Anda di halaman 1dari 16

Mekanisme Sirkulasi Darah dan Vaskularisasi pada

Ekstrimitas Inferior
Dela Nabila
102010302 / BP13
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012
Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Telp : 021-56942061 Fax : 021-5631731
E-mail : delanabila512@gmail.com

Pendahuluan
Darah dari jantung mengandung oksigen dan sari-sari makanan yang dibutuhkan oleh
jaringan-jaringan pada tubuh manusia terutama otak. Selain itu darah juga mengandung
karbondioksida dan zat-zat hasil metabolisme. Darah tersebut didistribusikan ke seluruh tubuh
melalui pembuluh darah oleh suatu sistem sirkulasi. sehingga tercipta lah suatu sistem transpor di
dalam tubuh. Dengan adanya system transport tersebut, maka nutrisi yang dibutuhkan oleh
jaringan dapat tersalurkan. Selama darah mengalir di dalam pipa-pipa darah akibat kerja pompa
jantung yang akan menciptakan suatu tekanan terhadap dinding pembuluh arteri yang disebut
sebagai tekanan darah. Maka pada makalah ini, saya akan membahas mengenai bagaimana
proses atau mekanisme sirkulasi darah yang terjadi didalam pembuluh darah secara lebih
lengkap.
Pembahasan
Pembuluh Arteri Extremitas Inferior
Pembuluh arteri utama pada ekstremitas inferior adalah A.femoralis yang merupakan
lanjutan dari A.iliaca externa (cabang a. iliaca communis). A. femoralis mempercabangkan :

Cabang superficial:
o A.epigastrica superficialis yang berjalan ke arah kranialis ke dinding perut
o A.circumflexa ilium superficialis menuju ke arah lateralis sejajar dengan
ligamentum inguinale
o Aa.pudendae externae, mengurus genitalia externa
1

Cabang profunda:
o A.profunda femoris, cabang-cabangnya terbesar yang memberi darah pada
sebagian besar tungkai atas:

A.circumflexa femoris medialis

A.circumflexa femoris lateralis

Aa.perforantes

o A.genus suprema: dipercabangkan dalam canalis adductorius, kemudian


menembus membrana vasto-adductoria bagian distal, bersama n.saphenus, dan
akhirnya ikut membentuk rete articulare genu.1
Kemudian A. femoralis masuk ke saluran aduktor kemudian fosa poplitea sebagai
A.poplitea yang mempercabangkan:
- A.genus superior medialis
- A.genus superior lateralis
- A.genus superior media
- Aa.surales
- A.genus inferior medialis
- A.genus inferior lateralis
Kemudian pembuluh tersebut bercabang dua menjadi:

A.tibialis anterior, memalui lubang di dalam membrana interossea dan mencapai bagian
anterior tungkai bawah di mana dipercabangkan A.recurrens tibialis anterior dan
posterior.1

A.tibialis posterior, mempercabangkan ramus fibularis untuk rete articularis genus dan
A.peronaea. Kemudian tibialis posterior masuk saluran diantara maleolus medialis dan
tumit (saluran maleolar), denyutnya mudah teraba dan berakhir sebagai a. plantaris
lateralis dan a. plantaris medialisberanastomosis berupaarkus plantaris

Gambar 1. Pembuluh Arteri Extremitas Inferior


Selanjutnya A. tibialis anterior dilanjutkan pada pungggung kaki sebagai a. dorsalis
pedis (teraba lateral terhadap urat m. ekstensor halusis longus).Di sisi medial kaki
dipercabangkan Aa.tarseae mediales dan untuk sisi lateral kaki dipercabangkan A.tarsea lateralis.

