosok kedua telapak dan sela-sela jari.
f) : Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mencuci.
g) : Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
h) : Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan
sebaliknya.
i) : Bilas kedua tangan dengan air mengalir.
j) : Keringkan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel sampai
benar-benar kering.
13
ulang.
Jangan menambahkan sabun cair kedalam tempatnya bila masih ada
isinya, penambahan ini dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada
14
patuh
pada
praktek
mencuci
tangan
yang
telah
15
kepatuhan.
Mempertimbangkan kenyamanan petugas dan pilihan yang efektif
untuk menjaga kebersihan tangan sehingga membuat petugas lebih
mudah mematuhinya.
Selain itu salah satu cara mudah untuk meningkatkan kepatuhan
adalah dengan menyediakan botol kecil handrub antiseptic untuk setiap
petugas. Pengembangan produk dimulai dari observasi bahwa teknik
pencucian tangan yang tidak layak serta rendahnya kepatuhan akan
menjadikan tidak efektifnya rekomendasi untuk menjaga kebersihan
tangan. Pemakaian handrub antiseptic yang murah dengan pembuatannya
yang mudah dapat meminimalisasi banyak factor yang menghambat
penerapan panduan yang telah direkomendasikan. Sebagai tambahan,
handrub lebih efektif disbanding mencuci tangan dengan sabun biasa atau
sabun antiseptic karena dapat disediakan diberbagai tempat sesuai jumlah
yang dibutuhkan, tidak memerlukan sumber air, waktu lebih singkat dan
kurang menimbulkan iritasi kulit. (tidak kering, pecah-pecah atau
merekah). Dengan demikian, handrub antiseptic dpat menggantikan proses
cuci tangan dengan sabun dan air sebagai prosedur utama untuk
meningkatkan kepatuhan (Larson et al 2000; Pittet et al 2000). Penyediaan
handrub bagi petugas tanpa disertai pelatihan dan motivasi yang
berkesinambungan tidak akan meningkatkan praktik kebersihan tangan
untuk jangka panjang. Tidak cukup dengan hanya menyediakan dispenser
handrub antiseptic (Muto dkk 2000).
Cara kedua adalah menganjurkan para petugas menggunakan
produk perawatan tangan (losion pelembab dan cream) untuk membantu
mencegah iritasi kulit dan dermatitis kontak yang berhubungan dengan
seringnya mencuci tangan, terutama dengan sabun atau detergen yang
mengandung agen antiseptik. Tidak hanya petugas menjadi puas akan
hasilnya, namun yang terpenting, pada penelitian oleh McCormick et al.
16
(2000), kondisi kulit yang lebih baik karena penggunaan losion tangan
mengasilkan 50% peningkatkan frekuensi pencucian tangan.
Meskipun meningkatkan kepatuhan untuk menjaga kebersihan tangan
dengan panduan sulit, sejumlah program dan institusi mulai mencapai
keberhasilan. Kunci keberhasilan berasal dari berbagai intervasi yang
melibatkan perubahaan perilaku, pendidikan kreatif, monitoring dan
evaluasi, dan lebih penting adalah keterlibatan supervisor role model serta
dukungan pimpinan.
3.8 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Menjaga Keberhasilan Tangan
a) Jari Tangan
Penelitian membuktikan bahwa daerah dibawah kuku (ruang subungual)
mengandung jumlah mikroba tertinggi (McGinley, Larson dan Leydon
1988). Beberapa penelitian baru-baru ini telah memperlihatkan kuku yang
panjang dapat berperan sebagai reservoar untuk bakteri gram negatif (P.
aeruginosa), jamur dan pathogen lain (Heddeewick et al. 2000). Kuku
panjang baik yang alami maupun buatan, lebih mudah melubangi sarung
tangan (Olsen e al. 1993). Oleh karena itu, kuku harus dijaga tetap pendek,
tidak lebih dari 3mm melebihi ujung jari.
b) Kuku Buatan
Kuku buatan (pembungkus kuku, ujung kuku, pemanjang akrilik) yang
dipakai oleh petugas kesehatan dapat berperan dalam infeksi nosokomial
(Hedderwick et al. 2000). Selain itu, telah terbukti bahwa kuku buatan
dapat berperan sebagai reservoar untuk bakteri gram negatif, pemakainya
oleh petugas kesehatan harus dilarang.
c) Cat Kuku
Pengguna cat kuku saat bertugas tidak diperkenankan.
d) Perhiasan
Penggunaan perhiasan saat bertugas tidak di perkenankan.
17
Bila kulit lecet atau perlu sering-sering cuci tangan karena banyak kasus,
bias dipakai sabun lunak (tanpa antiseptik) untuk mengangkat kotoran.
Krim dan lotion pelembab bias dipakai untuk menghindari iritasi kulit.
Bila diperlukan antimikroba (a.l. kontak dengan pasien suspek SARS), dan
bila tangan tampak tidak kotor, maka sebagai alternatif bias dipakai
tidak mengalir
Jangan menambahkan sabun cair kedalam tempatnya bila masih ada
isinya, karena dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada sabun yang
dimasukkan
Jangan menggunakan baskom yang berisi air meskipun sudah ditambahi
antiseptik (dettol, savlon) karena mikroorganisme dapat bertahan dan
18
BAB IV
DOKUMENTASI
19
20