Disususn Oleh :
Eka Wahyu Setyorini
D500130123
A. PENGERTIAN
Sabun merupakan hasil reaksi kimia antara
lemak dan minyak dengan larutan alkali yang
membebaskan gliserol, Reaksi kimia tersebut
dinamakan saponifikasi.
Lemak yang digunakan dapat berupa lemak
hewani,minyak nabati,lilin,ataupun minyak ikan
laut.
B. MACAM-MACAM SABUN
Shaving Cream
Sabun Cair
Sabun Kesehatan
Sabun Chip
Sabun Bubuk
Bahan Dasar
Bahan Baku
Senyawa-senyawa alkali yang umum di gunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH,
KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines.
3.
Bahan Pendukung
NaCl
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. NaCl yang umum
digunakan dalam bentuk air garam (brine) atau padatan (kristal).
.
Bahan Aditif
BAHAN-BAHAN ADITIF :
Builders (bahan Penguat)
Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara
mengikat mineral mineral yang terlarut pada air, sehingga bahan
bahan lain yang berfungsi untuk mengikat lemak dan membasahi
permukaan dapat berkonsentrasi pada fungsi utamanya.
Fillers Inert (Bahan Pengisi)
Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan
baku. Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau
memperbesar volume.
Bahan pengisi ini berwarna putih, berbentuk bubuk, dan mudah larut
dalam air.
Pewarna
Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini
ditujukan agar memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk
mencoba sabun ataupun membeli sabun dengan warna yang menarik.
Parfum
Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum
memegang peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan
produk sabun. Parfum untuk sabun berbentuk cairan berwarna
kekuning kuningan dengan berat jenis 0,9.
b. Lard
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak
jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%).
Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih
dahulu untuk mengurangi ketidak jenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard
berwarna putih dan mudah berbusa.
c. Palm Oil (minyak kelapa sawit)
Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa
sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit
berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid
sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus
dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit
akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai
bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan bahan
lainnya.
Metode Batch
Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau
KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam-garam
ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengaundung garam,
gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses
penyulingan. Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan
gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali.
Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran
halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung.
Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun
industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu
apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk
mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun
wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di
dalamnya).
b. Metode kontinue
Pada proses kontinue, lemak atau minyak hidrolisis dengan air
pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun
seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu
ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk
dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan.
Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi
sabun.
F. SIFAT-SIFAT SABUN
a. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga
akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air
bersifat basa.
CH3(CH2)16COONa + H2O
CH 3(CH2)16COOH + OH -
b. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih,
peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat
menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air
mengendap.
2CH3(CH2)16COONa + CaSO 4
Na 2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2
c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid,
sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang
bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non
polar. Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen CH 3(CH2)16 yang bertindak
sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic
sedangkan COONa + sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut
dalam air.
Non polar : CH 3(CH2)16 (larut dalam minyak, hidrofobik dan juga memisahkan
kotoran non polar)
Polar : COONa + (larut dalam air, hidrofilik dan juga memisahkan kotoran polar)