PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Kanker payudara merupakan salah satu keganasan yang paling sering
ditemukan pada wanita. Di Amerika Serikat, insiden kanker payudara invasif pada
wanita mencapai 232.340 kasus baru di tahun 2013 dan diperkirakan 39. 620 wanita
meninggal karena kanker payudara di tahun 2013 (Alteri, 2013).
Terjadinya kanker payudara pada seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor risiko terjadinya kanker payudara adalah umur, umur saat menarche dan
menopause,umur saat hamil pertama,riwayat tumor jinak payudara, riwayat
radiasi,hormonal,diet dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
Terlepas dari ketersediaan terapi lanjutan seperti operasi, kemoterapi dan
radioterapi , kematian akibat penyakit ini cukup tinggi dan insiden kegagalan
pengobatan karena resistensi tumor juga semakin tinggi. Hal ini telah mendorong
pencarian faktor faktor yang memicu terjadinya kanker payudara dan kegagalan
pengobatan. Prolaktin diduga menjadi salah satu faktor pemicu tersebut. Konsep
prolaktin sebagai faktor penyebab pada kanker payudara bukanlah hal baru.
Tingginya angka kegagalan pengobatan menyebabkan sejumlah studi epidemiologi
terbaru telah kembali menggeser perhatian pada prolaktin. Studi-studi terbaru
memberikan konsep mengenai peranan prolaktin pada kanker payudara (Sethi dkk,
2012).
kelenjar hipofisis anterior dan sekian lama hanya dibatasi perannya dalam hal laktasi
dan infertilitas. Telah lama diduga adanya hubungan antara prolaktin dan kanker
payudara tetapi tidak pernah terbukti secara meyakinkan. Penelitian terbaru telah
menekankan peran prolaktin dan reseptornya (PRLR) yang sangat penting pada
kanker payudara dan prostat dan juga pada berbagai kanker lainnya. Prolaktin
pertama kali diakui sebagai suatu hormon yang memberikan kontribusi dalam
patogenesis dan progresi kanker payudara tikus pada tahun 1970 (Cianfrocca,2004;
Muthuswamy, 2012; Pedrini, 2011).
Prolaktin juga dihasilkan oleh tumor serta berbagai jaringan normal . Plasenta
adalah sumber terkaya prolaktin extrahipofise. Desidua memegang peranan atas
tingginya konsentrasi prolaktin dalam cairan ketuban manusia.
Otak , rahim ,
melaporkan ada korelasi antara kadar prolaktin serum dan risiko kanker payudara.
Elliassen dkk, 2007, dalam penelitiannya juga melaporkan adanya peningkatan kadar
prolaktin serum pada wanita premenopause dengan kanker payudara. Kesamaan
prolaktin dengan growth hormon dan kerjanya melalui promosi pertumbuhan jalur
JAK / STAT menunjukkan efek promoting tumornya (Jacobson dkk, 2013).
Terdapat
menunjukkan
kemungkinan
hubungan
hiperprolaktinemia
dan
overekspresi p53 dengan progresivitas tumor, relaps penyakit yang dini atau
metastasis dan buruknya overall survival pada pasien kanker payudara dengan
node negatif. Pasien hiperprolaktinemia secara signifikan memiliki risiko lebih
tinggi mengalami rekurensi atau metastasis (Alteri, 2013 ;Jacobson dkk, 2013) .
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian
dalam
latar
belakang
payudara.
Sebagai faktor prognostik
Pengembangan Ilmu
a. Penelitian ini dapat menjadi dasar untuk penelitian prolaktin
selanjutnya.
4. Hipotesis Penelitian
a. Tidak ada perbedaan kadar prolaktin serum pada penderita kanker
payudara premenopause dan postmenopause.
b. Tidak ada perbedaan kadar prolaktin serum pada penderita kanker
payudara stadium dini dan stadium lanjut.
Anatomi Payudara
Payudara adalah kumpulan kelenjar yang merupakan derivate epidermis dan
terletak di atas fascia yang merupakan derivate dermis. Puting susu merupakan
proliferasi dari stratum spinosum epidermis (Skandalakis, 1979).
