Anda di halaman 1dari 35

BAB I.

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Kanker payudara merupakan salah satu keganasan yang paling sering
ditemukan pada wanita. Di Amerika Serikat, insiden kanker payudara invasif pada
wanita mencapai 232.340 kasus baru di tahun 2013 dan diperkirakan 39. 620 wanita
meninggal karena kanker payudara di tahun 2013 (Alteri, 2013).
Terjadinya kanker payudara pada seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor risiko terjadinya kanker payudara adalah umur, umur saat menarche dan
menopause,umur saat hamil pertama,riwayat tumor jinak payudara, riwayat
radiasi,hormonal,diet dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
Terlepas dari ketersediaan terapi lanjutan seperti operasi, kemoterapi dan
radioterapi , kematian akibat penyakit ini cukup tinggi dan insiden kegagalan
pengobatan karena resistensi tumor juga semakin tinggi. Hal ini telah mendorong
pencarian faktor faktor yang memicu terjadinya kanker payudara dan kegagalan
pengobatan. Prolaktin diduga menjadi salah satu faktor pemicu tersebut. Konsep
prolaktin sebagai faktor penyebab pada kanker payudara bukanlah hal baru.
Tingginya angka kegagalan pengobatan menyebabkan sejumlah studi epidemiologi
terbaru telah kembali menggeser perhatian pada prolaktin. Studi-studi terbaru
memberikan konsep mengenai peranan prolaktin pada kanker payudara (Sethi dkk,
2012).

Prolaktin (PRL) merupakan

suatu hormon peptida yang disekresi oleh

kelenjar hipofisis anterior dan sekian lama hanya dibatasi perannya dalam hal laktasi
dan infertilitas. Telah lama diduga adanya hubungan antara prolaktin dan kanker
payudara tetapi tidak pernah terbukti secara meyakinkan. Penelitian terbaru telah
menekankan peran prolaktin dan reseptornya (PRLR) yang sangat penting pada
kanker payudara dan prostat dan juga pada berbagai kanker lainnya. Prolaktin
pertama kali diakui sebagai suatu hormon yang memberikan kontribusi dalam
patogenesis dan progresi kanker payudara tikus pada tahun 1970 (Cianfrocca,2004;
Muthuswamy, 2012; Pedrini, 2011).
Prolaktin juga dihasilkan oleh tumor serta berbagai jaringan normal . Plasenta
adalah sumber terkaya prolaktin extrahipofise. Desidua memegang peranan atas
tingginya konsentrasi prolaktin dalam cairan ketuban manusia.

Otak , rahim ,

fibroblas dermal dan sistem kekebalan tubuh semua menghasilkan prolaktin.


Beberapa laboratorium telah menunjukkan bahwa prolaktin juga dihasilkan oleh sel
sel epitel payudara normal dan ganas dan menjadi faktor autokrin / parakrin untuk
jaringan ini (Mujagic, 2009).
Beberapa studi epidemiologi melaporkan bahwa prolaktin mempunyai
peranan pada kejadian kanker

payudara. Pada tahun 2006, Tworoger dkk

melaporkan ada korelasi antara kadar prolaktin serum dan risiko kanker payudara.
Elliassen dkk, 2007, dalam penelitiannya juga melaporkan adanya peningkatan kadar
prolaktin serum pada wanita premenopause dengan kanker payudara. Kesamaan

prolaktin dengan growth hormon dan kerjanya melalui promosi pertumbuhan jalur
JAK / STAT menunjukkan efek promoting tumornya (Jacobson dkk, 2013).
Terdapat

bukti kuat bahwa prolaktin

memainkan peran pada kanker

payudara. Insiden hiperprolaktinemia secara signifikan lebih tinggi pada pasien


dengan kanker payudara metastasis dibandingkan pada pasien dengan kanker
payudara non metastasis. Hiperprolaktinemia hampir selalu ditemukan pada
pasien dengan kanker
penelitian

payudara lanjut selama perjalanan penyakitnya. Hasil

menunjukkan

kemungkinan

hubungan

hiperprolaktinemia

dan

overekspresi p53 dengan progresivitas tumor, relaps penyakit yang dini atau
metastasis dan buruknya overall survival pada pasien kanker payudara dengan
node negatif. Pasien hiperprolaktinemia secara signifikan memiliki risiko lebih
tinggi mengalami rekurensi atau metastasis (Alteri, 2013 ;Jacobson dkk, 2013) .
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan

uraian

dalam

latar

belakang

masalah di atas, dapat

dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :


1. Bagaimana kadar prolaktin serum pada penderita kanker payudara
premenopause dan postmenopause ?
2. Bagaimana kadar prolaktin serum pada penderita kanker payudara
stadium dini dan stadium lanjut
Tujuan Penelitian

Tujuan Umum : Mengetahui kadar prolaktin serum penderita kanker


payudara.
Tujuan Khusus :
1. Menilai kadar prolaktin serum penderita kanker payudara premenopause
dan post menopause.
2. Menilai kadar prolaktin serum penderita kanker payudara stadium dini
dan stadium lanjut.
3. Manfaat Penelitian
A.
Manfaat klinis
a. Memperoleh data mengenai kadar prolaktin serum pada kanker
b.
B.

payudara.
Sebagai faktor prognostik
Pengembangan Ilmu
a. Penelitian ini dapat menjadi dasar untuk penelitian prolaktin
selanjutnya.

