Anda di halaman 1dari 11

PREPARASI DAN KARAKTERISASI KATALIS HETEROGEN

ARANG AKTIF TERSULFONASI UNTUK PROSES HIDROLISIS


SELULOSA MENJADI GLUKOSA
Rispiandi
Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung
Jl. Gegerkalong Hilir Ds Ciwaruga, Bandung 40012
Telp/fax : (022) 2016 403
E-mail : rispiandi@gmail.com
Abstrak
Teknologi yang umum digunakan dalam mengubah selulosa menjadi glukosa adalah dengan
proses enzimatik dan hidrolisis asam. Kedua teknologi tersebut masih memiliki kendala teknis,
yaitu harga enzim yang mahal, proses yang korosif dan menimbulkan limbah. Dengan
demikian diperlukan pengembangan teknologi baru salah satu diantaranya yaitu dengan
menggunakan katalis heterogen berupa karbon aktif tersulfonasi. Karbon aktif tersulfonasi ini
dibuat dari tempurung kelapa yang dikarbonisasi pada temperatur 350oC, selanjutnya direndam
dalam asam sulfat 96% pada temperatur 150oC selama 15 jam. Hasilnya kemudian dicuci dan
dikeringkan. Karakteristik dan performance (kinerja ) katalis berupa kapasitas H+, pori-pori
katalis dengan BET, uji gugus fungsi dengan FTIR, dan uji struktur morfologi katalis dengan
SEM. Kinerja katalis diuji dalam reaktor autoclave melalui proses hidrotermal dengan
memvariasikan jumlah katalis dan temperatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji
karakteristik kapasitas H+ sebesar 2,95 mmol/g, untuk uji BET ukuran pori 29 m2/g , untuk uji
FTIR keberadaan gugus sulfonat terbaca pada vibrasi bilangan gelombang 1750 cm-1 dan 1379
cm-1 , pada uji SEM struktur morfologi katalis karbon aktif lebih terbuka setelah mengalami
proses sulfonasi. Kinerja katalis diperoleh konversi tertinggi selulosa menjadi glukosa mencapai
87,2 % pada jumlah alang-alang (sebagai sumber selulosa) 2 g, jumlah katalis 2 g, dan
temperatur 170oC selama 8 jam.
Kata kunci : Alang-alang, glukosa, hidrolisis, karbon aktif tersulfonasi, selulosa

mentah dan hasil olahannya untuk


kebutuhan dalam negeri juga
semakin
meningkat.
Dengan
demikian
dibutuhkan
berbagai
langkah strategis untuk menghemat
cadangan
energi
konvensional,
menjaga ketersediaan energi,serta
mengurangi pembelanjaan devisa
dari sektor ini (Kosaric, et.al., 1981).
Di samping itu, penggunaan energi
fosil telah menimbulkan emisi
berbagai gas yang menjadi polutan
berbahaya di udara.

PENDAHULUAN
Biomassa memiliki potensi yang kaya akan
bahan lignoselulosa. Sekarang ini di
negara-negara maju mulai dilakukan
penelitian dan pengembangan bahkan
sudah ada sampai ke tingkat produksi
untuk mengubah suatu bahan biomassa
tersebut menjadi bioetanol (Alico, et.al.
1982). Bioetanol ini diharapkan berangsurangsur menjadi bahan bakar alternatif
pengganti bensin.
Seperti yang kita ketahui bahwa bahan
bakar bensin ini diperoleh dari hasil
pengilangan minyak mentah, sementara
harga minyak mentah dunia cenderung
fluktuatif. Dalam hal ini impor minyak

