Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus cahaya menjadi
keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya penglihatan menjadi kabur. Katarak
terjadi secara perlahan-lahan sehingga penglihatan penderita terganggu secara berangsur.
Katarak tidak menular dari satu mata ke mata lain, tetapi katarak dapat terjadi pada kedua mata
pada waktu yang tidak bersamaan. Perubahan ini dapat terjadi karena proses degenerasi atau
ketuaan (jenis katarak ini paling sering dijumpai), trauma mata, infeksi penyakit tertentu
(Diabetes Melitus). Katarak dapat terjadi pula sejak lahir (cacat bawaan), karena itu katarak
dapat dijumpai pada usia anak-anak maupun dewasa.
Data badan kesehatan PBB (WHO) menyebutkan penderita kebutaan di dunia mencapai
38 juta orang, 48% di antaranya disebabkan katarak. Untuk Indonesia, survei pada 1995/1996
menunjukkan prevalensi kebutaan mencapai 1,5% dengan 0,78% di antaranya disebabkan oleh
katarak, dan yang terbesar karena katarak senilis/penuaan.

ANAMNESIS
Ditanyakan data demografi pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa dan
lain-lain. Ditanyakan secara kapan dirasakan penurunan penglihatan atau terlihat asap. Adakah
terjadi secara akut atau kronik. Ditanyakan riwayat perjalanan penyakit sekarang dan terdahulu
seperti riwayat refraksi, penyakit mata sebelumnya, ambliopia, operasi mata atau pernah
mengalami trauma.
1
Turut ditanyakan riwayat kesehatan pasien secara umum, penggunaan obat-obatan yang
bisa mempengaruhi hasil operasi maupun prosedur dalam operasi. Dicari gali adakah pasien
alergi terhadap antibiotik atau obat anastesi. Ini membantu melancarkan prosedur operasi.
1

PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan visus dengan kartu Snellen chart dengan koreksi terbaik serta menggunakan
pinhole.
2. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen anterior.
3. Tekanan intraokular (TIO) diukur dengan tonometer non contact, aplanasi atau Schiotz.
Jika TIO dalam dalam batas normal (kurang dari 21 mmHg) dilakukan dilatasi pupil dengan
tetes mata Tropicanamide 0.5%. Setelah pupil cukup lebar dilakukan pemeriksaan dengan slit
lamp untuk melihat derajat kekeruhan lensa apakah sesuai dengan visus pasien
Derajat 1: nukleus lunak, biasanya visus masih baik dari 6/12, tampak sedikit
keekruhan dengan warna agak keputihan. Refleks fundus masih mudah diperoleh.
Usia penderita biasanya kurang dari 50 tahun.
Derajat 2 : nukleus dengan kekerasan ringan, biasanya visus antara 6/12-6/30, tampak
nukelus mulai sedikit berwarna kekuningan. Reflex fundus masih mudah diperoleh
dan paling sering memberikan gambaran seperti katarak subkapsularis posterior.
Derajat 3: nukleus dengan kekerasan medium, biasanya visus antara 6/30-3/60,
tampak nucleus berwarna kuning disertai kekeruhan korteks yang keabu-abuan.
Derajat 4 : nukleus keras, biasanya visus antara 3/60-1/60, tampak nucleus berwarna
kuning kecoklatan. Reflex fundus sulit dinilai.
Derajat 5 : nukleus sangat keras, biasanya visus antara 3/60-1/60 atau lebih jelek.
Usia penderita sudah diatas 65 tahun. Tampak nucleus berwarna kecoklatan bahkan
sampai kehitaman. Katarak ini sangat keras dan disebut juga sebagai Brunescence
cataract atau Black cataract.
4. Pemeriksaan funduskopi jika masih memungkinkan.
5. Pemeriksaan Shadow Test.
Tujuan tes bayangan adalah untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa. Dasar pemeriksaan
adalah makin sedikit lensa keruh pada bagian posterior maka makin besar bayangan iris pada
lensa yang keruh tersebut, sedang makin tebal kekeruhan lensa makin kecil bayangan iris pada
lensa. Alat yang digunakan adalah lampu sentolop dan loup. Tehniknya adalah sentolop
disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 45 dengan dataran iris, dengan loup dilihat
bayangan iris pada; lensa yang keruh.
Penilaiannya :
a. Bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh terhadap pupil berarti lensa
belum keruh seluruhnya (belum sampai ke depan); ini terjadi pada katarak immatur,
keadaan ini disebut shadow test (+).
b. Apabila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terhadap pupil berarti lensa sudah keruh
seluruhnya (sampai pada kapsul anterior) terdapat pada katarak matur, keadaan ini
disebut shadow tes(-).
c. Bila katarak hipermatur, lensa sudah keruh seluruhnya, mengecil serta terletak jauh di
belakang pupil, sehingga bayangan iris pada lensa besar dan keadaan ini disebut
pseudopositif