4. Hipotesis Penelitian
a. Tidak ada perbedaan kadar prolaktin serum pada penderita kanker
payudara premenopause dan postmenopause.
b. Tidak ada perbedaan kadar prolaktin serum pada penderita kanker
payudara stadium dini dan stadium lanjut.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Epidemiologi
Kanker payudara (KPD) adalah keganasan yang paling sering terjadi pada
perempuan di seluruh dunia (WHO,2008) dan mencakup 23% dari jenis kanker pada
perempuan. Menurut data dari Surveillance Epidemiology and End Results (SEER)
National Cancer Institute di Amerika Serikat, usia rata-rata penderita KPD adalah 61
tahun dengan angka insidensi 124,3 per 100.000 perempuan per tahun, sedang usia
rata-rata kematian penderita KPD adalah 68 tahun dengan angka mortalitas 23,0 per
100.000 penduduk (Howlader dkk, 2011).
5

Anatomi Payudara
Payudara adalah kumpulan kelenjar yang merupakan derivate epidermis dan
terletak di atas fascia yang merupakan derivate dermis. Puting susu merupakan
proliferasi dari stratum spinosum epidermis (Skandalakis, 1979).
Payudara normal batas atasnya costa 2, batas bawahnya costa 6 atau 7, batas
medialnya tepi lateral sternum dan batas lateralnya linea axillaris media di tepi medial
m. latissimus dorsi. Jaringan anterior payudara terletak antara lemak subkutan, fascia
pektoralis mayor dan m. serratus (Skandalakis, 1979).
Terdapat 3 sumber utama arteri yang memperdarahi payudara yaitu arteri
thoracica interna (a. mammaria interna), yang terutama memperdarahi sisi medial
payudara; cabang-cabang arteri axillaris terutama a. thoracalis lateralis memperdarahi
sisi lateral payudara; arteri intercostalis. Aliran vena mengikuti jalannya arteri. Venavena di bagian medial akan bergabung dengan vena brachiocephalica dan masuk ke
vena thoracica interna. Vena axillaris merupakan gabungan dari vena basilica dan
vena brachialis, vena ini jug menerima aliran dari cabang vena pectoralis yang berasal
dari payudara. Vena-vena interkostal dibagian posterior bergabung dengan sistem
vena dari tulang belakang dan bermuara ke vena azygos lalu masuk ke vena cava
superior. Oleh adanya sistem vena ini maka metastase kanker payudara dapat
mencapai paru, hati, tulang belakang dan sistem saraf pusat (Skandalakis, 1979).

Drinase limfatik dari payudara,75% melewati nodus axillaris dan 25%


melewati nodus thorasika interna. Penyebaran kanker payudara 50% secara
hematogen, 30% secara limfatik dan 20% secara infiltrasi lokal.

KANKER PAYUDARA
Kanker payudara adalah suatu bentuk keganasan pada payudara yang dapat
terjadi pada sistem duktal,lobular dan stromal payudara, serta dapat menyebar secara
infiltrative melalui aliran limfe dan aliran darah (Desen, 2008).
Peningkatan kasus kanker payudara berkaitan erat dengan adanya faktor
resiko,yang dibagi menjadi :
a. Faktor resiko mayor : usia lanjut, riwayat kanker payudara sebelumnya,
riwayat ibu menderita kanker payudara.
b. Faktor resiko intermediate : pemberian hormone replacement therapy, riwayat
radiasi di daerah dada dan leher, riwayat kelainan atipik pada payudara
c. Faktor resiko minor : cepat menarche, lambat menopause, nullipara.
Etiopatologi kanker payudara sampai saat ini belum jelas, tetapi data
menunjukkan adanya hubungan yang erat antara lingkungan dengan agen penyebab
dan penderita itu sendiri. 5% kasus kanker payudara diturunkan secara herediter
( Neal dkk, 2003). 10-20% kanker payudara mempunyai riwayat keluarga menderita
kanker payudara, dan sekitar 50 % penderita kanker payudara tidak diketahui faktor
resikonya (Hamdani, 2004)

Kanker disebabkan oleh adanya genom yang abnormal, yang terjadi karena adanya
kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel, gen pengatur ini
disebut protoonkogen dan suppressor gen. Banyak faktor yang menyebabkan
perubahan gen, sehingga kanker dapat disebabkan oleh :
1. Kelainan kongenital
2. Adanya zat karsinogen
3. Lingkungan hidup (Sukardja, 2000).
Secara makroskopis, kanker payudara diklasifikasikan menjadi tipe lobular dan
tipe duktal. Secara histologi, terdapat 5 tipe kanker payudara yang paling sering
dtemukan :
1. Duktal karsinoma, 75% dari semua kasus kanker payudara
2. Lobular karsinoma, 5-10% dari semua kasus kanker payudara
3. Tubular karsinoma, 2% dari semua kasus kanker payudara
4. Medulare karsinoma, 5-7% dari semua kasus kanker payudara
5. Mucinous atau koloid karsinoma, 3% dari semua kanker payudara (Zager
dkk, 2006).