Selulosa adalah salah satu biomassa


yang dapat diubah menjadi etanol
dengan tahapan selulosa diubah

Rispiandi Preparasi Dan Karaterisasi katalis Heterogen

menjadi glukosa, kemudian glukosa diubah


menjadi etanol. Teknologi yang sudah
digunakan selama ini adalah dengan proses
enzimatik dan hidrolisis asam. Kedua
teknologi tersebut masih memiliki kendala
teknis (Tabel 1). Sehingga diperlukan
pengembangan teknologi baru untuk
memperbaiki persoalan teknis tersebut.
Tabel 1 Perbandingan antara hidrolisis asam dan
hidrolisis enzimatik (Taherzadeh & Karimi, 2006)
Variabel
Hidrolisis
Pembanding
Asam
Kondisi
hidrolisis yang
Tidak
lunak (mild)
Hasil hidrolisis
Tidak
tinggi
Penghambatan
produk selama
Tidak
hidrolisis
Pembentukan
produk samping
Ya
yang
menghambat
Katalis
yang
Ya
murah
Waktu hidrolisis
Ya
yang murah

Hidrolisis
Enzimatik
Ya
Ya
Ya

Tidak

Tidak
Tidak

Mekanisme proses hidrolisis adalah


sebagai berikut :
Mekanisme molekul hidrolisis asamkatalis
selulosa
(pada
ikatan
ikatan -1-4-glikosidik) mengikuti pola
yang diuraikan dalam Gambar. 1 Hidrolisis

dimulai dengan sebuah proton dari


asam berinteraksi cepat dengan
oksigen dari ikatan glikosidik
menghubungkan dua unit gula,
sehingga membentuk ikatan asam
konjugasi. Perpecahan dari ikatan
C-O dan asam konjugat pada ion
karbonium siklik kemudian pecah
menjadi gula bebas dan gugus
karbonil yang tidak stabil . Setelah
penambahan air, senyawa antara
katrbonium berubah menjadi gula,
seiring dengan itu gugus asam
kembali melepaskan H+, demikian
seterusnya.
Untuk
mengatasi permasalahan
teknis penggunaan asam maka dibuat
katalis padat arang aktif tersulfonasi.
Arang tersulfonasi ini dibuat dengan
mereaksikan arang aktif (karbon
aktif) dengan asam sulfat. Dari reaksi
tersebut diharapkan gugus sulfonat
yang mengandung gugus H+ bisa
betindak sebagai asam.
Teknologi dengan katalis arang
tersulfonasi adalah teknologi baru
yang sedang berkembang dan diteliti
di Jepang. Dari beberapa kajian
katalis tersebut mampu mengubah
selulosa menjadi glukosa. Ayumu
Onda,
Takafumi
Ochi,
dan
Kazumichi Yanagisawa melakukan

Gambar 1 : Mekanisme hidrolisis (Xiang, et.al, 2003)

asam terdiri dari tiga tahap. Reaksi ini

Jurnal Sains dan Teknologi

riset penelitian terhadap beberapa

Vol. VII, No. 1, Mei 2011

katalis
padat
seberapa
besar
kemampuannya
mengubah
selulosa
menjadi
glukosa.
Hasil
penelitian
menunjukkan karbon aktif tersulfonasi
memiliki
kinerja
terbaik
dalam
menghasilkan konversi yang paling tinggi.
Hasil riset itu menunjukkan katalis karbon
aktif tersulfonasi memiliki konversi yang
lebih tinggi dari katalis yang lain (Onda,
et.al.,2008)
Katalis padat karbon aktif tersulfonasi
yang digunakan dari bahan dasar gula yang
diubah menjadi karbon melalui proses
pirolisis (T > 300oC) kemudian disulfonasi
dengan asam sulfat pada temperatur 150oC
dengan proses sbb :

tekanan tinggi, bersifat inert, mudah


didaur ulang (recovery), dan
memiliki luas permukaan yang besar.
Setelah proses pembuatan carbon
aktif dilakukan langkah berikutnya
yaitu proses sulfonasi dengan
menggunakan asam sulfat pada
temperatur 150oC. Dalam proses ini
gugus sulfonat diharapkan terikat
pada struktur aromatiknya.
Penggunaan katalis padat memiliki
keunggulan yaitu proses tidak
korosif (pH normal). Jika proses
selesai, katalis tersebut dipisahkan
dengan
cara
filtrasi,
Untuk
selanjutnya
dapat
diaktifkan

Gambar 2 Preparasi katalis (nakajima, et.al.,2007)

