Anda di halaman 1dari 44

1

BAB I
Pendahuluan

Saluran gastrointestinal bertanggung jawab untuk memecah makanan menjadi berbagai
bagian komponen sehingga dapat diabsorpsi oleh tubuh. Saluran gastrointestinal ini terdiri dari
mulut, esophagus, lambung dan usus halus serta usus besar. Kelenjar saliva, hati, kandung
empedu dan pancreas merupakan organ yang berbeda dari saluran gastrointestinal tetapi
semuanya menyekresi cairan kedalam saluran GI dan membantu pencernaan dan absorpsi
makanan. Kerusakan pada salah satu organ, dapat berdampak pada organ-organ yang lainnya,
karena antara satu organ dan organ yang lainnya memiliki hubungan keterkaitan yang erat satu
sama lainnya.
1

Dalam beberapa kejadian, masalah-masalah yang berhubungan dengan pencernaan tidak
dapat terdeteksi dengan mudah melalui diagnosis medis tradiosional, karena tidak selalu
disebabkan oleh hal-hal yang organic. Gangguan-gangguan yang terjadi disebabkan oleh
perubahan fungsi satu atau lebih organ yang berada dalam sistem pencernaan. Gejala yang
menyertai gangguan pencernaan dapat sesekali terasa dan sporadis.
3
Dalam makalah ini, akan
dibahas sistem digestif yang meliputi saluran dan organ, fungsi, mekanisme kerja serta berbagai
faktor lain yang ikut berperan dalam kerjanya tersebut.
2












2

BAB II
Skenario, Rumusan Masalah dan Hipotesis

1. Skenario
Seorang ibu berumur 56 tahun dengan perawakan gemuk sering mengalami nyeri perut kanan
atas, mual dan setelah diperiksa, ia dikatakan menderita gangguan empedu.

2. Rumusan Masalah
1. Nyeri perut kanan atas dan mual.
2. Ibu dalam scenario didiagnosa oleh dokter menderita gangguan empedu.\

3. Hipotesis
Dalam scenario, seorang ibu dengan perawakan gemuk sering mengalami nyeri perut
kanan atas, mual dan gangguan empedu disebabkan oleh gangguan metabolism lemak.















3

BAB III
Mind Maping
























Gangguan Kandung
Empedu
Struktur
Hepar dan Empedu
Makroskopik Mikroskopik
Metabolisme Lemak
Faktor-faktor yang
Memperngaruhi
Mekanisme dan Fungsi
Sistem Pencernaan
- Mulut
- Lambung
- Hati dan
empedu
- Usus
Besar
Kecil
- Pancreas
4

BAB IV
Pembahasan

Batu empedu bisa terjadi karena menumpuknya kalsium anorganik dan bahan-bahan
anorganik lainnya di dalam kandung empedu yang tidak dapat diasimilasikan. Batu empedu
berbentuk lingkaran, oval, dan facet ditemukan pada saluran empedu. Batu empedu mengandung
kolesterol, kalsium bikarbonat, kalsium bilirubinat, atau gabungan elemen-elemen tersebut.
Prevalensi batu empedu lebih rendah dari kejadian sebenarnya, karena sekitar 90% tetap
asimtomatik. Batu terjadi pada 7% pria dan 15% wanita berusia antara 18-65 tahun. Penderita
wanita lebih banyak dengan perbandingan 3 : 1 pada usia < 40 tahun, yang menjadi seimbang
pada manula.
3,4,5
Pembentukan batu empedu terjadi akibat adanya kristal kolesterol dalam empedu yang
telah mengalami supersaturasi. Batu yang terbentuk terutama mengandung kombinasi garam-
garam kalsium. Keluhan dan gejala batu empedu meliputi serangan nyeri yang spasmodik,
bersifat kolik, karena terjadinya obstruksi saluran empedu oleh batu yang melewatinya.
Obstruksi kandung empedu sendiri akan menimbulkan nyeri abdomen kuadran kanan atas.
3-5
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan (alimentar), yaitu tuba muskular
panjang yang merentang dari mulut sampai anus, terdiri atas rongga mulut, esofagus, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan liang anus, dan organ-organ aksesoris, seperti gigi, lidah,
kelenjar saliva, hati, kandung empedu, dan pankreas. Organ-organ ini menghasilkan banyak
sekret yang dicurahkan ke dalam saluran cerna melalui duktus ekskretorius. Sekret-sekret ini
membantu pencernaan materi yang dimakan dan penyerapannya. Saluran pencernaan yang
terletak dibawah area diafragma disebut saluran gastrointestinal.
6,7
Saluran pencernaan memberi tubuh persediaan akan air, elektrolit, dan makanan, yang terus
menerus. Untuk mencapai hal ini, dibutuhkan:
1. Ingesti, masuknya makanan ke dalam mulut.
2. Pemotongan dan penggilingan makanan secara mekanik.
3. Peristalsis, gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan makanan
tertelan melalui saluran pencernaan.
5

4. Digesti, hidrolisis kimia molekul besar menjadi molekul kecil sehingga absorpsi dapat
berlangsung.
5. Absorpsi, pergerakkan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan ke dalam
sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh.
6. Egesti atau defekasi yaitu proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga bakteri,
dalam bentuk feses dari saluran pencernaan.
7

Nyeri pada perut kanan atas akibat gangguan pada kandung empedu terjadi akibat penumpukan
garam-garam kalsium dan pembentukan kristal kolesterol yang menyebabkan terjadi obstruksi
saluran empedu. Penyumbatan dapat terjadi dipicu oleh makanan berlemak dalam jumlah yang
sangat besar sehingga hati tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk mengemulsi lemak-
lemak tersebut dan terjadilah pengkristalan. Melihat adalnya permasalahan klinik berkaitan
dengan sistem digestivus terutama dalam pernanan dan fungsi hati pada sistem digestivus tubuh
manusia, merupakan hal penting untuk mengetahui struktur, peranan, serta mekanisme kerja
normal dari sistem digestivus tubuh manusia. Dengan mengetahui kondisi normal pada sistem
digestivus tubuh manusia dan memahami mekanisme kerjanya, dapat menjadi awal persiapan
dalam menghadapi masalah klinik berkaitan dengan sistem digestivus di masa yang akan dating.

4.1 Pengertian Sistem Pencernaan
Pencernaan merupakan proses pengolahan makanan di dalam saluran cerna yang mengubah
makanan menjadi bentuk akhir untuk diserap saluran cerna, dibawa oleh darah dan akhirnya
menjalani metabolisme di dalam sel-sel tubuh. Pada dasarnya pencernaan meliputi dua jenis
pekerjaan: (1) pekerjaan mekanis gerakan mengunyah dan peristalsis usus yang memecah
serta mencampurkan makanan agar pekerjaan kimiawi dapat terlaksana dengan lebih mudah, dan
(2) pekerjaan kimiawi yang dilaksanakan oleh berbagai enzim pencernaan di sepanjang saluran
cerna untuk mengubah makanan menjadi molekul-molekul kecil yang bisa diserap. Molekul-
molekul tersebut meliputi monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa), asam-asam amino dan
asam-asam lemak serta gliserol.
8
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorok, kerongkongan, lambung, usus halus, usus
besar, rectum(poros usus), dan anus. Sistem digestif/ pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak di luar saluran pencernaan, seperti pancreas, hati, dan kandung empedu.
9,10

6











Gambar 1: Sistem pencernaan Gambar 2: Sistem pencernaa

4.2 Struktur Mikroskopis Organ Digestivus

Gambar 3. Struktur Makroskopis Umum Digestivus Manusia
7


4.2.1 Labium Oris
Labium oris atau bibir secara mikroskopis terbagi menjadi tiga bagian, bagian luar bibir, bagian
merah bibir dan bagian merah bibir yang memiliki spesifikasi epitel dan jaringannya masing-
masing.
11

1. Bagian luar bibir diliputi kulit biasa, terdiri atas jaringan epidermis dan dermis. Pada
lapisan ini terdapat epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk dengan lapisan dermis
di bawahnya yang merupakan jaringan ikat agak padat. Di bawah dermis terdapat
jaringan subkutan, berupa jaringan ikat longgar dengan semua unsurnya. Pada permukaan
luar ini antara lain juga terdapat folikel rambut beserta rambut, kelenjar sebasea dan
kelenjar keringat.
2. Bagian merah bibir dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Sel-sel yang
dekat permukaan bentuknya agak khas yaitu gepeng, terlihat besar, jernih dan intinya
relative kecil. Jaringan di bawahnya, yaitu lamina propia, membentuk papil-papil yang
menonjol ke dalam epitel di atasnya. Di dalam papil ini terdapat banyak kapiler darah.
Karena kapiler darah yang banyak dekat permukaan dan epitelnya jernih, maka bagian ini
tampak merah.
3. Bagian dalam bibir merupakan epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Jaringan
ikat longgar di bawahnya disebut lamina propia, juga membentuk papil menonjol ke
dalam epitel, tetapi tidak sedalam pada merah bibir. Di daerah pangkal bibir, dalam
lamina propia terdapat kelenjar labialis yang merupakan kelenjar mukoserosa.
Di tengah organ ini terdapat muskulus orbikularis oris, berupa jaringan otot skelet dan cabang-
cabang arteri labialis.
11

Lingua
Lingua dalam bahasa sehari-hari adalah lidah. Sebagian besar lidah terdiri atas serat-serat otot
skelet yang saling menyilang dalam tiga bidang, yaitu muskulus horizontalis (m. transversalis),
muskulus vertikalis dan muskulus longitudinalis linguae. Otot-otot ini berorigo dan berinsersio
pada septum linguae yaitu jaringan ikat fibrosa yang terletak di tengah lidah.
1

8

Pada sajian lidah dipelajari tiga jenis papil (pada lidah manusia) yaitu papilla sirkumvalata,
papilla fungiformis, dan papilla filiformis.


