DAFTAR ISI
10
Kata Pengantar.........................................................................................................................1
Daftar Isi..................................................................................................................................2
Pendahuluan...........................................................................................................................3
Pembahasan
1. Turunan Parsial Fungsi Banyak Variabel
a. Defenisi Turunan Parsial...........................................................................................4
2. Penerapan Turunan Parsial Dalam Fisiska
a. Hubungan Maxwell Dalam Terodinamika...............................................................5
b. Perubahan Variabel..7
Kesimpulan.............................................................................................................................9
Daftar Pustaka........................................................................................................................10
PENDAHULUAN
yang melibatkan beberapa buah besaran. Contohnya, seperti ketika membahas perilaku suatu
gas, kita dapat mengkajinya lewat persamaan keadaan gas tersebut yang biasanya merupakan
fungsi dari besaran volume, tekanan dan temperatur.
Di dalam kalkulus, turunan parsial merupakan perangkat analisa yang dibutuhkan
untuk mengkaji suatu dinamika dari suatu sistem fisis yang melibatkan beberapa besaran
seperti dalam kasus perilaku gas di atas karena ia merupakan bagian dari Matematika yang
berhubungan dengan laju perubahan suatu fungsi terhadap variabelnya
PEMBAHASAN
10
A x x A x
x
Dengan x yang diambil relatif cukup besar dari turunan atau diferensial dari fungsi (Ax)
dA x
dx
terhadap x yang dituliskan sebagai A(x) =
diperoleh jika kita mengambil x 0
sehingga:
dA
A
A
lim
dx x 0 x
Berdasarkan persamaan diatas, dapat ditulis dengan :
dA Adx
f f ( x, y )
d df
d 2 f d df
d2 f d d2 f
,
,
dx dx
dydx dy dx 2
dx 2 dy dx
10
d3 f
dydx 2
dQ
Dengan menyatakan
dW
dQ
kerja yang diterima/dilakukan sistem. Perlu dicatat bahwa
selisih, sehingga operator diferensialnya dituliskan sebagai d .
dan
dW
bukan menyatakan
Untuk sistem yang bersifat reversibel atau prosesnya dapat dibalik arahnya, maka
berlaku hubungan:
d Q TdS
Dengan T adalah temperatur dan dS adalah selisih infinitesimal entropi (S) sistem.
Sementara itu, sejumlah kecil usaha dapat dituliskan sebagai:
d W PdV
Dengan P adalah tekanan dan dV adalah selisih infinitesimal volume (V) sistem.
Berdasarkan hubungan pada persamaan dapat dituliskan kembali sebagai:
dU TdS PdV
Dari perumusan ini jelas terlihat bahwa energi dalam merupakan fungsi dari entropi
dan volume,U=U(S,V).
Tinjau kembali definisi diferensiasi total yang diberikan yang ditulis ulang sebagai
berikut:
10
f
f
dy
dx
x y
y x
df
Dengan
menyatakan turunan parsial f terhadap x dengan y konstan dan
menyatakan turunan parsial f terhadap y dengan x konstan,selanjutnyadi asumsikan bahwa
berhubungan dengan fungsi f yang bersifat konservatif sehingga memenuhi kondisi berikut:
2 f
2 f
xy yx
Maka dari sini kita dapatkan diferensial total dari fungsi U=U(S,V) adalah:
U
U
dS
dV
S V
V S
dU
T
P
V S
VS V
U
U
P
S V
SV
S
S
10
Yang dikenal sebagai salah satu dari empat buah Hubungan Maxwell (Maxwell
Relations) dalam Termodinamika.
Pada hubungan ini diperlihatkan bahwa pada proses reversibel, perubahan temperatur
terhadap volume pada entropi tetap sama dengan negatif perubahan tekanan terhadap entropi
pada volume tetap.
b. Perubahan Variabel
Hampir semua fenomena-fenomena di dalam Fisika harus digambarkan melalui
persamaan diferensial. Jika fenomena tersebut melibatkan beberapa variabel, baik berupa
besaran pokok ataupun besaran turunan, maka persamaan diferensial yang terkait akan
berbentuk persamaan diferensial parsial.
Salah satu kegunaan diferensial parsial adalah dalam melakukan pengubahan variabel
(sebagai contoh dari koordinat Cartesan menjadi koordinat kutub). Pengubahan variabel akan
memberikan ungkapan yang lebih sederhana atau persamaan diferensial yang lebih sederhana
terhadap suatu sistem fisis yang sedang ditinjau. Sebagai contoh, pada getaran selaput
berbentuk lingkaran atau aliran panas dalam silinder tegak, lebih baik digunakan koordinat
polar, sedangkan pada persoalan gelombang suara dalam suatu ruangan, koordinat Cartesan
yang lebih cocok digunakan.
Persamaan diferensial terkait tersebut kadang-kadang akan lebih mudah dicari
solusinya jika kita menyatakan dalam bentuk variabel- variabel baru yang merupakan fungsi
dari variabel lama. Untuk jelasnya, tinjau sebagai contoh persamaan gelombang berikut:
r = x + vt
s = x vt
Sekarag kita misalkan= (r,s), dengan r = r (x,t) dan s = s (x,t) seperti yang
diberikan diferensial total , r dan s adalah
dr
ds
r
s
r
r
dx dt
x
t
s
s
ds
dx dt
x
t
dr
dx
dt
r x s t
r x s t
10
x
r x s
r
t
r t s
s
x
s
t
x r s
v
t
r s
x r s
v
t
r s
Untuk mencari turunan parsial kedua dari fungsi terhadap x dan t, kita dapat
menggunakan penulisan operator sebagai berikut:
2
2
2 2
2 2
s
rs s 2
x 2 r x r s r
r
2
2
2 2
2
r 2
r t r s r
s
rs s 2
t 2
Persamaan diatas jelas lebih sederhana dari persamaan ya pertama pemecahan dari
persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
x vt x vt
Yang tidak lain menggambarkan gelombang yang merambat ke arah x negatif (diwakili oleh
fungsi ) dan gelombang yang merambat ke arah x positif (diwakili oleh fungsi + )
KESIMPULAN
Penerapan dari turunan parsial sangat berpengaruh pada penyelesian masalah fisika
terutama pada Termodinamika,turunan parsial banya digunakan untuk mengubah variabel,
agar lebih mudah dan sederhana untuk di kerjakan Termodinamika merupakan cabang fisika
yang paling banyak menggunakan perumusan turunan dan diferensial parsial, misalnya
hukum Termodinamika I.
Salah satu kegunaan diferensial parsial adalah dalam melakukan pengubahan variabel
(sebagai contoh dari koordinat Cartesan menjadi koordinat kutub). Pengubahan variabel akan
memberikan ungkapan yang lebih sederhana atau persamaan diferensial yang lebih sederhana
terhadap suatu sistem fisis yang sedang ditinjau. Sebagai contoh, pada getaran selaput
berbentuk lingkaran atau aliran panas dalam silinder tegak, lebih baik digunakan koordinat
polar, sedangkan pada persoalan gelombang suara dalam suatu ruangan, koordinat Cartesan
yang lebih cocok digunakan.
10
DAFTAR PUSTAKA
10
10