Di bagian distal dipercabangkan A.arcuata, yang berjalan di bawah otot-otot kaki ke arah lateral
dan berhubungan dengan A.tarsea lateralis untuk membentuk rete dorsalis pedis.
Dari rete dorsalis pedis berasal cabang-cabang yang terkenal sebagai Aa.metatarseae
dorsales. Tiap A.metatarsea dorsalis memberi satu ramus perforans dan bercabang dua menjadi
Aa.digitales dorsales. A.dorsalis pedis sendiri menembus spatium interoseum 1 sebagai ramus
plantaris profundus.1
Sedangkan A.tibialis posterior

masuk saluran diantara maleolus medialis dan tumit

(saluran maleolar) bercabang menjadi A.plantaris medialis dan A.plantaris lateralis. A.plantaris
medialis adalah lebih kecil dan berjalan ke arah distal di sisi medialis kaki. A.plantaris medialis
mengikuti otot-otot jari 1 ke arah distal, lalu bercabang menjadi ramus superficialis dan ramus
profundus. Ramus profundus A.plantaris medialis mengadakan anastomosis dengan ramus
plantaris profundus. A.dorsalis pedis dan ramus profundus A.plantaris lateralis. Dan dengan
demikian membentuk arcus plantaris(gambar 2).1
Dari arcus plantaris dipercabangkan Aa.metatarseae plantares. Tiap A.metatarsea
plantaris mempercabangkan ramus perforans posterior yang berhubungan dengan A,metatarsea
dorsalis, ramus perforans anterior yang berhubungan dengan pembuluh nadi di permukaan
dorsalis jari, lalu bercabang dua membentuk aa.digitales plantares.1

Gambar 2. Arteri Plantar


Pembuluh Balik Extremitas Inferior
Di jaringan subkutan di bagian anterior dapat ditemukan V.saphena magna, yang pada
fossa ovalis menembus fascia cribosa dan bermuara ke dalam V.femoralis.1
Selain pembuluh ini terdapat pula beberapa pembuluh balik lain, yang membelok ke
dalam pada fossa ovalis (gambar 3) , yakni V.epigastrica superficialis, V.circumflexa ilium
superficialis, vv.pudendae externae. Masing-masing pembuluh balik ini mengikuti perjalanan
pembuluh nadi yang sesuai namanya. Biasanya tiap pembuluh nadi diikuti oleh 2 pembuluh
balik, kecuali.1

A.profunda femoris, yang hanya mempunyai satu V.profunda femoris

A.femoralis

Gambar 3. Vena Extremitas Inferior1

Pembuluh Balik
Tiap pasang V.digitalis dorsalis pedis pada setiap jari akan bersatu menjadi satu
V.metatarsea dorsalis, yang menyalurkan darahnya ke dalam arcus venosus dorsalis pedis. Arcus
venosus dorsalis pedis berhubungan dengan rete venosum dorsale pedis, yang terletak subkutan
dan menyalurkan darahnya melalui V.saphena magna dan V.saphena parva.1
Di planta pedis tiap-tiap vv.digitales plantares pedis bersatu menjadi V.metatarsea
plantaris yang bermuara ke dalam arcus venosus plantaris. Lengkung ini terletak berdekatan pada
arcus plantaris arteriosum.1
Systema venosum di dorsum pedis dan di planta pedis dihubungkan satu dengan yang
lain oleh Vv.intercapitulariae. Dalam jaringan subkutan pedis terletak satu rete venosum
plantare.1
6