Papilla sirkumvalata, ukuran papil besar dan hanya terdapat pada pangkal lidah berderet
sepanjang linea terminalis. Bangunan papil ini terbenam dan dikelilingi parit sehingga
puncaknya sama tinggi dengan garis permukaan lidah. Dasar parit merupakan tempat muara
kelenjar Ebner, suatu kelenjar serosa. Permukaan papilla ini dilapisi epitel berlapis gepeng
tanpa lapisan tanduk. Pada permukaan lateral papil, yang terbenam dalam parit, terdapat
banyak taste buds (kuncup pengecap), yang merupakan badan akhir saraf sensoris, sebagai
indra penegcap.
11

Papilla filiformis, bentuknya mirip lembaran benang dengan ujung runcing. Hampir seluruh
permukaan atas lidah dipenuhi papilla jenis ini. Epitel yang melapisinya yaitu epitel berlapis
gepeng yang ujungnya membentuk lapisan tanduk. Papil ini terletak di atas garis permukaan
lidah. Pada papil ini tidak terdapat kuncup pengecap.
Papilla fungiformis, bentuknya mirip jamur, terdapat di antara papilla filiformis. Papilla ini
juga menonjol di atas permukaan lidah. Epitel permukaannya yaitu epitel berlapis gepeng
dan sering mempunyai lapisan tanduk. Pada papil ini kadang ditemukan adanya kuncup
pengecap. Baik papilla filiformis maupun fungiformis, memiliki papilla sekunder.
11


Glandula Parotis
Berdasarkan sifat sekretnya, kelenjar parotis termasuk kelenjar serosa. Pada sajian, bentuk sel
yang menyusun asinus mirip segitiga dengan puncaknya menghadap lumen dan dasarnya
melekat pada membran basal. Intinya bulat, biru dan terletak dekat basal sel. Sitoplasma
merah kebiruan dan granula pada daerah apikalnya.
11


Glandula Submandibularis
Berdasarkan sifat sekretnya, kelenjar submandibularis tergolong kelenjar campur
mukoserosa. Sebagian besar pars terminalisnya bersifat serosa dan sebagian kecil mukosa.
11




9

Glandula Sublingualis
Kelenjar ini memiliki gambaran histology yang mirip dengan kelenjar submandibularis,
bedanya kelenjar ini sebagian besar asinusnya bersifat mukosa sehingga disebut kelenjar
seromukosa.
11

Gambar 4: Letak Kelenjar Oris

4.2.2 Dentin (Gigi)
Setiap gigi mempunyai komponen yang berasal dari mesoderm dan ektoderm, di mana
lapisan ektoderm membentuk email. Pada sajian penbentukan gigi dipelajari organ email dalam
bentuk menyerupai genta (bell stage) yang kadang-kadang masih terlihat hubungannya dengan
lamina dentis. Pada beberapa sajian terlihat lamina dentis mempunyai tonjolan bakal gigi
permanen. Permukaan luar organ email diliputi epitel email luar yang selnya kuboid. Di
bawahnya terdapat sel-sel berbentuk bintang membentuk lapisan retikulum stelata (stratum
stelatum/pulpa email).
Di bawah lapisan retikulum stelata terdapat stratum intermedium yang sel-selnya
berbentuk gepeng dan kalau diikuti lapisan ini akan menyatu dengan epitel email luar di tepi
ujung bawah organ email. Di bawah lapisan ini terdapat epitel email yang terdiri atas ameloblas
dengan sel berbentuk silindris. Pada beberapa sajian sudah terlihat lapisan email merupakan
lapisan homogen gelap di bawah deretan ameloblas. Lebih ke bawah lagi terdapat lapisan
homogen berwarna merah yaitu dentin dan di bawahnya berwarna lebih pucat yaitu
predentin.
12,13
Di bawah lapisan dentin terdapat deretan odontoblas yang juga merupakan sel berbentuk
silindris. Deretan odontoblas melapisi cekungan di bawah organ email. Cekungan ini berisi
10

jaringan mesenkim yang membentuk papila dentis yang nantinya akan menjadi pulpa dentis.
Pada tempat pertemuan antara epitel email luar dan stratum intermedium pada ujung bawah
organ email serta epitel email luar sel-sel di sini membentuk sarung ke bawah yang disebut
sarung Hertwig. Jaringan ikat di sekitar organ email yang membungkus organ ini disebut sakus
dentis. Jaringan tulang kanan dan kirinya merupakan bagian dari prossesus tempat terpancangnya
gigi (alveolus gigi).


Gambar 5: Pembentukan Gigi

4.2.3 Esofagus
Lapisan pada saluran pencernaan berturut-turut dari luar ke dalam yangterdapat sampai
pada bagian akhir memiliki urutan sebagai berikut:
1. Tunika mukosa : epitel, lamina propia, tunika muskularis mukosa
2. Tunika submukosa
3. Tunika muskularis : sirkularis, longitudinalis
4. Tunika adventisia/serosa.
12,13

Tunika mukosa esofagus dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Di bawah
epitel terdapat lamina propia yang terdiri atas jaringan ikat jarang. Di bawah lamina propia
terdapat tunika muskularis mukosa yang terdiri atas berkas otot polos yang tersusun memanjang.
Saat menuju daerah peralihan ke gaster, tunika ini epitelnya berubah menjadi epitel selapis torak.
Mukosa kardianya tampak berlipat karena adanya foveola gastrika (gastric pits). Dalam lamina
propianya terdapat kelenjar kardia yang umumnya berkelok. Tunika submukosa berupa jaringan
11

ikat jarang, di dalamnya terdapat kelenjar esofagus bersifat mukosa atau seromukosa. Pada
beberapa sajian dalam lapisan dapat ditemukan pleksus submukosus Meissneri yang biasanya
terdiri atas sel ganglion otonom dan serat saraf, sampai pada daerah peralihan gaster dan
esofagus tidak terdapat lagi kelenjar esofagus, hanya ada jaringan ikat jarang saja. Juga masih
ditemukan pleksus Meissneri di sini. Pada tunika mukosanya terdiri atas 2 lapisan, yang sebelah
dalam adalah tunika muskularis berupa serat otot polos sirkular, dan sebelah luar adalah
longitudinalis. Di antara kedua serat otot ini terdapat pleksus mienterikus Auerbach. Sedangkan
pada tunika muskilaris yang dekat dengan gaster terlihat menebal karena membentuk
sfringter.
12,13


4.2.4 Gaster
Fundus gaster. Tunika mukosa gaster dilapisi epitel selapis torak. Terdapat foveola
gastrika yang berupa sumuran kecil di antara tonjolan mukosa. Yang terlihat sebagai tonjolan
sebenarnya adalah mukosa di antara dua sumuran. Di dasar foveola terdapat muara kelenjar
fundus, yang biasanya tidak berkelok. Foveola gastrika di fundus meliputi 1/3 bagian ketebalan
mukosa, sedangkan kelenjar mencapai 2/3 bagiannya.
12,13
Kelenjar fundus memenuhi
lamina propia. Macam-macam sel yang menyusun kelenjar fundus:
- Sel mukus leher (mucous neck cell) bentuk sel torak, mirip sel epitel mukosa,
terdapat di leher kelenjar. Inti sel lonjong terletak di dasar sel. Sitoplasma bagian
apical kadang mengandung granula.
- Sel HCL atau parietal (oxyntic cell), bentuknya mirip segitiga atau bulat.
Sitoplasmanya merah dengan inti bulat biru di tengah kromatin padat terutama pada
istmus kelenjar.
- Sel zimogen (chief cell) bentuknya mirip sel HCl, di antara selnya terdapat HCl,
selnya agak basofil dengan granula pada apikalnya, inti selnya bulat dan dekat ke
basal.
1,2

Tunika muskularis mukosa terdapat di bawah lamina propia yang kadang terdesak oleh
kelenjar fundus. Tunika submukosa pada gaster merupakan jaringan ikat jarang di mana terdapat
pleksus Meissneri. Tunika muskularis sirkularis lebih tebal daripada yang longitudinal, daerah
ini juga terdapat pleksus Auerbach antara keduanya. Tunika serosa merupakan jaringan ikat
jarang dengan dilapisi epitel selapis gepeng (peritoneum). Tunika mukosa pada pilorus juga
12

mempunyai foveola gastrica dilapisi epitel selapis torak, foveola ini dalam meliputi 2/3 ketebalan
mukosa dan 1/3 ditempati kelenjar pilorus yang tampak homogen karena semua selnya adalah sel
mucus. Tunika muskilaris mukosa, submukosa, dan serosa merupakan kelanjutan dari daerah
fundus. Pada tunika muskularis bagian sirkulernya menebal membentuk sfingter pilori.
12,13

Gambar 6: Gaster atau Lambung

4.2.5 Duodenum, Jejenum, Ileum
Duodenum
Tunika mukosa diliputi oleh epitel selapis torak yang mempunyai mikrovili (brush
borders). Di antara sel epitel ada sel goblet yang jumlahnya di sini belum begitu banyak. Tunika
mukosa membentuk vilus intestinalis yang gemuk. Lamina propia terdapat di bawah epitel vilus
intestinalis maupun di sekitar kriptus Liberkuhn. Di dasar kriptus dapat ditemukan sel Paneth,
suatu sel berbentuk kerucut dan puncaknya menghadap lumen di dalam sitloplasmanya terdapat
garnula kasar berwarna merah. Tunika muskularis mukosa tidak ikut membentuk vilus intestinal.


