Skripsi
oleh:
ARIF ROMDHON HAKIM
NIM. 105102003356
NAMA
NIM
: 105102003356
JUDUL
speciosa
Horan)
Terhadap
Trichophyton
Disetujui oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir.Rini Widayati, MP
Tanggal:
Tanggal:
Mengetahui,
ii
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU HASIL KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
iii
Dalam kenangan
(Alm.) Panji Haekal Gamil
25 Nopember 1986 30 September 2009
iv
ABSTRAK
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Allah Swt Rabb Yang Maha Kuasa dengan kasih
dan sayang-Nya, yang memberikan kemudahan dalam menyelesaikan penelitian
dengan judul Uji Potensi Antifungi Ekstrak Etanol Rimpang Kecombrang
(Nicolaia
speciosa
Horan)
Trichophyton rubrum.
Terhadap
Trichophyton
mentagrophytes dan
Muhammad Saw sejuta shalawat dan salam karena dengan risalah beliaulah
curahan rahmat tersebar di seluruh pelosok dunia ini.
Penyusunan skripsi ini dapat selesai karena tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan kali ini, dengan segala kerendahan
hati ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ayahanda dan bunda, tak lekang dimakan waktu segala pengorbananmu dan
juga kepada adik-adikku Fikri dan Ninda.
2. Bapak Yanis Musdja M.Sc, Apt yang memberikan kemudahan untuk
kelancaran proses penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Nurmeilis M.Si Apt. dan Ibu Ir. Rini Widayati,MP Selaku Pembimbing
Akademik yang memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Titin Liztiana S,KH selaku Pembimbing Lab BKI Soekarno-Hatta yang
telah memberikan arahan teknis sehingga penulis banyak mendapatkan ilmu
yang tak terhingga. Tak lupa pula terucap salam dan senyum kepada Ibu Amy,
mba Riri, mba Adit, mba Nani, mba Siti, dan seluruh civitas BKI SoekarnoHatta.
5. Bapak, Ibu Dosen Program Studi Farmasi, yang memberikan dukungan,
sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh pengurus LDK periode 08-09 terima kasih atas dukungannya
7. Teman-teman seperjuangan Oky, Mail, Supriyatna, Lukky, Gifar, Yudha,
Agus, Aster, Dewa, Nurman, Irfan terima kasih untuk kesabaran kalian
memiliki teman seperti saya; Salman, Ebi, Asep Amri, Subhan, (Alm.) Panji
Haekal Gamil terima kasih atas persaudaraan yang telah engkau berikan
selama ini; Arditia Rahman terima kasih atas tumpangannya; Hutomo terima
kasih atas pinjamannya; Mutia dan Sri Handayani, semoga para bidadari di
vii
surga belajar padamu tentang arti keikhlasan; mba Nurul, mba Dian, mba Ida,
dan Ka Eris, sungguh engkau memiliki salah satu senyuman terindah yang
pernah ada; Opik dan Anang terima kasih atas kunci labnya; Hafizah terima
kasih atas pulsanya; serta seluruh teman-teman angkatan 04, 05, 06, 07,
08 Farmasi UIN Jakarta.
8. Adik-adikku di kampung pemulung Pisangan Ciputat. Terima kasih atas
keceriaanmu, engkau telah menunjukkan tentang satu arti kehidupan.
9. Pak Zam, darimulah sikap pantang menyerah ini terlahirkan.
10. Dan semua pihak yang telah mengontribusikan waktu dan tenaganya dalam
penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah Swt memberikan balasan kebaikan
yang berlipat ganda. Amin.
Saya menyadari bahwa hasil dari skripsi ini masih perlu dikembangkan. Namun
semoga hasil dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi ilmu khususnya
untuk kemajuan bangsa.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 7.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
xiv
Trichophyton
mentagrophytes,
karena
kedua
fungi
ini
sering
xv
dan
Trichophyton
mentagrophytes
dibandingkan
dengan
Klotrimazol.
1.3 Hipotesis
1. Ekstrak rimpang Kecombrang mempunyai aktifitas antifungi terhadap
Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes.
2. Ekstrak rimpang Kecombrang mempunyai aktifitas yang sama terhadap
Klotrimazol.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui aktifitas antifungi ekstrak rimpang Kecombrang terhadap
Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes.
