Bab 1 Miftah
Bab 1 Miftah
BAB I
PENDAHULUAN
Appendisitis adalah peradangan yang terjadi pada appendix vermicularis.
Appendix merupakan organ tubular yang terletak pada pangkal usus besar yang
berada di perut kanan bawah dan organ ini mensekresikan IgA namun seringkali
menimbulkan masalah bagi kesehatan. Peradangan akut Appendix atau
Appendicitis acuta menyebabkan komplikasi yang berbahaya apabila tidak segera
dilakukan tindakan bedah.
Appendisitis merupakan kasus bedah akut abdomen yang paling sering
ditemukan. Appendisitis dapat mengenai semua kelompok usia. Hanya 50-70%
kasus yang bisa didiagnosis dengan tepat pada saat penilaian awal.
Semua kasus appendicitis memerlukan tindakan pengangkatan dari
Appendix yang terinflamasi, baik dengan laparotomy maupun dengan
laparoscopy. Apabila tidak dilakukan tindakan pengobatan, maka angka kematian
akan tinggi, terutama disebabkan karena peritonitis dan syok. Reginald Fitz pada
tahun 1886 adalah orang pertama yang menjelaskan bahwa Appendicitis acuta
merupakan salah satu penyebab utama terjadinya akut abdomen di seluruh dunia 3.
Appendicular infiltrat merupakan komplikasi dari appendisitis acut yang
terjadi bila appendisitis gangrenosa atau mikroperforasi dilokalisir atau dibungkus
oleh omentum dan/atau lekuk usus halus.
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Appendix
Apendiks merupakan suatu organ yang berbentuk tabung dan panjangnya
kira-kira, dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proximal dan
melebar di bagian distal. Pada bayi, appendiks berbentuk kerucut, lebar pada
pangkalnya dan menyempit diujungnya. Pangkalnya terletak pada posteromedial
caecum. Apendiks terletak dikuadran kanan bawah abdomen. Tepatnya di
ileosecum dan merupakan pertemuan ketiga taenia coli (taenia libera, taenia
colica, dan taenia omentum). Dari topografianatomi, letak pangkal appendiks
berada pada titik Mc Burney, yaitu titik pada garis antara umbilicus dan SIAS
kanan yang berjarak 1/3 dari SIAS kanan.1
Apendiks vermiformis disangga oleh mesoapendiks yang bergabung
dengan mesenterium usus halus pada daerah ileum terminal. Mesenteriolum
berisi a. Apendikularis (cabang a.ileocolica). Orificiumnya 2,5cm dari katup
ileocecal. Mesoapendiknya merupakan jaringan lemak yang mempunyai
pembuluh appendiceal dan terkadang juga memiliki limfonodi kecil. Pada 65 %
kasus,
apendiks
terletak
intraperitoneal.
Kedudukan
itu memungkinkan
2.
3.
4.
5.
6.
HISTOLOGI APENDIKS
FISIOLOGI APENDIKS
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari.
kemudian berkurang mengikuti umur. Setelah umur 60 tahun, tidak ada jaringan
limfoid lagi di apendiks dan terjadi penghancuran lumen apendiks komplit.
Immunoglobulin sekretorius dihasilkan sebagai bagian dari jaringan limfoid yang
berhubungan dengan usus untuk melindungi lingkungan anterior. Apendiks
bermanfaat tetapi tidak diperlukan
2.2
Definisi
Gambar 3 : Apendisitis
Apendisitis
merupakan
peradangan
pada
appendiks
vermiformis.
2.4
Epidemiologi
Di Amerika Serikat setiap tahunnya terdapat 250.000 kasus apendisitis.
Insiden apendisitis paling tinggi pada usia 10-30 tahun, dan jarang ditemukan
pada anak usia kurang dari 2 tahun. Setelah usia 30 tahun insiden apendisitis
menurun, tapi apendisitis bisa terjadi pada setiap umur individu. Pada remaja dan
dewasa muda rasio perbandingan antara laki-laki dan perempuan sekitar 3 : 2.
Setelah usia 25 tahun, rasionya menurun sampai pada usia pertengahan 30 tahun
menjadi seimbang antara laki-laki dan perempuan. Sekitar 20-30% kasus
apendisitis perforasi terjadi di Afrika, sedangkan di Amerika sebanyak 38,7%
insidensi apendisitis perforasi terjadi pada laki-laki dan 23,5% pada wanita.
