Asupan Cairan
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah 2500 cc per hari.
Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain. Pengaturan
mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus
dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi
ketidakseimbangan volume cairan tubuh yang dimana asupan cairan kurang atau adanya
perdarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah.
2.3.2.
Pengeluaran Cairan
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada orang
dewasa, dalam kondisi normal adalah 2300 cc. Jumlah air yang paling banyak keluar berasal
dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak 1500 cc per hari pada orang dewasa. Hal ini juga
dihubungkan dengan banyaknya asupan air melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan
pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur, dan sering dilakukan dalam praktik klinis.
Pengeluaran cairan dapat pula dilakukan melalui kulit (berupa keringat) dan saluran pencernaan
(berupa feses).
Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan asupan dan
pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan pernapasan, demam,
keringat, dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan. Kondisi lain yang
dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan adalah muntah secara terus-menerus.
Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:
1.
Urine
Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika urinaria. Proses ini
merupakan proses pengeluaranm cairan tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal disaring pada
glomerulus dan dalam tubulus ginjal untuk kemudian diserap kembali ke dalam aliran darah.
Hasil eksresi terakhir proses ini adalah urine.
Jika terjadi pennurunan volume dalam sirkulasi darah, reseptor antrium jantung kiri dan
kanan akan mengirimkan impuls ke otak, kemudian otak akan mengirimkan impuls kembali ke
ginjal dan memproduksi ADH sehingga memengaruhi pengeluaran urine.
2.
Keringat
Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang panas. Keringat
dapat mengandung garam, urea, asam laktat, dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang
keluar akan memengaruhi kadar natrium dalam plasma.
3.
Feses
Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat. Pengeluaran air melalui
feses merupakan pengeluaran cairan yang paling sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar
melalui feses jumlahnya berlebihan, maka dapat menyebabkan tubuh menjadi lemas. Jumlah
rata-rata pengeluaran cairan memalui feses adalah 100 ml/hari.
Perawat harus memiliki kompetensi yang baik dalam beberapa hal terkait dengan
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit guna penanggulangan gangguan cairan dan elektrolit.
Kompotensi tersebut meliputi terapi intravena, mengukur intake dan output cairan, dan transfusi
darah.
2.4.1. Menghitung Cairan Intravena (Infus)
Pemberian cairan intravena yaitu memasukkan cairan atau obat langsung kedalam
pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set. Tindakan
ini dilakukan pada klien dengan dehidrasi, sebelum transfusi darah, pra dan pasca bedah sesuai
pengobatan, serta klien yang tidak bisa makan dan minum melaui mulut.
Prosedur kerja :
1.
a.
Buka pengatur tetesan dan observasi kecepatan aliran cairan dan larutan IV ke dalam bilik
tetesan dan kemudian tutup pengatur tetesan apabila kecepatan telah sesuai dengan yang
diprogramkan.
b.
Apabila cairan tidak mengalir, rendahkan botol kantung cairan IV sampai lebih rendah dari
tempat masuknya infus dan observasi adanya aliran balik darah.
2.
Periksa catatan medis untuk pemberian larutan dan zat aditif yang tepat. Program yang
biasa di resepkan ialah pemberian larutan selama 24jam, biasanya dibagi ke dalam 2 sampai 3 L.
Kadangkala program pemberian IV hanya berisi 1 L untuk mempertahankan vena tetap terbuka
(KVO). Catatan juga memperlihatkan waktu yang diperlukan untuk menginfuskan setiap liter
cairan.
3.
Kenali faktor tetesan dalam bentuk banyaknya tetesan/ml (tts/ml) dari sebuah set infus,
misalnya :
Mikrodrip (tetes mikro) : 60 tts/ml
Makrodrip (tetes makro), yang terdiri dari :
-
Baxter
: 10 tts/ml
4.
Pilih salah satu formula berikut untuk menghitung kecepatan aliran ( tts/ml) setelah
menghitug jumah ml/ jam jika dibutuhkan.
b.
5.
Apabila digunakan pompa infus atau peralatan pengontrol volume, tempatkan alat tersebut
di sisi tempat tidur.
6.
