Anda di halaman 1dari 21

PANDUAN

HAND HYGIENE

RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA PADANG


JALAN GAJAH MADA GUNUNG PANGILUN
TELP. 7054318-444712 FAX 443115

BAB I
DEFINISI HANDHYGIEN
Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan
debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih atau pun
dengan menggunakan handrub berbasis alkohol. Cuci tangan merupakan prosedur
paling penting dalam pencegahan dan pengendalian infeksi. Hal ini dilakukan
karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan
patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung
ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti
handuk, gelas).
Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang,
ataupun cairan tubuh lain (seperti ingus, dan makanan/minuman yang
terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus,
dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditularkan).
Flora transien pada tangan diperoleh melalui kontak dengan pasien,
petugas kesehatan lain dan permukaan lingkungannya

(misalnya

meja periksa, lantai atau toilet). Organisme ini tinggal di lapisan luar kulit
dan terangkat dengan mencuci tangan menggunakan sabun biasa dan air
mengalir. Flora residen tinggal di lapisan kulit yang Iebih dalam serta di
dalam folikel rambut, dan tidak dapat dihilangkan seluruhnya, bahkan
dengan pencucian dan pembilasan keras dengan sabun dan air bersih.
Untungnya, pada sebagian besar kasus, flora residen kemungkinan

kecil

terkait dengan penyakit infeksi yang menular melalui udara, seperti flu
burung.

Tangan atau kuku dari petugas kesehatan dapat terkolonisasi

pada lapisan dalam oleh organisme yang menyebabkan infeksi seperti S.


aureus, batang Gram negatif atau ragi.
PBB telah mencanangkan tanggal 15 Oktober sebagai Hari Mencuci
Tangan dengan Sedunia. Ada 20 negara di dunia yang akan berpartisipasi aktif
dalam hal ini, salah satu di antaranya adalah Indonesia.

BAB II
RUANG LINGKUP
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia
untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan
dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit.
Mencuci tangan saja adalah salah satu tindakan pencegahan yang menjadi
perilaku sehat dan baru dikenal pada akhir abad ke 19. Perilaku sehat dan
pelayanan jasa sanitasi menjadi penyebab penurunan tajam angka kematian dari
penyakit menular yang terdapat pada negara-negara kaya (maju) pada akhir abad
19 ini. Hal ini dilakukan bersamaan dengan isolasi dan pemberlakuan teknik
membuang kotoran yang aman dan penyediaan air bersih dalam jumlah yang
mencukupi.
Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal ini
terbukti tidak efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan mencuci
tangan dengan sabun. Menggunakan sabun dalam mencuci tangan sebenarnya
menyebabkan orang harus mengalokasikan waktunya lebih banyak saat mencuci
tangan, namun penggunaan sabun menjadi efektif karena lemak dan kotoran yang
menempel akan terlepas saat tangan digosok dan bergesek dalam upaya
melepasnya. Didalam lemak dan kotoran yang menempel inilah kuman penyakit
hidup. Efek lainnya adalah, tangan menjadi harum setelah dicuci dengan
menggunakan sabun dan dalam beberapa kasus, tangan yang menjadi wangilah
yang membuat mencuci tangan dengan sabun menjadi menarik untuk dilakukan.
Kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien. Kebersihan
tangan merupakan hal yang paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi.
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir bila tangan terlihat kotor atau
terkontaminasi dengan bahan-bahan protein. Gunakan handrub berbaris alkohol
secara rutin untuk dekontaminasi tangan, jika tangan tidak terlihat ternoda. Jangan
gunakan handrub berbasis alcohol jika tangan terlihat kotor. Jangan gunakan
produk berbasis alcohol setelah menyentuh kulit yang tidak utuh, darah atau
cairan tubuh. Pada kondisi ini cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan

keringkan dengan lap/handuk tisu sekali pakai.