2. Mengetahui potensi ekstrak rimpang Kecombrang terhadap Trichophyton
rubrum dan Trichophyton mentagrophytes yang akan dibandingkan
dengan Klotrimazol.
xvi
xvii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
: Plantae
Phylum
: Tracheophyta
Divisi
: Spermathophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Bangsa
: Zingeberales
Suku
: Zingeberaceae
Marga
: Nicolaia
Species
2.1.2 Morfologi
Tumbuhan ini berbentuk herba yang tegak dan membentuk
rumpun yang tidak rapat, habitatnya di semak tingginya mencapai 5 m.
xviii
xix
2.1.5 Habitat
Tanaman ini tumbuh liar pada ketinggian 600 - 1200 m diatas
permukaan laut (Ibrahim, H. dan Setyowati, FM. 2009).
Stigmast-4-ene-3,6-dione;
Epidioxyergosta-6,22-dien-3-ol.
2.1.7 Penggunaan
xx
Stigmast-4-en-6b-ol-3-one;
5,8-
2.2 Ekstraksi
Dalam buku Farmakofe Indonesia Edisi 4 disebutkan bahwa ekstrak
adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan
(Departemen Kesehatan RI 1995; Departemen Kesehatan RI 2000.).
Ada beberapa macam metode ekstraksi diantaranya:
1. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut
a. Cara dingin
Maserasi
Yaitu proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar). Cara ini dapat menarik zat-zat berkhasiat yang tahan
pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan.
Perkolasi
Adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur
ruangan. Ekstraksi ini membutuhkan pelarut yang lebih banyak.
xxi
b. Cara panas
Refluks
Adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada
residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses
ekstraksi sempurna.
Soxhlet
Adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendinginan balik.
Digesti
Adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur
yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-50 oC.
Infus
Adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur
96-98 oC) selama waktu tertentu (15-20 menit).
Dekok
Adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik
didih air.
2. Destilasi uap
xxii
Berkesinambungan,
Superkritikal
Karbondioksida,
xxiii
karbohidrat dan zat organik lainnya yang berasal dari makhluk hidup.
Sifat inilah yang membuat fungi menimbulkan kerusakan pada sesuatu
benda, karena ketika fungi sudah masuk dan mengubah sistem yang ada
pada benda tersebut maka akan sulit untuk dikembalikan fungsinya
seperti semula. Dengan cara inilah fungi masuk ke dalam tubuh
manusia sehingga menimbulkan penyakit yang sulit untuk diobati.
Di alam bebas terdapat lebih dari 200.000-500.000 spesies jamur
(Gandahusada, SS, dkk, 2004). Dari sekian banyak, diperkirakan 100
spesies yang bersifat patogen terhadap manusia. Tidak seperti bakteri,
fungi biasanya merupakan sel eukariotik. Fungi memiliki dinding sel
kaku yang mengandung kitin dan juga polisakarida, dan membran
selnya terdiri dari ergosterol. Karena itu, infeksi fungi biasanya resisten
terhadap antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri.
Begitu sebaliknya (Meyjek MJ., 2005).
Reproduksi dari fungi yaitu dengan seksual dan aseksual. Fungi
terbagi ke dalam 2 kelompok utama, yaitu khamir dan kapang.
a. Khamir (ragi)
Merupakan mikroorganisme bersel tunggal. khamir dapat
diidentifikasi dengan bentuk, ukuran dan warnanya. Bentuk dari sel
ini biasanya adalah lonjong, bulat atau memanjang yang
berkembangbiak dengan membentuk tunas dan membentuk koloni
yang basah atau berlendir (Gandahusada, SS, dkk 2004). Ukuran
lebar dari khamir berkisar antara 1-5 m dan panjangnya berkisar 5-
xxiv
b. Kapang
Merupakan mikroorganisme bersel banyak. Kapang dapat
diidentifikasi dari bentuk, ukuran, dan warnanya. Bentuk dari
kapang seperti serbuk dengan kapas atau seperti benang-benang
halus. Struktur kapang tersusun dari benang-benang sel panjang
yang dihubungkan bersama dari ujung ke ujung yang disebut hyfa.
