Anda di halaman 1dari 11

Vol. 23, No.

2, Mei-Agustus 2010

ISSN 0854 - 2554

Sebaran reservoar batugamping dan perhitungan cadangan hidrokarbon


Lapangan Kapur, Jawa Barat
Bambang Triwibowo
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, UPN Veteran Yogyakarta
Jl. SWK 104 (Lingkar Utara) Condongcatur 55283, Indonesia

Abstract
Limestone reservoir of Baturaja Formation is the objective study. The limestone reservoir lye in Ciputat sub-basin Nortwest
Java. Vertical and lateral distribution of this reservoir based on 18 wells and 16 seismic lines data, also from the cutting
data. The result of subsurface well analysis and picking seismic showed a dome-anticlinal clossure with N-S trend. Gross
thickness of the limestones hydrocarbon reservoir abaout 10-100 meters, thinning to the west and east. The reservoir net
thickness about 8-80 meters.
Averages of porosity and water saturation from modeling petrophysic give a number 0.12 for porosity and Sw = 0.22. The
well test give an oil water contact of the reservoir at 1750 m SSTVD and the Factor Volume Formation 1.5. Bulk volume
calculation from geological modeling = 114,936 acrefeet, net volume 66,271 acrefeet, por volume = 7,893 acrefeet, and net
to gross 0.58. Volumetric calculation of oil in place of Kapur Field = 32.03 MMBBL.
Abstrak
Obyek telitian berupa reservoar hidrokarbon batugamping Formasi Baturaja yang terletak di sub-cekungan Ciputat Jawa
Barat Utara. Distribusi batuan reservoar secara vertikal dan lateral didasarkan atas data 18 sumur pemboran dan 16
lintasan seismik, serta didukung data cutting. Berdasarkan hasil analisis sumur, korelasi antar sumur dan pemetaan bawah
permukaan yang dipandu hasil picking horizon pada lintasan seismik, sebaran reservoir ini merupakan bentukan kubah
antiklin dengan arah relatif Utara-Selatan. Ketebalan kasar batuan pembawa minyak ini berkisar antara 10 sd. 100 meter,
menipis ke arah barat dan timur, sedangkan ketebalan bersih reservoir berkisar anatar 8 sd. 80 meter.
Pemodelan petrofisik dilakukan untuk menghitung parameter petrofisik terutama untuk sebaran porositas efektif (e) dan
sebaran saturasi air (Sw). Rerata harga sebesar 0,12 dan rerata harga Sw sebesar 0,22. Dari data test sumur diketahui
batas air dan minyak pada kedalaman -1750 meter SSTVD, sedangkan faktor volume formasi (FVF/Boi) mempunyai nilai
1,5. Pemodelan geologi menghasilkan volume batuan reservoir sebesar 114.936 acrefeet, net volume 66.271 acrefeet, volume
pori 7.893 acrefeet, dan net to gross 0,58. Hasil perhitungan volumetrik cadangan minyak ditempat (oil in place) pada
Lapangan Kapur sebesar 32.03 MMBBL (juta barrel).
Kata-kata kunci: reservoar, batugamping, volumetrik, cadangan

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberadaan cadangan minyak bumi yang semakin
menipis seiring dengan perkembangan industri yang
semakin cepat, telah menyebabkan banyak
perusahaan yang bergerak di industri perminyakan
mencoba untuk mencari daerah-daerah baru yang
memiliki potensi dan cadangan minyak dan gas bumi.
Cekungan Jawa Barat Utara merupakan salah satu
cekungan hidrokarbon yang potensial di Indonesia.
P.T. PERTAMINA EP Region Jawa merupakan salah
satu own operation PERTAMINA yang memberikan
kontribusi cukup besar terhadap perolehan produksi
bagi negara. Sampai saat ini kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi di Jawa Bagian Barat terus dilakukan
untuk menambah cadangan dan meningkatkan
produksi hidrokarbon.
Formasi Baturaja yang sebagian besar tersusun oleh
litologi batugamping klastik maupun batugamping
terumbu telah terbukti merupakan salah satu batuan
reservoar minyak dan gas bumi, selain litologi
batupasir Formasi Jatibarang dan Formasi Talangakar.