Kesadaran masyarakat untuk mencuci tangan dengan sabun


Ditempat tempat dimana mencuci tangan merupakan praktik umum yang
dilakukan sehari-hari, dan banyak terdapat sabun dan air bersih, orang tidak
menyadari untuk mencuci tangannya dengan sabun. Sebuah penelitian di Inggris
mengungkapkan bahwa hanya separuh orang yang benar-benar mencuci
tangannya setelah membuang hajat besar/ kecil. Penelitian lain di Amerika Serikat
pada dokter-dokter disana terungkap bahwa dokter banyak lupa mencuci
tangannya setelah menangani pasien satu dan berganti ke pasien lainnya dengan
frekuensi yang cukup tinggi. Para staf kesehatan sepenuhnya mengerti betapa
pentingnya mencuci tangan dengan sabun, namun hal ini tidak dilakukan karena:
ketiadaan waktu (tidak sempat), kertas untuk pengeringnya kasar, penggunaan
sikat yang menghabiskan waktu dan lokasi wastafel yang jauh dimana tangan
harus berkali-kali dicuci menggunakan sabun dan dikeringkan sehingga
merepotkan.
Pencucian tangan khusus dalam lingkungan medis biasanya membutuhkan
banyak sekali sabun dan air untuk memperoleh busa dan saat telapak tangan
digosok secara sistematis dalam kurun waktu 15-20 detik dengan teknik mengunci
antar tangan, setelah tangan dikeringkan pun para tenaga medis tidak
diperkenankan untuk mematikan air atau membuka pegangan pintu, apabila hal ini
mereka harus lakukan, tangan harus dilindungi dengan kertas tissue atau handuk
kering bersih.
Pada lingkungan pemukiman yang padat dan kumuh, kebiasaan mencuci
tangan dengan sabun dengan benar dapat menurunkan separuh dari penderita
diare. Penelitian ini dilakukan di Karachi, Pakistan dengan intervensi pencegahan
penyakit dengan melakukan kampanye mencuci tangan dengan sabun secara benar
yang intensif pada komunitas secara langsung. Komunitas yang mendapatkan
intervensi dan komunitas pembanding yang mirip yang tidak mendapatkan
intervensi menunjukkan bahwa jumlah penderita diare berkurang separuhnya.
Keterkaitan perilaku mencuci tangan dengan sabun dan penyakit diare,
penelitian intervensi, kontrol kasus, dan lintas sektor dilakukan menggunakan data
3

elektronik dan data yang terkumpul menunjukkan bahwa risiko relatif yang
didapat dari tidak mencuci tangan dari percobaan intervensi adalah 95 persen
menderita diare, dan mencuci tangan degan sabun dapat mengurangi risiko diare
hingga 47 persen.
Jenis sabun untuk mencuci tangan
Segala jenis sabun dapat digunakan untuk mencuci tangan baik itu sabun
(mandi) biasa, sabun antiseptik, ataupun sabun cair. Namun sabun antiseptik/ anti
bakteri seringkali dipromosikan lebih banyak pada publik. Hingga kini tidak ada
penelitian yang dapat membuktikan bahwa sabun antiseptik atau disinfektan
tertentu dapat membuat seseorang rentan pada organisme umum yang berada di
alam.
Perbedaan antara sabun antiseptik dan sabun biasa adalah, sabun ini
mengandung zat anti bakteri umum seperti Triklosan yang memiliki daftar
panjang akan resistensinya terhadap organisme tertentu. Namun zat ini tidak
resisten untuk organisme yang tidak terdapat didaftar, sehingga mereka mungkin
tidak seefektif apa yang diiklankan.
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk
mencegah penyakit diare dan ISPA, yang keduanya menjadi penyebab utama
kematian anak-anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak-anak diseluruh dunia
meninggal sebelum mencapai umur lima tahun karena penyakit diare dan ISPA.
Mencuci tangan dengan sabun juga dapat mencegah infeksi kulit, mata, cacing
yang tinggal di dalam usus, SARS, dan flu burung.
Pada sebuah penelitan yang dipublikasikan Jurnal Kedokteran Inggris
(British Medical Journal) pada November 2007 menyatakan bahwa mencuci
tangan dengan sabun secara teratur dan menggunakan masker, sarung tangan, dan
pelindung, bisa jadi lebih efektuf untuk menahan penyebaran virus ISPA seperti
flu dan SARS. Temuan ini dipublikasikan setelah Inggris mengumumkan bahwa
mereka menggandakan obat-obatan anti virus sebagai persiapan pandemik flu
yang mungkin terjadi dimasa depan. Berdasarkan 51 riset, peneliti menemukan
bahwa pendekatan melalui perlindungan fisik yang murah sebaiknya diberikan
prioritas dalam rencana nasional mengatasi pandemik flu, saat bukti-bukti banyak