Payudara normal batas atasnya costa 2, batas bawahnya costa 6 atau 7, batas
medialnya tepi lateral sternum dan batas lateralnya linea axillaris media di tepi medial
m. latissimus dorsi. Jaringan anterior payudara terletak antara lemak subkutan, fascia
pektoralis mayor dan m. serratus (Skandalakis, 1979).
Terdapat 3 sumber utama arteri yang memperdarahi payudara yaitu arteri
thoracica interna (a. mammaria interna), yang terutama memperdarahi sisi medial
payudara; cabang-cabang arteri axillaris terutama a. thoracalis lateralis memperdarahi
sisi lateral payudara; arteri intercostalis. Aliran vena mengikuti jalannya arteri. Venavena di bagian medial akan bergabung dengan vena brachiocephalica dan masuk ke
vena thoracica interna. Vena axillaris merupakan gabungan dari vena basilica dan
vena brachialis, vena ini jug menerima aliran dari cabang vena pectoralis yang berasal
dari payudara. Vena-vena interkostal dibagian posterior bergabung dengan sistem
vena dari tulang belakang dan bermuara ke vena azygos lalu masuk ke vena cava
superior. Oleh adanya sistem vena ini maka metastase kanker payudara dapat
mencapai paru, hati, tulang belakang dan sistem saraf pusat (Skandalakis, 1979).
KANKER PAYUDARA
Kanker payudara adalah suatu bentuk keganasan pada payudara yang dapat
terjadi pada sistem duktal,lobular dan stromal payudara, serta dapat menyebar secara
infiltrative melalui aliran limfe dan aliran darah (Desen, 2008).
Peningkatan kasus kanker payudara berkaitan erat dengan adanya faktor
resiko,yang dibagi menjadi :
a. Faktor resiko mayor : usia lanjut, riwayat kanker payudara sebelumnya,
riwayat ibu menderita kanker payudara.
b. Faktor resiko intermediate : pemberian hormone replacement therapy, riwayat
radiasi di daerah dada dan leher, riwayat kelainan atipik pada payudara
c. Faktor resiko minor : cepat menarche, lambat menopause, nullipara.
Etiopatologi kanker payudara sampai saat ini belum jelas, tetapi data
menunjukkan adanya hubungan yang erat antara lingkungan dengan agen penyebab
dan penderita itu sendiri. 5% kasus kanker payudara diturunkan secara herediter
( Neal dkk, 2003). 10-20% kanker payudara mempunyai riwayat keluarga menderita
kanker payudara, dan sekitar 50 % penderita kanker payudara tidak diketahui faktor
resikonya (Hamdani, 2004)
Kanker disebabkan oleh adanya genom yang abnormal, yang terjadi karena adanya
kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel, gen pengatur ini
disebut protoonkogen dan suppressor gen. Banyak faktor yang menyebabkan
perubahan gen, sehingga kanker dapat disebabkan oleh :
1. Kelainan kongenital
2. Adanya zat karsinogen
3. Lingkungan hidup (Sukardja, 2000).
Secara makroskopis, kanker payudara diklasifikasikan menjadi tipe lobular dan
tipe duktal. Secara histologi, terdapat 5 tipe kanker payudara yang paling sering
dtemukan :
1. Duktal karsinoma, 75% dari semua kasus kanker payudara
2. Lobular karsinoma, 5-10% dari semua kasus kanker payudara
3. Tubular karsinoma, 2% dari semua kasus kanker payudara
4. Medulare karsinoma, 5-7% dari semua kasus kanker payudara
5. Mucinous atau koloid karsinoma, 3% dari semua kanker payudara (Zager
dkk, 2006).