Lapisan tunika muskularis mukosa sering terpenggal-penggal karena ditembusi perluasan
massa kelenjar Brunner. Tunika mukosa dipenuhi kelenjar Brunner. Tunika mukosa dan tunika
submukosa bersama-sama membentuk plica sirkularis kerkringi, artinya pada setiap plika
sirkularis terdapat banyak vilus instestinalis. Pleksus submukosa meissneri juga dapat ditemukan
di sini. Tunika muskularis sirkularis dan longitudinalis, di antaranya terdapat pleksus mienterikus
Auerbach. Tunika adventisia berupa jaringan ikat jarang.
12,13

Tunika mukosa. Pada pylorus epitel selapis torak dan pada duodenum epitelnya
jugaselapis torak tetapi sudah mulai terdapat sel goblet diantara sel- sel epitelnya. Padapylorus
terdapat foveoal gastrica , sedangkan pada duodenum terdapat vilus instistenalisPada
pylorus terdapat pylorus di dalam lamina propria, sedangkan pada duodenumterdapat kriptus
Liebherkhun, berupa kelenjar tubolosa simpleks. Kadang dalam lamina propria tampak
13

noduli limpatikus. Tunika submukosa pada pylorus tidak terdapat kelenjar, sedangkan di
duodenum dipenuhi kelenjar Brunner yang merupakan kelenjar tubolosa bercabang dan
bergelung dan bersifat mukosa. Pada pylorus tunika muskularis sirkularis tebal sedangkan di
duodenum biasa. Tunika muskularis longitudinalis hamper mirip pada keduanya. Tunika
serosa /adventisia sama seperti lambung.
12,13

Gambar 7: Histologi Duodenum

Jejunum
Tunika mukosa jejunum gambarannya mirip dengan duodenum, tetapi vilus
intestinalisnya lebih langsing dan sel gobletnya lebih banyak. Dan pada jejunum, sel paneth
mudah dikenali. Tunika submukosa di sini tidak mengandung kelenjar, hanya terdiri dari
jaringan ikat jarang dengan pleksus meissneri di dalamnya lapisan ini juga ikut membentuk
lapisan plika sirkularis kerkringi. Tunika muskularis susunannya sama seperti pada duodenum.
Tunika serosa berupa jaringan ikat yang jarang.
12,13


Gambar 8: Histologi Jejenum


14


Ileum
Tunika mukosa mirip dengan jejunum, tetapi sel goblet jauh lebih banyak. Di dalam
lamina propria terdapat kelompokan noduli limfatikus yang membentuk bangunan khusus
disebut plaque peyeri. Kelompokan noduli limfatikus ini sering terlihat meluas ke dalam tunika
submukosa sehingga sering menjadikan tunika muskularis mukosa sering terpenggal-penggal.
Tunika submukosa terdiri atas jaringan ikat jarang dengan pleksus meissneri di dalamnya. Di sini
juga tidak terdapat kelenjar. Plika sirkularis kerkringi tampak lebih pendek dibanding yang
terdapat pada duodenum maupun jejunum. Tunika muskularis, gambarannya sama seperti
duodenum dan jejunum. Tunika serosa juga terdiri dari jaringan ikat jarang.
12,13


4.2.6 Kolon
Tunika mukosa bagian usus besar ini seperti juga usus lainnya, dilapisi epitel selapis
torak. Permukaannya yang menyerupai vilus merupakan potongan kriptus Lieberkuhn. Pada
preparat usus besar permukaan mukosa rata, seragam tingginya yang menandakan bahwa
bangunan itu bukan vilus. Epitel sebagian besar terdiri atas sel goblet. Kadang-kadang dapat
ditemukan noduli limfatikus di dalam lamina propria. Tunika muskularis mukosa mudah
dikenali sebagai pembatas dengan tunika submukosa. Tunika submukosa rektum terdiri atas
jaringan ikat jarang yang didalamnya juga ditemukan pleksus meisnerri. Tunika muskularis yang
sirkular mempunyai susunan seperti biasa. Yang longitudinal tidak mempunyai ketebalan yang
sama seputar lingkar dindingnya. Pada penebalan tunika muskularis longitudinal disebut
taenia koli.
12,13


4.2.7 Peralihan Rectum-Anus
Pada tunika mukosa terlihat perubahan epitel, dari epitel selapis torak dengan sel goblet
menjadi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, yang semakin ke distal dapat dijumpai
adanya lapisan tanduk. Kriptus tidak terlihat lagi di daerah anus. Noduli limfatisi masih
ditemukan pada lapisan ini. Tunika muskularis mukosa tidak terlihat lagi setelah masuk ke
daerah anus.
12,13

Lamina propia digantikan oleh dermis. Dalam dermis terdapat kelenjar apokrin yang
disebut sirkumanalis. Tunika submukosa, berupa jaringan ikat jarang yang menjadi satu dengan
15

jaringan ikat jarang lamina propria pada tempat pertemuannya dengan anus dan akhirnya
digantikan oleh demis dan hypodermis. Tunika muskularis yang melingkar pada daerah rektum
menebal membentuk otot muskular yaitu muskulus sfingter ani eksternus yang terdiri dari
jaringan otot skelet. Lapis otot longitudinal tidak mengalami perubahan. Tunika adventisia terdiri
dari jaringan ikat jarang.
12,13


4.2.8 Pankreas
Sepintas kelenjar ini mirip kelenjar parotis. Kelenjar pankreas merupakan kelenjar ganda,
terdiri atas kelenjar eksokrin yang terpulas lebih gelap dan kelenjar endokrin yang lebih pucat.
Bagian eksokrin kelenjar pankreas mirip kelenjar parotis yaitu pars terminalisnya berupa
asinus. Dalam asinus sering dijumpai sel sentroasinar yang membatasi lumen asinus. Sel ini
merupakan awal dinding duktus interkalaris, yaitu saluran kelenjar yang terkecil. Saluran ini
pada awalnya dindingnya berupa epitel selapis kubis atau kubis rendah. Duktus sekretorius
(intralobular) lebih sedikit jumlahnya daripada yang terdapat dalam kelenjar parotis. Adanya sel
sentrosinar dan sedikitnya duktus sekretorius pada kelenjar pankreas dapat digunakan untuk
membedakannya dari kelenjar parotis.
12,13

Bagian endokrin disebut juga pulau Langerhans. Terdiri atas kelompokan sel yang
terpulas lebih pucat dari pada sinus di sekitarnya (bagian eksokrin). Sel-sel pulau Langerhans
juga lebih kecil daripada asinus. Pada umumnya sel kelihatan bulat dan dinding selnya tidak
mudah dilihat. Di antara sel-sel itu terdapat kapiler darah. Kelompokan sel ini tidak mempunyai
batas jaringan ikat yang jelas.
12,13


4.2.9 Hepar
Sisi bidang ini merupakan batas lobulus yang dibentuk oleh jaringan ikat
longgar (jaringan ikat interlobular). Terdapat vena sentralis hepatis, biasanya di tengah lobulus.
Di luar vena sentralis terdapat sel hati yang tersusun radier mengarah ke arah jaringan
interlobular. Di antara sel hati terdapat sinusoid hati yang nantinya akan menuju ke vena
sentralis. Muaranya tidak terlalu terlihat jelas, karena tidak selalu terpotong. Dinding sel sinusoid
berupa sel endotel yang terlihat melekat pada deretan sel hati. Sel endotel sinus ini berbentuk
gepeng dengan inti yang gepeng juga dengan kromatinnya padat. Dalam sitoplasmanya
terdapat benda-benda asing yang sudah difagosit oleh sel. Sel ini disebut sel
16

Kupffer. Tanpa adanya benda asing ini sulit memastikan bahwa yang terlihat itu benar-benar sel
Kupffer. Sel hati (hepatosit) berbentuk poligonal dengan inti bulat atau sedikit lonjong dan
kromatin agak padat. Dapat ditemukan sel hati yang berinti dua. Dengan pembesaran objektif 45
kali, terkadang dapat dilihat kanalikuli biliaris di antara dua dinding sel hati yang bersebelahan.
Saluran ini terlihat sebagai bintik atau lubang kecil saja, terjepit di antara kedua dinding sel itu.

12,13


4.2.10 Vesika Felea (Kandung Empedu)
Tunika mukosa organ ini dilapisi epitel selapis torak dan biasanya tidak mempunyai sel
goblet. Epitel bersama lamina propria membentuk lipatan mirip vilus intestinalis. Di dalam
lamina propria terdapat sejumlah bangunan bulat atau lonjong dilapisi epitel yang sama dengan
epitel mukosa. Ini adalah potongan lipatan mukosa dan disebut sinus Rokitansky-Aschoff.
Dinding vesika velea tidak mempunyai tunika muskularis mukosa. Tunika serosa /adventisia
terdiri atas jaringan ikat longgar. Pada daerah yang berhadapan dengan jaringan hati kadang-
kadang dijumpai sisa saluran keluar empedu yang rudimenter, disebut duktus Aberans-
Luschka.
13


4.3 Struktur Makroskopis Organ Digestivus
Saluran pencernaan terdiri atas sebuah saluran panjang yang berawal di rongga mulut dan
berakhir di anus. Sistem itu terdiri atas rongga mulut, esophagus, lambung, usus halus, usus
besar, rektum dan liang anus. Organ yang berhubungan dengan saluran cerna adalah organ-organ
tambahan berupa kelenjar liur, hati dan pankreas. Organ-organ ini menghasilkan banyak sekret
yang dialirkan ke dalam saluran cerna melalui duktus ekskretorius di mana sekret-sekret ini
membantu pencernaan materi yang dimakan dan penyerapannya.
Struktur makroskopis meliputi:
1. Cavum oris
2. Pharynx
3. Oesophagus
4. Tractus gastero-intestinalis, ialah:
a. Gaster
b. Intestinum tenue (usus kecil), terdiri dari:
17

i. Duodenum
ii. Jejenum
iii. Illeum
c. Intestinum Grassum (usus besar)
d. Rectum dan anus. Dalam sistim pencernaan ini termasuk juga organ dan kelenjar
tambahan, yaitu:
1. Kelenjar-kelenjar sekresi saliva: glandula parotis, glandula submandibularis dan glandula
sublingualis
2. Hepar
3. Pancreas.
14


4.3.1 Cavum Oris
Rongga mulut atau cavum oris dapat dibagi menjadi vestibulum oris dan rongga mulut
yang sebenarnya (cavum oris proprium), yang bersama-sama membentuk rongga mulut.
Vestibulum terletak antara pipi dan bibir pada satu pihak dan gigi geligi. Bila rahang tertutup dan
gigi geligi lengkap, tidak ada hubungan antara vestibulum dan kavum oris proprium. Bila mulut
terbuka, batas posteriornya, fauses yang dibentuk oleh lengkung posteriornya, palatum, mulai
terlihat. Uvula, lengkung anterior palatum, tonsila palatina, dan frenulum bibir.
15

1. Vestibulum Oris
Penampang median melalui vestibulum dan rongga mulut bibir, palatum durum dan
palatum mole, lingua, faring, radix lingua, pintu masuk dalam laring, dasar mulut (M.
mylohyoideus, M.Genihyoidius, M.Digastricus). Bibir dan pipi mebentuk dinding luar
vestribulum yang sangat elastic, sebuah lempeng otot (M.Buccinatorius, dan
M.orbicularis oris) yang pada beberapa tempat melekat erat pada kulit wajah.
4

Bibir / labium oris , terletak di sudut mulut kanan kiri saling berhubungan pada angulus
oris, terdapat juga alur / sulcus pada labium oris. Pertama yaitu sulcus nasolabialis yaitu
alur di antara sudut bibir atas dengan dengan hidung (nasus), Sulcus mentolabialis : alur
diantara bibir bawah dengan dagu (mentum), philtrum yang merupakan lekuk diatas
pertengahan bibir atas.
15
18