menunjukkan bahwa penggunaan vaksin dan obat-obatan anti virus tidak efisien
untuk menghentikan penyebaran influenza.
Ke - 51 penelitian ini membandingkan intervensi untuk mencegah
penularan virus ISPA dari binatang ke manusia atau manusia ke manusia dengan
isolasi, karantina, menjauhkan diri secara sosial, perlindungan diri dan
perlindungan melalui perilaku sehat, intervensi lainnya hingga tidak melakukan
apapun juga. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa secara individual mencuci
tangan dengan sabun, menggunakan masker, sarung tangan dan pelindung lebih
efektif untuk menahan laju penyebaran virus ISPA, dan lebih efektif lagi bila
dikombinasikan. Para peneliti juga akan mengadakan evaluasi lanjutan akan
kombinasi manakah yang terbaik untuk diterapkan. Penelitian lainnya yang
dibulikasikan oleh Cochrane Library journal pada Oktober 2007 menemukan
bahwa mencuci tangan dengan air dan sabun adalah cara yang sederhana dan
efektif untuk menahan virus ISPA, mulai dari virus flu sehari-hari hingga virus
pandemik yang mematikan.
Sebuah penelitian lain tentang kebijakan kesehatan yang dilakukan oleh
Bank Dunia menunjukkan bahwa perilaku sehat seperti mencuci tangan dengan
sabun kurang dipromosikan sebagai perilaku pencegahan penyakit, dibandingkan
promosi obat-abatan flu oleh staf kesehatan. Hal ini diperparah apabila lokasi
penduduk terpencil dan sulit terjangkau media cetak maupun elektronik (seperti
radio dan TV).
Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan dengan sabun
1. Diare.
Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum
untuk anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30
penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabut dapat
memangkas angka penderita diare hingga separuh. Penyakit diare
seringkali diasosiasikan dengan keadaan air, namun secara akurat
sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti
tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare
berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat
manusia sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah

menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi, makanan mentah, dan


peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau terkontaminasi
akan tempat makannya yang kotor. Tingkat keefektifan mencuci tangan
dengan sabun dalam penurunan angka penderita diare dalam persen
menurut tipe inovasi pencegahan adalah: Mencuci tangan dengan sabun
(44%), penggunaan air olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan
kesehatan (28%), penyediaan air (25%), sumber air yang diolah (11%)
2. Infeksi saluran pernapasan
Infeksi saluran pernapasan adalah penyebab kematian utama untuk anakanak balita. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi
saluran pernapasan ini dengan dua langkah: dengan melepaskan patogenpatogen pernapasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak
tangan dan dengan menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya
(terutama virus entrentic) yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun
juga gejala penyakit pernapasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan
bahwa praktik-praktik menjaga kesehatan dan kebersihan seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan/ buang air besar/kecil - dapat
mengurangi tingkat infeksi hingga 25 persen. Penelitian lain di Pakistan
menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun mengurangi infeksi
saluran pernapasan yang berkaitan dengan pnemonia pada anak-anak
balita hingga lebih dari 50 persen.
3. Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit,
Penelitian juga telah membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran
pernapasan penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian
penyakit kulit; infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya
untuk ascariasis dan trichuriasis.
Salah satu jalan utama masuknya bibit penyakit adalah tangan. Mencuci
tangan dengan air yang mengalir dan sabun sangat disarankan untuk dijadikan
sebuah budaya dan kebiasaan sehari-hari. Tangan yang kotor bisa jadi penyebab
utama berbagai penyakit, salah satunya terkena diare. Kita tidak bisa meremehkan

penyakit diare karena terbukti saat ini diare adalah penyebab nomor dua kematian
pada balita.
Bibit penyakit biasanya masuk ke tubuh kita melalui 2 jalan. Yang pertama
adalah melalui tangan dan satu lagi melalui hidung. Dengan mencuci tangan
dengan air yang mengalir dan sabun secara rutin maka secara otomatis tubuh kita
akan terlindung dari bibit penyakit yang masuk melalui tangan.
Sampai saat ini ternyata bukan hanya anak-anak saja yang malas untuk
mencuci tangan, sebagian besar orang dewasa juga masih sulit untuk
membiasakan diri untuk mencuci tangannya. Karena itulah kampanye pentingnya
mencuci tangan melalui media kepada masyarakat luas harus terus di lakukan.
Berikut adalah 5 fakta pentingnya melakukan cuci tangan dengan memakai
sabun:
1. Mencuci tangan dengan menggunakan air saja tidak cukup karena lemak
dan kotoran masih menempel di tangan.
2. Mencuci tangan dengan memakai sabun selain menghilangkan lemak dan
kotoran yang menempel ditangan juga akan mencegah timbulnya berbagai
penyakit yang disebabkan oleh kuman, seperti radang tenggorokan,
masalah saluran pernafasan, disentri, diare, iritasi kulit, biang keringat,
mata merah, jerawat, bau badan, dan tipus.
3. Setelah ke jamban dan sebelum menyentuh makanan (sebelum mengolah
atau memakan makanan) adalah saat-saat yang sangat penting untuk
mencuci tangan dengan memakai sabun karena dapat menghilangkan
kuman yang menempel ditangan.
4. Membiasakan diri mencuci tangan dengan memakai sabun adalah kegiatan
preventif yang paling murah dan efektif dan dapat mengurangi biaya
pengobatan kesehatan kita.
5.