Manifestasi Klinik
Sebagian besar kanker payudara bermanifestasi sebagai massa di payudara
yang awalnya tidak nyeri, seringkali ditemukan secara tidak sengaja. Lokasi tumor
kebanyakan di kuadran lateral atas, umumnya lesi soliter, konsistensi keras, batas
tidak tegas, permukaan tidak licin, terfiksir. Massa tumor cenderung bertambah
besar dengan cepat. Pada penderita kanker payudara ditemukan perubahan pada kulit
berupa dimpling, peau d orange, nodul satelit, ulserasi kulit dan perubahan
inflamatorik. Perubahan pada papilla mamma berupa retaksi, discharge/secret dan
perubahan eksematoid (Desen, 2008).
Pemeriksaan Penunjang
Prolaktin
10
Prolaktin merupakan hormon peptida yang disintesis dan disekresi oleh sel
sel khusus pada kelenjar hipofisis anterior yang disebut lactotrophs. Prolaktin
merupakan rantai polipeptida yang terdiri dari 199 asam amino dengan berat
molecular 23.000 Daltons. Strukturnya mirip dengan growth hormone dan placental
lactogen. Sekarang diketahui bahwa prolaktin memiliki lebih dari 300 aktivitas
biologis,diantaranya keseimbangan air dan garam, pertumbuhan dan perkembangan,
endokrin dan metabolism, reproduksi dan regulasi sistem imun. Sekresi prolaktin di
hipofise diatur oleh neuro endokrin di hipotalamus, yaitu oleh neuron
tuberoinfundibulum (TIDA) dari nucleus arkuatus. Neuron ini mensekresi dopamine,
yg kemudian bekerja pada reseptor D2 laktotrop sehingga menyebabkan
penghambatan
sekresi
prolaktin. Thyrotropin
releasing
hormone
bekerja
menstimulasi pelepasan prolaktin. Telah diketahui pula bahwa sintesis dan sekresi
prolaktin tidak hanya terbatas pada kelenjar hipofisis anterior tetapi beberapa organ
lain juga memiliki kemampuan ini. Prolaktin disekresikan dari kelenjar hipofisis
sebagai respon terhadap proses ingesti, pembuahan, pengobatan estrogen, dan ovulasi.
(Bole dkk, 1998).
11
Prolaktin dianggap sebagai salah satu faktor yang memegang peranan dalam
terjadinya tumor payudara . Pada beberapa studi, dilaporkan adanya hubungan antara
kadar prolaktin serum dengan kanker payudara tetapi studi lain mengatakan tidak
terdapat hubungan antara keduanya . Pemberian PRL pada tikus meninggikan
insidens terjadinya tumor payudara. Menariknya, peningkatan kadar prolaktin serum
terdapat pada anggota keluarga dengan risiko tinggi kanker payudara sehingga diduga
kadar prolaktin serum penting pada populasi tersebut. Hiperprolaktinemia dapat
menjadi indikator progresifitas penyakit yang didukung oleh fakta bahwa kadar
prolaktin serum menurun jika ukuran tumor mengecil .
12
penghambatan
ditemukan bahwa lebih dari 70 % hasil biopsi payudara manusia memberikan hasil
positif untuk reseptor prolaktin , sekitar 80 % dari sel-sel kanker payudara pada kultur
berespon terhadap sinyal mitogenik prolaktin ini (Wennbo dkk, 2000; Alhaj, 2012).
Belum diketahui dengan jelas, apakah peningkatan circulating prolactin ini berasal
dari hipofise atau merupakan produk dari sel sel tumor. Yang masih harus
diklarifikasi adalah apakah hiperprolaktinemia adalah hasil atau penyebab kanker
payudara. Kenyataan bahwa obat anti hiperprolaktinemia sangat efektif dalam
menurunkan circulating prolactin, tetapi tidak efektif dalam pengendalian
pertumbuhan kanker payudara. Ini mendukung hipotesis bahwa prolaktin autokrin
dan endokrin keduanya terlibat dalam karsinogenesis payudara. Mungkin penjelasan
13
yang terbaik adalah prolaktin endokrin berperan dalam inisiasi dan prolaktin autokrin
berperan dalam mempertahankan proses karsinogenesis (Mujagic dkk, 2009).