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah lengkap untuk memastikan sama ada terdapat penyakit sistemik yang bisa
menimbulkan katarak, contohnya seperti diabetes mellitus.
2


WORKING DIAGNOSIS
Working diagnosis yang didapatkan untuk kasus ini adalah Katarak Sinilis OD Matture dan
Katarak Sinilis OS Immature. Katarak senilis ini adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Katarak senile ini jenis katarak yang sering ditemukan dengan
gejala pada umumnya berupa:
distorsi penglihatan yang semakin kabur pada stadium insipiens pembentukkan
katarak, disertai penglihatan jauh makin kabur.
Penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih
baik tanpa kaca mata (second sight).
Miopia artificial ini disebabkan oleh peningkatan indeks rafraksi lensa pada stadium
insipient.
3


Tanda dan gejala yang sering ditemukan pada penderita katarak antara lain: (1) penglihatan
kabur dan berkabut, (2) merasa silau terhadap sinar matahari, dan kadang merasa seperti ada film
didepan mata, (3) seperti ada titik gelap di depan mata, (4) penglihatan ganda, (5) sukar melihat
benda yang menyilaukan, (6) melihat halo; warna disekitar sumber sinar, (7) warna manik mata
berubah atau putih, (8) sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari, (9) penglihatan di malam hari
lebih baik, (10) sukar mengendarai kendaraan dimalam hari, (11) waktu membaca memerlukan
sinar lebih cerah, (12)sering berganti kaca mata, (13) penglihatan menguning, dan (14) untuk
sementara jelas melihat dekat.
4

Terdapat banyak jenis klasifikasi katarak. Antaranya adalah:
1. Klasifikasi katarak berdasarkan tingkat kematangan:
Katarak insipien
Merupakan stadium katarak yang paling dini. Dengan koreksi visus masih bisa 5/5-5/6.
Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda
(spokes of a wheel) sedangkan aksis masih relatif jernih.
5
Katarak immatur
Kekeruhan terjadi terutama di bagian posterior, belum mengenai seluruh lapisan lensa.
Pada pemeriksaan, sinar yang mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan kembali
sehingga tampak sebagai daerah terang dan tampak bayangan iris sebagai daerah gelap-
shadow test (+).
3
Pada stadium yang lebih lanjut, akan terjadi kekeruhan yang lebih tebal
tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian
yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa
menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa akan memberikan perubahan indeks
refraksi dimana mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan
pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.
6
Katarak Intumesen
Terjadi kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degeneratif yang
menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
dibanding dengan keadaan normal. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa
disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
6
Katarak matur.
Pada stadium ini lensa telah keruh seluruhnya dan terjadi pengeluaran air sehingga lensa
akan berukuran normal kembali. Tidak tampak lagi bayangan iris sebab semua sinar
dipantulkan kembali-shadow test (-).
3
Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna
sangat putih akibat perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium.
3,7
Katarak hipermatur
Korteks lensa mencair sehingga nukleus lensa turun ke bawah. Melalui pupil, nukleus ini
akan tampak sebagai setengah lingkaran berwarna kecoklatan di bagian bawah.
3,5

Katarak Morgagnian
Pada stadium hipermatur dapat terjadi kerusakan kapsul lensa sehingga isi korteks yang
telah mencair dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang di bawahnya terdapat nukleus
lensa.







Tabel : perbedaan stadium katarak (Sumber : Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.)
insipien Imatur matur hipermatur
Kekeruhan

Ringan Sebahagian Seluruh Masif
Cairan
lensa

Normal Bertambah
(air masuk)
Normal Berkurang
(air keluar)

Iris

Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata
depan

Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut
bilik mata

Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow
tes

Normal + - Pseudops
penyulit - glaukoma - Uveitis dan
glaukoma



2. Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi:

Katarak nuklear
Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama kelamaan
inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuning-kuningan menjadi coklat dan kemudian
menjadi kehitam-hitaman . Keadaan ini disebut katarak Brunesen atau Nigra. Jenis
katarak nigra ( Brunesen ) ini terjadi pada pasien diabet dan miopia tinggi di mana tajam
penglihatan lebih baik dari sebelumnya , dan biasanya pada usia lebih dari 65 tahun.
3,6,7


Gambar. Katarak nuclear.