Kebiasaan cuci tangan pakai sabun sangat berpengaruh dalam dunia


pendidikan karena penyakit yang disebabkan oleh kuman seperti diare
seringkali membuat para siswa tidak masuk sekolah. Salah satu penelitian
yang dilakukan di luar negeri menunjukkan membiasakan cuci tangan
pakai sabun bisa mengurangi absesi sekolah sekitar 42 persen.

Perilaku dan penelitian tentang mencuci tangan dengan sabun di dunia


Berbagai macam masyarakat di dunia mencuci tangan dengan sabun untuk
alasan yang berbeda-beda, walaupun pada umumnya perilaku mencuci tangan
dengan sabun itu secara luas diketahui untuk membersihkan tangan dari kuman
namun perilaku ini tidak otomatis dilakukan untuk tujuan tersebut.

Sebuah studi awal dengan pendekatan kualitatif di Kerala, India


menunjukkan bahwa orang dewasa menginginkan tangan yang bersih atas
dasar kenyamanan, tangan yang tidak bau, menunjukkan kecintaan mereka
terhadap anak-anaknya, dan mempraktikkan tanggung jawab sosial mereka
dalam masyarakat.

Di Ghana, tercatat 25 persen dari seluruh kematian yang dialami oleh


balita adalah diakibatkan oleh diare, penyakit ini juga menjadi tiga besar
penyakit yang diderita oleh anak-anak. Balita umumnya mengalami tiga
hingga lima kali diare selama satu tahun dan jumlah yang kurang lebih
sama dialami oleh penderita penyakit infeksi pernapasan. Perhitungan ini
berarti 9 juta kejadian penyakit diare dapat dicegah setiap tahunnya
dengan mencuci tangan menggunakan sabun. Penduduk di Ghana adalah
pengguna sabun yang aktif, mereka membeli banyak sabun untuk
kebutuhan sehari-harinya. Namun hampir seluruh sabun digunakan untuk
mencuci piring dan mandi. Pada penelitian mendasar yang dilakukan di
Ghana, 75 persen ibu rumah tangga mengaku telah mencuci tangan mereka
dengan sabun, namun setelah dilakukan penelitian terstruktur, ternyata
hanya 3 persen yang benar-benar melakukannya, sementara 32 persen
hanya mencuci tangan mereka dengan air. Beberapa alasan mengapa ibuibu ini menggunakan sabun karena mereka merasa merasa tangan terasa
bersih dan segar setelah kotoran terlepas, mencuci tangan ddengan sabun
juga merupakan salah satu cara untuk menunjukkan bahwa mereka
menyayangi anak mereka, dan pada saat yang sama meningkatkan status
sosial mereka. Kampanye mencuci tangan dengan sabun dimulai pada
tahun 2003 di Ghana melibatkan masyarakat dan pihak swasta (Procter &
Gamble) dan pada tahun 2007 menunjukkan 13 persen kenaikan perilaku

mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet dan 41 persen


kenaikan perilaku mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.

Indonesia perilaku sanitasi pada umumnya diperkenalkan melalui program


pemerintah pada tahun 1970, dimana masyarakat diajarkan untuk
menggunakan MCK dan mandi dua kali sehari (Lumajang, Jawa). Lalu
program ini dilanjutkan dengan memperkenalkan perilaku sehat mencuci
tangan dengan sabun sebelum makan di sekolah-sekolah dasar. Guru dan
staf kesehatan bersama membuat tempat air (dari kaleng cat bekas atau
ember plastik, apapun yang tersedia) untuk digunakan oleh anak-anak.
Lalu para staf kesehatan melatih guru untuk memeriksa kebersihan para
muridnya. Di Pakel, Lumajang, guru juga menyimpan catatan kebersihan
anak didiknya untuk melihat apakah perilaku mereka berubah, dalam
catatan terlihat bahwa selain penurunan tingkat absensi (tidak sekolah),
kini anak-anak juga menjadi rajin beribadah tengah hari karena tersedianya
air untuk wudhu, yang sebelumnya tidak bisa mereka lakukan karena
kesulitan akses air.. Di daerah lain di Indonesia perilaku mencuci tangan
dengan sabun juga diperkenalkan melalui program dokter kecil di tahun
2007. Dalam sinetron Si Entong yang ditayang di TPI pada 31 Agustus
2008, tampak Entong menjadi pelaku penyuluhan cilik mengajak
masyarakat untuk mencuci tangan di pos kesehatan di kediamannya.
Perilaku mencuci tangan dengan sabun untuk memutus mata rantai
penularan penyakit juga menjadi salah satu strategi nasional oleh
Departemen Kesehatan dengan tujuan membangun masyarakat yang
mandiri untuk hidup sehat. Strategi STBM ini juga merupakan
implementasi strategi utama