Syarat karbon yang digunakan sebagai


support katalis harus dalam bentuk struktur
polyaromatik hidrokarbon. Pada struktur
polyaromatik hidrokarbon katalis gugus
sulfonat memungkinkan untuk dilekatkan.
Dengan demikian proses karbonisasi
dilakukan pada temperatur 400oC , untuk
membentuk
struktur
poliaroamatik
(Mochida, et.al. 2006).
Keuntungan karbon aktif sebagai support
katalis (Mochida, et.al. 2006) adalah :
tahan asam dan basa, tahan temperatur dan

Jurnal Sains dan Teknologi

(dipergunakan) kembali. Sehingga


produksi
katalis
ini
tidak
menghasilkan limbah.
Beberapa
teknik
untuk
meminimalkan limbah yang sering
digunakan sekarang ini diantaranya :
Penggunaan kembali bahan yang
bisa digunakan (reuse), melakukan
daur ulang terhadap produk samping
(recycling), pengolahan kembali
bahan bahan yang berguna dan
bernilai ekonomis (recovery), serta

Rispiandi Preparasi Dan Karaterisasi katalis Heterogen

gabungan dari ketiga cara (recooperation).


Istilah reuse, recycling dan recovery dalam
industri pada dasarnya maknanya sama
yaitu untuk memanfaatkan kembali
senyawa-senyawa yang ada dalam limbah
(waste) atau hasil reaksi samping dimana
masih mempunyai nilai ekonomi tinggi,
melalui suatu perlakuan tertentu sehingga
dapat menekan biaya produksi.

METODOLOGI PENELITIAN
Secara garis besar dibagi menjadi beberapa
tahap :
Tahap I : Analisis bahan alam sebagai
sumber Selulosa.
Tahap II : Uji karakteristik katalis, apakah
katalis yang dikehendaki (Karbon aktif
tersulfonasi) betul-betul terbentuk atau
tidak.
Tahap III: Uji katalis dengan beberapa
variasi kondisi operasi.
1) Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah arang
aktif dari tempurung kelapa, larutan H2SO4
pekat, dan bahan-bahan selulosa (tongkol
jagung, alang-alang, dan sekam padi)
2) Alat
Alat yang digunakan adalah autoclave
untuk proses hidrolisis.

Autoclave mempunyai spesifikasi


sebagai berikut : volume 250 ml,
tinggi 11 cm, terbuat dari bahan SS
304, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 3, autoclave dilengkapi
dengan keran sampling, bagian atas
autoclave
menggunakan flange
(sambungan baud) untuk keluar
masuk bahan, pemanasan autoclave
menggunakan
oven
furnace.,
pengaduk menggunakan magnetik
stirrer.
3) Uji bahan alam dilakukan
terhadap tiga bahan alam (tongkol
jaung, alang-alang, dan sekam).
Bahan alam tersebut dipanaskan
pada temperatur 105oC, kemudian
dikecilkan ukurannya hingga 60
mesh. Hasinya kemudian diuji untuk
mengetahui kandungan hemiselulosa,
selulosa,
lignin,
dan
derajat
polimerisasi. Dari hasil uji tersebut
akan diperoleh bahan alam yang
paling optimum.
4) Tahapan analisa terdapat pada
Gambar 4 di bawah ini :

Gambar 4 : Skema analisa bahan alam

Gambar 3 Alat Autoclave

Jurnal Sains dan Teknologi

5) Katalis dibuat dari tempurung


kelapa yang di karbonisasi pada
temperatur 350oC. Arang yang
terbentuk dikecilkan ukurannya
hingga 60 mesh, kemudian direndam
dalam asam sulfat 96% selama 15
jam pada suhu 150oC. Hasilnya
dicuci dan dikeringkan, kemudian
diuji karakteristik katalis tersebut
dengan : uji kapasitas H+, ukuran

Vol. VII, No. 1, Mei 2011

pori (BET), uji gugus fungsi (FTIR), dan


uji morfologi (SEM).
6) Berikut tahapan proses pembuatan
katalis terlihat pada Gambar 5.