Selain itu, Formasi Baturaja merupakan salah satu


reservoir yang diunggulkan dalam produksi
hidrokarbon terutama produksi gas pada area konsesi
P.T. PERTAMINA EP Region Jawa.
Data log dan data seismik dua dimensi (2D) sangat
membantu di dalam proses penggambaran kondisi
bawah permukaan, data log sumur memberikan
gambaran geologi secara vertikal dengan resolusi
tinggi. Di sisi lain, data seismik 2D dirasakan lebih
unggul karena mempunyai ketepatan yang lebih besar
untuk mengetahui kemenerusan secara lateral dan
penetrasi ke dalam bumi yang jauh lebih dalam.
Berdasarkan data inilah identifikasi struktur, geometri,
dan penyebaran reservoar batugamping dilakukan.
Hasil identifikasi ini akan membantu dalam program
eksplorasi minyak dan gas bumi, yakni dalam
perhitungan cadangan hidrokarbon yang lebih rinci,
baik yang berada di dalam perangkap struktur
maupun perangkap stratigrafi reservoar batugamping
yang terdapat di Formasi Baturaja, Cekungan Jawa
Barat Utara.

2Vol. 23, No.2, Mei-Agustus 2010

ISSN 0854 - 2554

Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
Memetakan penyebaran dan parameter petrofisik
reservoar batugamping, Formasi Baturaja, Lapangan
Kapur yang meliputi : peta struktur kedalaman top
lapisan, peta struktur kedalaman bottom lapisan, peta
ketebalan kotor lapisan, peta ketebalan bersih lapisan
dan peta ketebalan hidrokarbon, berdasarkan data log
dan data seismik 2D. Menghitung besar cadangan
hidrokarbon secara volumetrik.

1. Korelasi antar sumur dengan melihat kenampakan


pola kurva log yang memiliki bentuk dan ciri khas
yang relatif sama dibantu data seismik (data yang
digunakan adalah 18 data log sumur dan 16
penampang seismik 2D).
2. Pengikatan data sumur terhadap data seismik
sebagai dasar dalam melakukan picking horison.
3. Penentuan lokasi area prospek hidrokarbon dilihat
dari peta bawah permukaan dan penyebaran
reservoar baik secara lateral maupun secara vertikal.
4. Perhitungan volumetrik cadangan hidrokarbon.

Lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi penelitian terletak di Lapangan Kapur yang


berada di wilayah konsesi P.T. PERTAMINA EP
Region Jawa. Secara umum lapangan ini berada
dalam Cekungan Jawa Barat Utara (Gambar 1).

Stratigrafi Daerah Telitian

METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan berupa pengolahan dan
analisis data log, data cutting dan data seismik 2D di
studio karena seluruh data telah disediakan oleh PT.
PERTAMINA EP Region Jawa, Cirebon. Metode
yang dilakukan dalam perhitungan cadangan ini
adalah metode volumetrik dan pengintegrasian data
log, data cutting serta data seismik untuk
mengetahui geologi bawah permukaan. Parameter
petrofisik berupa saturasi air, porositas, resistivitas
(Sw, , Rt), sedangkan volume reservoar dengan
cara pemetaan bawah permukaan (meliputi peta
depth structure, net isopach dan net pay).
Beberapa tahapan yang dilakukan pada penelitian ini
adalah :

Stratigrafi Jawa Barat Utara berturut-turut dari tua


ke muda adalah sebagai berikut (Gambar 2) : Batuan
Dasar, batuan dasar Pre-Tersier di Cekungan Jawa
Barat Utara mewakili lempeng benua (Sundaland).
Batuan dasar ini terdiri batuan metamorfosa dan
batuan beku dengan umur Kapur aatau lebih tua.
Formasi Jatibarang, formasi ini terbentuk di
lingkungan darat sampai lakustrin. Terbentuk oleh
dominasi volkanik klastik dan klastik lakustrin
dengan komposisi volkanik Andesit dan campuran
tuff dengan sedimen asal batuan dasar. Formasi
Talangakar,
formasi ini terbentuk pada kala
Oligosen sampai Miosen awal. Didominasi oleh
sedimen non marine, seperti batupasir fluviatil,
lempung dan batubara. Bagian atas Formasi ini
terbentuk batuan karbonat yang merupakan batuan
sumber (source rock) hidrokarbon yang sudah
matang.

JAKARTA

LAUT
JAWA

LAUT JAWA

SAMUDERA INDONESIA

Daerah
Penelitian

TELUK
JAKARTA

DKI.JAKARTA

KAB.BEKASI

10 KM

SKALA

KAB.KARAWANG
INDRAMAYU
CIKAMPEK

KAB.BOGOR
KAB.CIANJUR

KAB.SUBANG

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian yang menjadi pokok bahasan.