Departemen Kesehatan yaitu untuk

memobilisasi dan memberdayakan masyarakat agar memilih hidup sehat.

Pada sebuah penelitian di Filipina yang dipublikasikan oleh Bank Dunia


pada tahun 2008 perilaku praktik-pratek kesehatan yang baik, seperti
mencuci tangan dengan sabun dapat mengurangi biaya-biaya kesehatan
hingga US$455 juta dollar. Sumbangan terbesar dari angka ini terkait
dengan angka kematian (yang menjadi biaya terbesar), dan biaya lainnya
terkait dari dampak ekonomi seperti kehilangan kesempatan (waktu) untuk

sekolah dan memperoleh pendidikan karena sakit, hilangnya waktu


produktifitas anggota keluarga karena harus mengurus penderita, biayabiaya yang harus dibayar di fasilitas kesehatan termasuk biaya
administrasi, obat, penanganan kesehatan, dan transportasi..

Pakistan
Upaya mensosialisasikan perilaku sehat sanitasi dan mencuci tangan
dengan sabun di Nigeria dimulai oleh sebuah program yang diprakarsai
oleh UNICEF dengan menggunakan anak sekolah sebagai agen
perubahan. Dalam membentuk perilaku sanitasi mandiri dan pengetahuan
akan hidup yang bersih dan sehat anak-anak sekolah dirangsang untuk
membentuk kelompok kelompok sekolah seperti klub sehat & hak untuk
anak, yang melibatkan orang tua dan mengajak partisipasi komunitas di
desa untuk ikut serta dalam proyek-proyek sanitasi. Salah satu sekolah
memprakarsai

Klub

Lingkungan

Sehat

dimana

para

murid

mempromosikan perilaku mencuci tangan dengan sabun untuk komunitas


dan memperkenalkan teknik-teknik untuk menjaga kebersihan air dalam
penggunaannya sehari-hari di rumah dan berusaha agar pengetahuan untuk
hidup bersih ini diterapkan dirumah. Dengan pertolongan dari guru-guru
sekitar 12 anak perempuan dan 18 anak lelaki yang mendirikan klub lalu
mengoperasikan dan merawat fasilitas klub serta mengawasi penggunaan
sumur bor. Klub tersebut membiayai aktivitasnya dengan menjual ember
plastik dan bejana tembikar yang dilengkapi dengan keran. Dua tahun
setelah intervensi ini, perilaku mencuci tangan dengan sabun meningkat
hingga 95 persen. Guru mulai melaporkan bahwa para murid datang
kesekolah dalam keadaan bersih, dan kasus cacingan serta penyakitpenyakit kulit lainnya berkurang. Tidak hanya itu, angka kehadiran murid
pun naik dengan teratur per tahunnya, dari 320 murid ketika program
pertama kali diperkenalkan, hingga 538 murid pada tahun 2001.
BAB III
TATA LAKSANA
3.1 Hal hal yang perlu diingat saat membersihkan tangan

10

1. Bila jelas terlihat kotor atau terkontaminasi oleh bahan yang


mengandung protein, tangan harus dicuci dengan sabun dan air
mengalir.
2. Bila tangan tidak jelas terlihat kotor atau terkontaminasi, harus
digunakan antiseptic berbasis alkohol untuk dekontaminasi tangan
rutin.
3. Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan.

3.2 Indikasi kebersihan tangan


1. Segera

: segera tiba ditempat kerja.

2. Sebelum

a)
b)

Kontak langsung dengan pasien


Memakai sarung tangan sebelum pemeriksaan klinis dan tindakan

invasif.
c) Menyediakan / mempersiapkan obat-obatan.
d) Mempersiapkan makanan.
e) Memberi makan pasien.
f) Meninggalkan rumah sakit.
3. Diantara

: prosedur terntentu pada pasien yang sama dimana tangan


terkontaminasi, untuk menghindari terkontaminasi ulang.