Dilakukan 5 variasi temperatur : T1,


T2, T3, T4, dan T5 , variabel lain
dibuat tetap yaitu konsentrasi bahan
awal dan jumlah katalis. Dilakukan
pengamatan
seberapa
besar

Gambar 5 Skema Pembuatan Katalis


Untuk mengetahui kinerja katalis dilakukan
beberapa tahap :
Pengaruh jumlah katalis terhadap konversi
reaksi :
7) Dilakukan 5 variasi berat katalis : W1,
W2, W3, W4 dan W4 , variabel lain dibuat
tetap yaitu konsentrasi bahan alam dan
temperatur dibuat tetap. Dilakukan
pengamatan seberapa besar pengaruhnya
terhadap konversi reaksi (X), seperti pada
Tabel 2.

Tabel 2 : pengaruh variasi jumlah katalis terhadap


konversi reaksi

Parameter
W1 = none
W2 = 0.5 gr
W3 = 1 gr
W4 = 2 gr
W5= 4 gr

T dan CA0
tetap
X f(t)
X f(t)
X f(t)
X f(t)
X f(t)

Variabel tetap : T = 150oC, CA0 = 2 gr (alangalang), air = 200 ml

Pengaruh temperatur
konversi reaksi :

Jurnal Sains dan Teknologi

reaksi

terhadap

pengaruhnya terhadap
konversi
reaksi (X), seperti pada Tabel 3.
Tabel 3 : pengaruh temperatur reaksi
terhadap konversi reaksi :

Parameter
T1 = 130 C
T2 = 140 C
T3 = 150 C
T4 = 160 C
T5 = 170 C

W dan CA0
tetap
X f(t)
X f(t)
X f(t)
X f(t)
X f(t)

Variabel tetap : W = 2gr, CA0 = 2 gr


(alang-alang), air = 200 ml

Analisa Produk glukosa


Analisa
produk
glukosa
menggunakan metode Antrone (9,10dihydro-9-0xsanthracene/ C14H10O)
0,1% dalam asam sulfat. Pembuatan
kurva standar gula total dilakukan
dengan cara melarutkan 0,1 g
glukosa standar dalam 100 mL
aquades
sehingga
diperoleh
konsentrasi 1000 ppm. Larutan
kemudian
diencerkan
dengan
aquades
sehingga
diperoleh

Rispiandi Preparasi Dan Karaterisasi katalis Heterogen

konsentrasi 0 (kontrol); 40; 80; 120; 160;


200 ppm. Masing-masing larutan tersebut
kemudian ditambahkan dengan 5 mL
pereaksi Antrone, kemudian ditutup dan
dicampur
secara
merata.
Setelah
ditempatkan dalam penangas air (water
bath) 100oC selama 12 menit, dan
didinginkan
dengan
air
mengalir.
Selanjutnya
dilakukan
pembacaan
absorbansinya pada spektrometer dengan
maksimum 630 nm. Penetapan konsentrasi
gula total yang terkandung dalam sampel
dilakukan pada 1 mL sampel yang telah
diencerkan dalam tabung reaksi dengan
cara yang sama seperti pada pembuatan
kurva standar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil analisis bahan baku diperoleh
hasil di Tabel 4.
Tabel 4 : Hasil analisa bahan alam
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Parameter
Pengujian
Kadar Pentosan
sebagai
Hemiselulosa, %
Kadar
Holoselulosa, %
Kadar -selulosa,
%
Kadar -selulosa,
%
Kadar -selulosa,
%
Kadar Lignin,%
Derajat
Polimerisasi

Alangalang
23,92

Sekam
19,07

Tongkol
Jagung
30,91

71,58

78,01

64,17

39,53

43,91

28,93

1,59

11.27

30,46

22.83

48,51

23,33
1600

42,74
857

15,52
-

Pada tabel 4 diperoleh -selulosa tertinggi


pada sekam yaitu 43,91%, sedangkan
untuk alang-alang 39,53%. Di dalam
penelitian ini dipilih alang-alang sebagai
bahan alam sebagai sumber selulosa,
sedangkan sekam mengandung unsur silika
yang dapat menimbulkan kerak pada
reaktor dan mempengaruhi kerja katalis.
Alasan lain yang menjadi dasar pemilihan
alang-alang adalah, mudah di dapat, dapat
dipanen seperti jerami,tidak saling
menindih/menimpa satu sama lain, ketika

