Anda di halaman 1dari 5

1.

Dari ke enam data test grafik heatflow (yang ada garis merah dan hitam) C1 yang
garis hitam ada perubahan dibanding yang lain ? Knapa?
Dimungkinkan pada sampel C1 mempunyai ikatan C yang pendek. Ikatan tersebut
cepat terurai karena terkena suhu tinggi selama pengujian, dan terbaca oleh alat yang
mengakibatkan garis tersebut menurun.

Keterangan Uji DSC-TGA


- Differential scanning calorimetry (DSC)
Analisa termal diferensial adalah teknik dimana suhu dari sample
dibandingkan dengan material referen inert selama perubahan suhu terprogram. Suhu
sample dan referen akan sama apabila tidak terjadi perubahan, namun pada saat
terjadinya beberapa peristiwa termal, seperti pelelehan, dekomposisi atau perubahan
struktur kristal pada sample, suhu dari sample dapat berada di bawah (apabila
perubahannya bersifat endotermik) ataupun di atas ( apabila perubahan bersifat
eksotermik) suhu referen.
DSC mirip dengan DTA. Sampel dan referen inert juga digunakan pada DSC
namun sel-nya didisain secara berbeda. Pada beberapa sel DSC, sampel dan referen
dipertahankan pada suhu sama selama program pemanasan. Dalam hal ini, input
panas ekstra ke sampel ( atau ke referen bila sampel mengalami perubahan
eksotermik) yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan, akan diukur. Pada sel
DSC lain, perubahsan suhu antara sampel dan referen diukur, seperti halnya DTA,
namun dengan pengaturan tertentu pada desain sel, respon yang dihasilkan adalah
kalorimetrik.
- Thermogravimetric Analysis (TGA)
Thermogravimetri adalah teknik untuk mengukur perubahan berat dari suatu
senyawa sebagai fungsi dari suhu ataupun waktu. TGA mendeteksi efek yang
melibatkan hanya perubahan massa saja.

Gambar 1 Skema termogram bagi reaksi dekomposisi satu tahap

Gambar 2. Dekomposisi CaCO3 pada atmosfer yang berbeda

Gambar 4. kurva TGA dan DTA untuk mineral kaolin. Kurva bervariasi bergantung pada
struktur sampel dan komposisi, misalnya kehilangan massa pada TGA dan diasosiasikan
dengan endoterm pada DTA yang dapat muncul dimana saja pada range 450 hingga 750oC

Gambar 5. Skema perubahan reversibel dan irreversibel


Pada studi proses-proses reversibel, yang diobservasi saat pemanasan dan pendinginan
sampel, sangat umum untuk mengamati hysteresis; misalnya, eksoterm yang tampak pada
pendinginan dapat berbeda posisi sehingga muncul pada suhu lebih rendah dari endoterm
yang berhubungan yang muncul pada pemanasan. Idealnya, kedua proses ini seharusnya
muncul pada suhu yang sama namun hysteresis berkisar antara beberapa derajat hingga
beberapa ratus derajat, umum terjadi. Perubahan reversibel yang ditunjukkan pada Gambar 5
memperlihatkan hysteresis yang rendah namun teramati dengan jelas. Hysteresis tidak saja
bergantung pada sifat material dan perubahan struktur yang terlibat transisi sulit yang
melibatkan pemutusan ikatan kuat berpotensi untuk menghasilkan banyak hysteresis, tetapi

juga bergantung pada kondisi-kondisi eksperimen, seperti laju pemanasan dan pendinginan.
Hysteresis terjadi khususnya pada pendinginan dengan laju relatif cepat; di beberapa kasus,
apabila laju pendinginan cukup cepat, perubahan dapat tiadakan sepenuhnya. Perubahan ini
dapat secara efektif dikategorikan irreversibel pada kondisi eksperimen tertentu.
2. Berdasarkan hasil uji lab ITS terdapat:
Dari Tes FTIR didapatkan data sebagai berikut :
Table 1.1
No
1

Komposisi
Polyethylene low density, Triacontane, Octadecanoic acid, Stearic acid,
Hexatriacontane, Tritriacontane, Natural Vegetable Wax
2
A2
Polyethylene low density, Triacontane, Octadecanoic acid, Stearic acid,
Hexatriacontane, Tritriacontane, Natural Vegetable Wax
3
A3
Polyethylene low density, Triacontane, Octadecanoic acid, Stearic acid,
Hexatriacontane, Tritriacontane, 1-Triacontanol, Heptacosane
4
A4
Polyethylene low density, Triacontane, Octadecanoic acid, Stearic acid,
Hexatriacontane, Tritriacontane, 1-Triacontanol
5
B1
Polypropylene, Polypropylene + 20% talcum
6
C1
Calcium carbonate, Diphenylglyoxime, Methylenecyclobutane, Penicillin G
Potassium, Poly(Vinylidene Fluoride), Methylenecyclopentane
Natural Vegetable Wax
Vegetable Wax Natural is a mixture of triglycerides and mono-esters which
produce a cost competitive structuring base for stick and gel applications that imparts
excellent skin feel properties. Vegetable Wax Natural is also an alternative to formulating
with animal derived triglyceride wax and costly butters.
Natural Vegetable Wax mempunyai karakteristik sebagai berikut :
- Mudah terdegradasi
- Sifat thermal rendah
- Umur bahan lebih pendek (tidak awet)
Natural Vegetable Wax biasanya digunakan sebagai pengental, bahan pengikat dan
pembentuk gel untuk berbagai aplikasi. Dalam sistem emulsi sederhana, pada konsentrasi
6%, Natural Vegetable Wax akan menghasilkan produk yang stabil dan akan melembabkan
produk dengan mengurangi air transepidermal. Natural wax biasanya digunakan sebagai
bahan kosmetik, makanan dan obat. Konsentrasi yang dipakai antara 2-50%.
1-Triacontanol (Melissyl alcohol)
Triakontanol adalah alkohol primer jenuh yang terdiri dari 30 karbon dan pertama
kali diisolasi dari tajuk (bagian pohon di batang) alfalfa. [2] Senyawa tersebut sangat
tak larut dalam air (kurang dari 2x10 -16M atau 9x10-14 g/l) dan dalam bentuk suspensi
koloid

