Anda di halaman 1dari 29

Daftar Isi

Skenario

Kata Sulit

Pertanyaan

Jawaban

Hipotesa

Sasaran Belajar
Li. 1. Memahami dan Menjelaskan Persendian dan Fungsi Alat Gerak pada
Tubuh Manusia
Lo. 1.1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopis
Lo. 1.2. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mikroskopis

5
10

Li. 2. Memahami dan Menjelaskan Metabolisme dan Sekresi Asam Urat

11

Li. 3. Memahami dan Menjelaskan Gout Arthritis


Lo. 3.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Gout Arthritis

12

Lo. 3.2. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi

13

Lo. 3.3. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Gout Arthritis

13

Lo. 3.4. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Gout Arthritis

14

Lo. 3.5. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Gout Arthritis

15

Lo. 3.6. Memahami dan Menjelaskan Patogenesis Gout Arthritis

16

Lo. 3.7. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan dan Pemeriksaan


Penunjang Gout Arthritis

16

Lo. 3.8. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding


Gout Arthritis
Lo. 3.9. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Gout Arthritis
Li. 4. Memahami dan Menjelaskan Obat Golongan NSAID dan Uricosuric
Daftar Pustaka

17
20
21
29

SKENARIO 1
NYERI SENDI SIKU
Seorang laki laki 50 tahun, dating ke Rumah Sakit dengan keluhan sendi siku dirasakan nyeri
dan berdenyut serta menganggu rentang gerak (range of movement/ROM) sejak 2 bulan ini.
Informasi tambahan:
-

Bengkak pada metatarso phalangea I jempol ibu jari kaki 5 bulan lalu
Pernah di berikan Obat pereda nyeri dari puskesmas
Pemeriksaan fisik : adanya kemerahan pada olecranon
Pemeriksaan laboratorium : hyperurecemia
Dokter memberikan NSAID dan Uricosuric pada pasien

Kata Sulit:
1. Uricosurik
: Obat yang dapat meningkatkan ekskresi asam urat
2. Hiperuricemia
: Kadar asam urat yang berlebihan dalam darah
3. Range of Movement : Kisaran gerak sendi dari ekstensi penuh ke fleksi penuh yang
diukur dalam satuan derajat dan menggunakan alat yaitu Geniometri

Pertanyaan:
1. Apa saja gerakan ROM pada sendi siku?
2. Apa factor risiko penyebab terjadinya hyperuricemia?
3. Apa saja tanda terjadinya hyperuricemia?
4. Apa hubungan hyperuricemia dengan nyeri sendi yang dialami pasien?
5. Apa diagnose penyakit pasien?
6. Apaka bengkak hanya timbul pada MTP 1 saja atau bisa di tempat lain?
7. Apa pilihan obat NSAID yang diberikan kepada pasien?
8. Apa saja penyakit yang ditandai dengan adanya hyperuricemia?
9. Pada jaringan mana terjadinya gangguan seperti pada skenario diatas?
10. Bagaimanakah pengaruh usia dan jenis kelamin pada skenario diatas?
11. Apa saja hal yang bisa memperburuk keadaan pasien?

Jawaban:
1. Fleksi, ekstensi, pronasi, supinasi
2. Genetik, diet tinggi purin(bayam, emping, kacang-kacangan), usia, jenis kelamin,
alkohol, diet tinggi lemak, gangguan organ seperti ginjal.
3. - Bengkak terutama pada MTP-1
- Kadar asam urat dalam darah tinggi
4. Hiperuricemia membentuk kristal asam urat yang menumpuk di cairan synovial dan
menekan syaraf disekitarnya sehingga terjadilah inflamasi
5. Gout Arthritis
6. Bisa yaitu di patella, telinga, ginjal
7. Asam mefenamat sebagai analgesic dan fenil butazon sebagai anti-inflamasi
8. Osteoarthritis dan Rheumatoid Arthritis
9. Jaringan tulang rawan hyalin
10. -Lebih berpengaruh pada laki-laki karena laki-laki tidak punya hormone esterogen
- Semakin tua umur seseorang, semakin memicu retrogesif dan lebih mudah
terjadinya inflamasi
- Berkurangnya hormon esterogen pada wanita menopause atau yang sudah lanjut
usia

HIPOTESA

Adanya factor risiko seperti usia dan diet tinggi purin yang menghasilkan xantin dan
hipoxantin yang meningkatkan kadar asam urat dalam darah (P.Lab, W/P:6/7) yang disebut
Hiperuricemia. Hiperuricemia yang berlebihan menyebabkan pengendapan kristal asam urat
pada sendi sehingga terjadi inflamasi pada sendi yang menimbulkan nyeri, panas, bengkak,
kemerahan, dan menurunnya fungsi sendi. Dari gejala diatas dapat di diagnosa sebagai Gout
Arthritis. Kondisi seperti ini dapat di tatalaksanakan dengan mengonsumsi obat NSAID dan
Uricosurik.

Sasaran Belajar

L.I. 1. Memahami dan Menjelaskan Persendian dan Fungsi Alat Gerak pada Tubuh
Manusia
L.O. 1.1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopis
Sistem skeletal adalah sistem yang terdiri dari
tulang (rangka) dan struktur yang membangun
hubungan (sendi) di antara tulang-tulang tersebut.
Secara umum fungsi dari sistem skeletal adalah :
Menyediakan bentuk untuk menopang
tubuh,
Sebagai alat gerak pasif,
Melindungi organ-organ internal dari
trauma mekanik,
Menyimpan dan melindungi sumsum
tulang selaku sel hemopoietic (red bone
marrow),
Menyediakan tempat untuk menyimpan
kelebihan kalsium, dan
Menyimpan lemak (yellow bone marrow).
Pada manusia, rangka dapat dibagi menjadi dua
bagian besar, yaitu rangka aksial (membentuk sumbu tubuh, meliputi tengkorak, kolumna
vertebra, dan toraks) dan rangka apendikular (meliputi ekstremitas superior dan inferior).
Jenis-Jenis Sendi

Berdasarkan luas geraknya :


1 Synarthrosis : sendi yang tidak bergerak sama sekali.
Berdasarkan komposisi dari bahan yang mengisi pertemuan kedua sendi dibagi
menjadi :
a Sutura, diantara tulang terdapat jaringan fibrosa yang tipis sekali, contoh:
sutura sagitalis, sutura lambdoidea, sutura coronoidea
b Syndesmosis,
diantara
tulang
terdapat
jaringan
fibrosa
(ligamentum/membrana), contoh: syndesmosis radio-ulnaris. Ossa tibiafibula,
ossa metacharpalis.
c Syncrondrosis ( articulation cartilagohyalin ), diantara tulang terdapat
persambungan tulang rawan, contoh: symphisis pubis, symphisis
manubriumsterni
d Scindenlysis, satu tulang yang masuk ke dalam celah tulang
e Gamphosis, tulang yang berbentuk seperti tanduk dan masuk ke dalam lubang
tulang, contoh: gigi dan geraham
2 Ampiarthrosis : sendi yang bergeraknya sedikit.
3 Diarthrosis ( synovial ) : sendi yang dapat bergerak bebas.
Berdasarkan jumlah tulang yang bersendi:
a Art. Simplex : terdiri dari satu sendi
b Art. Composita : terdiri lebih dari satu sendi
5

Berdasarkan bentuk permukaan sendi dan tipe pergerakan :


a Arthroidea (gliding) disebut juga sendi luncur (sendi plana), merupakan
persendian yang memungkinkan gerak rotasi pada satu bidang datar. Kepala
sendi dan lekuk sendi rata. Bisa karena ampiathrosis Contoh: art.
Intercapales, art. Intertarsales, art. Sternoclavicularis, hubungan tulang
pergerlangan kaki.

Gambar 1. Sendi Luncur (Arthroidea)


b

Ginglymus (hing) disebut juga sendi engsel, merupakan persendian yang


memungkinkan gerakan satu arah. Antara permukaan konveks dan konkaf.
Contoh: art. Cubiti, art. Talocrurales, art. Interphalanges, sendi siku antara
tulang lengan atas dan tulang hasta.