Jurnal Sains dan Teknologi

tumbuhan sudah tinggi, tanaman


yang
menahun
lebih
tahan
kekeringan, lebih tahan hama, dan
lebih tak mengerosi tanah dibanding
tanaman semusim.
Uji karakteristik katalis
Hasil uji kapasitas H+ diperoleh
jumlah H+ dalam katalis adalah 2,95
mmol/gr, berarti dalam 1 gr katalis
terdapat 2,95 mmol ion H+. Ion H+
inilah yang terikat pada gugus
sulfonat yang di harapkan berperan
sebagai katalis dalam proses
hidrolisis untuk memecah selulosa
menjadi glukosa (Onda, at.al.,2008).
Hasil uji ukuran pori (BET)
diperoleh luas permukaan katalis
sebesar 29 m2/g. Luas permukaan
katalis ini diharapkan berperan
dalam interaksi pusat aktif dengan
selulosa pada permukaan katalis
(Mochida, et.al. 2006).
Hasil uji gugus fungsi (FTIR)
diperoleh hasil sebagai berikut :

(a)

(b)

Vol. VII, No. 1, Mei 2011

(c)
Gambar 6 : (a) FTIR arang aktif, (b) FTIR arang
aktif tersulfonasi, (c) FTIR- gabungan arang aktif
dengan arang aktif tersulfonasi

Dari hasil uji FTIR karbon aktif


tersulfonasi dibandingkan dengan FTIR
karbon aktif , diperoleh perbedaan pita
puncak vibrasi pada bilangan gelombang
1750 cm-1 dan bilangan gelombang 1379
cm-1. Pada bilangan gelombang tersebut
terdeteksi keberadaan gugus sulfonat
SO3H.
Dengan
demikian,
FTIR
menunjukkan bukti bahwa karbon aktif
setelah sulfonasi mengandung gugus
sulfonat sebagai bagian aktif (active site)
dari katalis karbon aktif.
Hasil uji struktur morfologi untuk
perbesaran 1000 x dapat dilihat pada
Gambar 7 :

(b)
Gambar 7 : (a) SEM Karbon aktif, (b) SEM
Karbon aktif sulfonat perbesaran 1000x

Dari Gambar 7 tampak bentuk


morfologi permukaan katalis bersifat
amorf sehingga peluang terjadinya
reaksi
makin
besar.
Bentuk
permukaan katalis
berpengaruh
terhadap interaksi proses reaksi.
Untuk SEM karbon aktif tersulfonasi
tampak struktur permukaannya lebih
terbuka dibandingkan dengan karbon
aktif. Struktur morfologi yang lebih
terbuka memungkinkan reaktan
(selulosa) masuk ke permukaan
katalis sehingga diharapkan bisa
berinteraksi dengan gugus H+ yang
terikat di permukaan.
Di samping untuk mengetahui
bentuk morfologi katalis juga
komposisi apa saja yang terkandung
di dalam katalis, maka dilakukan uji
SEM EDX. Hasil uji SEM EDX
diperoleh hasil :

(a)

Jurnal Sains dan Teknologi

Rispiandi Preparasi Dan Karaterisasi katalis Heterogen

selolusa semakin meningkat. Hal ini


disebabkan makin banyak katalis,
makin banyak proton H+ yang
berperan dalam reaksi kimia.

(a)
GaGambar 9 : Pengaruh jumlah katalis thd
% Yield alang-alang

(b)
Gambar 8 : (a) SEM EDX Karbon aktif perbesaran
250x (b) SEM EDX Karbon Aktif Sulfonat
perbesaran 250x

Dari Gambar 8 ditunjukkan bahwa karbon


aktif tersulfonasi mengandung kandungan
belerang (S) sebesar 2,61%, sedangkan
pada karbon aktif tidak terdapat unsur S.
Unsur S ini merupakan gugus sulfonat
yang terikat pada karbon aktif. Hasil ini
menguatkan keberadaan gugus sulfonat
seperti pada uji kualitatif FTIR.