Manifestasi Klinik
Sebagian besar kanker payudara bermanifestasi sebagai massa di payudara
yang awalnya tidak nyeri, seringkali ditemukan secara tidak sengaja. Lokasi tumor
kebanyakan di kuadran lateral atas, umumnya lesi soliter, konsistensi keras, batas
tidak tegas, permukaan tidak licin, terfiksir. Massa tumor cenderung bertambah
besar dengan cepat. Pada penderita kanker payudara ditemukan perubahan pada kulit
berupa dimpling, peau d orange, nodul satelit, ulserasi kulit dan perubahan
inflamatorik. Perubahan pada papilla mamma berupa retaksi, discharge/secret dan
perubahan eksematoid (Desen, 2008).
Pemeriksaan Penunjang

1. Mammografi :dapat memperlihatkan adanya nodul yang tidak teraba pada


pemeriksaan fisik dan adanya mikrokalsifikasi. Ketepatan diagnosis sekitar
80%.
2. USG mamma : dapat membedakan tumor kistik atau padat serta dapat
sebagai panduan pemeriksaan FNA.
3. Fine-needle aspiration biopsy (FNA) : akurasi 90%
4. Patologi anatomi
Penatalaksanaan
Modalitas terapi untuk kanker payudara yaitu operasi, kemoterapi, radioterapi,
hormonal terapi dan imunoterapi.

Prolaktin

10

Prolaktin merupakan hormon peptida yang disintesis dan disekresi oleh sel
sel khusus pada kelenjar hipofisis anterior yang disebut lactotrophs. Prolaktin
merupakan rantai polipeptida yang terdiri dari 199 asam amino dengan berat
molecular 23.000 Daltons. Strukturnya mirip dengan growth hormone dan placental
lactogen. Sekarang diketahui bahwa prolaktin memiliki lebih dari 300 aktivitas
biologis,diantaranya keseimbangan air dan garam, pertumbuhan dan perkembangan,
endokrin dan metabolism, reproduksi dan regulasi sistem imun. Sekresi prolaktin di
hipofise diatur oleh neuro endokrin di hipotalamus, yaitu oleh neuron
tuberoinfundibulum (TIDA) dari nucleus arkuatus. Neuron ini mensekresi dopamine,
yg kemudian bekerja pada reseptor D2 laktotrop sehingga menyebabkan
penghambatan

sekresi

prolaktin. Thyrotropin

releasing

hormone

bekerja

menstimulasi pelepasan prolaktin. Telah diketahui pula bahwa sintesis dan sekresi
prolaktin tidak hanya terbatas pada kelenjar hipofisis anterior tetapi beberapa organ
lain juga memiliki kemampuan ini. Prolaktin disekresikan dari kelenjar hipofisis
sebagai respon terhadap proses ingesti, pembuahan, pengobatan estrogen, dan ovulasi.
(Bole dkk, 1998).

11

Prolaktin dianggap sebagai salah satu faktor yang memegang peranan dalam
terjadinya tumor payudara . Pada beberapa studi, dilaporkan adanya hubungan antara
kadar prolaktin serum dengan kanker payudara tetapi studi lain mengatakan tidak
terdapat hubungan antara keduanya . Pemberian PRL pada tikus meninggikan
insidens terjadinya tumor payudara. Menariknya, peningkatan kadar prolaktin serum
terdapat pada anggota keluarga dengan risiko tinggi kanker payudara sehingga diduga
kadar prolaktin serum penting pada populasi tersebut. Hiperprolaktinemia dapat
menjadi indikator progresifitas penyakit yang didukung oleh fakta bahwa kadar
prolaktin serum menurun jika ukuran tumor mengecil .

12

Beberapa kasus karsinoma payudara dalam kaitannya dengan prolaktinoma


telah dilaporkan .
disertai dengan

Peningkatan kadar PRL akibat tumor hipofise anterior yang

penghambatan

ovulasi, galaktore dan amenore sekunder dapat

diatasi dengan pemberian bromokriptin atau L-dopa.


Pada perempuan dengan risiko kanker payudara familial , kadar serum basal
prolaktin secara signifikan meningkat. Dalam suatu studi, hiperprolaktinemia
ditemukan sebagai indikator penting dari buruknya prognosis pada pasien kanker
payudara dengan node positif ( Bhatavdekar dkk, 1990). Dalam studi lain,
hiperprolaktinemia dan perubahan kadar p53 dikaitkan dengan agresivitas tumor,
rekurensi penyakit yang lebih dini atau metastasis dan overall survival yang rendah
pada pasien dengan kanker payudara node - negatif.

Selama hampir 20 tahun

ditemukan bahwa lebih dari 70 % hasil biopsi payudara manusia memberikan hasil
positif untuk reseptor prolaktin , sekitar 80 % dari sel-sel kanker payudara pada kultur
berespon terhadap sinyal mitogenik prolaktin ini (Wennbo dkk, 2000; Alhaj, 2012).
Belum diketahui dengan jelas, apakah peningkatan circulating prolactin ini berasal
dari hipofise atau merupakan produk dari sel sel tumor. Yang masih harus
diklarifikasi adalah apakah hiperprolaktinemia adalah hasil atau penyebab kanker
payudara. Kenyataan bahwa obat anti hiperprolaktinemia sangat efektif dalam
menurunkan circulating prolactin, tetapi tidak efektif dalam pengendalian
pertumbuhan kanker payudara. Ini mendukung hipotesis bahwa prolaktin autokrin
dan endokrin keduanya terlibat dalam karsinogenesis payudara. Mungkin penjelasan

13

yang terbaik adalah prolaktin endokrin berperan dalam inisiasi dan prolaktin autokrin
berperan dalam mempertahankan proses karsinogenesis (Mujagic dkk, 2009).

The autocrine/paracrine action of PRL in the mammary gland.