CIREBON

Vol. 23, No.2, Mei-Agustus 2010

ISSN 0854 - 2554

Formasi Baturaja, dengan naiknya muka air laut


terbentuk batuan karbonat yang berupa reefal
carbonates.
Saat
proses
transgresif
terus
berlangsung, reefal carbonates ini tumbuh pada
daerah basemen yang tinggi sehingga membentuk
komplek fringing reef. Batuan karbonat ini
merupakan salah satu reservoar yang menghasilkan
hidrokarbon minyak dan gas. Formasi ini terbentuk
awal Miosen-Miosen tengah. Formasi Cibulakan
Atas, formasi ini didominasi oleh sedimen laut
dangkal yang terdiri dari lempung, batugamping
klastik dan batupasir glaukonit dan lapisan
batugamping yang tipis dan setempat. Karbonat
build-up berkembang setempat-setempat pada
beberapa daerah. Reefal karbonat ini dikenal sebagai
Mid Main Carbonate Formasi Cibulakan Atas.
Karbonat ini terdiri dari litologi wackestone
packstone dengan butiran penyusun utama
merupakan kumpulan koral, bentos, bivalves,
fragmen echinodermata, alga merah dan sedikit
kuarsa dan glaukonit. Karbonat build-up ini
berkembang pada Miosen Tengah. Build-up ini
merupakan salah satu reservoar yang ekonomis

selain reservoar sedimen klastik pada Formasi


Cibulakan Atas. Formasi Parigi, terbentuk pada
lingkungan laut dangkal. Karbonat build-up masih
mendominasi di formasi ini, dengan komposisi
kombinasi antara packstone, wackestone dan
grainstone. Formasi Cisubuh, formasi ini secara
keseluruhan merupakan batulempung asal laut dan
batulanau serta lapisan tipis batupasir. Formasi ini
diyakini sebagai batuan penutup yang efektif di
Cekungan Jawa Barat Utara, diendapkan waktu
Miosen Akhir sampai Plistosen.
Struktur Geologi
Lapangan Kapur merupakan struktur kubah antiklin
yang membujur pada arah Utara-Selatan dan BaratTimur. Pada struktur kubah antiklin ini berkembang
patahan-patahan normal yang relatif berarah UtaraSelatan. Jadi Struktur antiklin dan patahan normal
adalah strukturstruktur yang mengontrol kondisi
geologi daerah ini.

Gambar 2. Stratigrafi Lapangan Kapur.

4Vol. 23, No.2, Mei-Agustus 2010

Analisa Sumur
Reservoir Batugamping Formasi Baturaja
Lapangan Kapur terdapat 18 data log sumur, yaitu
log pada sumur Sumur K-0l, K-02, K-03, K -04, K05, K-06, K-07, K-08, K-09, K-10, K-11, K-12, K13, K-14, K-15, K-16, K-17, dan K-18 (Gambar 3).
Interpretasi litologi bawah permukaan menggunakan
informasi yang saling mendukung misalnya data
cutting, seismik dan wireline log. Analisa data log
akan menghasilkan interpretasi litologi yang akan
mewakili pada masing-masing sumur. Untuk
interpretasi litologi menggunakan dua jenis data
yang mampu memberikan gambaran litologi yaitu
data wireline log (primer) dan
data cutting
(sekunder). Lapisan BRF mempunyai pola log GR
yang bernilai rendah dan SP semakin menjauhi SBL
(shale base line) dengan nilai resistivitas sangat
tinggi, hal ini menandakan bahwa litologi yang
terdapat pada lapisan ini adalah batugamping
(Gambar 4 & 5).

ISSN 0854 - 2554

serta dolomit, di bagian paling atas diketemukan


batulempung dengan sisipan batugamping dengan
tebal sekitar 10-90 meter. Berdasarkan data test
sumur, hanya bagian atas yang mengandung
hidrokarbon.

Gambar 4. Tampilan Log Sumur K-14, GR, r &


Pemodelan Petrofisika
Gambar 3. Sebaran Sumur di Daerah Telitian.
Secara umum Formasi Baturaja di daerah telitian
disusun oleh litologi batugamping, berdasarkan data
log dan cutting. Dari bagian bawah berturut-turut
dijumpai batugamping masif, di atasnya terdapat
batugamping dengan sisipan serpih dan batulempung

Data log yang digunakan terdiri dari log sinar


gamma, log SP, log tahanan jenis, log densitas dan
log netron. Karena keterbatasan data cutting maka
data log ini cukup memegang peranan untuk
menentukan litologi dan fluida hidrokarbon yang
terkandung dalam reservoar secara kualitatif, sifat
fisik reservoar dan geometri reservoar secara
kuantitatif.