Histologi pembuluh darah


Pembuluh darah
Pembuluh darah secara umum memiliki struktur yang sama. Pembuluh darah secara struktural
disesuaikan dengan fisiologisnya. Misalnya, pembuluh darah arteri sistemik (sistem tekanan
tinggi) lebih tebal dibandingkan arteri pulmoner (sistem bertekanan rendah). Pembuluh darah
biasanya dibedakan atas beberapa lapisan atau tunika, yaitu antara lain:
(1) Tunika intima
Tunikan ini umumnya dibentuk oleh selapis sel endotel yang melapisi permukaan dalam
pembuluh. Di bawah lapis endotel terdapat lapisan subendotel, yang terdiri atas jaringan
ikat jarang yang kadang mengandung otot polos. Pada arteri, tunika intima dengan
media dipisahkan oleh lamina elastika interna. Lamina ini terdiri atas serat elastin, dan
ber-fenestra (celah) yang memungkinkan difusi makanan untuk sel-sel di bagian lebih
dalam pembuluh darah.
(2) Tunika media
Tunika ini terdiri atas lapis-lapis konsentris, tersusun oleh sel-sel otot polos secara
berpilin. Sel-sel otot polos menjadi sumber dari matriks ekstraselular ini. Pada arteri
dengan ukuran lebih besar, terkadang didapati lamina elastika eksterna yang
memisahkan antara tunika media dengan tunika adventisia.
(3) Tunika adventisia
Tunika ini terutama terdiri atas serat-serat kolagen dan elastin yang tersusun
memanjang. Lapisan adventisia berangsur-angsur akan menyatu dengan jaringan ikat
pembungkus organ, tempat dilaluinya pembuluh itu.

Gambar 4. Lapisan-lapisan pada Pembuluh Darah

Pada

pada pembuluh darah besar, vasa vasorum bercabang secara luas di adventisia dan

media bagian luar. Vasa vasorum ini berfungsi untuk menyampaikan nutrisi kepada adventisia
dan media pada pembuluh darah yang lebih besar, dikarenakan lapisan yang terlalu tebal untuk
proses difusi nutrisi dari lumen. Vasa vasorum lebih banyak ditemukan pada pembuluh darah
vena dibanding arteri. Alasannya ialah, karena pembuluh darah vena sebagian besar membawa
darah kotor yang miskin nutrien dan oksigen, sehingga dibutuhkan lebih banyak vasa vasorum
untuk menyediakan makanan bagi pembuluh darah vena.2
Kapiler
Kapiler secara umum terdiri atas satu lapis sel endotel yang berasal dari mesenkim, tergulung
membentuk saluran dan menutupi ruang silindris. Diameter kapiler rata-rata kecil, hanya sekitar
7-9m. Panjangnya pun bervariasi, mulai dari 0,25 mm hingga 1 mm. Pada berbagai tempat
sepanjang kapiler da venul kecil terdapat perisit yang merupakan sel mesenkimal dengan cabang
sitoplasma panjang yang memeluk sebagian sel endotel. Perisit ini memiliki potensi untuk
ditransformasi menjadi sel lain, selain itu keberadaan miosin,aktin, dan tropomiosin
menunjukkan kesan kuat bahwa sel-sel ini juga cenderung kontraktil. Perisit juga berfungsi
8

untuk penyembuhan dengan cara berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi pembuluh baru
selama cedera jaringan. Kapiler dapat dibedakan menjadi 4 tipe berdasarkan struktur sel endotel
dan ada tidaknya lamina basal, yaitu:
(1) Kapiler kontinu atau somatik, ditandai oleh tidak adanya fenestra. Banyak ditemukan
pada jaringan otot, jaringan ikat, dan jaringan saraf.
(2) Kapiler bertingkap atau visceral, ditandai dengan adanya fenestra besar pada dinding sel
endotel. Memiliki lamina basal yang utuh. Kapiler bertingkap banyak ditemukan pada
jaringan dengan kerja pertukaran zat yang cepat antara jaringan dengan darah seperti
jaringan pada organ ginjal dan usus.
(3) Kapiler jenis ketiga, kapiler yang juga bertingkap tetapi tidak ditemukan adanya
diafragma yang menutupi lubang-lubang. Kapiler jenis ini sangat khas untuk glomerulus
ginjal.
(4) Kapiler sinusoid tidak berkesinambungan, memiliki diameter sangat besar, dinding
endotelnya tidak berkesinambungan, dan sel-sel endotel memperlihatkan banyak
fenestra tanpa diafragma. Kapiler jenis ini terutama ditemukan pada hati, dan organ
hematopoietik seperti sumsum tulang.
Beberapa fungsi penting dari kapiler ialah:
(a) Permeabilitas, kapiler seringkali disebut sebagai pembuluh pertukaran,
karena pada kapiler lah, dilakukan pertukaran oksigen, karbon dioksida,
substrat dan metabolit dari darah ke jaringan dan dari jaringan ke darah.
Permeabilitas dinding kapiler bervariasi sesuai dengan ukuran dan muatan
molekul yang melaluinya.
(b) Fungsi metabolik, sel endotel kapiler dapat memetabolisme berbagai macam
substrat.
(c) Aktivasi,

fungsi ini dijalankan dengan mengkonversikan angiotensin I

menjadi angiotensin II.