Untuk memberikan pengaruhnya pada payudara, prolaktin memerlukan


reseptor yang disebut Prolactin Receptor (PRLR). Reseptor ini memiliki tiga domain
: extracellular ligand binding domain, hydrophobic transmembrane domain,
intracellular proline-rich domain. Setidaknya ada tiga isoform reseptor prolaktin
( PRLR ) yaitu isoform panjang (90 kDA), menengah dan pendek (40 kDA).
Pengaturan PRLR dikode oleh gen PRLR yang terletak pada kromosom 5p13.2

14

( GeneCards ). Ketiga isoform mempromosikan mitosis. Pada sel payudara normal


dan malignan terdapat isoform panjang dan pendek sedangkan bentuk intermediate
ditemukan dalam sel sel limfoma . Ikatan antara prolaktin dan reseptornya
menginduksi dimerisasi reseptor, yang kemudian mengaktifkan sitoplasmic tirosin
kinase JAK2. Selanjutnya memberikan signal transducer dan aktivasi transkripsi
(STAT) 5a dan 5b. STAT 5a dan 5b menuju ke inti sel.

Kemajuan dalam immunohistokimia, hibridisasi insitu dan RT - PCR


memungkinkan peningkatan estimasi PRLR pada kanker payudara. Hasil dari
beberapa penelitian mengungkapkan bahwa PRLR diekspresikan sampai 98 % pada
semua kanker payudara (Mujagic dkk, 2009)
PRL menjadi penyebab kanker payudara dengan cara meningkatkan
proliferasi sel dan menghambat apoptosis ( Clevenger dkk, 2003). Pada percobaan
dengan

tikus,

didapatkan

bahwa

prolaktin

meningkatkan

tumorigenesis,

meningkatkan motilitas sel, metastasis dan vaskularisasi tumor.

15

Kadar prolaktin normal dalam darah sekitar 5-25 ng/ml. Kadar prolaktin
bervariasi berdasarkan usia, jenis kelamin, siklus menstruasi dan kehamilan. Prolaktin
bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan payudara selama
kehamilan dan pembentukan ASI. Sekresi hormone prolaktin meningkat pada masa
hamil, stress fisik dan mental, hipoglikemia dan pemberian estrogen dosis tinggi.
Sekresi PRL dapat dirangsang oleh estrogen, fenotiazin dan transkuilizer seperti
reserpin, imipramin dan amitriptilin. Sekresi PRL dihambat oleh derivate ergot dan Ldopa. Apabila kadar prolaktin diatas 50 ng/ml, waspada terhadap kemungkinan
adanya tumor di hipofise (prolaktinoma).
Tamoxifen yang merupakan lini pertama terapi kanker payudara ER (+) pre
dan postmenopause ternyata mempunyai efek antiprolaktin atau antilaktogen
(Wennbo dkk, 2000) . Dalam beberapa laporan, tamoxifen terbukti efektif pada
sejumlah kecil pasien kanker payudara ER-negatif (Hawkins dkk, 1980; Furr &
Jordan, 1984). Das dkk 1993, telah menunjukkan bahwa aktivitas antilaktogenik
tamoxifen merupakan hasil interaksi dengan anti lactogenik binding site ( ALBS )
yang berlokasi pada reseptor PRL ( Clevenger dkk, 2003; Wennbo dkk, 2000).

BAB III. KERANGKA TEORI DAN KONSEP

16

1. Kerangka Teori

PRL
Hypof
se

Prolaktin
serum

Sel kanker
payudara
Reseptor
Prolaktin
payudara

- Motilitas

PRL Extra hypofse :


-

Mammae
Otak
Endometrium
Plasenta
Prostat
Sistem imun

2.Kerangka Konsep

17

PRL
hipofse

Penderita kanker
payudara
- Status premenopause
dan post menopause
- Stadium dini dan stadium
lanjut

: variable dependent
: variable independen
:

Prolactin
serum

PRL
extrahipofse lain

: variable independent

2. Alur Penelitian

Penderita Kanker
Payudara

Premenopause

Stadium dini

Post menopause

Stadium lanjut

Ambil Sampel
Darah

18

Pemeriksaan
Chemiluminiscence
Prolaktin Serum
Pengumpulan
data PENELITIAN
BAB IV.
METODE
Pengolahan
data

1. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat Analitik
2. Tempat dan Waktu Penelitian
- Tempat penelitian
: RS. DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar
- Waktu penelitian
: Januari 2015 sampel terpenuhi
3. Populasi Target, Populasi Terjangkau dan Sampel
- Populasi Target
: Semua penderita kanker payudara
- Populasi Terjangkau : Penderita kanker
payudara yang berobat ke RSWS, periode
2015 sampai sampel tercukupi
- Besaran sampel
: Dengan perkiraan
jumlah kasus baru 10 orang perbulan, maka
dengan menggunakan tabel Isaac Michael
besaran sampel 36 orang dengan tingkat
kesalahan 5 %.
4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
a. Kriteria inklusi
- Penderita KPD yang bersedia ikut dalam penelitian
b. Kriteria ekslusi
- Telah mendapat terapi hormonal
- Penderita KPD yang sedang hamil atau menyusui

19

5.