Gambar 2. Sendi Engsel (Ginglymus)


Pivot (trochoidea) merupakan permukaan sendi vertical. Contoh: art. Atlanto
axialis, art. Trochoidea (radioulnaris proksimalis)

Gambar 3. Sendi vertical (Pivot)


d

Ellipsoidea (condyloidea) disebut juga sendi putar, merupakan persendian


yang memungkinkan gerakan berputar (rotasi). Permukaan sendi berbentuk
elip. Contoh: art. Radiocarpal, hubungan tulang tengkorak dengan tulang
belakang I (atlas).

Gambar 4. Sendi putar (ellipsoidea)


e

Spheroidea (a ball and socket) disebut juga sendi peluru, merupakan


persendian yang memungkinkan pergerakan ke segala arah. Kepala sendi
seperti bentuk bola masuk kedalam lekuk sendi yang dalam. Contoh: art.
Coxae, hubungan tulang lengan atas dengan tulang belikat.

Gambar 5. Sendi peluru (Spheroidea)


f

Sellaris (saddle) disebut juga sendi pelana, merupakan persendian yang


memungkinkan beberapa gerakan rotasi, namun tidak ke segala arah. Kepala
sendi dan lekuk sendi seperti orang duduk diatas plana kuda. Contoh: antara
trapezium dan metacarpal, hubungan tulang telapak tangan dan jari tangan.

Gambar 6. Sendi pelana (Sellaris)


Berdasarkan jumlah sumbu gerak
a Bersumbu satu (monoaxial) : art.interphalanx, art.talocuralis
b Bersumbu dua (biaxial) : art.radiocarpalis
c Bersumbu tiga (triaxial) : art.glenohumerale, art.coxae
Fungsi Sendi
1
2
3

Suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas tulang lainnya
Engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan baik
Melindungi ujung tulang agar tidak aus dan memungkinkan pergerakan sendi
menjadi mulus/licin
4 Sebagai penahan beban dan peredam benturan
Fungsi lain dari sendi, yaitu:
7

Fleksi, gerakan yang mendekatkan bagian dari tulang yang membentuk sendi.
Fleksi : semua otot menyilang di depan sumbu gerak, M.biceps brachii, M.brachialis
(murni sebagai otot fleksor pada articulatio cubiti), M.pronator teres,
M.brachioradialis, M.flexor carpi radialis, M.flexor carpi ulnaris, M.palmaris longus
dan M.flexor digitorum superficialis. Otot-otot tersebut yang paling kuat bekerja
sebagai fleksor adalah : M.brachioradialis, kemudian diikuti M.biceps brachii caput
longum, M.brachialis dan paling kecil adalah M.pronator teres. Otot-otot fleksor
bekerja maksimal pada articulation cubiti pada sudut antara 90o-110o.
Ekstensi, gerak berlawanan dari fleksi.
Ekstensi : semua otot yang menyilang di belakang sumbu gerak, M.triceps brachii,
M.extensor carpi radialis longus dan brevis, M.extensor digiti minimi, M.extensor
carpi ulnaris, M.supinator dan M.anconeus.
Abduksi, gerak arah sisi menjauhi bidang sagittal
Aduksi, gerak yang berlawanan arah dengan abduksi/mendekati bidang sagittal
Endorotasi, gerak berputar lateral anterior medial
Eksorotasi, gerak berputar medial
anterior lateral
Laterofleksi, gerak fleksi ke arah
samping
Sirkumdiksi, gabungan gerak rotasi
(fleksi, laterofleksi, ekstensi)

Anatomi Makroskopis
a. Ekstremitas Superior
1. Articulatio acromioclavicularis
Tulang: Merupakan suatu sendi antara pars
acromialis scapula dengan clavicula.
Jenis sendi: Articulatio plana, karna kedua
permukaan sendi rata.
Penguat
Sendi:
acromioclaviculare.

Ligamentum

2. Articulatio Humeri
Tulang

: Caput humeri dengan cavitas glenoidalis.

Jenis sendi

: Articulatio spheroidea (a ball and socket), kepala sendi seperti bentuk bola.

Penguat sendi : Ligamentum glenohumerale superior, Ligamentum glenohumerale medial.


Gerak sendi

: Fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi.

3. Articulatio cubiti
8

Merupakan Articulatio composita yang terdiri dari atas 3 sendi, yaitu Articulatiohumeroulnaris, Articlatio humero-radialis, dan Articulatio radioulnaris.
a. Articulatio humero-ulnaris dan Articulatio humero-radialis
Tulang : Antara incisura trochlearis ulna dan trochlearishumeri; dan fovea
articularis caput radii dan capitulum humeri.
Jenis sendi : Ginglymus dengan bersumbu satu.
Penguat sendi :Ligamentum colaterale ulnare, Ligamentum colateralle radiale.
Gerak sendi : Fleksi dan ekstensi.
b. Articulatio
radio-ulnaris
proximalis
Tulang : Incisura radialis ulna dan
caput radii
Jenis sendi : Pivot/ trachloidea
bersumbu satu, yaitu
sumbuvertical yang
berjalan dari caput
radii
sampai
processus styloideus
ulnae.
Penguat sendi : Ligamentum
anulare radii yang
melekat
pada
ujungincisura
radialais
dan
ligamentum
quadratum
diantara collum
radii
dan
incisuraradialais
ulna.
Gerak sendi : Supinasi & pronasi.
b. Extremitas inferior
Articulatio Sacro Iliaca
Atau persendian gelang panggul, merupakan persendian antara os sacrum dengan
os iliaca. Sendi ini merupakan sendi amphiartrosis, geraknya sedikit sekali.
Articulatio Coxae
Atau sendi paha. Persendian antara acetabulum os coxae dengan caput femoris.
Articulatio Femore Patellaris
Persendian antara facies articularis os femur dengan facies patellaris femoris os
patella.
Articulatio Genus
Atau sendi Lutut. Persendian antara articularis superior condyli medialis tibiae
dengan facies articularis inferior condyli medialis femoris.
Articulatio Tibio Fibularis
Persendian antara facies articularis fibularis tibiae dengan facies articularis capuli
fibulae.
Articulatio Talo Cruralis
9

Persendian antara articulation malleoli lateralis dengan facies melleolaris lateralis


tali.
Articulatio Talo Calcanea
Pesendian antara os talus dengan os calcaneus.
Articulatio Talo Cruralis = sendi loncat bagian atas
ArticulatioTalo Tarsalis = sendi loncat bagian bawah
Articulatio Talo Calcanearis
Articulatio Talo Calcaneo Navicularis
Articulatio Tarsotransvera CHOPART, terdiri dari :
Articulatio Talovavicularis bagian depan
Articulatio Calcaneo Cubiodea
Articulatio Tarso Metatarsea : merupakan persendian antara os metatarsalea I V
dengan os coneiformea
Articulatio metacarpo Phalangea
Articulatio Inter Phalangea