Gambar 10 : Pengaruh jumlah katalis thd %


konversi selulosa menjadi glukosa

Gambar 11 : Pengaruh temperatur thd %


Yield alang-alang menjadi glukosa

Hasil Uji Kinerja Katalis


Dari Gambar 9 dan 10 diperoleh bahwa
jumlah katalis
berpengaruh secara
signifikan terhadap perubahan selulosa
menjadi glukosa. Dari grafik tampak
%Yield alang-alang maupun % konversi

Jurnal Sains dan Teknologi

Vol. VII, No. 1, Mei 2011

berlangsung harus dilakukan proses


netralisasi
dengan
penambahan
kapur.

Gambar 12 : Pengaruh temperatur thd % konversi


selulosa menjadi glukosa

Dari Gambar 11 dan 12 diperoleh bahwa


temperatur berpengaruh secara signifikan
terhadap reaksi selulosa menjadi glukosa.
Dari grafik tampak %Yield alang-alang
maupun % konversi selolusa semakin
meningkat. Meningkatnya temperatur
menyebabkan
energi
aktivasinya
bertambah, interaksi molekuler menjadi
meningkat. Faktor temperatur berpengaruh
juga dalam hal membantu penetrasi
lepasnya ikatan selulosa dari alang-alang.
Selanjutnya
hasil
penelitian
kami
dibandingkan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Xian (Xiang, et.al.,2003)
untuk proses hidrolisis dengan asam cair,
diperoleh hasil sebagai berikut :

Gambar 13 : pengaruh variasi konsentrasi asam


terhadap konversi reaksi.

Gambar 14 : pengaruh temperatur terhadap


konversi reaksi, asam yang digunakan
H2SO4 0,07%

Dari gambar 14 diperoleh hasil


bahwa makin tinggi temperatur
reaksi, waktu reaksi makin singkat.
Bertambahnya
temperatur
menyebabkan naiknya aktivitas
molekuler. Secara umum hasil
konversi
reaksi
hidrolisis
menggunakan asam cair lebih besar
daripada menggunakan katalis padat
(arang aktif tersulfonasi). Asam cair
memiliki aktivitas molekuler lebih
besar daripada katalis padat Namun
demikian sifatnya yang korosif dan
menghasilkan limbah belum dapat.
Ayumu Onda, Takafumi Ochi, dan
Kazumichi Yanagisawa melakukan
penelitian yaitu membandingkan
hidrolisis antara asam cair dengan
katalis padat terhadap selulosa
murni, diperoleh data sebagai berikut

Dari Gambar 13, ditunjukkan bahwa makin


tinggi konsentrasi asam, waktu reaksi
makin cepat karena gugus H+ makin
banyak tersedia. Namun kondisi yang
sangat asam, menyebabkan cairan bersifat
korosif.
Sehingga
setelah
reaksi

Jurnal Sains dan Teknologi

Rispiandi Preparasi Dan Karaterisasi katalis Heterogen

1750 cm-1 dan 1379 cm-1 , pada uji


SEM struktur morfologi katalis lebih
terbuka pada karbon aktif setelah
proses sulfonasi.

Gambar 15 : Perbandingan hasil %Yield, hidrolisis


terhadap selulosa murni (a) dengan asam cair 0,01
M H2SO4 dan (b) katalis padat AC-SO3H
(Onda,at.al.,2008)

Dari Gambar 15 diperoleh hasil bahwa


hidrolisis dengan asam cair menghasilkan
hasil samping (by product) yang besar,
karena aktivitas molekuler yang bebas
Berbeda dengan katalis padat, hasil
samping tersebut dapat ditekan karena
mampu mengarahkan reaksi.