Katarak kortikal (anterior atau posterior)
Terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat
perubahan indeks refraksi lensa . Dapat menyebabkan silau terutama bila menyetir pada
malam hari.
3,6,7


Gambar. Katarak kortikal.
Katarak subkapsular (anterior atau posterior)
Pada katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior subkapsular
posterior. Celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan degeneratif
(benda morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh
karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-
kadang menetap untuk waktu yang lama.
3,6,7

Gambar. Katarak subkapsular.

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Katarak Komplikata
Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan proses
degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaucoma, tumor intraocular, iskemia
ocular, nekrosis anterior segmen, buftalmos,akibat suatu trauma dan pasca bedah mata. Katarak
komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin (diabetes melitus,
hipoparatiroid,galaktosemia,dan miotonia distrofi) dan keracunan obat ( tiotepa intravena, steroid
local lama, steroid sistemik, oral kontraseptik dan miotika antikolinesterase ). Katarak
komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak selamanya didaerah bawah kapsul
atau pada lapis korteks, kekeruhan dapat difus, pungtata, linear, rosete, reticulum dan biasanya
terlihat vakuol. Dikenal 2 bentuk yaitu bentuk yang disebabkan kelainan pada:
o polus posterior mata
terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis pigmentosa, ablasi retina, kontusio retina
dan myopia tinggi yang mengakibatkan kelainan badan kaca. Biasanya kelainan ini
berjalan aksial dan tidak berjalan cepat didalam nucleus, sehingga sering terlihat
nucleus lensa tetap jernih. Katarak akibat miopia tinggi dan ablasi retina memberikan
gambaran agak berlainan.
3
o polus anterior bola mata.
Katarak akibat kelainan polus anterior bola mata biasanya diakibatkan oleh kelainan
kornea berat, iridoksiklitis, kelainan neoplasma dan glaukoma. Pada iridoksiklitis
akan mengakibatkan katarak subkapsularis anterior. Pada katarak akibat glaucoma
akan terlihat katarak disiminata pungtata subkapsular anterior (katarak Vogt).
3

Katarak komplikata akibat hipokalsemia berkaitan dengan tetani infantile, hipoparatiroidisma.
Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular yang sewaktu waktu menjadi katrak lamellar.
Pada pemeriksaan darah terlihat kadar kalsium turun.
3

Katarak Skunder
Terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosa pada sisi lensa yang tertinggal . Lebih cepat terlihat
setelah 2 hari EKEK . Bentuk lainnya adalah profilerasi epitel lensa berupa :
o mutiara elsching
adalah epitel subscapular yang berproliferasi dan membesar sehingga tampak sebagai
busa atau telur kodok
o cincing soemering
dapat bertambah besar karena daya regenarasi epitel didalamnya , dimana cincin ini
terjadi akibat kapsul anterior yang pecah dan traksi kearah pingir pingir melekat pada
kapsula posterior menimbulkan daerah yang jernih ditengah .
3
Katarak Diabetik
Katarak diabetes merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes mellitus dan
biasanya bilateral. Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam 3 bentuk:
1. Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa akan
terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan
terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila tejadi rehidrasi dan kadar gula
normal kembali.
2. Pasien diabetes juvenile dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak serentak
pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau bentuk piring
subkapsular.
3. Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histopatologi dan
biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keaaan hiperglikemia terdapat penimbunan sorbitol
dan fruktosa di dalam lensa. Pada mata terlihat peningkatkan insidens maturasi katarak yang
lebih pada pasien diabetes. Jarang ditemukan true diabetic katarak. Pada lensa akan terlihat
kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagian jernih dengan pengobatan. Diperlukan
pemeriksaan tes urine dan pengukuran darah gula puasa.
3