14
tikus,
didapatkan
bahwa
prolaktin
meningkatkan
tumorigenesis,
15
Kadar prolaktin normal dalam darah sekitar 5-25 ng/ml. Kadar prolaktin
bervariasi berdasarkan usia, jenis kelamin, siklus menstruasi dan kehamilan. Prolaktin
bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan payudara selama
kehamilan dan pembentukan ASI. Sekresi hormone prolaktin meningkat pada masa
hamil, stress fisik dan mental, hipoglikemia dan pemberian estrogen dosis tinggi.
Sekresi PRL dapat dirangsang oleh estrogen, fenotiazin dan transkuilizer seperti
reserpin, imipramin dan amitriptilin. Sekresi PRL dihambat oleh derivate ergot dan Ldopa. Apabila kadar prolaktin diatas 50 ng/ml, waspada terhadap kemungkinan
adanya tumor di hipofise (prolaktinoma).
Tamoxifen yang merupakan lini pertama terapi kanker payudara ER (+) pre
dan postmenopause ternyata mempunyai efek antiprolaktin atau antilaktogen
(Wennbo dkk, 2000) . Dalam beberapa laporan, tamoxifen terbukti efektif pada
sejumlah kecil pasien kanker payudara ER-negatif (Hawkins dkk, 1980; Furr &
Jordan, 1984). Das dkk 1993, telah menunjukkan bahwa aktivitas antilaktogenik
tamoxifen merupakan hasil interaksi dengan anti lactogenik binding site ( ALBS )
yang berlokasi pada reseptor PRL ( Clevenger dkk, 2003; Wennbo dkk, 2000).
16
1. Kerangka Teori
PRL
Hypof
se
Prolaktin
serum
Sel kanker
payudara
Reseptor
Prolaktin
payudara
- Motilitas
Mammae
Otak
Endometrium
Plasenta
Prostat
Sistem imun
2.Kerangka Konsep
17
PRL
hipofse
Penderita kanker
payudara
- Status premenopause
dan post menopause
- Stadium dini dan stadium
lanjut
: variable dependent
: variable independen
:
Prolactin
serum
PRL
extrahipofse lain
: variable independent
2. Alur Penelitian
Penderita Kanker
Payudara
Premenopause
Stadium dini
Post menopause
Stadium lanjut
Ambil Sampel
Darah
18
Pemeriksaan
Chemiluminiscence
Prolaktin Serum
Pengumpulan
data PENELITIAN
BAB IV.
METODE
Pengolahan
data
1. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat Analitik
2. Tempat dan Waktu Penelitian
- Tempat penelitian
: RS. DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar
- Waktu penelitian
: Januari 2015 sampel terpenuhi
3. Populasi Target, Populasi Terjangkau dan Sampel
- Populasi Target
: Semua penderita kanker payudara
- Populasi Terjangkau : Penderita kanker
payudara yang berobat ke RSWS, periode
2015 sampai sampel tercukupi
- Besaran sampel
: Dengan perkiraan
jumlah kasus baru 10 orang perbulan, maka
dengan menggunakan tabel Isaac Michael
besaran sampel 36 orang dengan tingkat
kesalahan 5 %.
4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
a. Kriteria inklusi
- Penderita KPD yang bersedia ikut dalam penelitian
b. Kriteria ekslusi
- Telah mendapat terapi hormonal
- Penderita KPD yang sedang hamil atau menyusui
19
5.
Prosedur kerja :
Pemeriksaan Prolaktin Serum
1. Persiapan pasien : Puasa
2. Alat & Bahan :
- Tabung clot activator ( tutup merah ) / SST ( tutup kuning ) 6 cc
- Jarum untuk mengambil sampel darah
- Styrofoam / cooler box
3. Cara Pengambilan & Pengiriman Sampel
- Pengambilan darah sebaiknya dilakukan sebelum pukul 10.00 pagi
hari
- Lengkapi formulir pemeriksaan
- Lakukan pengambilan sampel dengan menggunakan tabung clot
activator / SST
- Beri identitas pada tabung : nama pasien, jam dan tanggal
pengambilan sampel, kode sampel.