Pipi / bucca terletak pada daerah di antara angulus oris sampai tepi depan m.masseter.
Dibawah kulit ditemukan jaringan lemak;diantaranya terdapat suatu gumpalan lemak
besar (Bichat) yang bagian depannya terletak pada m.buccinator dan meluas ke belakang,
menyusup diantara m.buccinator dan m.masseter, dan mencapai tepi depan
m.temporalis.
15

2. Cavum Oris Proprium
Rongga mulut dalam arti yang lebih sempit terletak di belakang gigi-geligi dan meluas
sampai istmus faucium yang berada di belakang lidah.
Dasar otot rongga mulut dibentuk oleh m.milohyoideus, yang berjalan dari linea
milohioidea mandibula ke rafe medial dan os hyoid. Di atas dasar mulut dekat bidang
tengah terletak mm.genihyoideus, kelenjar sublingual terletak pada tiap sisi diantara otot-
otot ini dan mandibula. M.genihyoideus yang berpasangan berasal dari atas dasar mulut
pada pusat bagian dalam mandibula, otot-otot ini membentuk bagian terbesar badan
lidah. Perut depan m.digastrikus membentang dibawah dasar mulut, pada kedua sisi dari
daerah kornu minus os hyoid sampai fossa digastrika mandibula. Pada tiap sisi, kelenjar
submandibular terletak diantara otot dan mandibula.
Atap rongga mulut dibentuk oleh palatum durum dan palatum mole. Rongga mulut
sebagian besar terisi oleh lidah. Berikut batas-batasn cavum oris proprium, depan dan
samping : arcus dentalis dengan processus alveolarisnya, pada bagian atas berbatasan
dengan palatum durum et mole, pada bagian bawah berbatasan dengan diafragma oris.
14


4.3.2 Esofagus
Esofagus adalah suatu pipa muskular sepanjang kira-kira 25 cm yang merupakan lanjutan
pharynx dan mulai di tepi bawah cartilago cricoidea setinggi vertebra C6, dan berakhir di cardia
ventriculi setinggi vertebra T10-11. Dibagi menjadi pars cervicalis, pars thoracalis dan pars
abdominalis.
7


4.3.3 Gaster
Gaster secara umum dibagi menjadi tiga bagian umum, yaitu fundus, korpus dan pylorus.
Pertama dimulai dari gaster, terdapat incisura pada kurvatura minor, pada sambungan antara
korpus dan antrum pilori disebut incisura angularis. Lalu terdapat sfingter pilori yang
19

mengendalikan pengosongan isi lambung ke duodenum, lalu terdapat orifisium kardia yang
merupakan tempat masuknya isi esofagus ke gaster. Sfingter kardia bekerja mencegah refleks isi
lambung ke esofagus. Omentum minus melekat ke kurvatura minor dan omentum mayus melekat
pada kurvatura mayor. Kedua omentum ini membawa darah dan limfe ke gaster. Lalu bila kita
lihat pada bagian dalamnya / mukosa gaster terdapat lipatan-lipatan yang sering disebut sebagai
plica gastricae yang berfungsi mensekresi asam lambung / HCl.
7


4.3.4 Intestinum Tenue (Usus Halus)
Awal intestinum tenue atau usus halus adalah duodenum atau usus duabelas jari.
Duodenum berbentuk seperti tapal kuda, duodenum akan berjalan dari pylorus ke arah belakang.
Terdiri atas empat bagian yaitu pars superior, pars descendens, pars inferior dan pars ascendens.
Pars superior duodeni terletak pada bidang transpyloric yang bermula dari pylorus menuju ke
belakang dari berakhir di flexura duodenale superior. Pars descendens bermula dari flexura
duodeni superior beralih ke bawah dan kemudian membelok ke kiri disebut sebagai flexura
duodeni inferior. Setinggi vertebrae lumbalis 3 pars inferior duodeni akan menyilang garis
tengah berjalan ke kiri untuk kemudian berjalan ke arah atas dan berakhir sebagai pars ascendens
duodeni. Pars ascendens duodeni terletak setinggi vertebrae lumbal 2, kurang lebih 2,5 cm
sebelah kiri garis tengah. Setelah sampai di belakang lambung, pars ascendens duodeni akan
membelok ke bawah pada lengkungan yang disebut sebagai flexura duodenojejunalis. Pada
flexura ini terdapat ligamentum penghubung dengan oesophagus yang disebut ligamentum
Treitz.
7

Duodenum diperdarahi oleh a.Gastroduodenalis yang merupakan cabang dari a.Hepatica
Communis yang akan memperdarahi dinding posterior duodenum dan juga didarahi oleh
a.Pancreaticoduodenalis Superior (anterior dan posterior) yang berjalan antara pars descendens
duodeni dan caput pankreas. a.Pancreaticoduodenalis inferior yang merupakan cabang dari
a.Mesenterica Superior juga mendarahi duodenum.
7

Selain duodenum, 2/5 proksimal usus halus merupakan jejunum sedangkan 3/5 distal sisanya
merupakan ileum. Lingkaran-lingkaran jejunum cenderung mengisi region umbilikalis
sedangkan ileum mengisi bagian bawah abdomen dan pelvis. Perbedaan dari duodenum dan
jejunum adalah, pada jejunum kelenjar getah beningnya soliter sedangkan pada ileum kelenjar
getah beningnya ada yang soliter maupun berkelompok (agregat / plaque peyeri). Tidak hanya
20

itu, perbedaan dari duodenum dan ileum dapat kita lihat pada vasa recta dan arcadenya. Pada
jejunum diameternya lebih tebal dari ileum, memiliki vasa recta yang panjang dan arcade satu
tingkat sedangkan pada ileum yang berdiameter lebih kecil dari jejunum memiliki vasa recta
yang pendek dan arcades yang bertingkat sampai tiga tingkat.
Pembuluh darah mesentrika superior berjalan sepanjang bagian ketiga duodenum dan
memasuki pangkal mesentrium serta berjalan ke arah region iliaka dextra di dinding posterior
abdomen. Cabang-cabang jejunal dan ileal terpisah dan beranastomosis kembali dalam
mesentrium sehingga membentuk gang beratap (arcade). Pembuluh arteri ujung (vasa recta)
keluar dari arcades dan memasok darah ke dinding intestinum . pasokan darah jejunum terdiri
dari beberapa arcades dan sedikit cabang terminal sedangkan pembuluh pada ileum memiliki
banyak arcades dan memiliki lebih banyak cabang terminal berupa arteri ujung yang melewati
dinding intestinum.
1,7

4.3.5 Intestinum Crassum (Usus Besar)
Usus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1,5 m
yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar sari
usus halus, yaitu sekitar 6,5 cm, tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil.
Usus besar terdiri dari sekum, kolon, dan rektum.
1

Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum
menepati dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal mengendalikan aliran kimus
dari ileum ke dalam sekum dan mencegah terjadinya aliran balik bahan fekal ke dalam usus
halus.
1

Kolon dibagi lagi menjadi kolon asenden, tranversum, desenden dan sigmoid. Tempat
kolon membentuk kelokan tajam pada abdomen kanan dan kiri atas secara berturut-turut disebut
sebagai fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan
membentuk lekukan berbentuk-S.
1

Lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita
yang disebut sebagi taenia koli. Panjang taenia lebih pendek daripada usus, sehingga usus
tertarik dan berkerut mebentuk kantung-kantung kecil yang disebut haustra. Apendises epiploika
adalah kantong-kantong kecil peritonium yang berisi lemak dan melekat sepanjag taenia.
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan berdasarkan pada suplai darah
21

yang diterima. Arteria mesentrika superior memperdarahi belahan kanan (sekum, kolon asenden,
dan dua per tiga proksimal kolon tranversum), dan arteria mesentrika inferior mendarahi bagian
kiri (sepertiga distal kolon tranversum, kolon desenden, kolon sigmoid, dan bagian proksimal
rektum). Suplai darah tambahan ke rektum berasal dari arteri hemoroidalis media dan inferior
yang dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.
Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan pengecualian sfingter eksterna
yang berada dalam pengendalian volunter. Serabut parasimpatis bejalan melalui saraf vagus ke
bagian tengah kolon tranversum, dan saraf pelvikus yang berasal dari daerah sakra menyuplai
bagian distal. Serabut simpatis meninggalkan medula spinalis melalui saraf splangnikus. Serabut
saraf ini bersinaps dalam ganglia seliaka dan aortikorenalis, kemudian serabut pasca ganglionik
menuju kolon. Rangsangan simpatis menghambat sekresi dan kontraksi, serta merangsang
sfingter rektum. Rangsangan parasimpatis mempunyai efek yang berlawanan.
1


4.3.6 Rectum
Merupakan bagian caudal dari intestinum crassum. Rectum terletak retroperitoneal,
memanjang mulai setinggi corpus vertebrae sacralis 3 sampai Anus. Anus adalah muara dari
rectum ke dunia luar. Pada rectum terdapat flexura sacralis yang mengikuti curvatura ossacrum
dan flexura perinealis yang mengikuti lengkungan perineum. Bagian cranialis disebut pars
ampularis recti dan bagian caudalis disebut pars analis recti.
1

Pada pars ampularis terdapat 3 buah plica transversalis yang dibentuk oleh penebalan stratum
circulare tunica muscularis. Plica yang tengah sangat tebal, disebut plica transversalis
Kohlraush, berfungsi sebagai penahan isi rectum. Pada pars analis terdapat plica yang arahnya
longitudional dan disebut columna rectalis Morgagni. Di sebelah analis columna rectalis bersatu
membentuk anulus rectalis (annulus haemorrhoidalis). Di sebelah profunda mukosa terdapat
plexus venosus yang disebut plexus haemorrhoidalis.
1







22

4.4 Mekanisme dan Fungsi Sistem Pencernaan
Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan, waktu yang
diperlukan pada masing-masing bagian saluran bersifat terbatas. Selain itu pencampuran yang
tepat juga harus dilakukan. Tetapi karena kebutuhan untuk pencampuran dan pendorongan
sangat berbeda pada tiap tingkat proses, berbagai mekanisme umpan balik hormonal dan saraf
otonom akan mengontrol tiap aspek dari proses ini sehingga pencampuran dan pendorongan akan
terjadi secara optimal.
1

4.4.1 Rongga Mulut
1,7,16,17

1. Mulut
Pintu masuk ke saluran cerna adalah dari mulut atau rongga oral. Lubang masuk dibentuk
oleh bibir yang mengandung otot dan membantu mengambil, menuntun, dan menampung
makanan di mulut.