(d) Inaktivasi, fungsi ini dilakukan dengan mengkonversikan bradikinin,
serotonin, prostaglandin, norepinefrin, thrombin menjadi senyawa yang
secara biologis tidak aktif.
(e) Lipolisis, kapiler mampu merombak lipoprotein menjadi trigliserida untuk
pasokan energi dan kolesterol.
(f) Produksi faktor vasoaktif, sel-sel endotel memproduksi berbagai macam
substansi yang memiliki efek tonus vaskular, seperti endotelin yang
merupakan obat vasokonstriktif.2
9

Arteri
Arteri merupakan struktur dalam tubuh yang mengangkut darah ke jaringan. Arteri
digolongkan menjadi berbagai macam jenis dengan ukuran yang berbeda, yaitu antara lain:
(1) Arteriol, memiliki garis tengah kurang dari 0,5 nm dan lumennya relatif sempit. Lumen
dilapisi dengan sel endotel. Lapis subendotelnya snagat tipis dan tidak terdapat lamina
elastika interna kecuali pada arteriol dengan ukuran lebih besar. Adventisianya tipis.
Tunika medianya muskular dan biasa terbentuk dari 1-5 otot polos.
(2) Arteri muskular, memiliki lapis subendotel yang lebih tebal dan mungkin ada pula
sedikit otot polosnya. Lamina elastika internanya mencolok. Tunika media dapat
mengandung hingga 40 lapis otot polos. Pada arteri muskular dengan ukuran lebih
besar, dapat ditemukan lamina elastika eksterna. Adventisianya terdiri dari serat-serat
kolagen dan elastin, terdapat pula pembuluh limfe dan vasa vasorum yang menembus
adventisia hingga ke tunika media.
(3) Arteri elastis besar, arteri ini mencakup aorta dan cabang-cabang besarnya. Warnanya
kekuningan karena banyak mengandung elastin. Tunika intima arteri ini lebih tebal
dibandingkan dengan arteri muskular. Lapis subendotelnya tebal dan serat jaringan ikat
lapis subendotelnya menunjukkan gambaran bergurat memanjang yang penting untuk
distorsi lapis sel endotel selama kontraksi berirama dan melebarnya pembuluh. Lamina
elastika internanya tidak jelas. Tunika media terdiri atas satu seri lamina elastis
perforate yang biasanya mengandung otot polos, dan substansi dasar seperti kondroitin
sulfat. Tunika adventisianya tidak memiliki lamina pembatas luar, relatif tidak
berkembang dan didapati mengandung serat elastis dan kolagen.2
Vena
Vena ialah struktur dalam tubuh yang berfungsi untuk mengembalikan darah ke jantung
yang umumya dibantu oleh aktivitas otot polos dan katup-katup khusus. Sama halnya seperti
arteri, vena juga terbagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan ukurannya yang berbeda-beda,
yaitu antara lain:
(1) Venul, memiliki dinding yang sangat tipis. Tunika adventisianya relatif lebih
tebal. Tunika media kecil dan hanya mengandung perisit kontraktil, dengan