- Masukkan tabung tabung yang berisi sampel darah di rak tabung
dan simpan dalam termos / Styrofoam / cooler box yang berisi es
batu untuk menjaga kisaran suhu 2-8 0C. Usahakan agar tabung
yang bersisi sampel darah tidak bersentuhan langsung dengan es
batu.
- Sampel segera dikirim ke lab. Prodia. Dalam proses pengiriman,
sampel harus selalu berada pada suhu 2 - 8 0C.
6. Identifikasi Variabel
- Variabel dependent
- Variabel independent
: prolaktin serum
: kanker payudara
20
reproduktif menurun.
Kadar prolaktin normal : 2,8 29,2 ng/ml ( lab. Prodia)
Kadar prolaktin rendah : < 16 ng/ml
Kadar prolaktin tinggi : > 16 ng/ml
Postmenopause : menunjukkan periode waktu dimana perempuan telah
A. Hasil penelitian
21
Variabel
umur
32 40
41 50
51 60
61 70
Total
Sumber
Kanker payudara
status menopause
stadium tumor
post
stadium
Premenopause menopause
dini
stadium lanjut
Lokal
Metastase
(n)
(n)
(n)
(n)
(n)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(4)
(0)
(2)
(2)
(44,44)
(0)
(22,2)
(11,8)
(2)
(18,2)
(5)
(7)
(3)
(6)
(55,56)
(25,0)
(33,3)
(35,3)
(7)
(63,6)
(18)
(3)
(9)
(1)
(0)
(64,3)
(33,3)
(52,9)
(2)
(18,2)
(3)
(1)
(0)
(1)
(0)
(10,7)
(11,1)
(0)
(0)
(0)
(28)
(9)
(17)
(11
(10
(9) (100)
(100)
(99,9)
(100)
)
0)
: data primer
22
pada stadium
lanjut
kelompok usia 51- 60 dan stadium lanjut metastase terbanyak pada kelompok
umur 41-50 tahun.
status menopause
premenopaus
e
5
4
Total
Sumber : Data primer
(%)
55,56
44,44
100
post
menopause
17
11
28
(%)
60,72
39,28
100
23
Count
% of Total
Count
% of Total
Total
Count
% of Total
Premenopause
Total
17
22
45.9%
13.5%
59.5%
11
15
29.7%
10.8%
40.5%
28
37
75.7%
24.3%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
df
sided)
sided)
sided)
Pearson Chi-Square
.075a
.784
Continuity Correctionb
.000
1.000
Likelihood Ratio
.075
.785
1.000
.541
37
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.65.
b. Computed only for a 2x2 table
Dari hasil analisa statistik didapatkan , tidak ada perbedaan antara kadar prolaktin
serum penderita kanker payudara premenopause dan post menopause( P > 0,05)
24
Stadium tumor
Kadar
prolaktin
IIA
IIB
Nilai
P
IIIA
IIIB
IIIC
IV
Rendah
9,0
113, 6
13,6
22,7
13,6
27,2
Tinggi
6,67
20
20
13,33
6,67
33,3
3
25
total
22
15
0,920
akibat
penyakit
ini
cukup
tinggi
dan
disekresi
oleh
sel tumor maupun jaringan normal. Prolaktin memiliki lebih dari 300 aktivitas
biologis, diantaranya keseimbangan air dan garam, pertumbuhan dan perkembangan,
endokrin dan metabolism, reproduksi dan regulasi system imun. Prolaktin berperan
dalam karsinogenesis melalui proliferasi dan diferensiasi sel, meningkatkan
vaskularisasi sel tumor, menurunkan apoptosis, meningkatkan motilitas sel tumor
Beberapa penelitian menyatakan
kanker payudara . Hal ini dikaitkan dengan fungsi prolaktin dalam pertumbuhan
dan
diferensiasi
proses
angiogenesis
dan
anti
apoptosis. Kurangnya data mengenai kadar prolaktin serum pada penderita kanker
payudara, khususnya di kota Makassar yang mendorong dilakukannya penelitian
ini.
penderita kanker
pada pagi hari yaitu pukul 8 sampai 10 pagi, hal ini dilakukan karena sekresi
prolaktin dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti aktifitas fisik dan tidur.