L.O. 1.2. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mikroskopis


Sendi bersifat permanen dan dapat digolongkan berdasarkan ciri susunannya menjadi 3
golongan utama:
1. Sendi fibrosa. Sendi ini dipersatukan oleh jaringan ikat padat fibrosa.
a. Sutura : Hanya terdapat pada tengkorak dan tidak bersifat permanen, karena jaringan
pengikat fibrosa dapat diganti tulang dikemudian hari, penyatuan tulang dikemudian
hari itu disebut sinostosis.
b. Sindesmosis : Sendi pada tulang yang dipersatukan oleh jaringan ikat fibrosa yang
lebih banyak daripada yang terdapat disutura, sendi macam ini seperti sendi radioulnaris yang memungkinkan gerak dalam batas tertentu.
c. Gomfosis : Sendi khusus terbatas pada gigi, maksila, dan mandibular.
2. Sendi tulang rawan (kartilaginosa)
Sendi tulang rawan disebut sebagai sendi kartilaginosa sekunder.
Untuk membedakan dengan sendi kartilaginosa primer yaitu pada sendi
diantara badan-badan vertebra yang berdektan. Permukaan tulang yang berhadapan
dilapisi tulang rawan hialin secara erat disatukan lempeng fibrokartilago. Contoh
sendi kartilago sekunder: simfisis (sendi dipubis).
3. Sendi Sinovial
Sebagian sendi kita adalah sendi sinovial.Pertemuan tulang yang berhadapan
dilapisi oleh tulang rawan sendi dan dibatasi oleh celah sempit yang berisi cairan
sinovial.Tulang rawan sendi dibentuk dari tulang rawan jenis hialin dan tulang rawan
sendi tidak memiliki saraf dan pembuluh darah.Simpai sendi untuk menyatukan tulang,
lapisan luar simpai jaringan ikat padat kolagen yang menyatu dengan periostium untuk
membungkus tulang, lapisan dalam simpai membran sinovial.Membran sinovial
menghasilkan cairan sinovial.Cairan sinovial terbentuk dari hasil dialisis plasma darah
dan limf. Unsur cairan sinovial asam hialuronat yg berikatan dengan protein. Fungsi
cairan sinovial untuk pelumas dan nutrisi tulang rawan sendi.

10

Sinovium menghasilkan cairan sinovial yang berwarna kekuningan, bening,


tidak membeku, dan mengandung lekosit. Asam hialuronidase bertanggung jawab atas
viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh pembungkus sinovial. Cairan sinovial
mempunyai fungsi sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi. Jenis sendi sinovial :

Ginglimus : fleksi dan ekstensi, monoaxis ;


Selaris : fleksi dan ekstensi, abd & add, biaxila ;
Globoid : fleksi dan ekstensi, abd & add; rotasi sinkond multi axial ;
Trochoid : rotasi, mono aksis ;
Elipsoid : fleksi, ekstensi, lateral fleksi, sirkumfleksi, multi axis.

Secara fisiologis sendi yang dilumasi cairan sinovial pada saat bergerak terjadi
tekanan yang mengakibatkan cairan bergeser ke tekanan yang lebih kecil. Sejalan
dengan gerakan ke depan, cairan bergeser mendahului beban ketika tekanan
berkurang cairan kembali ke belakang. (Price, 2005; Azizi, 2004).

L.I. 2. Memahami dan Menjelaskan Metabolisme dan Sekresi Asam Urat

Metabolisme Asam Urat


Peningkatan kadar asam urat serum dapat terjadi karena pembentukan berlebihan atau
penurunan ekskresi asam urat, atau keduanya. Untuk memahami mekanisme yang mendasari
gangguan pembentukan atau ekskresi asam urat, kita perlu membahas secara singkat sintesis
dan ekskresi normal asam urat. Asam urat adalah produk akhir metabolisme purin.
Peningkatan sintesis asam urat, suatu gambaran yang sering terjadi pada gout primer, terjadi
11

karena adanya abnormalitas pada pembentukan nukleotida purin. Sintesis nukleotida purin
terjadi melalui dua jalur, yang disebut jalur de novo dan jalur penghematan.

Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat dari prekursor
nonpurin. Substrat awal untuk jalur ini adalah ribosa-5-fosfat yang diubah melalui
serangkaian zat antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat, asam guanilat, dan
asam adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian mekanisme regulasi yang
kompleks. Yang penting dalam pembahasan ini adalah (1) pengendalian umpan-balik
negatif enzim amidofosforibosiltransferase (amido-PRT) dan 5-fosforibosil-1pirofosfat (PRPP) sintetase oleh nukleotida purin dan (2) pengaktifan amido-PRT oleh
substratnya, PRPP.
Jalur penghematan mencerminkan suatu mekanisme yang basa purin bebasnya,
yang berasal dari katabolisme nukleotida purin, pemecahan asam nukleat, dan asupan
makanan digunakan untuk membentuk nukleotida purin. Hal ini terjadi dalam reaksi
satu-tahap; basa purin bebas (hipoxantin, guanin, dan adenin) berkondensasi dengan
PRPP untuk membentuk prekursor nukleotida purin dari asam urat (setiap asam
inosinat, asam guanilat, dan asam adenilat). Reaksi ini dikatalisis oleh dua transferase:
hipoxantin guanin fosforibosiltransferase (HGPRT) dan adenin fosforibosiltransferase
(APRT).Asam urat dalam darah difiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan hampir
seluruhnya diresorpsi dalam tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang
diresorpsi kemudian di sekresikan di nefron distal dan diekskresikan melalui urine.
(Robbins, 2007)

Ekskresi Asam Urat


Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan difiltrasi secara bebas
oleh glomerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang
diresorpsi kemudian diekskresikan di nefron distal dan dikeluarkan melalui urin. Ekskresi
netto asam urat total pada manusia normal adalah 400-600 mg/24jam. Ekskresi ginjal asam
urat siang hari lebih besar dibanding malam hari(Rodwell, 1995).
Dua jalur utama sekresi asam urat yaitu melalui urikolisis dan ginjal. Urikolisis terjadi
di dalam usus oleh enzim bakteri dalam intestinal denganmengekspresikan 1/3 jumlah total
asam urat. Ginjal akan mengekskresikansisanya (Wyngaarden, 1982)
Ekskresi asam urat melalui ginjal tergantung pada kandungan purin dalammakanan.
Diet rendah purin dapat menurunkan kadar asam urat hingga 0,8mg/100 ml. Di lain pihak,
konsumsi makanan kaya purin akan mengakibatkanekskresi urin bisa mencapai 1000mg/hr
tanpa mengubah jumlah asam urat, uratyg mengalami urikolisis (Keller and Colombo, 1981).
L.I. 3. Memahami dan Menjelaskan Gout Arthritis
L.O. 3.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Gout Arthritis
Merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium
urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam cairan ekstraseluler.
Akumulasi kristal pada jaringan yang merusak tulang (tofi), batu asam urat, dan yang jarang
adalah kegagalan ginjal (gout nefro-pati). Gout ditandai dengan peningkatan kadar asam urat
dalam tubuh dan menyebabkan inflamasi (radang) pada persendian (artritis).

12

Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling sering di
sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga
mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan,
siku dan kadang di jaringan lunak dan tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada
satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi
beberapa sendi.
L.O. 3.2. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Gout Arthritis
Gout merupakan penyakit dominan pada pria dewasa. Sebagaimana disampaikan oleh
Hippocrates bahwa gout jarang pria sebelum masa remaja (adolescens) sedangkan pada
perempuan jarang sebelum menopause. Pada tahun 1986 dilaporkan prevalensi gout di
Amerika Serikat adalah 13,6/1000 pria dan 6,4/1000 perempuan. Prevalensi gout bertambah
dengan meningkatnya taraf hidup. Prevalensi di antara pria African American lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok pria Caucasian.
Di Indonesia belum banyak publikasi epidemiologi tentang arthritis pirai atau gout
arthritis. Pada tahun 1935 seorang dokter kebangsaan Belanda bernama Van der Horst telah
melaporkan 15 pasien arthritis pirai dengan kecacatan (lumpuhkan anggota gerak) dari suatu
daerah di Jawa Tengah. Penelitian lan menyatakan bahwa pasien gout yang berobat, rata-rata
sudah mengidap penyakit selama lebih dari 5 tahun. Hal ini mungkin disebabkan banyak
pasien gout yang mengobati sendiri (self medication). Satu studi yang lama di Massachusetts
(Framingham study) mendapatkan lebih dari 1% dari populasi dengan kadar asam urat
kurang dari 7 mg/100 ml pernah mendapat serangan arthritis gout akut.
L.O. 3.3. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Gout Arthritis
Gout primer: akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau
akibat dari penurunan ekskresi asam urat
Gout sekunder: pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat dari
penurunan ekskresi asam urat akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat
tertentu
a. Produksi asam urat dalam tubuh meningkat
Adanya gangguan metabolism purin bawaan (inborn error of purine metabolism)
akibat defisiensi enzim HGPRT. Kelainan ini bersifat x-linked dimana penderita
wanita biasanya asimptomatik.
Aktivitas berlebih enzim fosforibosil pirofosfat sintetase (PRPP-sintetase), juga
bersifat x-linked
Mengkonsumsi makanan yang berkadar purin tinggi (daging, jeroan, kepiting, kerang,
keju, kacang tanah, bayam, buncis, kembang kol, brokoli). Asam urat akan terbentuk
dari metabolism makanan tersebut
Akibat proses penyakit lain seperti hemolysis (mudah pecahnya sel darah merah),
leukemia (kanker sel darah putih), atau akibat dari pengobatan kanker (kemoterapi,
radioterapi)
b. Kurangnya pembuangan asam urat
13