Vol. 23, No.2, Mei-Agustus 2010

ISSN 0854 - 2554

terbatas antar sumur dan belum mencakup seluruh


daerah telitian. Peta Bawah Permukaan dan
Pemodelan Properti Reservoar

Gambar 7. Korelasi Struktur Sumur K-07, K-05, K04, K-11, dan K-15.
Gambar 5. Hasil Modeling Petrofisik Sumur K-13
Hasil analisa petrofisik secara vertikal dari masingmasing sumur, terutama porositas dan saturasi air,
disebarkan secara lateral dengan dipandu atribut
seismik ke seluruh daerah telitian. Gambar 5.
merupakan salah satu contoh pemodelan petrofisik.
Korelasi Sumur

Gambar 6. Korelasi Struktur Sumur K-18, K-12, K16, dan K-14


Korelasi struktur dilakukan dengan menghubungkan
masing-masing sumur dengan acuan lapisan
penunjuk (datum) berupa kedalaman. Datum ini
berfungsi sebagai marker dalam menginterpretasikan
kondisi struktur bawah permukaan saat ini. Korelasi
struktur ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
struktur yang berkembang dilihat dari ada atau
tidaknya lapisan yang menghilang atau menipis serta
terjadi atau tidaknya perulangan. Korelasi struktur
dilakukan pada seluruh sumur di Lapangan Kapur,
pada lintasan korelasi U-S nampak adanya penipisan
lapisan ke arah utara (Gambar 6). Sedangkan pada
korelasi B-T, terlihat penipisan lapisan ke arah timur
(Gambar 7). Namun perlu diingat bahwa korelasi ini

Gambar 8. Peta Puncak Struktur Formasi Baturaja


Top stuktur Formasi Baturaja berada pada
kedalaman 1600-2100 m SSTVD, memperlihatkan
struktur kubah antiklin memanjang U-S. Bagian
timur merupakan dalaman yang dibatasi dengan
sesar berarah U-S. Tinggian di blok utara sekitar
sumur K-18, K12, K-13 dan K-14 (Gambar 8).
Gambar 9, memperlihatkan variasi Ketebalan kasar
(Gross Isopach) resevoar batugamping yang berkisar
antara 10-90 meter. Selanjutnya ketebalan bersih
(Net Isopach) dapat dilihat pada Gambar 10.
Nampak sebarannya yang mirip dengan Gross
Isopach kisarannya sedikit lebih kecil, antara 8-80
meter. Peta Net To Gross (NTG), merupakan
perbandingan antara net dan gross isopach, harganya
berkisar antara 0,2-0,8, reratanya sebesar 0,58

6Vol. 23, No.2, Mei-Agustus 2010

ISSN 0854 - 2554

(Gambar 11). Berdasarkan data test sumur diketahui


batas minyak air (OWC) di lapangan ini pada
kedalaman -1750 m SSTVD, apabila batas ini di
overlay dengan peta top struktur reservoar, hasilnya
berupa peta kontak fluida (Gambar 12). Terlihat
sumur-sumur yang berisi minyak hanyalah sumursumur K-18, K-12, K-13, k-14, k-05 dan K-07.
Hasil modeling petrofisik sumur-sumur yang ada,
dalam hal ini yang dihitung adalah parameter
porositas () dan saturasi air (Sw), diperoleh nilai
keduanya ( & Sw) secara vertikal pada masingmasing sumur. Selanjutnya harga tersebut disebarkan

secara lateral dengan dipandu atribut seimik dan


diperoleh peta iso-porositas (Gambar 13) serta peta
iso-Sw (Gambar 14).
Pelaksanaannya dilakukan dengan software geologi
model, yang menghitung untuk masing-masing grid
volume beserta parameternya sehingga hasilnya
diharapkan akan lebih akurat. Hasil perhitungan
volumetrik cadangan minyak ditempat (oil in place)
pada Lapangan Kapur sebesar 32.03 MMBBL (juta
barrel).

Gambar 9. Peta Gross Isopach Reservoar BRF

Vol. 23, No.2, Mei-Agustus 2010

ISSN 0854 - 2554

Gambar 10. Peta Net Isopach Reservoar BRF

Gambar 11. Peta Net To Gross Reservoar BRF

8Vol. 23, No.2, Mei-Agustus 2010

ISSN 0854 - 2554

Gambar 12. Peta Kontak Fluida (-1750 m)

Gambar 13. Peta Iso-porositas Reservoar BRF

Vol. 23, No.2, Mei-Agustus 2010

ISSN 0854 - 2554

Gambar 14. Peta Iso-Saturasi Air Reservoar BRF


KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Perangkap pada reservoar batugamping


Formasi Baturaja berbentuk kubah antiklin dengan
arah relatif Utara-Selatan.