2. Palatum
Langit-langit yang membentuk atap lengkung rongga mulut, memisahkan mulut dari
saluran hidung. Keberadaan struktur ini juga memungkinkan bernapas dan mengunyah
atau menghisap berlangsung secara bersamaan. Terdapat uvula yang berperan dalam
menutup saluran hidung sewaktu menelan.

3. Lidah
Gerakan lidah penting dalam menuntun makanan di dalam mulut sewaktu mengunyah
dan menelan serta berperan penting dalam berbicara. Selain itu terapat kuncup kecap
pada lidah.

4. Gigi
Berperan dalam langkah pertama proses pencernaan yaitu mastikasi atau mengunyah.
Motilitas mulut melibatkan pengirisan, perobekan, penggilingan, dan pencampuran
makanan. Tindakan mengunyah dapat volunter tetapi sebagian besar mengunyah selama
makan adalah refleks ritmik yang dihasilkan oleh pengaktifan otot rangka rahang, bibir,
pipi, dan lidah sebagai respons terhadap tekanan makanan pada jaringan mulut.
23


5. Liur
Liur atau saliva dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar liur utama yang terletak di luar
rongga mulut, mengandung 99,5% H
2
O dan 0,5% elektrolit dan protein. Protein
terpenting dalam liur adalah amilase, mukus, dan lisozim. Protein-protein ini berfungsi
sebagai berikut.
a. Amilase berperan dalam pencernaan karbohidrat menjadi maltosa
b. Mukus berperan dalam lubrikasi dan mempermudah proses penelanan serta
membasahi partikel makanan.
c. Lisozim, enzim yang memiliki sifat antibakteri.
d. Sebagai bahan pelarut yang merangsang kuncup kecap.
e. Membantu berbicara dan mempermudah gerakan bibir dan lidah.
f. Berperan penting dalam higiene mulut dengan membantu menjaga mulut dan gigi
bersih.
g. Kaya akan bikarbonat yang menetralkan asam dalam makanan serta asam yang
dihasilkan oleh bakteri di mulut sehingga karies dentis dapat dicegah.

4.4.2 Faring dan Esofagus
Motilitas yang berkaitan dengan faring dan esofagus adalah menelan. Menelan merupakan proses
memindahkan makanan dari mulut melalui esofagus hingga ke lambung. Menenlan baru dimulai
ketika bolus secara sengaja didorong oleh lidah ke belakang mulut menuju faring. Tekanan bolus
merangsang reseptor-reseptor tekanan faring, yang mengirim impuls aferen ke pusat menelan
yang terletak di medula batang otak.
1,7,16,17

1. Tahap orofaring
a. Berlangsung sekitar 1 detik, terdiri dari pemindahan bolus dari mulut melalui
faring untuk masuk ke esofagus.
b. Posisi lidah menekan langit-langit keras menjaga agar makan tidak masuk
kembali ke mulut sewaktu menelan.
c. Uvula terangkat dan menekan bagian belakang tenggorokan, menutup saluran
hidung dari faring sehingga makanan tidak masuk ke hidung.
24

d. Elevasi laring dan penutupan erat pita suara di pintu masuk laring atau glotis
mencegah makanan masuk ke trakea. Epiglotis terdorong ke belakang menutupi
glotis sebagai proteksi tambahan agar makanan tidak masuk ke saluran napas.
e. Sewaktu menelan, pusat menelan secara singkat menghambat pusat pernapasan di
dekatnya.
f. Laring dan trakea tertutup, otot-otot faring berkontraksi untuk mendorong bolus
ke dalam esofagus.

2. Tahap esofagus
a. Pusat menelan memicu gelombang peristaltik primer, mendorong bolus di
depannya menelusuri esofagus untuk masuk ke lambung.
b. Gelombang peristaltik memerlukan waktu 5-9 detik untuk mencapai ujung bawah
esofagus, dikontrol oleh pusat menelan dengan persarafan melalui saraf vagus.
c. Jika bolus yang tertelan besar, bolus akan meregangkan esofagus dan merangsang
reseptor tekanan di dindingnya. Akibatnya, terjadi gelombang peristaltik kedua
yang tidak melibatkan pusat menelan tetapi diperantarai oleh pleksus saraf
intrinsik di tempat peregangan.

4.4.3 Lambung
Lambung memiliki tiga fungsi utama. Pertama, menyimpan makanan yang masuk sampai
makanan dapat disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan
penyerapan yang optimal. Lambung mengeluarkan HCl dan enzim yang memulai pencernaan
protein. Melalui gerakan mencampur lambung, makanan yang tertelan dihaluskan dan dicampur
dengan sekresi lambung untuk menghasilkan campuran kental sebagai kimus. Dapat dilihat
bahwa lambung memiliki empat aspek motilitas yaitu pengisian, penyimpanan, pencampuran,
dan pengosongan.
1,16,17

1. Pengisian
Ketika kosong lambung memiliki volume sekitar 50 ml, volume ini dapat bertambah
hinggal 1 liter saat makan karena perubahan tegangan di dinding dan peningkatan
tekanan intralambung melalui mekanisme relaksasi reseptif oleh refleks vasovagal dari
lambung ke batang otak
25

2. Penyimpanan
Gelombang peristaltik menyebar melalui fundus dan korpus ke antrum dan sfingter
pilorus. Karena lapisan otot di fundus dan korpus tipis maka kontraksi di bagian ini
lemah. Ketika mencapai antrum, gelombang kontraksi menjadi jauh lebih kuat karena
otot di sini lebih tebal. Karena di fundus dan korpus gerakan mencampur berlangsung
lemah maka makanan yang disalurkan ke lambung dari esofagus disimpan di bagian
korpus yang relatif tenang tanpa mengalami pencampuran.

3. Pencampuran
Kontraksi peristaltik antrum yang kuat mencampur makanan dengan sekresi lambung
untuk menghasilkan kimus. Setiap gelombang peristaltik antrum mendorong kimus maju
menuju sfingter pilorus. Kontraksi tonik sfingter pilorus menyebabkan sfingter nyaris
tertutup, namun lubang yang ada tidak cukup besar untuk dilalui oleh kimus kental
kecuali kimus didorong oleh kontraksi peristaltik antrum yang kuat. Namun demikian,
dari 30 ml kimus yang dapat ditampung antrum, hanya beberapa mililiter isi antrum yang
terdorong ke duodenum setiap gelombang. Untuk mencegah lebih banyak kimus yang
terperas keluar, gelombang peristaltik mencapai sfingter pilorus dan menyebabkan
sfingter berkontraksi lebih kuat. Hal ini menyebabkan gerakan maju mundur mencampur
kimus secara merata di antrum.

4. Pengosongan
Selain mencampur isi lambung, kontraksi peristaltik antrum adalah gaya pendorong yang
mengosongkan isi lambung. Jumlah kimus yang lolos ke duodenum pada setiap
gelombang kontraksi sebelum sfingter pilorus menutup erat terutama bergantung pada
kekuatan peristalsis. Intensitas ini sangat bervariasi di bawah pengaruh berbagai sinyal
dari lambung dan duodenum.





26

Sekresi Pankreas dan Empedu
Saat disalurkan ke dalam usus halus, isi lambung akan bercampur dengan getah yang dikeluarkan
usus halus, sekresi pankreas eksokrin, dan hati. Pankreas eksokrin mengeluarkan getah pankreas
yang terdiri dari dua komponen yaitu enzim pankreas dan larutan cair basa. Enzim pankreas
terdiri atas enzim proteolitik, amilase pankreas, dan lipase pankreas. Hati meiliki peran dalam
sistem pencernaan dengan sekresi empedu yang membantu pencernaan dan penyerapan lemak.
1,7

4.4.4 Hepar
Hati adalah organ viseral terbesar dan terletak di bawah kerangka iga. Hati merupakan kelenjar
terbesar di dalam tubuh dan mempunyai banyak fungsi. Tiga fungsi dasar hepar yaitu
membentuk dan mensekresikan empedu ke dalam tractus intestinalis, berperan pada banyak
metabolisme yang berhubungan dengan karbohidrat, lemak, dan protein, dan menyaring darah
untuk membuang bakteri dan benda asing lain yang masuk ke dalam darah dari lumen
intestinum. Hati menerima darah teroksigenasi dari arteri hepatika dan darah yang tidak
teroksigenasi tetapi kaya akan nutrien dari vena portal hepatika. Hati terbagi menjadi lobus
kanan dan lobus kiri.
7,18,19

a. Lobus hepatis dexter lebih besar dari lobus hepatis sinister.
b. Lobus hepatis dexter terbagi lagi menjadi lobus quadratus dan lobus caudatus oleh vesica
biliaris, fissura ligamenti teretis, vena cava inferior dan fissura ligamenti venosi.
c. Ligamentum falciforme merupakan lipatan ganda peritoneum berjalan ke atas dari
umbilicus ke hepar. Ligamentum ini mengandung ligamentum teres hepatis yang
merupakan sisa vena umbilicalis.
Lapisan kanan membentuk lapisan atas ligamentum coronarium, lapisan kiri membentuk
lapisan atas ligamentum triangulare sinistrum. Bagian kanan ligamentum coronarium
dikenal sebagai ligamentum triangulare dextrum. Lapisan peritoneum membentuk
ligamentum coronarium terpisah satu dengan yang lain meninggalkan sebuah area yang
tidak diliputi peritoneum yaitu area nuda.
Ligamentum teres hepatis berjalan ke dalam fissura pada facies visceralis hepatis dan
bergabung dengan ramus sinister vena portae hepatis di porta hepatis. Ligamentum
venosum Arantii merupakan sisa ductus venosus berjalan di ke atas di dalam fissura pada
facies visceralis hepar dan melekat pada vena cava inferior di atas.
27

d. Arteri hepatica propria cabang truncus coeliacus berakhir dengan bercabang menjadi
ramus dexter dan sinister yang masuk ke dalam porta hepatis.
Vena portae hepatis bercabang dua menjadi dua cabang terminal yaitu ramus dexter dan
ramus sinister yang masuk porta hepatis di belakang arteri. Venae hepaticae muncul dari
pars posterior hepatis dan bermuara ke dalam vena cava inferior.