ETIOLOGI
Penyebab katarak masih belum diketahui pasti, namun terdapat beberapa teori yang menyatakan
beberapa factor yang mungkin menyebabkan berlakunya katarak:
Imunologis
o dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik yang mengakibatkan
kerusakan sel
Teori a free radical
Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat
o Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi
o Free redical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vit. E
Teori a cross-link
Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul protein
sehingga mengganggu fungsi
3


EPIDEMIOLOGI
Katarak senilis terjadi pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Insidensi katarak di dunia
mencapai 5-10 juta kasus baru tiap tahunnya. Di Afrika katarak senile merupakan penyebab
utama kebutaan. Katarak senilis sangat sering ditemukan pada manusia, bahkan dapat dikatakan
sebagai suatu hal yang dapat dipastikan timbulnya dengan bertambahnya usia penderita.
Horlacher mendapatkan bahwa 65% dari seluruh individu antara usia 51-60 tahun menderita
katarak, sedangkan Barth menemukan bahwa 96% dari individu di atas usia 60 tahun mempunyai
kekeruhan lensa yang dapat terlihat jelas pada pemeriksaan dengan slit lamp. Di negara
berkembang katarak merupakan 50-70% dari seluruh penyebab kebutaan, selain kasusnya
banyak dan munculnya lebih awal. Di Indonesia tahun 1991 didapatkan prevalensi kebutaan
1,2% dengan kebutaan katarak sebesar 0,67%, dan tahun 1996 angka kebutaan meningkat
1,47%.

PATOFISIOLOGI
Perubahan lensa pada usia lanjut :
1. Kapsul menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk lamel
kapsul berkurang atau kabur,dan terlihat bahan granular
2. Epitel makin tipis, sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat, bengkak
dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa lebih irregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown sclerotic nucleus,
sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus ( histidin, triptofan, metionin,
sistein, tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan
triptofan dibanding normal. Korteks tidak berwarna karena:
Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda
3


PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan katarak dilakukan berdasarkan pemeriksaan pasien dan faktor-faktor
penyulit yang mungkin ada. Evaluasi pasien yang penting antara lain: apakah penurunan
kemampuan visual pasien dapat ditolong dengan operasi, apakah akan terjadi perbaikan visus
jika operasi dilakukan tanpa komplikasi, apakah pasien atau keluarga dapat dipercaya untuk
perawatan postoperatif, apakah opasitas lensa berpengaruh terhadap kondisi sistemik dan okuler
pasien.
8
Non Medika Mentosa
Pasien dapat dioperasi bila ada kemauan dari pasien itu sendiri untuk memperbaiki tajam
penglihatannya (visus). Kemauan untuk dioperasi ini biasanya datang bila sudah terjadi
gangguan pekerjaan atau aktifitas sehari-hari. Keputusan untuk melakukan operasi harus
didasarkan pada kebutuhan visual pasien dan potensi kesembuhannya.
6
Indikasi operasi :
Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan
rutinitas pekerjaan
Indikasi medis:
Kondisi katarak di bawah ini harus segera dioperasi walaupun prognosis penglihatannya
tidak menjanjikan atau pasien tidak berminat pada perbaikan penglihatannya :
Katarak hipermatur
Lens induced glaucoma
Lens induced uveitis
Dislokasi / subluksasi lensa
Korpus alienum intralentikular
Retinopati diabetik yang diterapi dengan fotokoagulasi laser
Ablasio retina atau patologi segmen posterior lainnya dimana diagnosis atau tata
laksananya akan terganggu dengan adanya opasitas lensa
Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m
didapatkan hasil visus 3/60
6


Teknik anestesi yang digunakan untuk operasi katarak adalah:
1. Lokal
Pada Operasi katarak teknik anestesi yang umumnya digunakan adalah anestesi lokal.
Adapun anestesi lokal dilakukan dengan teknik topikal anestesi yaitu dengan
menggunakan obat anestesi Lidokain + Markain (1:1) sub konjungtiva ( sering
digunakan )
2. Umum
Anestesi umum digunakan pada pasien yang tidak kooperatif, bayi dan anak.