Minum obat tertentu seperti pirazinamid (obat TB paru), HCT (obat diuretik),
betablocker seperti propranolol (obat darah tinggi)
Dalam keadaan kelaparan dan ketosis. Pada keadaan inim kekurangan kalori dipenuhi
dengan membakar lemak tubuh. Zat keton yang dihasilkan dari pembakaran lemak
akan menghambat keluarnya asam urat melalui ginjal. Akibatnya terjadi hiperurisemia
Olahraga yang terlalu berat dimana terjadi penumpukkan asam laktat sehingga
pengeluaran asam urat melalui ginjal berkurang
Mengkonsumsi alcohol yang dapat menghambat pengeluaran asam urat
c. Produksi asam urat berlebih, sedangkan pembuangannya terganggu
L.O. 3.4. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Gout Arthritis
Hiperurisemia asimptomatik
Hiperurisemia asimptomatik adalah keadaan hiperurisemia tanpa adanya manifestasi
klinik gout. Fase ini akan berakhir ketika muncul serangan akut gout arthritis, atau
urolithiasis dan biasanya setelah 20 tahun keadaan hiperurisemia asimptomatik. Terdapat 1040% pasien dengan gout mengalami sekali atau lebih serangan kolik renal, sebelum adanya
serangan arthritis. Sebuah serangan gout terjadi ketika asam urat yang tidak dikeluarkan dari
tubuh bentuk kristal dalam cairan yang melumasi lapisan sendi, menyebabkan inflamasi dan
pembengkakan sendi yang menyakitkan. Jika gout tidak diobati, kristal tersebut dapat
membentuk tofi-benjoalan di sendi dan sekitarnya (Putra, 2009).
Gout arthritis, meliputi 3 stadium :
a

Gout arthritis stadium akut

Radang sendi timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada gejala apaapa. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat
monoartikuler dengan keluhan utama berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan
gejala sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah. Lokasi yang paling sering pada
MTP-1 yang biasanya disebut podagra. Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena
sendi lain yaitu pergelangan tangan/kaki, lutut, dan siku. Faktor pencetus serangan akut
antara lain berupa trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stress, tindakan operasi,
pemakaian obat diuretik dan lain-lain.(Putra, 2009)
b

Stadium interkritikal

Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode interkritik
asimptomatik. Walaupun secara klinik tidak dapat ditemukan tandatanda radang akut, namun
pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan bahwa proses peradangan
masih terus berlanjut, walaupun tanpa keluhan.(Putra, 2009)
c

Stadium Gout arthritis menahun

Stadium ini umumnya terdapat pada pasien yang mampu mengobati dirinya sendiri (self
medication). Sehingga dalam waktu lama tidak mau berobat secara teratur pada dokter.
Artritis gout menahun biasanya disertai tofi yang banyak dan poliartikular. Tofi ini sering
pecah dan sulit sembuh dengan obat, kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder. Lokasi
tofi yang paling sering pada aurikula, MTP-1, olekranon, tendon achilles dan distal digiti.
14

Tofi sendiri tidak menimbulkan nyeri, tapi mudah terjadi inflamasi disekitarnya, dan
menyebabkan destruksi yang progresif pada sendi serta dapat menimbulkan deformitas. Pada
stadium ini kadang-kadang disertai batu saluran kemih sampai penyakit ginjal menahun.
(Putra, 2009)
L.O. 3.5. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Gout Arthritis
Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar asam urat dalam
tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang kelarutannya sangat rendah sehingga
cenderung membentuk kristal. Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi dalam
bentuk kristal mononatrium urat. Mekanismenya hingga saat ini masih belum diketahui.
Adanya kristal mononatrium urat ini akan menyebabkan inflamasi melalui beberapa cara:
1

Kristal bersifat mengaktifkan sistem komplemen terutama C3a dan C5a. Komplemen
ini bersifat kemotaktik dan akan merekrut neutrofil ke jaringan (sendi dan membran
sinovium). Fagositosis terhadap kristal memicu pengeluaran radikal bebas toksik dan
leukotrien, terutama leukotrien B. Kematian neutrofil menyebabkan keluarnya enzim
lisosom yang destruktif.

Makrofag yang juga terekrut pada pengendapan kristal urat dalam sendi akan
melakukan aktivitas fagositosis, dan juga mengeluarkan berbagai mediator
proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF. Mediator-mediator ini akan
memperkuat respons peradangan, di samping itu mengaktifkan sel sinovium dan sel
tulang rawan untuk menghasilkan protease. Protease ini akan menyebabkan cedera
jaringan.

15

L.O. 3.6. Memahami dan Menjelaskan Patogenesi Gout Arthritis

Kelebihan purin dalam tubuh akan dibawa ke hati, dipecah menjadi asam urat kemudian
dikirim melalui aliran darah ke ginjal untuk dibuang bersama urin. Ketika ginjal gagal
mengekskresikan asam urat berkurang, hati masih terus memasok asam urat ke dalam aliran
darah, sehingga asam urat akan terakumulasi dalam darah.
Bila pH darah mulai turun di bawah 7.3, maka tubuh akan mencari jalur alternatif untuk
membuang asam urat dari aliran darah. Salah satunya adalah dengan mentransfer asam urat
ke cairan interstisial. Jika kemampuan ekskresi ginjal belum normal, maka semakin banyak
asam akan dibuang ke dalam cairan interstisial dan beredar lebih lanjut ke seluruh lingkungan
internal tubuh.
Akhirnya asam urat akan meresap ke dalam cairan sinovial, mengendap dan membentuk
kristal urat yang memicu peradangan. Ketika tidak ada lebih banyak ruang di sendi untuk
menyimpan asam, maka asam urat akan mulai dideposit di dekat permukaan kulit dan
membentuk benjolan yang nyeri (tofi).

L.O. 3.7. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Gout
Arthritis
1. Pemeriksaan fisik
Bengkak pada MTP
Bersifat akut dan tiba-tiba
Demam dan malaise-Batu asam urat
Berulang setelah 1-2 tahun
Tophi : MTP, olecranon, synovium, bursa, Achilles,forearm, helixauricular
Faktor- faktor : stress, trauma, dehidrasi, purine dan asupan alkohol, obat-obatan
2. Pemeriksaan penunjang
a. Serum asam urat
Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini mengindikasikan
hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi. Kadar
asam urat normal pada pria dan perempuan berbeda. Kadar asam urat normal pada pria
berkisar 3,5 7 mg/dl dan pada perempuan 2,6 6mg/dl. Kadar asam urat diatas normal
disebut hiperurisemia

b. Angka leukosit
16

Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm. selama serangan


akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaitu 5000 10.000/mm.
c. Urine specimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi dan asam
urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250 - 750 mg/24 jam asam urat di dalam
urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat urin meningkat.
Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien
dengan peningkatan serum asam urat. Instruksikan pasien untuk menampung semua urin
dengan feses atau tisu toilet selama waktu pengumpulan.
d. Pemeriksaan radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan menunjukkan tidak
terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang progresif
maka akan terlihat jelas area terpukul pada tulang yang berada di bawah sinovial sendi.
Pemeriksaan Radiologi
Pembengkakan jaringan lunak asimetris mungkin satunya-satunya kelainan pada gout akut.
Penyakit kronis memberikan gambaran erosi tulang berupa lubang yang iregular di dekat
artikular namun biasanya tidak mengenai batas. Bisa tampak tofi jika timbul kalsifikasi.
Perubahan osteoarthritis sering ditemukan pada sendi dengan gout. Batu ginjal asam urat
bersifat radiolusen. Aspirat cairan sendi mengandung kristal jarum mononatrium urat refraktif
ganda negatif bila dilehat melalui cahaya polar. Pemeriksaan radiografi pada serangan artritis
gout pertama adalah non spesifik. Kelainan utama radiografi pada long standing adalah
inflamasi asimetri, arthritis erosive yang kadang-kadang disertai nodul jaringan lunak.