Kanker payudara dapat terjadi pada berbagai usia, kira-kira 7% wanita
terdiagnosa kanker payudara sebelum
survival rate yang lebih buruk dibanding wanita dengan usia yang lebih tua,
26
dengan kanker
muda
menjadi
prediktor
dengan pertambahan
usia terdapat
dengan
hasil
pemeriksaan histopatologi
yaitu
invasive
ductal
27
antara
risiko
kadar
prolaktin
dengan
kanker
payudara
pada wanita
hormone
prolaktin
meningkat
pada masa
hamil, stress fisik dan mental, hipoglikemia, siklus menstruasi dan pemberian
estrogen dosis tinggi. Sekresi PRL dapat dirangsang oleh
dan transkuilizer seperti reserpin,
imipramin
dan
estrogen, fenotiazin
amitriptilin . Sekresi
PRL
dihambat oleh derivate ergot dan L-dopa. Kadar prolaktin cenderung turun pada
wanita premenopause dengan parous
dibanding nullipara.
Peningkatan kadar
tidak
ada
hubungan
28
payudara dan 28 orang dengan stadium lanjut kanker payudara. Ini berarti bahwa
lebih dari 50% pasien dengan kanker payudara yang dirawat sudah pada
stadium lanjut. Secara statistik didapatkan tidak ada perbedaan yang bermakna
antara kadar prolaktin serum penderita kanker payudara stadium dini dan stadium
lanjut. Tetapi dari data terdapat kecenderungan peningkatan hiperprolaktinemia
pada stadium
lanjut.
Hal
penelitian
sebelumnya yang
penyakit. Dari data didapatkan, 3 (27,3%) pasien dari 11 orang dengan kanker
payudara stadium lanjut metastase dengan hiperprolaktinemia,
44%
pasien
dengan
penyakit
payudara
metastase
dengan
agresifitas
tumor,
rekurensi
dini
terjadi
kadar p53
29
30
Kesimpulan
1. Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara kadar prolaktin serum
penderita kanker payudara premenopause dan post menopause.
2. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kadar prolaktin serum penderita
kanker payudara stadium dini dan stadium lanjut
Saran
1. Perlu penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan sampel
kontrol untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
2. Perlunya seleksi yang ketat terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pelepasan dan penghambatan prolaktin, untuk mencegah bias pada hasil
penelitian.
31
DAFTAR PUSTAKA
for
medical
sciences
(2012).
Available
from
:http://www.med.ust.edu.ye/YJMS/.
Alteri R, et al. Breast Cancer Facts and Figures 2013-2014. American Cancer
Society. Atlanta. p 4-18.
Bhatavdekar JM, Shah NG, Balar DB, et al.Plasma prolactin as an indicator of
disease progression in advanced breast cancer. 1990; 65 : 2028- 32.
Bole-Feysot C, Goffin V, Edery M, et al. Prolactin (PRL) and its receptor: actions,
signal transduction pathways and phenotypes observed in PRL receptor knockout
mice. Endocrin Reviews. 1998 (3) : 225- 68.
Clevenger CV, Furth PA, Hankinson SE, Schuler LA. The role of prolactin in
mammary carcinoma. Endocrine reviews, February 1, 2003; vol 24; no.1; 1-27
Cianfrocca M. Prognostic and predictive factors in early stage breast cancer. The
oncologist, Vol.9. 2004
Desen W. Buku ajar onkologi klinis. Edisi II. FKUI. Jakarta, 2008; hal : 365- 83.
Devi YS, Shehu A, Halperin J, et al. Prolactin signaling through the sort isoform
of the mouse prolactin receptor regulates DNA binding of specific transcription
32
34
MD Anderson surgical
oncology handbook. 4th edition. Lappincot Williams & Wilkins. Los Angeles,
2006; p: 24-59.
35