Pembuluh-pembuluh darah yang mengalirkan darah ke hepar adalah arteria hepatica
propria (30%) dan vena portae hepatis (70%). Arteria hepatica propria membawa darah
yang kaya oksigen ke hepar, vena portae membawa darah yang kaya akan hasil
metabolisme pencernaan yang diabsorbsi dari tractus gastrointestinalis. Darah arteria dan
vena dialirkan ke vena centralis masing-masing lobuli hepatis melalui sinusoid hepar.
Venae centrales mengalirkan darah ke vena hepatica dextra dan sinistra, dan
meninggalkan pars posterior hepar bermuara langsung ke vena cava inferior.
18
Empedu diekskresikan oleh sel-sel hepar, disimpan, dan dipekatkan di dalam vesica
biliaris, kemudian dikeluarkan ke duodenum. Ductus biliaris hepatis terdiri atas ductus
hepaticus dexter dan sinister, ductus hepaticus communis, ductus choledochus, vesica
biliaris, dan ductus cysticus.
7,18


1. Ductus hepaticus
Ductus hepaticus dexter dan sinister keluar dari lobus hepatis dexter dan sinister pada
porta hepatis. Keduanya bersatu membentuk ductus hepaticus communis. Ductus ini
bergabung dengan ductus cysticus dari vesica biliaris yang ada di sisi kanannya
membentuk ductus choledochus.

2. Vesica biliaris
Vesica biliaris adalah sebuah kantong yang terletak pada permukaan bawah hepar.
Vesica biliaris mempunyai kemampuan menampung empedu sebanyak 30-50 ml dan
menyimpannya, serta memekatkan empedu dengan cara mengabsorbsi air. Fungsi
vesica biliaris adalah sebagai berikut.
a. Vesica biliaris berfungsi sebagai tempat penyimpanan empedu.
b. Memekatkan empedu.
28

c. Lemak menyebabkan pengeluaran hormon kolesistokinin dari tunica mucosa
duodenum. Hormon masuk ke dalam darah dan menimbulkan kontraksi vesica
biliaris. Pada saat yang bersamaan, otot polos yang terletak pada ujung distal
ductus choledochus dan ampula berelaksasi, sehingga memungkinkan
masuknya emedu yang pekat ke dalam duodenum. Garam-garam empedu di
dalam cairan empedu penting untuk mengemulsikan lemak di dalam usus dan
membantu pencernaan serta absorbsi lemak.
Empedu memiliki beberapa fungsi sebagai berikut.
a. Emulsifikasi lemak. Garam empedu mengemulsi globulus lemak besar dalam
usus halus yang kemudian menghasilkan globulus lemak lebih kecil dan area
permukaan yang lebih luas untuk kerja enzim
b. Absorpsi lemak. Garam empedu membantu absorpsi zat terlarut lemak dengan
cara memfasilitasi jalurnya menembus membran sel.
c. Pengeluaran kolesterol dari tubuh. Garam empedu berikatan dengan kolesterol
dan lesitin untuk membentuk agregasi kecil disebut micelle yang akan dibuang
melalui feses.

3. Ductus cysticus
Ductus cysticus menghubungkan collum vesicae biliaris dengan ductus hepaticus
communis untuk bergabung membentuk ductus choledochus. Biasanya ductus
cysticus berbentuk seperti huruf S dan berjalan turun dengan jarak yang bervariasi
pada pinggir kanan omentum minus.

Fungsi utama hati adalah sebagai berikut.
1. Sekresi. Memproduksi empedu yang berperan dalam emulsifikasi dan absorpsi lemak.
2. Metabolisme. Hati memetabolisme protein, lemak, dan karbohidrat tercerna.
a. Hati berperan dalam mempertahankan homeostatik gula darah. Hati
menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan mengubahnya kembali
menjadi glukosa jika diperlukan tubuh.
b. Mengurai protein dari sel-sel tubuh dan sel darah merah yang rusak. Organ ini
membentuk urea dari asam amino berlebih dan sisa nitogren.
29

c. Menyintesis lemak dari karbohidrat dan protein, dan terlibat dalam,
penyimpanan dan pemakaian lemak.
d. Menyintesis unsur-unsur pokok membran sel (lipoprotein, kolesterol, dan
fosfolipid).
e. Menyintesis protein plasma dan fakto-faktor pembekuan darah. Organ ini juga
menyintesis bilirubin dari produk penguraian hemoglobin dan mensekresinya
ke dalam empedu.
3. Hati menyimpan mineral, seperti zat besi dan tembaga serta vitamin larut lemak (A,
D, E, dan K), dan hati menyimpan toksin tertentu serta obat yang tidak dapat
diuraikan dan dieksresikan.
4. Detoksifikasi. Hati melakukan inaktivasi hormon dan dektosifikasi toksin dan obat.
Hati memfagosit eritrosit dan zat asing yang terdistintegrasi dalam darah.
5. Produksi panas. Berbagai aktivitas kimia dalam hati menjadikan hati sebagai sumber
utama panas tubuh, terutama saat tidur.
6. Penyimpanan darah. Hati merupakan reservoar untuk sekitar 30% curah jantung dan
bersama dengan limpa mengatur volume darah yang diperlukan tubuh.

Empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh hati. Salah satu fungsinya adalah melarutkan
asam lemak pada makanan agar mudah dicerna dan diserap oleh usus halus. Empedu tersimpan
dalam kantung kecil yang terletak di bawah hati. Pada saat makanan memasuki usus dua belas
jari, kantung empedu berkontraksi dan melepaskan cairannya ke dalam usus dua belas jari.
Empedu diperlukan untuk pencernaan lemak yang diemulsikan (dipecah dalam bagian-
bagian kecil). Dengan cara ini empedu akan membantu kerja enzim lipase. Empedu bersifat
alkalis atau basa. Makanan yang bersifat asam yang akan keluar dari lambung akan dinetralkan
oleh empedu.
Empedu yang diproduksi oleh sel-sel hati, mengalir dari sel hati melalui kananlikuli
empedu yang kemudian menjadi ductue hepaticus (saluran empedu dari hati ke kandung
empedu) kiri dan kanan, yang selanjutnya bergabung membentuk ductus hapaticus umum.
Saluran ini kemudian menyatu/ bergabung dengan saluran yang berasal dari kandung empedu
(ductus sisticus) untuk membentuk/ keluar dari hati sebagai ductus empedu umum. Ductus
30

pancreaticus (saluran pancreas) bergabung dengan saluran empedu umum dan bermuara di usus
dua belas jari/ duodenum.
1,8







Gambar 9 : Kandung
empedu

Sebelum mengonsumsi makanan, garam empedu menumpuk di dalam kandung empedu
dan hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati. Makanan di dalam duodenum memicu
serangkaian sinyal hormonal serta sinyal saraf hingga membuat kandung empedu berkontraksi.
Akibatnya aliran empedu mengalir ke dalam duodenum dan bercampur dengan makanan.
Empedu berfungsi membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Selain itu, empedu juga
berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang berasal dari
penghancuran SDM dan kelebihan kolesterol. Garam empedu meningkatkan kelarutan
kolesterol, lemak, dan vitamin yang larut dalam lemak untuk membantu proses penyerapan.
Garam empedu juga merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu menggerakkan
isinya. Bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dibuang ke dalam empedu sebagai limbah dari
sel darah merah yang dihancurkan. Limbah dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari
tubuh.
Berbagai protein yang membantu fungsi empedu akan dibuang di dalam empedu. Garam empedu
kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati, dan dialirkan kembali ke dalam empedu,
yang dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik.

4.4.5 Usus Halus
Usus halus merupakan tempat sebagian besar pencernaan dan penyerapan berlangsung.
Tidak terjadi pencernaan lebih lanjut setelah isi lumen mengalir melewati usus halus dan tidak
31

terjadi penyerapan nutrien lebih lanjut. Proses motilitas di usus halus dibagi menjadi segmentasi
dan migrating motility complex. Segmentasi terdiri dari kontraksi otot polos sirkular yang
berulang dan berbentuk cincin di sepanjang usus halus. Segmentasi tidak hanya melakukan
pencampuran tetapi juga secara perlahan menggerakkan kimus menelusuri usus halus. Ketika
sebagian besar makanan telah diserap, kontraksi segmentasi berhenti dan diganti oleh migratting
motility complex. Gelombang pendek ini membutuhkan waktu sekitar 100 sampai 150 menit
untuk akhirnya bermigrasi dari lambung ke ujung usus halus untuk menyapu maju sisa-sisa
makanan, debris mukosa, dan bakteri menuju kolon.
1,17


4.4.6 Usus Besar
Usus besar terdiri atas kolon, sekum, apendiks, dan rektum. Sekum membentuk kantung
buntu di bawah pertemuan antara usus halus dan usus besar di katup ileosekum yaitu apendiks.
Motilitas utama kolon adalah kontraksi haustra yang dipicu oleh ritmisitas otonom sel otot polos
kolon. Kontraksi ini menyebabkan kolon membentuk haustra. Tiga atau empat kali sehari terjadi
peningkatan mencolok motilitas saat segmen-segmen besar kolon berkontraksi secara simultan.
Kontraksi masif ini disebut gerakan massa.
1,17


4.4.7 Pankreas
Pankreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar di balik kurvatura besar lambung.
Sel-sel endokrin (pulau-pulau Langerhans) pankreas mensekresi hormon insulin dan glukagon.
Sel-sel eksokrin mensekresi enzim-enzim pencernaan dan larutan berair yang mengandung ion
bikarbonat dalam konsentrasi tinggi. Produk gabungan sel-sel asinar mengalir melalui duktus
pankreas yang menyatu dengan duktus empedu komunis dan masuk ke duodenum di titik ampula
hepatopankreas. Sfingter Oddi secara normal mempertahankan keadaan mulut duktus agar tetap
tertutup.
6,7

Sekresi eksokrin pankreas dipengaruhi oleh aktivitas refleks saraf selama tahap sefalik
dan lambung pada sekresi lambung, walaupun demikian, kendali utama terletak pada hormon
duodenum yang diabsorpsi ke dalam aliran darah untuk mencapai pankreas.
6

a. Sekretin, diproduksi oleh sel mukosa duodenum dan diabsorpsi ke dalam darah untuk
mencapai pankreas. Sekretin akan dilepas jika kimus asam memasuki usus dan
32

mengeluarkan sejumlah besar cairan berairmengandung natrium bikarbonat untuk
membentuk lingkungan basa untuk erja enzim pankreas dan usus.

b. CCK diproduksi oleh sel-sel mukosa duodenum sebagai respon terhadap lemak dan
protein separuh tercerna yang masuk dari lambung. CCK ini menstimulasi sekresi
sejumlah besar enzim pankreas.