Hyfa ada yang mempunyai dinding penyekat yang disebut hyfa
bersepta dan ada yang tidak mempunyai septa yang disebut hyfa
senosit. Hyfa dapat bersifat sebagai hyfa vegetative (berfungsi
mengambil makanan untuk pertumbuhan), hyfa reproduktif, yaitu
yang membentuk spora, dan hyfa udara, yaitu yang berfungsi
mengambil oksigen (Gandahusada, SS dkk., 2004). Untuk
menentukan dengan mudah suatu fungi yaitu dengan melihat
miseliumnya (hyfa yang saling membelit untuk membentuk suatu
massa benang).
xxv
karena
sel
mengalami
xxvii
Karena
adanya
benjolan-benjolan
ini
maka
c. Piedra putih
Disebabkan oleh Trichosporum beigelli. Infeksi ini sering
ditemukan di rambut ketiak dan pubis, jarang sekali
ditemukan di rambut kepala. Berbeda dengan piedra hitam,
benjolan pada piedra putih terlihat lebih memanjang dan
dan tidak padat pada kulit.
ini
biasanya
menyerang
jaringan
yang
xxviii
dapat
mencernakan
zar
keratin.
Berdasarkan
genus
Trichophyton,
Microsporum
dan
floccosum
bentuk
dari
hifa
lebar.
xxix
Trichophyton
rubrum
dan
1. Trichophyton rubrum
Klasifikasi taksonomi
Kingdom
: Fungi
Filum
: Ascomycota
Kelas
: Euascomycetes
Ordo
: Onygenales
Familia
: Arthrodermataceae
Genus
: Trichophyton
Spesies
: Trichophyton rubrum
xxx
2. Trichophyton mentagrophytes
Klasifikasi taksonomi
Kingdom
: Fungi
Filum
: Ascomycota
Kelas
: Euascomycetes
Ordo
: Onygenales
Familia
: Arthrodermataceae
Genus
: Trichophyton
Spesies
: Trichophyton mentagrophytes
xxxi
Flukonazol,
Flusitosin,
Itrakonazol,
Ketokonazol.
xxxii
Rumus kimia
: C22H17ClN2
Nama lain
xxxiii
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Penggunaan
:
Klotrimazol termasuk dalam golongan imidazol yang
mempunyai sifat fungistatika atau fungisida tergantung
pada dosis. Mekanisme kerja Klotrimazol sama dengan
Ketokonazol yaitu berinteraksi dengan C-14 -demetilase
(enzim P-450 sitokrom) untuk menghambat demetilasi
lanosterol menjadi ergosterol yang merupakan sterol
penting untuk membrane jamur. (Myjeck, Mary J., 2005)
Secara topical klotrimazol digunakan untuk pengobatan
tinea pedis, tinea kruris, dan tinea korporis yang
disebabkan oleh Trichophyton rubrum, Trichophyton
mentagrophytes, E. floccosum, dan M. canis. Juga untuk
infeksi kulit dan vulvovaginitis yang disebabkan oleh C.
albicans. Klotrimazol biasanya bersifat fungistatik. Akan
tetapi pada konsentrasi lebih dari 10 g/ml dapat bersifat
fungisid . (Howarth W. H at all, 1982)
xxxiv
Merupakan metode yang paling umum digunakan di laboratoriumlaboratorium. Pada metode difusi ini dapat dilihat kepekaan suatu
organisme terhadap senyawa atau obat. Zat yang akan diuji aktivitasnya
akan berdifusi dari pencadang (reservoir) menuju medium agar yang
telah diinokulasi oleh mikroba penguji senyawa atau obat tersebut.
Diinkubasi selama waktu tertentu dan amati adanya perkembangan dari
penghambatan senyawa (obat) tersebut terhadap mikroba yang telah ada
pada medium agar. Prinsip penetapannya yaitu dengan mengukur luas
diameter daerah hambat pertumbuhan mikroba. Ukuran daerah
hambatan dapat dipengaruhi oleh beberapa tinjauan diantaranya adalah:
1. kepadatan atau viskositas dari medium agar
2. kecepatan senyawa (obat) dalam berdifusi kedalam medium agar
3. konsentrasi senyawa (obat) pada reservoir
4. sensitifitas mikroba terhadap senyawa (obat), dan
5. interaksi senyawa (obat) dengan media (Musdja MY.2006)
Sebagai pencadang (reservoir) dapat digunakan:
a. Silinder.