L.O.3.8 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Gout Arthritis
Gold standard dalam menegakkan gout arthritis adalah ditemukannya kristal urat
MSU (Monosodium Urat) di cairan sendi atau tofus. Untuk memudahkan diagnosis
gout arthritis akut, dapat digunakan kriteria dari ACR (American College Of
Rheumatology) tahun 1977 sebagai berikut :
Ditemukannya kristal urat di cairan sendi, atau
Adanya tofus yang berisi Kristal urat, atau
Terdapat 6 dari 12 kriteria klinis, laboratoris, dan radiologis sebagai
berikut :
17

a. Terdapat lebih dari satu kali serangan arthritis akut


b. Inflamasi maksimal terjadi dalam waktu 1 hari
c. Arthrit is monoartikuler
d. Kemerahan pada sendi
e. Bengkak dan nyeri pada MTP-1
f. Arthritis unilateral yang melibatkan MTP-1
g. Arthritis unilateral yang melibatkan sendi tarsal
h.Kecurigaan terhadap adanya tofus
i. Pembengkakan sendi yang asimetris (radiologis)
j. Kista subkortikal tanpa erosi (radiologis)
k. Kultur mikroorganisme negative pada cairan sendi
Yang harus dicatat adalah diagnosis gout tidak bisa digugurkan meskipun kadar asam
urat normal. (Hidayat, 2009)
Diagnosis Banding
1 Osteoarthritis
OA merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan kerusakan
kartilago sendi. Vertebrae, panggul, lutut, dan pergelangan kaki merupakan bagian yang
paling sering terkena OA. Gambaran mendasar pada OA adalah degenerasi tulang rawan
sendi.
OA dibagi menjadi 2, yaitu OA primer (OA yang kausanya tidak diketahui dan tidak
ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi,
dan OA sekunder (OA yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi,
metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu
lama).
OA merupakan penyakit gangguan homeostatis dari metabolisme kartilago dengan
kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya masih belum jelas diketahui.
OA ditandai dengan perubahan signifikan baik dalam komposisi maupun sifat
mekanis tulang rawan. Pada awal perjalanan penyakit, tulang rawan yang mengalami
degenerasi memperlihatkan peningkatan kandungan air dan penurunan konsentrasi
proteoglikan dibandingkan dengan tulang rawan sehat. Selain itu, tampaknya terjadi
perlemahan jarigan kolagen, karena penurunan sintesis lokal kolagen tipe II dan
peningkatan oemecahan kolagen yang sudah ada. Kadar molekul perantara tertentu,
termasuk IL-1, TNF, dan nitrit oksida, meningkat pada tulang rawan OA dan tampaknya
ikut berperan menyebabkan perubahan komposisi tulang rawan. Apoptosis juga
meningkat, yang mungkin menurunkan jumlah kondrosit fungsional. Secara
keseluruhan, perubahan ini cenderung menurunkan daya regang dan kelenturan
tulang rawan sendi.
- Sendi-sendi yang terkena
Carpometacarpal I
Metatarsofalangeal I
Sendi apofiseal tulang belakang
Lutut dan paha
Siku, pergelangan tangan, glenohumeral, pergelangan kaki paling sering
terjadi pada orang tua.
-

Manifestasi
Nyeri sendi
18

Hambatan gerakan sendi


Kaku pagi
Krepitasi
Pembesaran sendi (deformitas)
Perubahan gaya berjalan

Pemeriksaan diagnostic
Diagnosis OA biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan radiografis.
Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA:
Penyempitan celah sendi yang sering kali asimetris (lebih berat pada bagian
yang menanggung beban)
Peningkatan densitas (sklerosis) pada tulang subkondral
Kista tulang
Osteofit pada pinggir sendi
Perubahan struktur anatomi sendi

2 Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid Arthritis adalah penyakit arthritis yang sering dijumpai di masyarakat.
Merupakan penyakit autoimun kronik yang ditandai dengan kerusakan sendi sehingga
menimbulkan kecacatan, bahkan kematian. Penyakit ini banyak dampak yang
ditimbulkan selain nyeri dan kecacatan, yang berdampak pada kualitas hidup penderita.
Selain itu membutuhkan biaya yang sangat banyak untuk mengendalikan penyakitnya.
Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit autoimun yang merusak sinovium (bagian
dari sendi) yang berfungsi untuk memberikan nutrisi pelumas sendi supaya sendi mudah
bergerak. Umumnya menyerang sendi-sendi kecil, jari-jari tangan, kaki pada kedua sisi
dan simetris.
- Manifestasi
Kaku sendi pada pagi hari selama 1 jam atau lebih
Kelelahan
Kelemahan
Anoreksia
Demam ringan
Nyeri dan kaku pada banyak sendi
-

Sendi yang terlibat


Metacarpophalangeal
Pergelangan tangan
Proximal interphalangeal
Lutut
Metatarsophalangeal
Pergelangan kaki
Bahu
Midfoot (tarsus)
Panggul
Siku
Acrimoclavicular
19

Vertebrae cervical
Tempopromandibular
Sternoclavicular

L.O. 3.9. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Gout Arthritis


o Medikamentosa
Gout tidak dapat disembuhkan, namun dapat diobati dan dikontrol. Gejala-gejala
dalam 24 jam biasanya akan hilang setelah mulai pengobatan.
Gout secara umum diobati dengan obat anti inflamasi. Yang termasuk di dalamnya
adalah :
NSAIDs, seperti ibuprofen atau naproxen, secara umum diberikan untuk
mengobati serangan berat dan mendadak, obat ini biasanya menurunkan
peradangan dan nyeri dalam beberapa jam.
Kortikosteroid, dapat diberikan pada orang yang tidak dapat menggunakan
NSAIDs. Steroid bekerja sebagai anti peradangan. Steroid dapat diberikan
dengan suntikan langsung pada sendi yang terkena atau diminum dalam bentuk
tablet.
Colchicine sering juga digunakan untuk mengobati peradangan pada penyakit
gout.
Allupurinol dapat menurunkan kadar asam urat dengan cara menekan produksi
asam urat. Obat ini bekerja pada metabolisme asam urat dengan mencegah
perubahan zat purine dalam makanan menjadi asam urat. Pengobatan ini tidak
dianjurkan untuk orang dengan fungsi ginjal yang kurang, selain itu dapat
menimbulkan efek samping seperti kemerahan dan kerusakan hati.
o Non Medikamentosa
Bagi yang telah menderita gangguan asam urat, sebaiknya membatasi diri terhadap
hal-hal yang bisa memperburuk keadaan. Misalnya, membatasi makanan tinggi
purin dan memilih yang rendah purin.
Penggolongan makanan berdasarkan kandungan purin :
Golongan A: Makanan yang mengandung purin tinggi (150-800 mg/100 gram
makanan) adalah hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jeroan, udang, remis,
kerang, sardin, herring, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi (tape), alkohol
serta makanan dalam kaleng.
Golongan B: Makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100 gram
makanan) adalah ikan yang tidak termasuk golongan A, daging sapi, kerangkerangan, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis,
jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung.
Golongan C: Makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50 mg/100
gram makanan) adalah keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan.
Pengaturan diet sebaiknya segera dilakukan bila kadar asam urat melebihi 7 mg/dl
dengan tidak mengonsumsi bahan makanan golongan A dan membatasi diri untuk
mengonsumsi bahan makanan golongan B.
L.I. 4. Memahami dan Menjelaskan Obat Golongan NSAID dan Uricosuric
20