Tahapan operasi
1. Pengangkatan lensa
Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:
a. ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) atau EKEK
Lensa diangkat dengan meninggalkan kapsulnya. Untuk memperlunak lensa
sehingga mempermudah pengambilan lensa melalui sayatan yang kecil,
digunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi (fakoemulsifikasi). Termasuk
kedalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi. Pembedahan ini
dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-
sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan
bedah gloukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca,
sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema,
pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan
katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan
ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

b. ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK
Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak
senil. lensa beserta kapsulnya dikeluarkan dengan memutus zonula Zinn yang
telah mengalami degenerasi. Pada saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang
dilakukan. Kerugiannya hanya dapat dilakukan implantasi anterior chamber IOL
yang dapat menimbulkan komplikasi terhadap kornea. Selain itu tidak ada barrier
segmen anterior dan posterior bola mata sehingga mudah timbul komplikasi.
Keuntungannya adalah tidak akan terjadi katarak sekunder karena seluruh
komponen lensa telah dikeluarkan.

Tabel . Perbandingan ECCE dan ICCE
ECCE ICCE
Pengeluaran lensa Nucleus dikeluarkan dari
kapsul, korteks disuction
Lens dikeluarkan secara in
toto
Kapsula posterior & zonula
zinii
Intak Dikeluarkan
Incisi Lebih kecil (8 mm) Lebih besar (10 mm)
Iridektomi perifer Tidak dilakukan Dilakukan untuk menghindari
glaukoma karena blokade
pupil
Instrumen (rumit) Diperlukan Tidak diperlukan
Waktu Lebih lama Lebih singkat
Implantasi IOL Posterior chamber Anterior chamber (Pseudo-
phakic Bullous Keratopathy)
Teknik Lebih sulit Lebih mudah
Biaya Lebih banyak Lebih sedikit
Komplikasi yang meningkat After-Cataract 1. Prolaps & degenerasi
vitreus
2. Edema makula
3. Endophthalmitis
4. Aphakic Glaucoma
5. Fibrous & Endothelial
ingrowth
6. Neovascular Glaucoma
in Proliferative
Diabetic Retinopathy
Komplikasi yang berkurang Seluruh komplikasi yang
disebutkan pada ICCE
After-Cataract
Indikasi Prosedur rutin untuk semua
jenis katarak (kecuali bila
merupakan komplikasi)
1. Dislokasi lensa
2. Subluksasi lensa (>1/3
bagian zonula rusak)
3. Chronic Lens Induced
Uveitis
4. Katarak hipermatur
dengan kapsula
anterior yang tebal
5. korpus alienum intra-
lentikular saat ada
gangguan integritas
kapsula posterior
lensa.
Kontraindikasi 1. Dislokasi lensa
2. Subluksasi lensa (>1/3
bagian zonula rusak)

Pasien berusia < 35 tahun
dimana terjadi perlengketan
erat antara lensa dan vitreus
(Ligament of Weigert)

2. Mengganti dengan lensa buatan
Sesudah ekstraksi katarak mata tak mempunyai lensa lagi yang disebut afakia. Tanda-
tandanya adalah bilik mata depan dalam, iris tremulans dan pupil hitam. Pada keadaan ini
mata kehilangan daya akomodasinya (hipermetropia tinggi absolut), terjadi gangguan
penglihatan warna, sinar UV yang sampai ke retina lebih banyak, dan dapat terjadi
astigmatisme akibat tarikan dari luka operasi. Keadaan ini harus dikoreksi dengan lensa
sferis +10.0 Dioptri supaya dapat melihat jauh dan ditambah dengan S +3.0 D untuk
penglihatan dekatnya. Ada tiga cara untuk mengatasi gangguan visus ini, yaitu:
5,6

Implantasi IOL
IOL adalah metode terbaik untuk mengatasi kondisi afakia. IOL terbuat dari PMMA
(Polymethyl Methacrylate), Silicone atau Acrylic (foldable), terdapat 2 tipe yaitu
posterior chamber lens (PCL) dan anterior chamber lens (ACL). Implantasi terbaik
IOL dalam kapsula lensa paling baik di bilik posterior. Saat ini telah tersedia IOL
multifokus yang memungkinkan rehabilitasi visual tanpa perlu koreksi tambahan.