4. Setelah
a)
b)
c)
d)

kontak dengan pasien


melepas sarung tangan.
melepas alat pelindung diri.
kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, eksudat luka
dan peralatan yang diketahui atau kemungkinan terkontaminasi
dengan darah, cairan tubuh, ekskresi tubuh apakah menggunakan

atau tidak menggunakan sarung tangan.


e) menggunakan toilet, menyentuh/melap hidung dengan tangan.
3.3 Persiapan Membersihkan Tangan
a) Air Mengalir

11

Sarana utama untuk cuci tangan adalah air mengalir dengan saluran
pembuangan atau bak penampung yang memadai. Dengan guyuran
air mengalir tersebut maka mikroorganisme yang terlepas karena
gesekan mekanis atau kimiawi saat cuci tangan akan terhalau dan
tidak menempel lagi dipermukaan kulit. Air menalir tersebut dapat
berupa kran atau dengan cara mengguyur dengan gayung, namun
cara mengguyur dengan gayung memiliki risiko cukup besar untuk
terjadinya pencemaran, baik melalui gagang gayung ataupun
percikan air bekas cucian kembali ke bak penampung air bersih.
Air kran bukan berarti harus dari PAM, namun dapat diupayakan
secara sederhana dengan tangki berkran di ruang pelayanan /
perawat kesehatan agar mudah dijangkau oleh para petugas
kesehatan yang memerlukannya. Selain air mengalir ada, dua jenis
bahan pencuci tangan yang dibutuhkan yaitu : sabun atau detergen
dan larutan antiseptic.
b) Sabun
Bahan

tersebut

tidak

membunuh

mikroorganisme

tetapi

menghambat dan mengurangi jumlah mikroorganisme dengan jalan


mengurangi

tegangan

permukaan

sehingga

mikroorganisme

terlepas dari permukaan kulit dan mudah terbawa oleh air. Jumlah
mikroorganisme

semakin

berkurang

dengan

meningkatnya

frekuensi cuci tangan, namun dilain pihak dengan seringnya


menggunakan sabun atau detergen maka lapisan lemak kulit akan
hilang dan membuat kulit menjadi kering dan pecah pecah
c) Larutan Antiseptik
Larutan antiseptic atau disebut juga antimikroba topical, diapakai
pada kulit atau jaringan hidup lainnya untuk menghambat aktivitas
atau membunuh mikroorganisme pada kulit. Antiseptic memiliki
bahan kimia yang memungkinkan untuk digunakan pada kulit dan
selaput mukosa. Antiseptic memiliki keragaman dalam hal

12

efektivitas, aktivitas, akibat dan rasa pada kulit setelah dipakai


sesuai dengan keragaman jenis antiseptic tersebut dan reaksi kulit
masing-masing individu.
Kulit manusia tidak dapat disterilkan. Tujuan yang ingin dicapai
adalah penurunan jumlah mikroorganisme pada kulit secara maksimal
terutama kuman transien. Criteria memilih antiseptic adalah sebagai
berikut :

Memiliki

efek

yang

luas,

menghambat

atau

merusak

mikroorganisme secara luas (gram positif dan gram negatif, virus

lipofilik, bacilius dan tuberculosis, fungsi, endospora).


Efektivitas.
Kecepatan aktivitas awal.
Efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam

pertumbuhan.
Tidak mengakibatkan iritasi kulit.
Tidak menyebabkan alergi.
Efektif sekali pakai, tidak perlu diulang ulang.
Dapat diterima secara visual maupun estetik.
d) Lap tangan yang bersih dan kering
3.4 Prosedur Standar Membersihkan Tangan
Teknik Membersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir harus
dilakukan seperti dibawah ini:
a) : Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih.
b) : Tuangkan 3 5 cc sabun cair untuk menyabuni seluruh permukaan
tangan.
c) : Ratakan dengan kedua telapak tangan.
d) : Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan
dan sebaliknya.
e) : Gosok kedua telapak dan sela-sela jari.
f) : Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mencuci.
g) : Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
h) : Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan
sebaliknya.
i) : Bilas kedua tangan dengan air mengalir.
j) : Keringkan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel sampai
benar-benar kering.
13

k) : Gunakan handuk sekali pakai atau tissuer towel untuk menutup


kran.
Karena mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak pada keadaan lembab
dan air yang tidak mengalir, maka :
-

Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengisian

ulang.
Jangan menambahkan sabun cair kedalam tempatnya bila masih ada
isinya, penambahan ini dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada

sabun yang dimasukan.