Terbuat dari besi tahan karat atau porselen dengan toleransi
ukuran masing-masing sekitar 0,1 mm, dengan diameter luar 8 mm
dan diameter dalam 6 mm, serta tinggi 10 mm. peletakan silinder
satu dengan yang lainnya perlu diperhatikan yaitu sekitar 20-25
mm. Keuntungan dari penggunaan silinder ini adalah jumlah
larutan uji dapat diperbanyak untuk menjamin ketersediaan larutan
uji dalam cadangan selama waktu inkubasi. Sedangkan kerugian
xxxv
xxxvi
bermacam-macam
konsentrasi
dalam
medium
cair.
2. Turbidimetri
Pada cara ini disiapkan beberapa tabung reaksi, lalu diisi
dengan larutan uji dan larutan pembanding dengan susunan dosis
tertentu dan tambahkan medium cair yang telah diinokulasi dengan
mikroba uji. Selanjutnya tabung diinkubasi pada suhu 37C dan
diaduk dengan shaker inkubator selam 3-4 jam. Setelah inkubasi
pertumbuhan mikroba uji dihentikan segera merendam tabungtabung tersebut kedalam penanggas air suhu 80C atau dengan
penambahan larutan formaldehid dalam masing-masing tabung.
Selanjutnya kekeruhan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba
xxxvii
BAB III
KERANGKA KONSEP
Latar belakang
Determinasi tanaman di
Herbarium Bogoriensis
LIPI Puslit Biologi
Rimpang kecombrang
xxxviii
Manfaat:
- Antioksidant
- Antitumor
- Antibakteri
Uji pendahuluan :
Mikroskop
Urease
Perbedaan media
Penapisan fitokimia
Uji susut pengeringan
Penentuan KHM
Penentuan potensi
xxxix
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Fitokimia
Fakultas
Kedokteran
dan
Ilmu
Kesehatan
cawan
spektrofotometer,
petri,
hot
autoklaf,
plate,
vortex,
mikroskop
shacker
inverted,
incubator,
lampu
spritus,
xl
4.2.2 Bahan
Bahan utama dalam penelitian ini adalah rimpang Kecombrang
(Nicolaia spesiosa Horan) yang diperoleh dari Kebun Ilmiah Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Ballitro) Depertemen
Pertanian Bogor. Bahan kimia untuk ekstraksi dan uji aktifitas antifungi
komponen bioaktif adalah
1. Etanol 70 %
2. Baku pembanding Klotrimazol
3. Aquadest
4. Larutan NaCl fisiologis
5. Jamur uji yang yang diperoleh dari PLT UIN Jakarta
6. Larutan urease
7. Larutan lactophenol
8. Paraffin cair
9. Medium PDA (Potato Dextrose Agar)
Dengan komposisi :
Pottato
100 g
Dekstrosa
10 g
Agar
15 g
Aquadest
1000 ml
40 g
xli
15 g
Aquadest
1000 ml
xlii
xliii
bahwa
adanya
senyawa
flavonoid
(Fransworth, 1969).
3. Saponin
Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air
panas. Setelah dingin dikocok kuat secara vertical selama 10
detik.
xliv
xlv
xlvi
dari
kultur
kerja
dibuat
suspensi
jamur
dengan
xlvii
xlviii
hambat yang sama dengan diameter daerah hambat yang diberikan oleh
baku pembanding.
xlix
Cu
Cs =
4.3.11 Analisa
Kerusakan
Sel
dengan
SEM
(Scanning
Electron
Microscope)
Pengamatan dengan SEM adalah untuk kerusakan sel yaitu
perubahan morfologi dan struktur sel fungi yang disebabkan oleh
pengaruh ekstrak rimpang kecombrang. Perubahan yang diamati
meliputi penampakan secara umum, ukuran sel, dan ketebalan dinding
sel.