Mengkonsumsi obat obatan yang mempengaruhi kadar prolaktin

Prosedur kerja :
Pemeriksaan Prolaktin Serum
1. Persiapan pasien : Puasa
2. Alat & Bahan :
- Tabung clot activator ( tutup merah ) / SST ( tutup kuning ) 6 cc
- Jarum untuk mengambil sampel darah
- Styrofoam / cooler box
3. Cara Pengambilan & Pengiriman Sampel
- Pengambilan darah sebaiknya dilakukan sebelum pukul 10.00 pagi
hari
- Lengkapi formulir pemeriksaan
- Lakukan pengambilan sampel dengan menggunakan tabung clot
activator / SST
- Beri identitas pada tabung : nama pasien, jam dan tanggal
pengambilan sampel, kode sampel.
- Masukkan tabung tabung yang berisi sampel darah di rak tabung
dan simpan dalam termos / Styrofoam / cooler box yang berisi es
batu untuk menjaga kisaran suhu 2-8 0C. Usahakan agar tabung
yang bersisi sampel darah tidak bersentuhan langsung dengan es
batu.
- Sampel segera dikirim ke lab. Prodia. Dalam proses pengiriman,
sampel harus selalu berada pada suhu 2 - 8 0C.

6. Identifikasi Variabel
- Variabel dependent
- Variabel independent

: prolaktin serum
: kanker payudara

7. Definisi dan kriteria operasional


- Hiperprolaktinemia : suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan
prolaktin dalam darah.
pada wanita non gravid :

20

premenopause, nilai prolaktin serum > 29,2 ng/ml


postmenopause, nilai prolakin serum > 20,3 ng/ml (lab. Prodia)

Menopause : berhentinya secara fisiologis

berkaitan dengan tingkat lanjut usia perempuan.


Premenopause : masa menuju menopause, dimana kadar hormon

reproduktif menurun.
Kadar prolaktin normal : 2,8 29,2 ng/ml ( lab. Prodia)
Kadar prolaktin rendah : < 16 ng/ml
Kadar prolaktin tinggi : > 16 ng/ml
Postmenopause : menunjukkan periode waktu dimana perempuan telah

siklus menstruasi yang

mengalami menopause > 1 tahun.


Kadar prolaktin : 1,8 20,3
Kadar prolaktin rendah : < 11,05 ng/ml
Kadar prolaktin tinggi : > 11,05 ng/ml
-

Stadium tumor dinilai berdasarkan sistem TNM menurut AJCC 2002:


Stadium dini : T1, T2, N0, N1 stadium I dan II
Stadium lanjut : T3, T4, N2, N3, M1 stadium III dan IV (PERABOI)

Metode chemiluminescence : emisi atau pancaran cahaya oleh produk


yang di stimulus oleh suatu reaksi kimia atau suatu kompleks
cahaya,selanjutnya membentuk kompleks antigen-antibodi yang akan
menempel pada streptavidin-coated microparticle.

8. Rancangan Analisis Data


- Uji chi square
- Uji statistik lainnya yang sesuai
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

21

Karakteristik Subyek Penelitian


Penelitian dilakukan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar selama
periode Januari 2015 sampai April 2015. Diperoleh 37 sampel yang memenuhi
kriteria penelitian. Sampel penderita karsinoma mamma di kelompokkan berdasarkan
status menopause dan stadium tumor. Hasil pemeriksaan histopatologi 37 sampel
adalah invasive ductal carcinoma mamma
Tabel 1. Karakteristik umum subyek penelitian

Variabel

umur
32 40
41 50
51 60
61 70
Total

Sumber

Kanker payudara
status menopause
stadium tumor
post
stadium
Premenopause menopause
dini
stadium lanjut
Lokal
Metastase
(n)
(n)
(n)
(n)
(n)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(4)
(0)
(2)
(2)
(44,44)
(0)
(22,2)
(11,8)
(2)
(18,2)
(5)
(7)
(3)
(6)
(55,56)
(25,0)
(33,3)
(35,3)
(7)
(63,6)
(18)
(3)
(9)
(1)
(0)
(64,3)
(33,3)
(52,9)
(2)
(18,2)
(3)
(1)
(0)
(1)
(0)
(10,7)
(11,1)
(0)
(0)
(0)
(28)
(9)
(17)
(11
(10
(9) (100)
(100)
(99,9)
(100)
)
0)

: data primer

Keterangan : n = jumlah sampel

22

Rentang umur terbanyak penderita kanker payudara premenopause adalah


pada usia 41- 50 tahun, sedangkan pada post menopause, terbanyak pada usia 5160 tahun.
semua

Penderita kanker payudara stadium dini hampir tersebar merata pada

kelompok umur , sedang

pada stadium

lanjut

lokal terbanyak pada

kelompok usia 51- 60 dan stadium lanjut metastase terbanyak pada kelompok
umur 41-50 tahun.

Table 2. Kadar prolaktin serum penderita kanker payudara berdasarkan status


menopause
Prolaktin
Rendah
Tinggi

status menopause
premenopaus
e
5
4

Total
Sumber : Data primer

(%)
55,56
44,44
100

post
menopause
17
11
28

(%)
60,72
39,28
100

Dari 37 subyek penelitian, didapatkan 9 orang penderita kanker payudara yang


premenopause dan 28 orang yang post menopause. Dari 9 orang penderita kanker
payudara premenopause, 44,44 % dengan kadar prolaktin tinggi (> 16 ng/ml) dan
55,56 % dengan kadar prolaktin rendah (< 16ng/ml). Dari 28 orang penderita kanker
payudara yang post menopause; 39,28 % pasien dengan kadar prolaktin tinggi (>
11,05 ng/ml) dan 60,72% dengan kadar prolaktin rendah (< 11,05 ng/ml).