10

sedikit otot polos. Venul dengan diameter hingga 50 m biasanya ikut berperan
dalam proses radang dan pertukaran metabolit antara darah dan jaringan.
(2) Vena kecil atau sedang memiliki diameter antara 1-9 mm. Lapis intima
umumnya memiliki lapis subendotel namun tidak selalu ada. Lapis media terdiri
atas berkas kecil sel otot polos, berbaur dengan serat retikulin dan jalina halus
serat elastin. Lapis adventisia yang fibrosa berkembang baik. Vena kecil atau
sedang memiliki katup di dalamnya. Katup ini terdiri atas 2 lipatan semilunar dari
tunika intima yang menjulur ke dalam lumen.
(3) Vena besar, memiliki tunika intima yang berkembang baik. Lapisan medianya jauh lebih tipis
dengan beberapa lapis sel otot polos dan banyak jaringan ikat. Lapis adventisianya paling tebal
dan lapis yang paling berkembang pada vena. Pada lapis adventisia, terdapat lapisan otot yang
berfungsi untuk memperkuat dinding dan mencegah pelebaran pembuluh itu.2

Gambar 4 : Vena dan arteri


Mekanisme Aliran darah
Sistem vaskuler memiliki peranan penting pada mekanisme aliran darah. Mekanisme aliran
darah tersebut tidak terlepas dari peranan bagian-bagian pembuluh darah. Yang secara umum
adalah arteri dan vena.
11

Bagian- bagian yang berperan dalam sirkulasi:


1. Arteri mentranspor darah di bawah tekanan tinggi ke jaringan.
2. Arteriola, cabang kecil dari sistem arteri yang berfungsi sebagai kendali ketika darah
yang dikeluarkan ke dalam kapiler.
3. Kapiler , tempat pertukaran cairan, zat makanan dan elektrolit, hormone dan bahan
lainnya antara darah dan cairan interstitial.
4. Venula yaitu mengumpulkan darah dari kapiler secara bertahap
5. Vena yaitu saluran penampung pengangkut darah dari jaringan kembali ke jantung.
Mekanisme aliran darah atau sirkulasi darah ini sangat bergantung pada gradient tekanan
dan resistensi vascular. Sebab Laju aliran darah melalui suatu pembuluh berbanding lurus dengan
gradien tekanan dan berbanding terbalik dengan resistensi vaskular:3
F=

P
R

Dimana
F = laju aliran melalui suatu pembuluh
P = gradien tekanan
R = resistensi pembuluh darah
Gradien tekanan adalah perbedaan tekanan antara awal dan akhir suatu pembuluh. Darah
mengalir dari daerah dengan tekanan lebih tinggi ke daerah dengan tekanan lebih rendah
mengikuti penurunan gradien tekanan. Kontraksi jantung menimbulkan tekanan pada darah,
yaitu gaya dorong utama bagi aliran melalui suatu pembuluh. Karena gesekan (resistensi),
tekanan turun sewaktu darah menyusuri panjang pembuluh. Karena itu, tekanan lebih tinggi
diawal daripada di akhir pembuluh, membentuk gradien tekanan untuk aliran maju darah melalui
pembuluh. 3
Faktor lain yang mempengaruhi laju aliran melalui suatu pembuluh adalah resistensi,
yaitu ukuran tahanan atau oposisi terhadap aliran darah yang melalui suatu pembuluh, akibat
gesekan (friksi) antara cairan yang bergerak dan dinding vaskular yang diam. Jika resistensi
meningkat maka gradien tekanan harus meningkat secara proporsional agar laju aliran tetap.
Karenaitu, jika pembuluh membentuk resistensi yang lebih besar maka jantung harus bekerja
lebih keras untuk mempertahankan sirkulasi adekuat.3
Resistensi terhadap aliran darah bergantung pada tiga faktor : (1) kekentalan
darah(viskositas) darah, (2) Panjang pembuluh, (3) Jari jari pembuluh. Jadi semangkin besar
12