Tahap awal yang dilakukan adalah reisolasi fungi uji yaitu dengan
cara suspensi jamur uji diambil sebanyak 0,9 ml dengan menggunakan
mikropipet. Suspensi jamur diletakkan ditengah-tengah cawan petri
berisi
medium
SDA
yang
sudah
memadat.
disebar
dengan
li
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
1. Dari hasil identifikasi sampel rimpang Kecombrang yang dilakukan di
Laboratorium Botani dan Mikrobiologi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) Cibinong didapat bahwa sampel yang digunakan adalah
(Nicolaia speciosa Horan) dengan hasil determinasi seperti yang tertera
pada lampiran 1.
2. Dari hasil pengujian kandungan kimia rimpang kecombrang didapat
bahwa yang terdapat pada rimpang Kecombrang adalah flavonoid dan
alkaloid.
Tabel 5.1. Hasil karakteristik ekstrak rimpang Kecombrang
Karakteristik
Hasil
ekstrak
Rendemen
Susut pengeringan
Warna
Rasa
Bau
Literatur
4%
0,89%
Coklat kehitaman
Getir, seperti jamu
Menyengat
seperti
lengkuas
Hasil
lii
Flavonoid
Alkaloid
Saponin
Tanin
Positif (+)
Positif (+)
Negatif (-)
Negatif (-)
(-).
Trichophyton
rubrum
Trichophyton
mentagrophytes
Konsentrasi
ekstrak
kecombrang
(ppm)
Diameter
daerah
hambat (mm)
Diameter
daerah
hambat
rata-rata
(mm)
Harga KHM
(Konsentrasi
Hambat
Minimum)
100 ppm
1000
9.5
10
9.5
100
6.5
7.5
10
0.1
1000
10
100
10
0.1
liii
100 ppm
Blanko
60
70
80
90
100
0
0
0
0
0
7
T.rubrum
Blanko
60
70
80
90
100
0
0
0
0
0
7
T. mentagrophytes
Trichophyton
mentagrophytes
diperoleh
persamaan
regresi
liv
lv
lvi
lvii
lviii
=16.0579x 10.1011
lix
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan :
1. Ekstrak etanol rimpang Kecombrang memiliki aktifitas antifungi terhadap
Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes.
2. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak rimpang Kecombrang
untuk Trichophyton rubrum dan untuk Trichophyton mentagrophytes
adalah 100 ppm.
3. Penetapan potensi ekstrak etanol rimpang kecombrang digunakan kurva
standar klotrimazol yang memiliki persamaan regresi y =16.0579x
10.1011 dengan r =0.9626 untuk Trichophyton rubrum sedangkan untuk
Trichophyton mentagrophytes digunakan kurva standar klotrimazol yang
memiliki persamaan regresi y=20.3693x 13.6073 dengan r =0.9892
didapat konsentrasi antifungi pembanding Klotrimazol yang memiliki
derajat penghambatan yang sama dengan ekstrak rimpang Kecombrang
pada konsentrasi 100 ppm yaitu 11,61 ppm untuk Trichophyton rubrum
dan 10,27 ppm untuk Trichophyton mentagrophytes.
6.2 Saran
Kepada peneliti selanjutnya diharapkan :
1. Melakukan uji antifungi dari ekstrak rimpang kecombrang dengan metode
pengujian lain.
2. Melakukan uji antifungi dari ekstrak rimpang Kecombrang terhadap fungi
uji lainnya.
lx
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2007.
Trichophyton
mentagrophytes.
Diakses
mikrobia.files.wordpress.com pada tanggal 9 Maret 2009
dari
dari
Diakses
Antoro, S.E. 1995. Skrining Fitokimia Rimpang Nicolaia speciosa Horan. Secara
Mikrokimiawi Kromatografi Lapis Tipis,dan Spektrofotmetri UV.
[Abstrak]. Penelitian Tanaman Obat di Beberapa Perguruan Tinggi di
Indonesia 1998.
Depkes RI. 1979. Farmakofe Indonesia, Edisi III. Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan: Jakarta.
Depkes RI. 1995. Farmakofe Indonesia, Edisi IV. Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan: Jakarta.
Depkes RI. 1995. Materi Medika Indonesia, Jilid VI.Jakarta
Depkes RI. 2000. Parameter Standard Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta.
lxi
Habsah, M., Ali, A.M., Lajis, N.H., Sukari, M.A., Yap, Y.H., Kikuzaki, H. dan
Nakatani, N. 2005. Antitumor-Promoting and Cytotoxic Constituents of
Etlingera Elatior. Malaysian Journal of Medical Sciences, Vol. 12, No. 1,
Januari 2005 (6-12).