NSAID (Non Steroidal Anti Inflamasi Drugs)


Obat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan
NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat yang memiliki
khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang).
Istilah "non steroid" digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang
juga memiliki khasiat serupa. NSAID bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika.
Mekanisme kerja NSAID didasarkan atas penghambatan isoenzim COX-1
(cyclooxygenase-1) dan COX-2 (cyclooxygenase-2). Enzim cyclooxygenase ini berperan
dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari arachidonic acid.
Prostaglandin merupakan molekul pembawa pesan pada proses inflamasi (radang).
A PARA AMINO FENOL
Para amino fenol terdiri dari fenastin dan asetaminofen (parasetamol)
Farmakodinamik: efek analgesic parasetamol menghilangkan/mengurangi nyeri pada kategori
ringan-sedang.
Efek anti inflamasi : lemah, parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik.
Parasetamol merupakan penghambat biosintesis PG yang lemah.
B SALISILAT (aspirin)
Salisilat obat untuk analgesik, antipiretik dan anti inflamasi. Aspirin dosis
terapi bekerja cepat dan efektif sebagai antipiretik. Pada dosis toksik obat ini justru
memperlihatkan efek piretik sehingga terjadi demam dan hiperhidrosis padakeracunan berat.
Untuk memperoleh anti inflamasi kadar plasma perludipertahankan 250 300 mcg/ml.
Kadar ini tercapai dosis aspirin oral 4 gram per hari untuk orang dewasa. Aspirin merupakan
obat standart untuk artritis rematoid.
C SALISILAMID
Efek analgesik antipiretik salisilamid lebih lemah dari salisilat.
D DIFUNISAL
Obat ini merupakan obat derival difluorefenil dari asam salisilat, tetapi in vivo tidak
diubah menjadi asam salisilat. Bersifat analgesik dan anti-inflamasi ttp hampir tidak bersifat
antipiretik.
E ASAM MEFENAMAT
Asam mefenamat termasuk dalam AINS COX 1 non selektif. Asam mefenamat
digunakan sebagai analgesik; sebagai anti inflamasi, asam mefenamat kurang efektif
dibandingkan aspirin.
F TURUNAN OKSIKAM
Yang termasuk dalam turunan oksikam yaitu piroxikam, meloxicam, dan tenoxicam.
a. PIROXICAM
Piroxicam termasuk dalam AINS COX 1 non selektif
b. MELOXICAM
Meloxicam termasuk dalam AINS COX 2 non selektif . meloxicam mirip piroxicam ,
mempunyai selektivitas COX 2 tidak terlalu tinggi disbanding coxib yang lain.
G TURUNAN PROPIONAT
21

Yang termasuk dalam turunan propionate antara lain ibuprofen, ketoprofen


a. IBUPROFEN
Ibuprofen termasuk dalam AINS COX 1 non selektif. Efek analgesiknya sama seperti
aspirinEfek anti inflamasinya terlihat dengan penggunaan pada dosis 1200 2400mg/hari.
b. KETOPROFEN
Derivat asam propionat ini memiliki efektivitas seperti ibuprofen dengan sifat antiinflamasi sedang.
c. NAPROKSEN
Naproksen termasuk dalam AINS COX 1 non selektif . naproksen Merupakan
salahsatu derivat asam propionat yang selektif dan insidan efek samping obat ini lebihrendah
dibandingkan derivat asam propionat lain. Interaksi obat sama sepertiibuprofen. Naproksen
bersama ibuprofen dianggap paling tidak toksik diantara derivatasam propionat.
H TURUNAN FENIL ASETAT
Yang termasuk turunan fenil asetat adalah indometasin.
a. INDOMETASIN
Indometasin termasuk dalam AINS COX 1 non selektif . indometasin
merupakanderivat indol asam asetat. Indometasin memiliki efek antiinflamasi dan analgesikantipiretik yang kira-kirasebanding dengan aspirin.
b. DIKLOFENAK
Dalam klasifikasi slelektivitas penghambatan COX , termasuk kelompok
preferentialCOX-2 inhibitor.
I. TURUNAN PIRAZOLON
Yang termasuk dalam turunan pirazolon salah satunya yaitu dipiron.
a. DIPIRON
Dipiron adalah derivate metansulfonat dari aminopirin yang larut dalam air
dandiberikan melalui suntikan : Fenil butazon, Oksifen butazon, Antipirin (fenazon)adalah 5okso-1-fenil-2,3-dimetilpirazolidin, Aminopirin (amidopirin) adalah derivate 4-dimetilamino
dari antipirin. Obat ini mempunyai efek analgesic dan antipiretik. Masih digunakan
untuk meredakan demam yang sukar diatasi dengan obat lain. Antipirin dan aminopirintidak
digunakan lagi.
J. NABUMETON
Nabumeton merupakan pro-drug. Data pada hewan coba menunjukkan
bahwanabutemon memperlihatkan sifat selektif menghambat iso-enzim prostaglandin
untuk peradangan tetapi kurang menghambat prostasiklin yang besifat sitoprotektif.
Dikatakan bahwa efek samping yang timbul selama pengobatan relatif lebih sedikit,terutama
efek samping terhadap saluran cerna. Penjelasannya ialah karena nabumetonmerupakan prodrug yang baru aktif setelah absorpsi dan mengalami konversi , jugakarena nabumeton tidak
bersifat asam.
K. KETOLORAC
Ketorolak adalah OAINS yang diperkenalkan untuk menggunakan sistemik,
terutamasebagi analgesik, bukan sebagai obat anti inflamasi (walaupun mempunyai sifat
khasOAINS). Obat ini merupakan analgesik yang efektif dan berhasil digunakan
untuk menggantikan morfin dalam beberapa situasi yang melibatkan nyeri pasca
operasiringan dan sedang. Obat ini paling sering diberikan secara intra musclar atauintravena,
tetapi juga tersedia bentuk dosis oral.
22

Urikosurik
Ada 2 kelompok obat penyakit pirai, yaitu obat yang menghentikan proses
inflamasiakut, misalnya kolkisin, fenilbutazon, oksifenabutazon, dan indometasin, dan obat
yang mempengaruhi kadar asam urat, misalnya probenesid, allopurinol, dan sulfinpirazon.
1. Kolkisin
Adalah suatu anti-inflamasi yang unik yang terutama diindikasikan pada penyakit
pirai. Obat ini merupakan alkaloid Colchicum autumnale, sejenis bunga leli.
Sifat antiradang kolkisin spesifik terhadap penyakit pirai dan beberapa artritis, untuk
radang umum obat ini tidak efektif. Kolkisin tidak memiliki efek analgesic. Pada penyakit
pirai, kolkisin tidak meningkatkan ekskresi, sintesis atau radang asam urat dalam darah.
Obat ini berikatan dengan protein mikrotubular dan menyebabkan depolimerasi dan
menghilangnya mikrotubul fibrilar granulosit dan sel bergerak lainnya. Hal ini
menyebabkan penghambatan migrasi granulosit ke tempat radang sehingga pelepasan
mediator antiinflamasi ditekan. Kolkisin mencegah penglepasan glikoproteindari leukosit
pada pasien gout menyebabkan nyeri dan radang sendi.
2. Alopurinol
Alopurinol berguna untuk mengobati penyakit pirai karena menurunkan kadar asam
urat. Pengobatan jangka panjang mengurangi frekuensi serangan, menghambat
pembentukan tofi, memobilisasi asam urat dan mengurangi besarnya tofi. Mobilisasi
asam urat dapat ditingkatkan dengan memberikan urikosurik. Kegunaan obat ini terutama
untuk mengobati pirai kronik dengan insufisiensi ginjal dan batu urat dalam ginjal, tetapi
dosis awal harus dikurangi. Obat ini juga berguna untuk pengobatan pirai sekunder akibat
olisitemia vera, metaplasia myeloid, leukemia, limfoma, psoriasis, hiperurisemia akibat
obat, dan radiasi.
Obat ini bekerja dengan menghambat xantin oksidase, enzim uang mengubah
hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat. Alopurinol menghambat
sintesis purin yang merupakan precursor xantin.
3. Probenesid
Obat ini berefek mencegah dan mengurangi kerusakan sendi serta pembentukan tofi
pada penyakit pirai, tidak efektif untuk mengatasi serangan akut. Obat ini juga berguna
untuk pengobatan hipeuresemia sekunder.
Probenesid menghambat ekskresi renal dari sulfinpirazon, indometasin, penisilin,
PAS, sulfonamide, dan juga berbagai asam organic, sehingga dosis obat harus disesuaikan
bila diberikan bersamaan.
4. Etodolak
Merupakan NSAID kelompok asam piranokarboksilat dan obat ini merupakan lebih
selektif terhadap COX-2 dibandingkan dengan NSAID umumnya. Etodolak menghambat
bradikin yang diketahui merupakan salah satu mediator perangsang nyeri.