viskositas darah maka semakin besar resistensi terhadap aliran darah. Begitu juga semakin besar
luas permukaan pembuluh darah dan semakin besar jari-jari pembuluh darah maka semakin besar
resistensi terhadap aliran darah. Karena darah bergesekan dengan lapisan dalam pembuluh
sewaktu mengalir. Gesekan tersebut membuat kecepatan aliran darah berkurang.3
Mekanisme aliran darah arteri
Arteri dibentuk khusus berfungsi sebagai saluran transit cepat bagi darah dari jantung ke
berbagai organ (karena jari-jarinya yang besar, arteri tidak hanya menimbulkan resistensi
terhadap aliran darah) dan berfungsi sebagai reservoir (penampung) tekanan untuk menghasilkan
gaya pendorong bagi darah ketika jantung dalam keadaan relaksasi. Sewaktu jantung memompa
darah ke dalam arteri sewaktu sistol ventrikel, lebih banyak darah yang masuk ke arteri dari
jantung daripada yang keluar ke pembuluh-pembuluh yang lebih kecil di hilir karena pembuluhpembuluh kecil ini memiliki resistensi yang lebih besar terhadap aliran. Elastisitas arteri
memungkinkan pembuluh ini mengebang untuk secara temporer menampung kelebihan volume
darah yang disemprotkan oleh jantung, menyimpan sebagian energy tekanan yang ditimbulkan
oleh kontraksi jantung di dindingnya yang teregang seperti balon yang mengembang untuk
mengakomodasi tambahan volume udara yang di hembukan ke dalamnya. Saat jantung melemas
dan berhenti memompa darah ke dalam arteri, dinding arteri yang teregang secara pasif mengecil
(recoil), seperti balon yang dikempiskan. Recoil ini mendorong kelebihan darah di arteri masuk
kedalam pembuluh-pembuluh di hilir, memastikan aliran darah yang kontinyu ke organ-organ
saat jantung melemas dan tidak memompa darah kedalam sistem.4,5
Mekanisme Aliran darah vena
Sistem vena menuntaskan sirkuit sirkulasi. Darah yang meninggalkan jaringan kapiler
masuk ke sistem vena untuk dikembalikan ke jantung.Vena memiliki jari-jari besar sehingga
resistensinya terhadap aliran darah rendah. Selain itu karena luas potongan melintang total sistem
vena secara bertahap berkurang seiring dengan menyatunya vena-vena kecil menjadi pembuluh
yang semakin besar tetapi semakin sedikit, aliran darah menjadi lebih cepat ketika mendekati
jantung. Selain berfungsi sebagai saluran beresistensi rendah untuk mengembalikan daarah dari
jaringan ke jantung, vena sistemik jga berfungsi sebagai reservoir darah. Karena kapasitas
penyimpanannya, vena sering disebut pembuluh darah penyimpan. Vena memiliki dinding yang
13