Ketebalan kasar batuan pembawa minyak


ini berkisar antara 10 sd. 100 meter, menipis ke arah
barat dan timur, sedangkan ketebalan bersihnya
antara 8 sd. 80 meter.

Rerata harga sebesar 0,12 dan rerata


harga Sw sebesar 0,22.

Dari data test sumur diketahui batas air dan


minyak pada kedalaman -1750 meter SSTVD,
sedangkan faktor volume formasi (FVF/Boi)
mempunyai nilai 1,5.

Pemodelan geologi menghasilkan volume


batuan reservoar sebesar 114.936 acrefeet, net
volume 66.271 acrefeet, volume pori 7.893 acrefeet,
dan net to gross 0,58.

Hasil perhitungan volumetrik cadangan


minyak ditempat (oil in place) pada Lapangan Kapur
sebesar 32.03 MMBBL (juta barrel).

Arpandi, D., Patmosukismo, S., 1975, The


Cibulakan Formation as One of the Most
Prospective Stratigraphic Units in the Northwest
Java Basinal Area, IPA Proceeding, Vol 4th Annual
Convention, Jakarta.
Badley,
M.E.,
1985,
Interpretation, Prentice Hall.

Practical

Seismic

Galloway, W.E., 1989, Genetic Stratigraphic


Sequence in Basin Analysis I: Architecture and
Genesis of Flooding-Surface Bounded Depositional
Units: AAPG Bulletin, Vol. 73. hal 125-142.
Galloway, W.E., D.K. Hodbay, 1996, Terrigenous
Clastic Depositional System, Springer-Verlag Berlin
Heidelberg New York.

Vol. 23, No.2, Mei-Agustus 2010


10

Harsono, A., 1997, Evaluasi Formasi dan Aplikasi


Log, Schlumberger Oilfield Service, Edisi Ke-8,
Jakarta.
Heidrick, T., dan K. Aulia, 1993, A Structural and
Tectonic Model of the Coastal Plains Block, Central
Sumatera Basin, Indonesia. Procceding IPA, 21th
Annual Convention.
Kempt, G., S.Minifie, D. Rutlay dan J. Stanton,
1997. Indonesia Petroleoum System Study Central
Sumatera Basin, Santos Asia Pacific Pty. Ltd., tidak
dipublikasikan.
Koesoemadinata, R.P.. Sequence Stratigraphy
Pergeseran Paradigma Dalam Ilmu Geologi,
Procceding of 25th Annual Convention of the
Indonesian Assosiation of Geologist.
Martodjojo, S., 2003, Evolusi Cekungan Bogor,
Penerbit ITB, Indonesia.
Mertosono, S., Nayoan, G.A.S., 1974, Proceeding of
the Indonesian Petroleum Association 3rd Annual
Convention, America
Mitchum, R.M.,1997, Seismic Stratigraphy and
Global Changes of Sea Level ; dalam C.E. Payton,
Seismic Stratigraphy-Application to Hydrocarbon
Exploration, AAPG Memoir 26, hal 205-212.
Puslitbang Lemigas. 1996, Karakterisasi Reservoir
Batuan Karbonat. Lemigas, Jakarta

ISSN 0854 - 2554

Reminton. C.H., Nasir. H., 1986, Potensi


Hidrokarbon Pada Batuan Karbonat Miosen Jawa
Barat Utara. PIT IAGI XV, Yogyakarta.
Schlumberger, 1974, Log Interpretation Principles
Applications. Schlumberger Educational Services,
Houston, Texas.
Selley,
R.C.,
1970,
Ancient
Sedimentary
Environment, 2nd edition. Chapman and Hall,
London.
Serra, O. dan Sulplice, L., 1975, Sedimentological
Analysis of Sand Shale series from Well Logs,
SPWLA 16th Ann. Symp. Trans., Paper W
Van Wagoner, J.C., R.M. Mitchum, K.M. Campion,
V.D. Rahmanian, 1990, Siliciclastic Sequence
Stratigraphy in Well Logs, Cores and Outcrops:
Concepts for High-Resolution Correlation of Time
and Facies. The American Assosiation of Petroleoum
Geologist, Tulsa , Oklahoma.
Walker, R.G. dan James, N.P., 1992, Facies Models,
Geological Assosiation of Canada.

11

Anda mungkin juga menyukai