Contohnya :
1000 ml 8 jam = 125 ml/jam atau jika 4 L diprogramkan untuk
24 jam, maka :
4000 ml 24 jam = 166,7 atau 167 ml/jam
7.
Tempelkan label volume secara vertikal pada botol atau kantung IV di sebelah garis
penunjuk volume. Beri tanda plester berdasarkan kecepatan aliran perjam.
Misalnya : Jika seluruh volume cairan akan diinfuskan dalam 8,10, dan 12 jam, masing-masing
ukuran tersebut akan ditandai dengan plester.
8. Setelah kecepatan perjam ditetapkan, hitung kecepatan permenit berdasarkan faktor tetes
didalam set infus. Set infus minidrip ini memiliki faktor tetes 60 tts/ml. Tetesan yang biasa
digunakan atau makrodrip yang digunakan pada contoh ini memiliki faktor tetes 15 tetes/ml.
Dengan menggunakan rumus, hitung kecepatan aliran permenit :
Contoh kasus :
Botol 1 : mengalirkan 125 ml/jam
Mikrodrip :
Makrodrip :
9. Hitung kecepatan aliran dengan menghitung jumlah tetesan di dalam bilik tetesan selama 1
menit dengan menggunakan jam tangan dan kemudian atur klem penggeser untuk meningkatkan
atau menurunkan kecepatan infus. Ulangi sampai kecepatan aliran akurat.
10. Ikuti prosedur ini untuk ;
a.
Pompa infus :
(1). Tempatkan monitor elektronik pada bilik tetesan di bawah asal tetesan dan di atas tinggi
cairan di dalam bilik.
(2). Tempatkan selang infus IV dengan bagian atas kotak pengontrol searah dengan aliran (mis.
Di bagian atas, bagian selang terdekat, dengan klien). Pilih jumlah tts/mnt atau volume/jam,
pintu untuk mengontrol bilik ditutup, nyalakan tombol daya dan tekan tombol start untuk
memulai.
(3). Pastikan bahwa alat pengukur kecepatan. Tetesan pada selang infus berada pada posisi
terbuka saat pompa infus digunkan.
(4). Pantau kecepatan infus sekurang-kurangnya setiap jam.
(5). Kaji kepatenan sistem IV ketika alarm berbunyi.
b. Peralatan pengontrol volume
(1). Tempatkan peralatan pengontrol volume diantara kantung IV dan isertion spike dan set infus
(2). Masukan cairan yang akan diberikan dalam 2 jam ke dalam peralatan tersebut.
(3). Kaji sistem IV sekurang-kurangnya setiap jam sekali dan tambahkan cairan ke dalam
peralatan. Atur kecepatan aliran.
11. Observasi klien setiap jam untuk menentukan respons terhadap terapi IV dan upaya
memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. Juga periksa daerah pemasangan IV untuk
melihat adanya tanda-tanda infiltrasi, inflamasi dan plebitis.
12. Catat kecepatan infus, tts/mnt, dan ml/jam dicatatan klien sesuai dengan kebijakan lembaga.
Cara Menghitung Tetesan Infus :
a.
Dewasa :
Tetesan/Menit =
Keterangan :
b.
Anak :
Tetesan/Menit =
Contoh Soal :
1.
Seorang pasien neonatus memerlukan rehidrasi dengna 250 ml infus dalam waktu 2 jam,
maka tetesan permenit ?
Jawab : Jumlah tetesan/menit =
2.4.2.
Pengukuran intake dan output cairan merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk
mengukur jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh (intake) dan jumlah cairn yang keluar dari
tubuh (output). Tujuan dari mengukur intake dan output cairan yaitu untuk menentukan status
keseimbangan cauran tubuh klien dn juga untuk menetukan tingkat dehidrasi klien.
Prosedur :
a.
Tentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh. Cairan yang masuk ke dalam tubuh
melalui air minum, air dalam makanan, air hasil oksidasi (metabolisme) dan cairan intrvena.
b.
Tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien, cairan yang keluar dari tubuh terdiri
atas urine, insensible water loss (IWL), feses, dan muntah.
c.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medika
Potter and Perry. 2006. Buku fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik edisi 4
volume 2. Jakarta : EGC