Jangan menggunakan baskom yang berisi air. Meskipun memakai
tambahan antiseptic (seperti : dettol atau savlon), mikroorganisme dapat
bertahan dan berkembang biak dalam larutan ini (rutala 1996).
3.5 Handrub Antiseptik (handrub berbasis alcohol)
Penggunaan handrub antiseptic untuk tangan yang bersih lebih efektif
membunuh flora residen dan flor transien daripada mencuci tangan dengan
sabun antiseptic atau dengan sabun biasa dan air. Antiseptik ini cepat dan
mudah digunakan serta mengasilkan penurunan jumlah flora tangan awal
yang lebih besar (Girou et al.2002). handrub antiseptic juga berisi emolien
seperti gliserin, glisol propelin, atau sorbitol yang melindungi dan
melembutkan kulit.
Teknik untuk menggosok tangan dengan antiseptik dijelaskan dibawah ini:
Langkah1 : Tuangkan handrub berbasis alcohol untuk dapat mencakup
seluruh permukaan tangan dan jari ( kira-kira satu sendok teh).
Langkah2 : Gosokan larutan dengan teliti dan benar pada kedua belah
tangan, khusunya diantara jari-jari jemari dan dibawah kuku hingga
kering.
Agar efektif, gunakan secukupnya larutan handrub sesuai petunjuk pabrik
(sekitar satu sendok the, 3-5cc).

14

Handrub antiseptic tidak menghilangkan kotoran atau zat organic,


sehingga jika tangan sangat kotor atau terkontaminasi oleh darah atau
cairan tubuh, harus mencuci tangan dengan sabun dan air terlebih dahulu.
Selain itu, untuk mengurangi penumpukan emolien pada tangan setelah
pemakai handrub antiseptic berulang, tetap diperlukan mencuci tangan
dengan sabun dan air setiap kali setelah 5-10 aplikasi handrub. Terakhir,
handrub yang hanya berisi alcohol sebagai bahan aktifnya, memiliki efek
residual yang terbatas dibandingkan dengan handrub yang berisi campuran
alcohol dan antiseptic seperti khlorheksidin.

3.6 Upaya Meningkatkan Kebersihan Tangan


Mencuci tangan telah dianggap sebagai salah satu tindakan untuk
mengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah infeksi selama lebih
dari 150 tahun. Penelitian Semmelweis (1861) dan banyak penelitian
lainnya memperlihatkan bahwa penularan penyakit menular dari pasien ke
pasien mungkin terjadi melalui tangan petugas kesehatan. Menjaga
kebersihan tangan dengan baik dapat mencegah penularan mikroorganisme
dan menurunkan frekuensi infeksi nosokomial (boyce 1999, Larson 1995).
Masalah yang sering timbul adalah bagaimana membuat petugas
kesehatan

patuh

pada

praktek

mencuci

tangan

yang

telah

direkomendasikan. Meskipun sulit untuk merubah kebiasaan mengenai hal


ini, ada beberapa cara yang dapat meningkatkan keberhasilan seperti :
-

Menyebar luaskan panduan terbaru mengenai praktek menjaga


keberhasilan tangan dimana tercantum bukti mengenai efektifitasnya
dalam mencegah penyakit dan perlunya petugas kesehatan untuk

mengikuti panduan tersebut.


Melibatkan pimpinan/pengelola rumah sakit dalam diseminasi dan

penerapan pedoman kebersihan tangan.


Menggunakan teknik pendidikan yang efektif, termasuk role model
(khususnya supervisor), mentoring, monitoring, dan umpan baik positif.