23

Tabel 3. Analisis statistik


menopause

antara kadar prolaktin serum dengan status

ANALISISPRL * STATUSHAID Crosstabulation


STATUSHAID
Postmenopause
ANALISISPRL

Count
% of Total

Count
% of Total

Total

Count
% of Total

Premenopause

Total

17

22

45.9%

13.5%

59.5%

11

15

29.7%

10.8%

40.5%

28

37

75.7%

24.3%

100.0%

Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

Pearson Chi-Square

.075a

.784

Continuity Correctionb

.000

1.000

Likelihood Ratio

.075

.785

Fisher's Exact Test


N of Valid Cases

1.000

.541

37

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.65.
b. Computed only for a 2x2 table

Dari hasil analisa statistik didapatkan , tidak ada perbedaan antara kadar prolaktin
serum penderita kanker payudara premenopause dan post menopause( P > 0,05)

24

Tabel 4. Kadar prolaktin serum penderita kanker payudara berdasarkan


stadium tumor.

Stadium tumor

Kadar
prolaktin
IIA

IIB

Nilai
P

IIIA

IIIB

IIIC

IV

Rendah

9,0

113, 6

13,6

22,7

13,6

27,2

Tinggi

6,67

20

20

13,33

6,67

33,3
3

Sumber : data primer


Dari 37 subyek penelitian, didapatkan 9 orang penderita kanker payudara yang berada
pada stadium dini dan 28 orang yang stadium lanjut. Dari 9 orang penderita kanker
payudara stadium dini terdapat 55,56% dengan kadar prolaktin rendah dan 44,44%
dengan kadar prolaktin tinggi. Dari 28 orang pada stadium lanjut didapatkan 60,72%
dengan kadar prolaktin rendah; 39,28% dengan kadar prolaktin tinggi.
Dari hasil analisa statistik, nilai P > 0,05
B . Pembahasan

25

total
22
15

0,920

Kanker payudara merupakan salah satu keganasan yang paling sering


ditemukan pada wanita. Kematian

akibat

penyakit

ini

cukup

tinggi

dan

insiden kegagalan pengobatan karena resistensi tumor juga semakin tinggi,


menyebabkan
perhatian
yang

sejumlah studi epidemiologi terbaru telah kembali menggeser

pada prolaktin . Prolaktin (PRL) merupakan suatu hormon peptida

disekresi

oleh

hipofise anterior. Disamping itu prolaktin juga dihasilkan

oleh extrahipofise, salah

satunya adalah payudara. Prolaktin dihasilkan oleh

sel tumor maupun jaringan normal. Prolaktin memiliki lebih dari 300 aktivitas
biologis, diantaranya keseimbangan air dan garam, pertumbuhan dan perkembangan,
endokrin dan metabolism, reproduksi dan regulasi system imun. Prolaktin berperan
dalam karsinogenesis melalui proliferasi dan diferensiasi sel, meningkatkan
vaskularisasi sel tumor, menurunkan apoptosis, meningkatkan motilitas sel tumor
Beberapa penelitian menyatakan

prolaktin berperan dalam kejadian

kanker payudara . Hal ini dikaitkan dengan fungsi prolaktin dalam pertumbuhan
dan

diferensiasi

kelenjar payudara, dalam

proses

angiogenesis

dan

anti

apoptosis. Kurangnya data mengenai kadar prolaktin serum pada penderita kanker
payudara, khususnya di kota Makassar yang mendorong dilakukannya penelitian
ini.

Penelitian ini bertujuan melihat kadar prolaktin serum

penderita kanker

puyudara berdasarkan status menopause dan berdasarkan stadium tumor di RS


DR. Wahidin Sudirohusosdo, Makassar.
Pengambilan

sampel prolaktin serum pada subyek penelitian dilakukan

pada pagi hari yaitu pukul 8 sampai 10 pagi, hal ini dilakukan karena sekresi
prolaktin dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti aktifitas fisik dan tidur.
Kanker payudara dapat terjadi pada berbagai usia, kira-kira 7% wanita
terdiagnosa kanker payudara sebelum

berusia 40 tahun. Mereka memiliki

survival rate yang lebih buruk dibanding wanita dengan usia yang lebih tua,
26

dengan kanker

payudara. Oleh karena itu usia

muda

menjadi

prediktor

independen terhadap perburukan outcome (Anders dkk, 2009). Dari penelitian


terhadap 37 subyek yang dilakukan di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo, didapatkan 9
orang penderita kanker payudara premenopause dengan rentang usia 32 - 50 tahun,
didapatkan pula 28 orang penderita kanker payudara post menopause dengan rentang
usia 45-69 tahun. Penelitian sebelumnya yaitu NHS (Nurses Health Study) pada
tahun 1989-1990, rentang usia subyek penelitian yaitu 43-70 tahun, dan NHS II
tahun 1996-1999, rentang usia subyek penelitian yaitu 32-54 tahun. Berdasarkan
data dari SEER (Surveillance, Epidemiology, and End Result), maka risiko untuk
mendapatkan kanker payudara 10 tahun ke depan yaitu saat usia 30 tahun sebesar
0,44%, usia 40 tahun sebesar 1,47%, usia 50 tahun sebesar 2,38% (National Cancer
Institute, 2012).

Dari data terlihat,

dengan pertambahan

usia terdapat

kecenderungan stadium tumor makin lanjut.