FARMAKODINAMIK
23

NSAID (Non Steroidal Anti Inflamasi Drugs)


A. PARA AMINO FENOL
Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna.
Konsentrasitertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan masa paruh plasmaantara
1-3 jam. Dalam plasma 25% parasetamol terikat protein plasma. Obat inidisekresi melalui
ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol(3%) dan sebagian besar dalam bentuk
terkonjugasi.
B. SALISILAT (aspirin)
Pemberian oral salisilat akan larut pada bentuk utuh di lambung, tetapi sebagian besar
di usus halus bagian atas. Kadar puncak 2 jam p.o. setelah diabsorbsisalisilat menyebar ke
seluruh tubuh dan cairan transelular sehingga dalam caira sinovial, cairan spinal, cairan
peritoneal, liur dan air susu. Obat ini mudahmenembus sawar darah otak dan sawar uri.
C. SALISILAMID
Salisilamid jika masuk ke tubuh tidak diubah menjadi salisilat. Obat ini cepatdiserap
tubuh & cepat didistribusikan ke jaringan. Dosis analgesik antipiretik untuk orang dewasa 3
4 kali 300 600 mg sehari, untuk anak 65 mg/kg BB/ haridiberikan 6 kali/hari. Untuk
febris reumatik diperlukan dosis oral 3 6 kali 2 g sehari.
D. DIFUNISAL
Obat ini merupakan derivat diflurofenil dari asam salisilat, tetapi in vivo tidak diubah
menjadi asam salisilat. Setelah pemberian oral, keadaan puncak 2 3 jam.99% difunisal
terikat albumin plasma dan waktu paruh berkisar 8 12 jam.
E. ASAM MEFENAMAT
Asam mefenamat terikat sangat kuat pada protein plasma. Dengan demikian interaksi
terhadap obat antikoagulan harus diperhatikan. Dosis asam mefenamat adalah 2-3 kali 250500 mg sehari. Karena efek toksiknyamaka di Amerika Serikat obat ini tidak dianjurkan
untuk diberikan kepada anak dibawah 14 tahun dan wanita hamil, dan pemberian tidak
melebihi 7 hari.Penelitian klinis menyimpulkan bahwa penggunaan selam haid
mengurangikehilangan darah secara bermakna.
F. TURUNAN OKSIKAM
Yang termasuk dalam turunan oksikam yaitu piroxikam, meloxicam, dan tenoxicam.
a. PIROXICAM
Piroxicam termasuk dalam AINS COX 1 non selektif. Waktu paruh dalam plasma
lebih dari 45 jam sehingga dapat diberikan hanyasekali sehari. Absorpsi berlangsung cepat di
lambung; terikat 99% pada protein plasma. Obat ini menjalani siklus enterohepatik. Kadar
taraf mantap dicapaisekitar 7-10 hari dan kadar dalam plasma kira-kira sama dengan kadar di
cairansinovia.Frekuensi kejadan efek samping dengan piroxicam mencapai 11-46%, dan 412%dari jumlah pasien terpaksa menghentikan obat ini.
b. MELOXICAM
Meloxicam termasuk dalam AINS COX 2 non selektif . meloxicam mirip piroxicam ,
mempunyai selektivitas COX 2 tidak terlalu tinggi disbanding coxib yang lain. Obat ini
tergolong preferential COX 2 inhibitor cenderung menghambat COX 2
lebih dari COX 1 tetapi penghambatan COX 1 pada dosis terapi tetap nyata.

24

G. TURUNAN PROPIONAT
Yang termasuk dalam turunan propionate antara lain ibuprofen, ketoprofen
a. IBUPROFEN
Ibuprofen termasuk dalam AINS COX 1 non selektif. Absorbsi ibuprofen cepat
melalui lambung dan keadaan maksimal dalam plasma . Ekskresinya berlangsung caepat
danlengkap, kira-kira 90 persen dari dosis yang diabsorbsi akan diekskresi melaluiurin
sebagai metabolic atau kandidatnya.
b. KETOPROFEN
Derivat asam propionat ini memiliki efektivitas seperti ibuprofen dengan sifat antiinflamasi sedang. Absorpsi berlangsung baik dari lambung dan waktu paruh plasma sekkitar
2 jam.
c. NAPROKSEN
Absorpsi obat ini berlangsung baik melalui lambung dan kadar puncak plasmadicapai
dalam 2-4 jam. Bila diberikan dalam bentuk garam natrium naproksen,kadar puncak plasma
dicapai lebih cepat. Waktu paruh obat ini 14 jam, sehinggacukup diberikan 2 kali sehari.
Tidak terdapat kolerasi antara efektivitas dan kadar plasma. Ikatan obat ini dengan protein
plasma mencapai 98-99%. Ekskresiterutama dalam urin, baik dalam bentuk utuh maupun
sebagai konjugatglukuronida dan demitilat.
H. TURUNAN FENIL ASETAT
Yang termasuk turunan fenil asetat adalah indometasin.
a. INDOMETASIN
indometasin merupakanderivat indol asam asetat. Absorbsi indometasin setelah
pemberian oral cukup baik, 92-99 % indometasinterikat pada protein plasma.
Metabolismenya terjadi di hati. Indometasin diekskresi dalam bentuk asal maupun metabolit
dalam bentuk urin dan empedu.waktu paruh plasma kira-kira 2-4 jam.
b. DIKLOFENAK
Absropsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap. Obat initerikat
99% oada protein plasma dan mengalami efek metabolisme lintas pertama(first-pass) sebesar
40-50%. Walaupun waktu paruh singkat yakni 1-3 jam,diklofenak diakumulasi di cairan
sinovial yang menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat
tersebut.
I. TURUNAN PIRAZOLON
Yang termasuk dalam turunan pirazolon salah satunya yaitu dipiron.
a. DIPIRON
Dipiron adalah derivate metansulfonat dari aminopirin yang larut dalam air
dandiberikan melalui suntikan : Fenil butazon, Oksifen butazon, Antipirin (fenazon)adalah 5okso-1-fenil-2,3-dimetilpirazolidin, Aminopirin (amidopirin) adalah derivate 4-dimetilamino
dari antipirin. Dosis : 3 x 0,3-1 gram sehariTersedia tablet 500mg dan larutan obat : suntik
500mg/ml
J. NABUMETON
Dengan dosis 1 gram/hari didapatkan waktu paruh sekitar 24 jam. Pada
kelompok usia lanjut, waktu paruh ini bertambah panjang dengan 3-7 jam.
K. KETOLORAC