15

Menggunakan pendekatan kinerja yang ditargetkan ke semua petugas


kesehatan, bukan hanya dokter dan perawat, untuk meningkatkan

kepatuhan.
Mempertimbangkan kenyamanan petugas dan pilihan yang efektif
untuk menjaga kebersihan tangan sehingga membuat petugas lebih
mudah mematuhinya.
Selain itu salah satu cara mudah untuk meningkatkan kepatuhan
adalah dengan menyediakan botol kecil handrub antiseptic untuk setiap
petugas. Pengembangan produk dimulai dari observasi bahwa teknik
pencucian tangan yang tidak layak serta rendahnya kepatuhan akan
menjadikan tidak efektifnya rekomendasi untuk menjaga kebersihan
tangan. Pemakaian handrub antiseptic yang murah dengan pembuatannya
yang mudah dapat meminimalisasi banyak factor yang menghambat
penerapan panduan yang telah direkomendasikan. Sebagai tambahan,
handrub lebih efektif disbanding mencuci tangan dengan sabun biasa atau
sabun antiseptic karena dapat disediakan diberbagai tempat sesuai jumlah
yang dibutuhkan, tidak memerlukan sumber air, waktu lebih singkat dan
kurang menimbulkan iritasi kulit. (tidak kering, pecah-pecah atau
merekah). Dengan demikian, handrub antiseptic dpat menggantikan proses
cuci tangan dengan sabun dan air sebagai prosedur utama untuk
meningkatkan kepatuhan (Larson et al 2000; Pittet et al 2000). Penyediaan
handrub bagi petugas tanpa disertai pelatihan dan motivasi yang
berkesinambungan tidak akan meningkatkan praktik kebersihan tangan
untuk jangka panjang. Tidak cukup dengan hanya menyediakan dispenser
handrub antiseptic (Muto dkk 2000).
Cara kedua adalah menganjurkan para petugas menggunakan
produk perawatan tangan (losion pelembab dan cream) untuk membantu
mencegah iritasi kulit dan dermatitis kontak yang berhubungan dengan
seringnya mencuci tangan, terutama dengan sabun atau detergen yang
mengandung agen antiseptik. Tidak hanya petugas menjadi puas akan
hasilnya, namun yang terpenting, pada penelitian oleh McCormick et al.

16

(2000), kondisi kulit yang lebih baik karena penggunaan losion tangan
mengasilkan 50% peningkatkan frekuensi pencucian tangan.
Meskipun meningkatkan kepatuhan untuk menjaga kebersihan tangan
dengan panduan sulit, sejumlah program dan institusi mulai mencapai
keberhasilan. Kunci keberhasilan berasal dari berbagai intervasi yang
melibatkan perubahaan perilaku, pendidikan kreatif, monitoring dan
evaluasi, dan lebih penting adalah keterlibatan supervisor role model serta
dukungan pimpinan.
3.8 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Menjaga Keberhasilan Tangan
a) Jari Tangan
Penelitian membuktikan bahwa daerah dibawah kuku (ruang subungual)
mengandung jumlah mikroba tertinggi (McGinley, Larson dan Leydon
1988). Beberapa penelitian baru-baru ini telah memperlihatkan kuku yang
panjang dapat berperan sebagai reservoar untuk bakteri gram negatif (P.
aeruginosa), jamur dan pathogen lain (Heddeewick et al. 2000). Kuku
panjang baik yang alami maupun buatan, lebih mudah melubangi sarung
tangan (Olsen e al. 1993). Oleh karena itu, kuku harus dijaga tetap pendek,
tidak lebih dari 3mm melebihi ujung jari.
b) Kuku Buatan
Kuku buatan (pembungkus kuku, ujung kuku, pemanjang akrilik) yang
dipakai oleh petugas kesehatan dapat berperan dalam infeksi nosokomial
(Hedderwick et al. 2000). Selain itu, telah terbukti bahwa kuku buatan
dapat berperan sebagai reservoar untuk bakteri gram negatif, pemakainya
oleh petugas kesehatan harus dilarang.
c) Cat Kuku
Pengguna cat kuku saat bertugas tidak diperkenankan.
d) Perhiasan
Penggunaan perhiasan saat bertugas tidak di perkenankan.

17

3.9 Panduan Tambahan Untuk Cuci Tangan

Bila kulit lecet atau perlu sering-sering cuci tangan karena banyak kasus,
bias dipakai sabun lunak (tanpa antiseptik) untuk mengangkat kotoran.

Krim dan lotion pelembab bias dipakai untuk menghindari iritasi kulit.
Bila diperlukan antimikroba (a.l. kontak dengan pasien suspek SARS), dan
bila tangan tampak tidak kotor, maka sebagai alternatif bias dipakai

antiseptik gel setelah kontak.


Dispenser sabun harus dibersihkan dulu sebelum pengisian ulang, karena
mikroorganisme berkembang biak pada keadaan lembab dan pada air yang

tidak mengalir
Jangan menambahkan sabun cair kedalam tempatnya bila masih ada
isinya, karena dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada sabun yang

dimasukkan
Jangan menggunakan baskom yang berisi air meskipun sudah ditambahi
antiseptik (dettol, savlon) karena mikroorganisme dapat bertahan dan

berkembangbiak dalam larutan ini


Jika air mengalir tidak tersedia, gunakan wadah air dengan kran atau
gunakan ember dan gayung, tampung air yang telah digunakan dalam
ember dan buanglah ditoilet.

18

BAB IV
DOKUMENTASI

19

20

Anda mungkin juga menyukai