jauh lebih tipis dan lebih sedikit otot polos dibandingkan dengan arteri. Juga berbeda dari arteri,
vena memiliki elastisitas yang rendah karena jaringan ikat vena lebih banyak mengandung serat
kolagen daripada elastin. Otot polos vena juga tidak memiliki banyak tonus miogenik inheren,
karena sifat-sifat inilah maka vena sangat mudah teregang dan banyak tidak banyak
memperlihatkan recoil elastic. Pembuluh ini mudah melebar untuk menampung tambahan
volume darah dengan hanya sedikit penambahan tekanan vena. Arteri yang teregang oleh
kelebihan volume darah akan kembali mengecil karena adanya serat-serat elastic di dindingnya,
mendorong darah bergerak maju. vena yang mengandung tambahan volume darah hanya
mengalami peregangan untuk menampung tambahan tersebut tanpa cenderung mengecil
kembali. Dengan cara ini vena berfungsi sebagai reservoir (penampung) darah; yaitu ketika
kebutuhan darah rendah, vena dapat menyimpan kelebihan darah sebagai cadangan karena
sifatnya yang mudah teregang secara pasif ini. Ketika simpanan darah tersebut dibutuhkan,
misalnya saat berolahraga, faktor ekstrinsik mengurangi kapasitas reservoir vena dan mendorong
tambahan darah dari vena kembali ke jantung untuk dipompa ke jaringan. Peningkatan aliran
balik vena meningkatkan volume isi sekuncup, sesuai hukum Frank-Starling jantung.
Sebaliknya, jika terlalu banyak darah terkumpul di vena dan tidak dikembalikan ke jantung maka
curah jantung akan berkurang secara abnormal. Karena itu terdapat keseimbangan antara
kapasitas vena, tingkat aliran balik vena, dan curah jantung. Gaya yang menyeabkan aliran vena
adalah gradient tekanan antara vena dan atrium. Aliran balik vena ditingkatkan oleh
vasokonstriksi vena yang diinduksi oleh aktivitas simpatis dan oleh kompresi eksternal vena
karena kontraksi otot rangka sekitar. Kedua hal ini mendorong darah keluar dari vena. Efek-efek
ini membantu tubuh melawan efek gravitasi pada sistem vena.4,5
Perbedaan Sifat Aliran Darah pada Arteri dan Vena
Sirkulasi dibagi menjadi sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmoner. Karena sirkulasi
sistemik menyuplai seluruh jaringan tubuh kecuali paru-paru dengan aliran darah, hal ini juga
disebut sirkulasi besar atau sirkulasi perifer.5
Sirkulasi itu sendiri dibantu oleh aliran darah. Berikut adalah peran dari setiap bagian
fungsional dari sirkulasi.

14

Fungsi arteri adalah untuk mentranspor darah di bawah tekanan tinggi ke jaringan.
Karena alasan ini, arteri mempunyai dinding vaskular yang kuat, dan darah mengalir dengan
cepat di arteri.5
Sedangkan vena berfungsi sebagai saluran penampung guna pengangkutan darah dari
jaringan kembali ke jantung, tetapi sama pentingnya, vena bertindak sebagai penampung utama
darah. Karena tekanan di sistem vena sangat rendah, dinding vena sangat tipis. Meskipun
demikian, dindingnya mempunyai otot dan ini menyebabkan vena dapat berkontraksi atau
meluas dan dengan demikian bertindak sebagai penampung darah ekstra yang dapat
dikendalikan, bergantung pada kebutuhan tubuh.5
Secara mikroskopis luas penampang vena lebih besar daripada arteri. Sehingga dsengan
volume darah yang sama mengalir melalui setiap segmen sirkulasi setiap menitnya, kecepatan
aliran darah berbanding terbalik dengan luas penampang. Dapat disimpulkan bahwa, kecepatan
aliran arteri lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan darah ketika berada di vena.5
Kesimpulan
Jadi dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa gradien tekanan dan resistensi
vaskular sangat mempengaruhi aliran darah baik di arteri maupun di vena. Oleh karena itu
system vaskuler mempunyai peranan penting dalam mekanisme aliran darah. Sebab, Mekanisme
aliran darah ini mendistribusikan oksigen, nutrisi serta sari-sari makanan yang dibutuhkan oleh
tubuh. Apabila terjadi gangguan pada aliran darah, maka oksigen, nutrisi serta sari-sari makanan
yang dibutuhkan oleh tubuh tidak dapat terdistribusi dengan baik keseluruh jaringan tubuh.
Daftar pustaka
1. Junqueira LC, Carneiro J, Kelley RO. Histologi dasar. Edisi ke-8. Jakarta:
EGC;1998.h.210-41.
2. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Dalam: Pendit BU, Yesdelita N,
penyunting. Pembuluh darah dan tekanan darah. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
2011.h.369-419.
3. Ethel S. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: EGC; 2004.
4. Robbins dan Cotran. Dasar patologis penyakit. Edisi ke-7. Jakarta: EGC; 2009.

15

5. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Dalam: Setiawan I, Tengadi
KLA, Santoso A. Tinjauan sirkulasi; fisik medis dari tekanan, aliran, dan tahanan.
Edisi ke-9. Jakarta: EGC; 1997.h. 205-15.

16

Anda mungkin juga menyukai