Produk
A1

Talcum (3MgO4SiO2H2O)
Talcum (Talc) adalah partikel halus mineral alam yang terdiri dari magnesium dan
alumunium silika dipakai sebagai bahan pengisi kompon karet untuk menurunkan

biaya produksi. Talc digunakan meningkatkan sifat fisik seperti modulus, tegangan
putus, kekerasan, memberi warna putih, lubrikan anti lengket permukaan dan
meningkatkan ketahanan terhadap perlakuan panas.

Polypropylene Syndiotactic
Dalam polimerisasi adisi dari senyawa propilen akan terbentuk tiga jenis struktur
polimer didasari pada kedudukan atau posisi dari gugus alkil atau fenil. Gugus
alkil/fenil memiliki kedudukan yang tidak sama misalnya cis dan trans, namun
kedudukan tersebut berubah secara beraturan, maka polimer tersebut dikatakan
sebagai sindiotaktik, perhatikan Gambar 13.7, yang mengilustrasikan struktur ini.

Gambar 13.7. Struktur sindiotaktik propilen dengan gugus metil yang


berseberangan namun berubah secara teratur

Penicillin G Potasium

Poly(Vinylidene Fluoride)
Polivinil fluorida (PVF), resin sintetis yang diproduksi oleh polimerisasi vinil
klorida (CH2 = CHF) di bawah tekanan dengan adanya katalis. PVDF adalah bahan
plastik khusus dalam keluarga fluoropolymer; umumnya digunakan dalam aplikasi
yang memerlukan kemurnian tertinggi, kekuatan, dan ketahanan terhadap pelarut,
asam, basa dan panas. Dibandingkan dengan fluoropolymers lainnya, PVF mudah
mencair karena mempunyai titik leleh yang relatif rendah sekitar 177 C.

3. Apa yang menyebabkan index crystalin berbeda?


Sifat fisik material polimer seringkali dipengaruhi oleh derajat kristalitas.
Polimerkristalin biasanya lebih kuat dan lebih tahan terhadap dissolution dan
pelunakan akibat proses. Derajat kristalinitas dari polimer bergantung pada laju
pendinginan selama solidifikasi (proses dimana konfigurasi terbentuk). Adanya
cabang akan mengganggu kristalisasi, sehingga polimer yang memiliki rantai cabang
biasanya tidak memiliki derajat kristaliniti tinggi.

Kondisi real di pabrik produksi :


1. Produk A1 dan A2 secara fisik berbau apakah pengaruh dari kandungan
natural vegetable wax ? apakah berbahaya kalau dipakai untuk kemasan
makanan.

Jawab : Iya, baunya berasal dari peruraian ikatan yang ada pada natural wax.
Peruraian ikatan bisa terjadi dikarenakan adanya proses pemanasan sewaktu
proses. Natural vegetable wax tidak berbahaya, karena bahan tersebut termasuk
material biopolimer ( polimer yang berasal dari alam ). Vegetable Wax Natural
sendiri adalah campuran dari triglycerides dan mono-esters yang biasa digunakan
untuk bidang kosmetik, makanan dan obat.
2. Produk A3 dan A4 secara fisik tidak berbau apakah normal apa karena
pengaruh trioctanol ? apakah berbahaya
Jawab : Polimer berbau bisa dari berbagai faktor. Salah satunya adalah seberapa
sering polimer tersebut diproses. Hal tersebut bisa dilihat dari segi warna dan bau.
Tapi untuk lebih aman bisa dites kandungan dari polimer tersebut menggunakan
tes FTIR.
Normal, karena seharusnya produk polimer tidak terdapat bau. Trioctanol
berbahaya jika terdapat pada polimer.
3. Produk B1 secara fisik agak berdebu apakah karena pengaruh dari
kandungan talcum ? apakah berbahaya
Jawab : Pada talcum terdapat kandungan magnesium oxide mempunyai
kecenderungan mengikat kuat debu, sehingga wajar jika pada produk B1 secara
fisik agak berdebu. Bahan tersebut tidak berbahaya jika tidak dikontakkan
langsung pada makanan.
4. Produk C1 secara fisik agak berdebu apakah karena pengaruh dari
kandungan penicillin potassium dan polyvinilene fluoride ? apakah
berbahaya
Jawab :

Anda mungkin juga menyukai