25

Ketika digunakan dengan suatuopioid., ketorolac dapat menurunkan keperluan akan


opioid hingga 25-50 persen.Suatu sediaan ketorolac mata tersedia untuk peradangan pada
mata. Toksisitasnyaserupa dengan OAINS lain, meskipun toksisitas ginjalnya lebih sering
terjadi akibat penggunaan kronik.
Urikosurik
1. Kolkisin
Absorpsi melalui saluran cerna baik
Didistribusikan secara luas dalam jaringan tubuh
Kadar tinggi pada ginjal, hati, limpa, saluran cerna
Tidak terdapat pada otot rangka, jantung, dan otak
Sebagian besar eksresi melalui feses, 10-20% melalui urin, pada pasien penyakit
hati ekskresi melalui urin.
Dapat ditemukan dalam leukosit dan urin sedikitnya untuk 9 hari setelah suatu
suntikan IV.
2. Probenesid
Probenesid menghambat ekskresi renal dari sulfinpirazon, indometasin, penisilin,
PAS, sulfonamide, dan juga berbagai asam organic, sehingga dosis obat harus disesuaikan
bila diberikan bersamaan. Dosis probenesid 2 kali 250 mg/hari selama seminggu diikuti
dengan 2 kali 500 mg/hari.
3. Etodolak
Masa kerjanya pendek sehingga harus diberikan 3-4 kali sehari. Berguna untuk
analgesic, pascabedah. Dosis 200-400, 3-4 kali sehari.
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
NSAID (Non Steroidal Anti Inflamasi Drugs)
A. PARA AMINO FENOL
Parasetamol
digunakan
sebagai
analgesic
dan
antipiretik,
telah
menggantikan penggunaan salisilat. Parasetamol sebaiknya tidak diberikan terlalu lama
karenakemungkinan dapat menimbulkan nefropati analgesic. Parasetamol seringdikombinasi
dengan AINS untuk efek analgesic.
B. SALISILAT (aspirin)
Indikasi
: Salisilat dugunakan untuk nyeri kepala, sakit otot, sakit karena
rematik
Kontra indikasi
: Salisilat kurang efektif untuk sakit gigi, dismenorhea, kram, kolik,
migraine).
C. SALISILAMID
Indikasi salisilamid : amida asam salisilat yang memperlihatkan efek analgesik &
antipiretik mirip asetosal.
Kontraindikasi
: Obat ini menghambat glukorinidasi obat analgesik lain di hatiMis: Na
salisilat & asetaminofen.
D. DIFUNISAL
Obat ini bersifat analgesik & anti- inflamasi tetapi hampir tidak bersifatantipiretik.
26

E. TURUNAN OKSIKAM
Yang termasuk dalam turunan oksikam yaitu piroxikam, meloxicam, dan tenoxicam.
a. PIROXICAM
Indikasi : Hanya untuk inflamasi sendi misalnya artritis reumatoid, osteoartritis,
spondilitisankilosa.
Kontraindikasi : Piroxikam tidak dianjurkan diberikan pada wanita hamil, pasien tukak
lambungdan pasien yang sedang minum antikoagulan.
b. MELOXICAM
Untuk pengobatan penyakit nyeri sendi seperti arthritis.
F. TURUNAN PROPIONAT
Yang termasuk dalam turunan propionate antara lain ibuprofen, ketoprofen
a. IBUPROFEN
Indikasi
: Untuk mengobati duktus arteriosus paten yang sedang menutup pada
bayi-bayi prematur. Pemberian bersama dengan warfarin perlu diwaspadai , karena
dapatmengakibatkan gangguan fungsi trombosit yang memperpanjang masa perdarahan.
Kontraindikasi : Obat ini dikontraindikasikan pada penderita polip hidung, angiodema
danreaktifitas
bronkospastik
terhadap
aspirin.
Pemberian
ibuprofen
mengantagonisasiinhibisi trombosit irreversible yang dipicu oleh aspirin, oleh karena
itu, terapidengan ibuprofen pada pasien dengan peningkatan kardiovaskuler dan
membatasiefek kardioproktektif milik aspirin.
G. TURUNAN FENIL ASETAT
Yang termasuk turunan fenil asetat adalah indometasin.
a. INDOMETASIN
Indikasi
: Indometasinnya diindikasikan untuk keadaan rematik, khususnya
untuk GOUTdan spondiditis arkeulosa.
Kontraindikasi: Karena toksisitasnya, indometisin tidak dianjurkan kepada anak,
wanita hamil,gangguan psikiatri dan pasien dengan penyakit lambung.
Penggunaannya kinidianjurkan hanya bila AINS lain kurang berhasil pada spondilitis
ankilosa, artritis pirai akut dan osteoartritistungkai. Indometasin tidak berguna pada
penyakit piraikronik karena tidak berefek urikosurik.
b. DIKLOFENAK
Pemakaian obat ini harus berhati-hati pada pasien tungkak lambung. Pemakaian
selama kehamilan tidak dianjurkan.
H. KETOLORAC
Ketorolak merupakan penggunaan sistemik, terutama sebagai analgesik, bukan
sebagai obat anti inflamasi (walaupun mempunyai sifat khasOAINS). Obat ini merupakan
analgesik yang efektif dan berhasil digunakan untuk menggantikan morfin dalam beberapa
situasi yang melibatkan nyeri pasca operasiringan dan sedang.

Urikosurik
27

Ada 2 kelompok obat penyakit pirai, yaitu obat yang menghentikan proses inflamasiakut,
misalnya kolkisin, fenilbutazon, oksifenabutazon, dan indometasin, dan obat yang
mempengaruhi kadar asam urat, misalnya probenesid, allopurinol, dan sulfinpirazon.
1. Kolkisin
DRUG OF CHOICE penyakit pirai. Pemberian diberikan secepatnya (bila terlambat,
efektivitas berkurang) pada awal serangan dan diteruskan sampai gejala hilang atau
timbul efek samping yang menganggu, gejala penyakit umum menghilang 24-48 jam
setelah pemberian obat.
Sebagai profilaksis serangan penyakit pirai atau untuk mengurangi beratnya serangan,
dengan dosis kecil.
Mencegah serangan yang dicetuskan oleh obat urikosurik (probenesid dan sufinpirazon)
dan alupurinol.
Pemberian bersama-sama dengan alopurinol guna mencegah serangan akut.
2. Alopurinol
Obat ini terutama berguna untuk mengobati penyakit pirai kronik dengan insufisiensi
ginjal dan batu urat dalam ginjal, tetapi dosis awal harus dikurangi. Bekerja dengan
menurunkan kadar asam urat. Pengobatan jangka panjang menurunkan frekuensi
serangan, menghambat pembentukan tofi, memobilisasi asam urat dan mengurangi
besarnya tofi.
Bila diberikan bersamaan dengan merkaptopurin, dosis merkaptopurin harus
dikurangi sampai 25-35%, karena kerja alopurinol yang mengahambat oksidasi
merkaptopurin.
3. Probenesid
Indikasi
: Berefek mencegah dan mengurangi kerusakan sendi serta
pembentukan tofi pada penyakit pirai, tidak efektif pada serangan akut. Berguna untuk
pengobatan hiperuresemia sekunder. Probenesid tidak berguna bila laju GFR kurang
dari 30 mL/menit.
Kontraindikasi: Gangguan fungsi ginjal, ulkus peptik,

Daftar Pustaka

28

Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Edisi
kelima. Jilid III
Dorland, W. A. Newman. (2011). Kamus Saku Kedokteran Dorland, Ed.25. Jakarta : EGC.
Gunawan, Sulistia Gan. 2009. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Kumar V, Cotran R, Robbins S. 2000. Buku Ajar Patologi. 7thed. Jakarta: EGC. p. 864-8.

Murray,Robert.K, dkk. (2009). Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta : EGC.


Putz,R.Pabst. (2012). Sobotta : atlas anatomi manusia ed.23. jilid 1 & 2. Jakarta : EGC.
Syamsir, HM. (2011). Kinesiologi Gerak Tubuh Manusia .2011. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Yarsi Bagian Anatomi.
Syamsir, HM. (2014). Muskuloskeletal Gerak Tubuh Manusia .2014. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Yarsi Bagian Anatomi.
http://www.apoteker.info/Topik%20Khusus/nsaid.htm
http://arthritis.about.com/cs/gout/a/goutprevent.htm
http://doktersehat.com/seputar-mandi-malam-dan-rematik/

29

Anda mungkin juga menyukai