KESIMPULAN
Arang aktif tersulfonasi memenuhi syarat
sebagai katalis heterogen karena memiliki
karakteristik : kapasitas ion H+ , luas
permukaan yang besar, memiliki gugus
sulfonat tempat melekatkan H+, dan
struktur morfologi yang bersifat amorf.
Hasil penelitian menunjukkan untuk uji
karakteristik sebagai berikut : kapasitas H+
sebesar 2,95 mmol/g, untuk uji BET
ukuran pori 29 m2/g, , untuk uji FTIR
keberadaan gugus sulfonat terbaca pada
vibrasi
pada
bilangan
gelombang

Jurnal Sains dan Teknologi

Pembakaran karbon (karbonisasi


tempurung kelapa) pada temperatur
membentuk
struktur
150oC
poliaromatik hidrokarbon, sehingga
memungkinkan
untuk
menjadi
support untuk melekatkan gugus
sulfonat sebagai pusat aktif katalis.

DAFTAR PUSTAKA
Alico, D.H., Alcohol Fuels:
Policies, Production and
Potential, West view Press
(Boulder), Colorado, 1982, 1-19;
37-80.
Borglum G.B., Starch Hydrolysis
for Ethanol Production, D.L.
Klass dan G.H. Emert, Edit.
Fuel from Biomass and Waste.
Ch. 15, Ann Arbor Science,
Michigan, 1981, p 297-310.
Cordona, Carlos A. dan Sanchez,
Oscar J.,Fuel ethanol production
: Process design trends and
integration
opportunitis,
Biosources Technology. 98,
2007, p. 2415-2457
Kosaric, N., Z. Duvnja, dan G.G.
Stewart, Fuel Ethanol from
Biomass: Production, Economics
and
Energy,
Biotech.
Bioeng.,__, 1981, p 119-151.
Maiorella, B., Ch. R. Wilke, dan
H.W.
Blanch,
Alcohol
Production
and
Recovery,
Biotech. Bioeng., __, 1981, p 4488.
Nakajima Koyotaka, dan Hara
Michikazu,
Environmentally
Benign Production of Chemicals
and Energy Using a CarbonBased Strong Solid Acid,
Journal of American Ceramic

10

Vol. VII, No. 1, Mei 2011

Society. Vol.90, No. 12, 2007, p 37253734.


Onda Ayumu, Ochi Takafumi, dan
Yanagisawa Kazumichi, Selective
hydrolysis of cellulose over solid acid
catalysts, Green Chemistry. 10, 2008,
p 1033-1037.
Onda Ayumu, Ochi Takafumi, dan
Yanagisawa Kazumichi, Hydrolysis
of Cellulose Selectively into Glucose
Over Sulfonated Activated-Carbon
Catalyst
Under
Hydrothermal
Conditions, Topics in Catalysis. Vol.
52, 2009, p 801-807.
Mochida Isao, Ho Yoon Seong, dan Qiao
Wenming, Catalysts in Syntheses and
Carbon Precusors, J. Braz. Chem.
Soc. Vol 17 No.6, 2006, p 1059-1073.
Sun, F., & Chen, H.,
Enhanced
enzymatic hydrolysis of wheat straw
by aqueous glycerol pretreatment,
Bioresource Technology 99 , 2008,p.
61566161.
Taherzadeh, M., & Karimi, K., Acidbased hydrolysis processes for ethanol
from lignocellulosic materials, a
review. Bioresources 2(3) , 2007, p.
472-499.
Taherzadeh, M. J., & Karimi, K.,Enzymebased hydrolysis processes for ethanol
from lignocellulosic materials,: a
review.BioResources,2(4),2007, p.707738.

Jurnal Sains dan Teknologi

Wang Yanji, Ruixia Jian, Zhao


Xinqiang, dan Shufang Wang,
Synthesis
of
Dimethyl
Carbonate
by
Gas-Phase
Oxidative
Carbonylation
of
Methanol
Over
Activated
Carbon-Supported
Copper
Catalysts, Journal of Natural
Chemistry vol. 9 No. 3, 2000, p
205-211.
Xiang Qian, Lee Y.Y., Petterson Par
O.,
Torget
Robert
W.,Heterogeneous Aspects of
Acid Hydrolysisi of -Cellulose,
Applied
Biochemistry
and
Biotechnology vol 103, 2003, p
505-514

11

Anda mungkin juga menyukai