Keseluruhan subyek penelitian adalah penderita kanker payudara yang
didukung

dengan

hasil

pemeriksaan histopatologi

yaitu

invasive

ductal

carcinoma mamma. Secara makroskopis, kanker payudara diklasifikasikan menjadi


tipe lobular dan tipe duktal. Secara histologi, terdapat 5 tipe kanker payudara yang
paling sering ditemukan yaitu ductal karsinoma, 75% dari semua kasus kanker
payudara, lobular karsinoma, 5-10% dari semua kasus kanker payudara, tubular
karsinoma, 2% dari semua kasus kanker payudara, medulare karsinoma, 5-7%
dari semua kasus kanker payudara, mucinous atau koloid karsinoma, 3% dari
semua kanker payudara. ( 14 ) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni made Dian
Hartaningsih dan I wayan Sudarsa di RS Sanglah, Denpasar, yaitu 81,9 % (163
kasus) dengan tipe karsinoma ductal invasive.

27

Pengukuran kadar prolaktin pada penelitian ini menggunakan tehnik


chemiluminescence immunoassay, tehnik ini juga dipakai pada penelitian Tworoger,
1990-2010, dan beberapa penelitian lainnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
bermakna secara

statistik antara kadar prolaktin serum penderita kanker

payudara premenopause dan post menopause. Hasil

penelitian dari NHS

(Nurses Health Study) I dan II menemukan bahwa peningkatan kadar prolaktin


berkaitan dengan peningkatan risiko kanker payudara, terlepas dari status menopause
(Faupel dkk, 2010). Hasil penelitian

Tikk, dkk tidak mendapatkan signifikansi

antara

risiko

kadar

prolaktin

dengan

kanker

payudara

pada wanita

premenopause dan post menopause. PRLR diekspresikan sampai 98 % pada


semua kanker payudara. Sekresi

hormone

prolaktin

meningkat

pada masa

hamil, stress fisik dan mental, hipoglikemia, siklus menstruasi dan pemberian
estrogen dosis tinggi. Sekresi PRL dapat dirangsang oleh
dan transkuilizer seperti reserpin,

imipramin

dan

estrogen, fenotiazin

amitriptilin . Sekresi

PRL

dihambat oleh derivate ergot dan L-dopa. Kadar prolaktin cenderung turun pada
wanita premenopause dengan parous

dibanding nullipara.

Peningkatan kadar

prolaktin pada wanita postmenopause dikaitkan dengan peningkatan densitas


jaringan payudara (Mujagic, 2009).
Pada case control study, dari 6 penelitian kanker payudara premenopause
dengan kadar prolaktin, 3 penelitian menyatakan hubungan yang signifikan, 1
penelitian menyatakan non signifikan dan 2 penelitian menyatakan tidak ada
hubungan signifikan; dan dari 5 penelitian kanker payudara post menopause dengan
kadar prolaktin, 2 penelitian menyatakan
menyatakan

tidak

ada

hubungan

ada hubungan signifikan, 2 penelitian


signifikan dan 1 penelitian menyatakan

hubungan signifikan terbalik.

28

Pada prospective study,

71 kasus kanker payudara dari 2596 wanita

premenopause yang di follow up selama 22 tahun, didapatkan hasil tidak ada


hubungan yang signifikan antara kadar prolaktin dengan risiko kanker payudara
premenopause. Wang et al, dari 40 kasus kanker payudara pada 1180 pasien wanita
post menopause yang di follow up selama 22 tahun, didapatkan hubungan yang non
signifikan antara kadar prolaktin dan risiko kanker payudara pada post menopause
Dari tabel 2 didapatkan hasil

9 orang dengan stadium dini kanker

payudara dan 28 orang dengan stadium lanjut kanker payudara. Ini berarti bahwa
lebih dari 50% pasien dengan kanker payudara yang dirawat sudah pada
stadium lanjut. Secara statistik didapatkan tidak ada perbedaan yang bermakna
antara kadar prolaktin serum penderita kanker payudara stadium dini dan stadium
lanjut. Tetapi dari data terdapat kecenderungan peningkatan hiperprolaktinemia
pada stadium

lanjut.

Hal

ini sesuai dengan

mengatakan bahwa prolaktin sebagai salah

penelitian

sebelumnya yang

satu indikator terhadap progresifitas

penyakit. Dari data didapatkan, 3 (27,3%) pasien dari 11 orang dengan kanker
payudara stadium lanjut metastase dengan hiperprolaktinemia,

ini tidak sesuai

dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa hiperprolaktinemia secara


signifikan meningkat pada kanker payudara dengan metastase. Holtkamp et al
menyatakan

44%

pasien

dengan

penyakit

payudara

metastase

hiperprolaktinemia. Patel et al menyatakan hiperprolaktinemia dan


berhubungan

dengan

agresifitas

tumor,

rekurensi

dini

terjadi

kadar p53

dari penyakit atau

metastase, rendahnya ketahanan hidup pasien kanker payudara tanpa pembesaran


kelenjar getah bening.

29

30

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara kadar prolaktin serum
penderita kanker payudara premenopause dan post menopause.
2. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kadar prolaktin serum penderita
kanker payudara stadium dini dan stadium lanjut

Saran
1. Perlu penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan sampel
kontrol untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
2. Perlunya seleksi yang ketat terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pelepasan dan penghambatan prolaktin, untuk mencegah bias pada hasil
penelitian.

31

DAFTAR PUSTAKA

Anders C.K, Johnson R, Bleyer A. Breast Cancer Before Age 40 Years.


Seminar in Oncology. 2009. 36(3) : 237-249.
Arendt LM, Rugowski DE, et al. Prolactin-induced mouse mammary carcinomas
model estrogen resistant luminal breast cancer. Breast Cancer Research 2011,13 :
R11. Available from : http://breast-cancer-research.com/content/13/1/R11.
Alhaj A. Serum prolactin level in Yemeni females with breast cancer. Yemeni
journal

for

medical

sciences

(2012).