Habsah, M., Lajis, N.H., Abas, F., Ali, A.M., Sukari, M.A., Kikuzaki, H. dan
Nakatani, N.. 2003. Antioxidative Constituents of Etlingera elatior.
[Abstrak]. J. Nat. Prod., 2005, 68 (2), pp 285288.
Hidayat, SS dan Hutapea JR. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Edisi 1:
440-441. Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI
Hoan, Tan, T & Rahardja K. 2006. Obat-Obat Penting, Edisi VI. Elex Media
Kompetindo : Jakarta
Howarth, W.H. at all, 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia 28th edition.
The Pharmaceutical Press. London. England
Ibrahim, H. dan Setyowati, FM. 2009. Detail data Etlingera elatior (Jack) R.M.
Smith. Diakses tanggal 03 maret 2009 dari www.kehati.or.id
lxii
Sukandar E. Yulinah, Suganda AG, Pertiwi GU. 2004. Uji Aktivitas Antijamur
Salep Dan Krim Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia cattapa l.) Pada
Kulit Kelinci. Bandung
Sundari, Dian, Wien Winarno, M, 2001. Informasi Tumbuhan Obat sebagai Obat
Anti Jamur. Balitbangkes Depkes RI
lxiii
lxiv
lxv
Filtrat
Residu
Dirotary evaporator
Ekstrak kental
Penapisan
fitokimia
Uji karakteristik
Uji aktifitas
antifungi
lxvi
1. Ekstraksi
Ekstraksi sampel 500 g dalam etanol 70% (1:6 b/v)3 L didapatkan ekstrak
cair 40,8 g dan dipekatkan hingga 20 g
Evaporator : Labu destilat + ekstrak = 106 g
Labu destilat = 86 g
Ekstrak=20g
Rendemen 20 g x 100 % = 4 %
500 g
2. Uji susut pengeringan
Dipanaskan 30 menit di Oven
+ 150 oC
Cawan penguap
= 14,442 g
= 25,940 g
= 26,944 g
= 1,004 g
= 26,844 g
= 26,704 g
= 26,703 g
Jadi susut pengeringan dari ekstrak adalah bobot sampel awal dikurang
bobot sampel tetap.
= 26,944 g 26,703 g
= 0,241 g
0,241 g x 100 % = 0,89%
26,944
Jadi susut pengeringan ekstrak etanol rimpang Kecombrang tersebut
adalah 0,89 %
lxvii
= 20 mg
= 20 ml
lxviii
Hitung KHM
lxix
Inokulasikan dalam 10 ml
medium SDA pada cawan
Biarkan memadat
Penanaman kertas cakram yang
lxx
Fungi Uji
Trichophyton
rubrum
Trichophyton
mentagrophytes
Konsentrasi ekstrak
rimpang kecombrang
(ppm)
Diameter daerah
hambat rata-rata
(mm)
Harga KHM
(Konsentrasi
Hambat Minimum)
1000
9.5
100 ppm
100
10
0.1
1000
100
10
0.1
lxxi
100 ppm
Fungi Uji
Trichophyton
rubrum
Trichophyton
mentagrophytes
Konsentrasi
Klotrimazol (ppm)
Log konsentrasi
klotrimazol
Diameter daerah
hambat rata-rata (mm)
0.6989
10
15
1.1761
20
1.3010
10
25
1.3979
12
0.6989
10
15
1.1761
10.5
20
1.3010
12
25
1.3979
15
lxxii
lxxiii
lxxiv
lxxv
Lampiran
10
Hasil
pengamatan
Jamur
Trichophyton
Trichophyton mentagrophytes
lxxvi
rubrum
dan
lxxvii
lxxviii
Gambar 10 c. Spektrofotometer
lxxix
Gambar 10 f. Autoklaf
lxxx
Gambar 11. Hasil pengujian urease yang dilakukan. Tampak warna sebelum
dilakukan uji urease dengan hasilnya setelah diamati selama 2-3 hari berikutnya.
A) Trichophyton mentagrophytes; B) Trichophyton rubrum
lxxxi
lxxxii
lxxxiii