Cairan pankreas mengandung enzim-enzim untuk mencerna protein, karbohidrat, dan
lemak.

a. Enzim proteolitik pankreas (protease)
a. Tripsinogen yang dieksresi pankreas diaktivasi menjadi tripsin oleh
enterokinase yang diproduksi usus halus. Tripsin mencerna protein dan
polipeptida besar untuk membentuk polipeptida dan peptida yang lebih kecil.

b. Kimotripsin teraktivasi dari kimotripsinogen oleh tripsin. Kimotripsin
memiliki fungsi yang sama seperti tripsin terhadap protein.

c. Karboksipeptidase, aminopeptidase, dan dipeptdase adalah enzim yang
melanjutkan proses pencernaan protein untuk menghasilkan asam-asam
amino bebas.

b. Lipase pankreas
Lipase pankreas menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol setelah lemak
diemulsi oleh garam-garam empedu.
c. Amilase pankreas
Menghidrolisis zat tepung yang tidak tercerna oleh amilase saliva menjadi disakarida
(maltosa, sukrosa, dan laktosa).

d. Ribonuklease dan deoksiribonuklease menghidrolisis RNA dan DNA menjadi blok-
blok pembentuk nukleotidanya.
33


Ductus pancreaticus mulai dari cauda pancreatis dan berjalan di sepanjang kelenjar
menerima banyak cabang pada perjalanannya. Duktus ini bermuara ke pars descendens
duodenum di sekitar pertengahannya bersama dengan ductus choledochus pada pailla
duodeni major. Kelenjar pankreas diperdarahi oleh arteria lienalis dan arteria
pancreaticoduodenalis superior dan inferior.
18
Pankreas memiliki unsur eksokrin maupun endokrin yang menempati sebagian besar
kelenjar. Pankreas eksokrin merupakan bagian terbesar dari kelenjar, terdiri atas asini
serosa yang berhimpitan. Lobuli dikelilingi septa intra dan interlobular dengan pembuluh
darah, duktus, saraf, dan kadang-kadang badan Pacini. Di dalam massa asini serosa
terdapat pulau Langerhans.
18
Fungsi pankreas dilaksanakan oleh populasi sel khusus. Karena pankreas adalah organ
endokrin dan eksokrin, maka pankreas menghasilkan banyak enzim pencernaan dan
hormon. Sekres pankreas diatur oleh rangsangan hormonal maupun vagal. Hormon
intestinal seperti sekretin dan kolesistokinin yang disekresi sel enteroendokrin dari
mukosa duodenum ke dalam aliran darah mengatur sekresi pankreas. Pankreas
menghasilkan cairan alkalis dan banyak enzim pencernaan yang merombak protein,
lemak, dan karbohidrat.
18














34


4.5 Metabolisme Lemak
Garam empedu membantu pencernaan lemak melalui efek emulsifikasi dan mempermudah
penyerapan lemak dengan ikut serta dalam pembentukan misel (micelle). Istilah efek deterjen
merujuk kepada kemampuan garam empedu untuk mengubah globulus lemak besar menjadi
emulsi lemak yang terdiri dari banyak butiran lemak di dalam kimus cair sehingga luas
permukaan yang tersedia untuk tempat lipase pankreas bekerja bertambah. Molekul garam
empedu mengandung bagian yang larut lemak dengan bagian larut air yang bermuatan negatif.
Dengan terjadinya emulsifikasi lemak, luas permukaan lemak akan semakin besar sehingga
semakin banyak lemak yang dapat dihidrolisis oleh lipase pankreas bersama dengan kolipase
menjadi monogriselda dan asam lemak bebas untuk selanjut dibawa ke bagian interior misel
yang larut air.
16,17
Dalam suatu misel, garam empedu dan lesitin bergumpal dalam kelompok-kelompok kecil
dengan bagian larut lemak menyatu di bagian tengah membentuk inti hidrofobik sementara
bagian larut air membentuk selubung hidrofilik di sebelah luar. Karena itu misel merupakan
wadah yang dapat digunakan untuk mengangkut bahan-bahan tak larut air melalui isi lumen yang
cair.
16,17


Gambar 3. Struktur Misel
11


Misel akan mendekati permukaan epitel absorptif dan kemudia asam lemak meninggalkan misel
dan secara pasif berdifusi menembus lapis ganda lemak membran luminal. Monogliserida dan
asam lemak bebas diresintesis menjadi trigliserida di dalam sel epitel. Trigliserida-trigliserida ini
menyatu dan dibungkus oleh suatu lapisan lipoprotein untuk membentuk kilomikron yang larut
35

air kemudian dikeluarkan dengan eksositosis melalui membran basal sel. Kilomikron tidak dapat
menembus membran basal kapiler darah sehingga masuk ke pembuluh limfe, lakteal sentra.
Pembuluh-pembuluh limfe akhirnya menyatu untuk membentuk duktus thorasikus yang
mengalirkan isinya ke sistem vena di dada. Dengan cara ini lemak akhirnya memperoleh akses
ke darah, dibawa ke hati dan jaringan tubuh lainnya.
16,17

Gangguan metabolisme lemak dapat menyebabkan pembentukan batu empedu. Penumpukan
kolesterol yang tinggi akibat konsumsi lemak berlebihan pada akhirnya menyebabkan terjadinya
pengendapan kolesterol membentuk kristal yang menghambat saluran empedu ataupun
mengendap di kandung empedu. Adanya gangguan ini mengakibatkan timbulnya rasa nyeri yang
merupakan rangsang adanya kelainan pada kandung empedu.


















36


BAB V
Kesimpulan

Sistem pencernaan yang berfungsi naik merupakan salah satu kunci menuju sehat. Karena
itu, sangat tepat jika sistem pencernaan harus benar-benar diperhatikan agar proses penyerapan
nutrisi (zat gizi) oleh tubuh tidak terganggu. Jika sistem pencernaan tidak berjalan baik, sumber
energy yang terdiri dari protein, lemak, dan karbohidrat tidak dapat diserap tubuh sebagaimana
mestinya.
Banyak hal bisa menyebabkan terjadinya gangguan pada sistem pencernaan seperti stress,
penyakit kronis, penambahan usia yang semakin tua dan lain sebagainya. Mengonsumsi
makanan yang optimal belum tentu mampu menjamin tubuh mendapatkan nutrisi yang
diperlukan dalam jumlah cukup. Diperlukan kemampuan mencerna yang baik untuk memecah
bagian-bagian makanan, kemudian menyerap nutrisi yang diperlukan untuk dibawa ke sel
jaringan.
Seluruh proses tubuh tergantung pada peranan enzim yang membantu pengaturan reaksi
kimia (katalisator) untuk membuat sel-sel bekerja sesuai dengan fungsinya. Semakin baik enzim
bekerja, semakin sehat dan energik yang kita rasakan. Sayangnya, banyak di antara kita yang
tidak menyadari, bahwa sistem tubuh sudah tidak bekerja dengan baik yang bisa disebabkan
karena beberapa alas an, yaitu tidak adanya mikronutrien yang diperlukan agar enzim dapat
bekerja sesuai tugasnya.
Pada usia tua, luas permukaan dinding usus telah berkurang banyak aliran pengeluaran
(sekresi) cairan pencernaan dari lambung, hati, pancreas, dan usus kecil juga ikut berkurang yang
diperparah dengan melambatnya gerakan menelan dan pemindahan makanan yang dicerna
melalui usus.
Dalam scenario, seorang ibu dengan perawakan gemuk sering mengalami nyeri perut
kanan atas, mual dan setelah diperiksa, ia dikatakan menderita gangguan empedu. Dari sini, kita
bisa mengetahui bahwa yang terganggu adalah proses pencernaan lemak dalam tubuhnya.
Tubuh manusia cenderung menimbun lemak, menyimpan setiap kelebihan molekul lemak yang
diperoleh dari makanan dengan segera, dan bukannya menggunakannya untuk biosintesis. Ketika
37

usia dan metabolisme melambat, jumlah lemak dalam tubuh perlahan-lahan meningkat. Wanita
mengalami peningkatan persentase lebih besar lemak daripada pria.
Saluran pencernaan yang terlibat dalam pencernaan lemak meliputi usus halus, hepar,
pancreas, dan empedu. Saluran dan organ-organ ini bekerja sama dengan hubungan timbale balik
satu sama lain.
Dimulai dari usus halus, kimus yang asam masuk ke dalam duodenum. Hampir semua
lemak dalam suatu hidangan mencapai usus halus dalam kondisi sepenuhnya belum tercerna.
Bentuk utama lemak diet yang dicerna merupakan trigliserida. Enzim pancreas yang
menghidrolisis trigliserida (lipase) tak dapat larut dalam lemak, sehingga mula-mula globules
lemak yang besar yang memasuki duodenum dipecah ke dalam unit lebih kecil oleh suatu proses
yang dikenal sebagai emulsifikasi (garam empedu). Setelah diemulsifikasi, kemudian trigliserida
dihidrolisis ke asam lemak dan monogliserida. Tetapi hidrolisis saja tak cukup untuk mematikan
absorpsi, sehingga gugusan ini harus dibuat larut air dengan asam empedu, yang membentuknya
ke dalam micelles (garam empedu hidrofilik ditambahkan ke monogliserida dan asam lemak
bebas hidrofobik). Garam empedu dari kantung empedu yang disekresikan ke dalam lapisan
duodenum akan melapisi droplet-droplet lemak yang sangat kecil dan mencegahnya agar tidak
menyatu, suatu proses yang disebut emulsifikasi.
pH yang asam dari kim yang memasuki duodenum merangsang sel-sel dalam dinding itu
untuk membebaskan hormone sekretin. Enterogastron ini mengirimkan sinyal ke pancreas untuk
membebaskan bikarbonat, yang menetralkan kim asam itu. Kim khususnya jika kaya akan
lemak, juga akan menyebabkan duodenum membebaskan enterogastron lain yang menghambat
peristaltis dalam lambung, yang dengan demikian akan memperlambat aliran masuk makanan ke
dalam usus halus.
Sementara itu, hepar berfungsi dalam menyekresi empedu. Empedu tidak mengandung
enzim pencernaan, tetapi mengandung garam empedu, yang bertindak sebagai deterjen dan
membantu dalam pencernaan dan penyerapan lemak.
Dalam scenario ini, ibu tersebut bisa dikatakan menderita batu empedu. Batu empedu
merupakan suatu keadaan terbentuknya batu (calculi) dalam kantong empedu. Kadang, batu juga
terbentuk dalam saluran empedu. Batu kandung empedu yang tinggal diam tidak menimbulkan
gejala. Namun, jika batu tersebut menyumbat saluran empedu atau mengakibatkan peradangan
pada kantong empedu akan menimbulkan sakit yang hebat. Batu empedu kebanyakan terbentuk
38

dari kolesterol yang larut dalam empedu. Selain itu terbentuk dari campuran kolesterol dan
bilirubin atau campuran kalsium dan bilirubin. Biasanya, terbentuk batu karena empedu terlalu
lama tersimpan dalam kantong empedu, kemudian batu berjalan mengikuti aliran darah ke
saluran empedu dan menyangkut di sana.