Available

from

:http://www.med.ust.edu.ye/YJMS/.
Alteri R, et al. Breast Cancer Facts and Figures 2013-2014. American Cancer
Society. Atlanta. p 4-18.
Bhatavdekar JM, Shah NG, Balar DB, et al.Plasma prolactin as an indicator of
disease progression in advanced breast cancer. 1990; 65 : 2028- 32.
Bole-Feysot C, Goffin V, Edery M, et al. Prolactin (PRL) and its receptor: actions,
signal transduction pathways and phenotypes observed in PRL receptor knockout
mice. Endocrin Reviews. 1998 (3) : 225- 68.
Clevenger CV, Furth PA, Hankinson SE, Schuler LA. The role of prolactin in
mammary carcinoma. Endocrine reviews, February 1, 2003; vol 24; no.1; 1-27
Cianfrocca M. Prognostic and predictive factors in early stage breast cancer. The
oncologist, Vol.9. 2004
Desen W. Buku ajar onkologi klinis. Edisi II. FKUI. Jakarta, 2008; hal : 365- 83.
Devi YS, Shehu A, Halperin J, et al. Prolactin signaling through the sort isoform
of the mouse prolactin receptor regulates DNA binding of specific transcription

32

factors, often with opposite effects in different reproductive issues. Reproductive


Biology and Endocrinology 2009,7:87.
Faupel JM-Badger, Sherman ME, Gaecia M- Closas, et al. Prolaktin serum level
and breast cancer : Relatioanships with risk factor and tumour characteristics
among pre- and postmenopausal women in a population-based case-control study
from Poland. British journal of Cancer (2010) 103, 1097-1102.
Howlader N, Noone AM, Krapcho M,et all. SEER Cancer Statistics review, 19752009. National Cancer Institute. Bethesda, MD, http ://seer.cancer.gov/csr/19752009, based on November 2011, posted to the SEER web site,2012.
Hamdani William. Profil Gena HER -2/Neu pada penderita kanker payudara di
Makassar. Karya akhir pendidikan spesialisasi bedah onkologi FK UNHAS.
Makassar, 2004.
Howell SJ, Anderson E, Hunter T, et al. Prolactin receptor antagonism reduces the
clonogenic capacity of

breast cancer cells and potentiates doxorubicin and

paclitaxel cytotoxicity. Breast cancer research 2008, 10:R68. Available from:


http://breast-cancer-research.com/content/10/4/R68.
Jacobson EM, Hugo ER, Borcherding DC, Jonathan NB. Prolactin in breast and
prostate cancer. Discovery medicine, October 22, 2013
Mujagic Z, Srabovic N, Mujagic H. The role of prolactin in human breast cancer.
Biochemia medica 2009; 19(3): 236-49
Muthuswamy SK. Autocrine prolactin : An emerging market for homegound
( prolactin ) despite the imports. Genes and development 2012; 26: 2253-8
Neal Anthony J; Hoskin Peter J. Breast cancer in clinical oncology basic
principles and practice. Third edition. London,2003 ; p : 68-85.
National cancer institute.2012. Breast cancer risk in Americam women. Available
from : http://www.cancer.gov/cancertopics/types/breast/risk-fact.
33

Nitze LM, Galsgaard ED, et al. Reevaluation

of the proposed autocrine

proliverative function of prolactin in breast cancer. Breast Cancer Res Treat


(2013) 142 : 31-44.
Pedrini JL, Savaris RF, Schorr MC, Cambruzi E, Grudzinski M, Zettler CG. The
effect of neoadjuvant chemotherapy on hormone receptor status, HER2/neu and
prolactin in breast cancer. Tumori 2011; 97: 704-10
Skandalakis Jhon E; Gray Stephen W; Rowe Joseph R Jr. Anatomical
complication in general surgery. Mc. Graw-Hill Book Company, 1979; 37-48.
Sethi BK, Chanukya GV, Nagesh VS. Prolactin and cancer : Has the orphan
finally found the home ?. Indian journal of endocrinology and metabolism 2012.
Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3603025/.
Sukardja I Gede Dewa. Etiologi kanker dalam onkologi klinik. Edisi II. Airlangga
university press. Surabaya ,2000; hal : 113- 25.
Suyatno, dkk. Kanker payudara dalam : Bedah onkologi diagnosis dan terapi.
Edisi II. CV Sagung Seto. Jakarta. 2014. p : 39-63.
Tran TH, Utama FE, Lin J, et al. Prolactin inhibits expression of the protooncogene BCL6 in breast cancer through a Stat5a dependent mechanism. NIH
Public Access. 2010; 70(4) : 1711.
Tikk K, Sookthai D, Johnson T. Circulating prolactin and breast cancer risk
among pre- and postmenopausal women in the EPIC cohort. Oxford annals of
oncology. Annonc. Oxfordjournals.org.2014
Vonderhaar BK. Prolactin involvement in breast cancer. Endocrin related cancer
(1999)6 389-404
Wennbo H, Tornell J. The role of prolactin and growth hormone in breast cancer.
Oncogene (2000) 19, 1072

34

Zager Jonathan S, et al. Invasive breast cancer in

MD Anderson surgical

oncology handbook. 4th edition. Lappincot Williams & Wilkins. Los Angeles,
2006; p: 24-59.

35

Anda mungkin juga menyukai