Aphakic spectacles
Lensa sferis konveks dipakai untuk mengkoreksi afakia dengan kekuatan 10 dioptri
untuk penglihatan jauh dan sekitar 13 dioptri untuk melihat dekat. Lensa dengan
kekuatan tinggi ini menyebabkan masalah optik dan fisik terutama pada afakia
unilateral.
Contact lenses
Lensa kontak mengurangi magnifikasi bayangan hingga 3-4%. Diindikasikan terutama
pada pasien usia muda dan kasus-kasus dengan afakia unilateral dimana tidak terdapat
fasilitas untuk implantasi IOL.
5,6


Medika Mentosa
Penatalaksanaan medikal pada katarak secara ketat dilakukan. Penghambat aldose reduktase
bekerja dengan menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, menunjukkan pencegahan
katarak karena gula pada hewan. Agen antikatarak lainnya termasuk sorbitol-lowering agent,
aspirin, glutathion-raising agent dan antioksidan vitamin C dan E. Obat yang dikenal di pasaran
dapat memperlambat proses pengeruhan antara lain Catalin

, Quinax

, Catarlen

dan Karyuni

.
9
Beberapa pasien dengan fungsi visual yang terbatas dapat dibantu dengan alat bantu optik bila
operasi belum bisa dilakukan. Dengan monokuler 2,5 x 2,8, dan 4x lebih dekat ke objek,
penggunaan magnifier, teleskop dapat membantu membaca dan kerja dekat. Katarak akan
mengurangi kontras dan menyebabkan kabur. Panjang gelombang yang pendek menyebabkan
penyebaran warna, intensitas dan jarak cahaya, jika pasien mampu mengatasinya terutama pada
kondisi terang, penggunaan lensa absortif mampu mengurangi disabilitas.
6

KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi dapat berlaku semasa atau selepas operasi katarak adalah:
Intraoperatif
1. Kerusakan endotel kornea
2. Ruptura kapsula posterior lensa
3. Prolapsus dan degenerasi vitreus
4. Hyphaema
5. Hemoragik ekspulsif
6. Dislokasi nucleus ke dalam vitreus

Postoperatif
Dini
1. Edema kornea
2. Bekas luka
3. Prolapsus iris
4. Bilik mata depan yang dangkal
5. Hifema
6. Glaukoma
7. Dislokasi IOL
8. Endophthalmitis

Lanjut
1. After cataract
2. Cystoid macular edema (CME)
3. Vitreous touch syndrome
4. Vitreous wick syndrome
5. UGH syndrome (uveitis, glaucoma and hyphaema)
6. Bullous Keratopathy
7. Glaukoma
9


PROGNOSIS
Untuk pasien katarak senilis yang tidak mempunyai penyakit penyerta yang dapat memberi
dampak yang hebat kepada penglihatan, contohnya seperti degenerasi macular atau atrofi N.
opticus, pembedahan ECCE standar yang berjaya tanpa komplikasi menjanjikan prognosis yang
baik, sekurang-kurangnya peningkatan 2 baris pada uji Snellen chart. Faktor resiko seperti
diabetes mellitus dan retinopati diabetikum merupakan factor yang member prognosis kurang
baik terhadap penglihatan pasien.
9



PENUTUP
Katarak senilis adalah penyakit kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut yaitu di
atas 50 tahun. Terdapat beberapa teori yang menerangkan penyebab terjadinya penyakit katarak
ini. Katarak juga diklasifikasikan mengikut beberapa hal seperti kematangan dan lokasi
terjadinya katarak. Operasi katarak senilis umumnya dilakukan melalui tehnik EKEK (Ekstraksi
katarak ekstra kapsuler) atau EKIK (Ekstraksi katarak intra kapsuler). Pencegahan penyakit
sistemik yang dapat berakibat katarak seperti diabetes mellitus mungkin dapat mengurangi
insidens berlaku katarak.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anamnesis. Case katarak. Edisi 3 januari 2011. Diunduh dari http://www.scribd.com, 18
maret 2014.
2. Pemeriksaan katarak. Edisi 2011. Diunduh dari
http://www.inascrs.org/doc/PPM_1_katarak_rev03.pdf, 18 maret 2014.
3. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran Universita
Indonesia. Jakarta. 2008
4. Lee, Judith and Bailey, Gretchyn. Cataracts. Diunduh dari
http://www.allaboutvision.com/conditions/cataracts.htm, 18 Maret 2014.
5. Wijana, nana, dr. Ilmu Penyakit Mata. Bab X: Lensa.hal: 190-218
6. Vaughn DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika. Jakarta. 2000
7. American Ophtometric Association. Cataract. Diunduh dari http://www.oaa.org/ 18
Maret 2014.
8. Katarak. Diunduh dari http://www.klikdokter.com/illness/detail/37/ 18 Maret 2014.
9. Senile cataract. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1210914-followup
18 Maret 2014.

Anda mungkin juga menyukai