39

BAB VII
Lampiran
7.1 Mekanisme Nyeri dan Mual
Mekanisme Nyeri
Jika duktus sistikus tersumbat batu empedu, maka kandung empedu mengalami distensi
(tekanan) kemudian terjadi infeksi sehingga teraba masa pada kuadran I menimbulkan nyeri
hebat yang menjalar kepunggung dan bahu kanan.






40

Mekanisme Mual
Perangsangan mual dapat diakibatkan dari adanya obstruksi saluran empedu sehingga
mengakibatkan alir balik cairan empedu ke hepar (bilirubin, garam empedu dan kolestrol)
menyebabkan terjadinya proses peradangan disekitar hepatobiliar enzim-enzim SGOT dan
SGPT, menyebabkan peningkatan peningkatan peningkatan SGOT dan SGPT bersifat iriatif
disaluran cerna sehingga merangsang nervus vagal dan menekan rangsangan system saraf
simpatis sehingga terjadi penurunan peristaltic system pencernaan di usus halus dan lambung.
Menyebabkan makanan tertahan dilambung dan penigkatan rasa mual yang mengaktifkan saraf
kranialis ke otot abdomen dan diaphrama sehingga menyebabkan muntah.
Apabila saraf simpatis teraktifasi akan menyebabkan akumulasi gas usus di system pencernaan
yang menyebabkan rasa penuh dengan gas maka terjadilah kembung.


41

7.2 Sebab Terbentuknya Batu Empedu
Garam empedu akan kembali melalui sistem porta hepatis ke hati , tempat mereka tidak saja di
sekresi kembali tetapi juga berfungsi sebagai koleretik kuat untuk merangsang sekresi lebih
banyak empedu.
Kolestrol merupakan suatu zat yang sangat tidak larut air, namun larut dalam inti misel yang
hidrofobik. Jumlah kolestrol yang dapat diangkut dalam bentuk misel bergantung pada jumlah
relatif garam empedu dan lesitin terhadap kolestrol. Apabila sekresi kolestrol oleh hati melebihi
sekresi garam empedu atau lesitin (baik kolestrolnya terlalu banyak atau garam empedu dan
lesitinnya yang terlalu sedikit), kelebihan kolestrol dalam empedu akan mengendap menjadi
mikrokristal yang dapat menggumpal menjadi batu empedu. Salah satu pengobatan untuk batu
empedu yang mengandung kolestrol adalah ingesti garam garam empedu untuk meningkatkan
kandungan garam empedu sebagai usaha untuk melarutkan batu kolestrol.

Sumber :
Sherwood, L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed ke-6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2010.h.566-8.

7.3 Skenario 4
Bilirubin adalah konstituen utama lainnya pada empedu yang sama sekali tidak berperan dalam
pencernaan tetapi merupakan produk sisa yang diekskresikan di dalam empedu. Bilirubin
merupakan pigmen empedu utama yang berasal dari penguraian sel darah merah usang. Sel darah
merah yang telah usang dikeluarkan dari tubuh oleh makrofag yang melapisi bagian dalam
sinusoid hhati dan di tempat-tempat lain di tubuh. Bilirubin adalah produk akhir penguraian
bagian hem hemoglobin yang terkandung di dalam sel darah merah usang. Bilirubin ini diekstrasi
dari darah oleh hepatosit dan secara aktif disekresikan ke dalam empedu.
Bilirubin adalah pigmen kuning yang menyebabkan empedu berwarna kuning. Di dalam saluran
cerna, pigmen ini dimodifikasi oleh enzim-enzim bakteri, menghasilkan warna tinja yang coklat
khas. Jika tidak terjadi sekresi bilirubin, tinja akan berwarna putih keabuan. Dalam keadaan
normal sejumlah kecil bilirubin direabsoprsi oleh usus kembali ke darah, dan akhirnya
diekskresikan di urin. Inilah yang menyebabkan urin menjadi warna kuning. Ginjal tidak dapat
42

mengekskresikan bilirubin sampai bahan ini telah dimodifikasi ketika mengalir melewati hati
dan usus.
Jika bilirubin dibentuk lebih cepat daripada laju ekskresinya maka bahan ini menumpuk di tubuh
dan menyebabkan ikterus. Pasien dengan penyakit ini tampak kekuningan. Hal ini juga yang
membuat urin pasien berwarna seperti air teh. Ikterus dapat ditimbulkan oleh tiga cara berbeda.
1. Ikterus prahati (ikterus hemolitik)
Masalah terjadi sebelum hati. Disebabkan oleh pemecahan berlebihan sel darah merah,
yang menyebabkan hati mendapat lebih banyak bilirubin daripada kemampuan
mengeksresikannya.

2. Ikterus hati
Masalah terjadi di hati terjadi ketika hati mengalami penyakit dan tidak dapat
menangani bilirubin bahkan dalam jumlah normal.

3. Ikterus pascahati (ikterus obstruktif)
Terjadi ketika saluran empedu tersumbat misalnya oleh batu empedu sehingga bilirubin
tidak dapat dieliminasi di tinja.











43

BAB VIII
Daftar Pustaka

1. Sherwood, L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed ke-3. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2007.h.537-89.
2. Akoso BT, Galuh. Bebas masalah pencernaan. Yogyakarta: Kanisius, 2009. h. 4.
3. At a glance ilmu bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006.h.120-3.
4. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006.h.216-17.
5. Mitchell RN. Buku saku dasar patologis penyakit robbins & cotran. Edisi ke-7. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.h.539-41.
6. Fiore M. Atlas histologi: Di Fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.h.147-229.
7. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.h.218-47.
8. Hartono A. Terapi gizi dan diet rumah sakit. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2006. h. 59.
9. Ali S. Mengatasi gangguan pencernaan dengan ramuan tradisional. Jakarta: Agromedia
Pustaka, 2009. h. 1-14.
10. Ruhito F, Mahendra B. Pijat kaki untuk kesehatan. Bogor: Penebar Swadaya, 2009. h. 13.
11. Gunawijaya FA, Kartawiguna E. penuntun praktikum kumpulan foto mikroskopik
histology. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti, 2009.
12. Eroschenko VP. Atlas histology di Fiore dengan korelasi fungsional. Edisi 9. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2003.
13. Moore KL, Agur AMR. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Penerbit Hipokrates, 2002.
14. Kahle W, Leonhardt H, Platzer W. Atlas berwarna dan teks anatomi manusia: Alat-alat
dalam. Jakarta: Penerbit Hipokrates, 2003.
15. Faiz O, Moffat D. At a glance: Anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004.
16. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008.h.458-98.
44

17. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2006.h.999-1059.
18. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2006.h.207-50.
19. Widjaja IH. Anatomi abdomen. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h.

Anda mungkin juga menyukai

  • Emosi Terhadap Saraf Otonom
    Emosi Terhadap Saraf Otonom
    Dokumen16 halaman
    Emosi Terhadap Saraf Otonom
    Sam Kamara
    Belum ada peringkat
  • Pterygium
    Pterygium
    Dokumen18 halaman
    Pterygium
    Sam Kamara
    Belum ada peringkat
  • TBC Pada Keluarga
    TBC Pada Keluarga
    Dokumen20 halaman
    TBC Pada Keluarga
    Sam Kamara
    Belum ada peringkat
  • PBL 8
    PBL 8
    Dokumen16 halaman
    PBL 8
    Dela Nabila
    Belum ada peringkat
  • Skenario 1
    Skenario 1
    Dokumen16 halaman
    Skenario 1
    Sam Kamara
    Belum ada peringkat
  • Pterygium
    Pterygium
    Dokumen18 halaman
    Pterygium
    Sam Kamara
    Belum ada peringkat
  • Plasenta Previa
    Plasenta Previa
    Dokumen13 halaman
    Plasenta Previa
    Sam Kamara
    Belum ada peringkat
  • Epilepsi Umum Tonik
    Epilepsi Umum Tonik
    Dokumen14 halaman
    Epilepsi Umum Tonik
    Sam Kamara
    Belum ada peringkat
  • Penda Hulu An
    Penda Hulu An
    Dokumen13 halaman
    Penda Hulu An
    Sam Kamara
    Belum ada peringkat
  • Epilepsi Umum Tonik
    Epilepsi Umum Tonik
    Dokumen14 halaman
    Epilepsi Umum Tonik
    Sam Kamara
    Belum ada peringkat
  • Penda Hulu An
    Penda Hulu An
    Dokumen13 halaman
    Penda Hulu An
    Sam Kamara
    Belum ada peringkat
  • Katarak Senilis
    Katarak Senilis
    Dokumen17 halaman
    Katarak Senilis
    Sam Kamara
    Belum ada peringkat
  • Pendahuluan
    Pendahuluan
    Dokumen12 halaman
    Pendahuluan
    Sam Kamara
    Belum ada peringkat
  • Kelompok EF
    Kelompok EF
    Dokumen7 halaman
    Kelompok EF
    Alexander Sebastian
    Belum ada peringkat
  • Skenario 1
    Skenario 1
    Dokumen14 halaman
    Skenario 1
    Sam Kamara
    Belum ada peringkat
  • PEBEEL
    PEBEEL
    Dokumen21 halaman
    PEBEEL
    Sam Kamara
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Sam Kamara
    Belum ada peringkat
  • Tugas Logika Matematika
    Tugas Logika Matematika
    Dokumen12 halaman
    Tugas Logika Matematika
    Sam Kamara
    Belum ada peringkat