2.5 Patofisiologi
nyeri tekan
nyeri lepas
defans muskuler
nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam, berjalan,
batuk, mengedan
Medical
Urological
Gynaecologic
al
Intestinal obstruction
Gastroenteritis
Intussusception
Pneumonia
Acute cholecystitis
Terminal ileitis
Right
pyelonephritis
Ruptured ovarian
follicle
Perforated peptic
ulcer
Diabetic
ketoacidosis
Urinary tract
infection
Torted ovarian
cyst
Mesenteric adenitis
Preherpetic pain
on the right 10th
Salpingitis/pelvic
inflammatory
disease
Meckels
diverticulitis
Colonic/appendicular nerves
diverticulitis
Porphyria
Pancreatitis
Rectus sheath
haematoma
Pemeriksaan laboratorium
Urinalisis
Radiologi
Ultrasonografi
2.8 Tatalaksana
Bila sudah terdiagnosis dengan tepat, tindakan paling tepat adalah
apendektomi. Pada apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak diperlukan
10
Jika apendiks
mengalami perforasi maka abses disedot dan diguyur dengan NaCl dan disedot
hingga bersih.
11
Skor Alvarado merupakan delapan komponen skor yang terdiri dari enam
komponen klinik dan dua komponen laboratorium dengan total skor maksimal
Tabel 1: Skor Alvarado
Tabel Skor Alvarado
Gejala Klinis
Skor
Nyeri lepas
TOTAL
10
Interpretasi:
Skor 7-10 = Apendisitis akut
Skor 5-6 = Curiga apendisitis akut
Skor 1-4 = Bukan apendisitis akut
2.9 Komplikasi
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), komplikasi potensial setelah
apendiktomi antara lain:
1. Peritonitis
Observasi terhadap nyeri tekan abdomen, demam, muntah, kekakuan
abdomen, dan takikardia. Lakukan penghisapan nasogastrik konstan. Perbaiki
dehidrasi sesuai program. Berikan preparat antibiotik sesuai program.
11
12
s
2. Abses pelvis atau lumbal
Evaluasi adanya anoreksi, menggigil, demam, dan diaforesis. Observasi
adanya diare, yang dapat menunjukkan abses pelvis, siapkan pasien untuk
pemeriksaan rektal. Siapkan pasien untuk prosedur drainase operatif.
3. Abses Subfrenik (abses dibawah diafragma)
Kaji pasien terhadap adanya menggigil, demam, diaforesis. Siapkan untuk
pemeriksaan sinar-x. Siapkan drainase bedah terhadap abses.
2.10 Prognosis
Prognosis baik bila dilakukan diagnosis dini sebelum ruptur, dan diberi
antibiotik yang lebih baik. Apendisitis akut tanpa perforata memiliki mortalitas
sekitar 0,1%, dan mencapai 15% pada orang tua dengan perforata. Umumnya,
mortalitas berhubungan dengan sepsis, emboli paru, ataupun aspirasi.
12
13
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama
Umur
Alamat
Pekerjaan
Tanggal Masuk
Tanggal Pemeriksaan
: Ny. SP
: 25 tahun
: Aceh Besar
: IRT
: 01 Juli 2015
: 01 Juli 2015
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
RPS
RPD
RPK
RKS
ini
: Dikeluarga tidak ada yang mengalami seperti pasien
: Pasien suka makan makanan yang pedas sejak pasien SMP
14
Thoraks
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
Ekstremitas
Sianotik
Edema
Ikterik
Gerakan
Tonus otot
Sensibilitas
Atrofi otot
Akral dingin
Superior
Inferior
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus
N
N
N
N
-
Status Lokalis
Rectal Touche : Tidak ditemukan adanya benjolan, nyeri tekan (+)
3.5 Resume Klinis
seorang pasien wanita berumur 25 tahun ke IGD RSUDZA dengan
keluhan nyeri pada perut kanan bawah yang dirasakan sejak tiga hari SMRS.
Nyeri memberat sejak 6 jam SMRS. Awal nya nyeri dirasakan berpindah-pindah
diseluruh lapangan perut dan menetap pada bagian kanan bawah. Mual, muntah,
penurunan nafsu makan, nyeri saat BAK juga dikeluhkan oleh pasien. Selama ini
pasien tidak menstruasi selama 2 tahun dengan pemakaian suntik KB.
3.6 Usul Pemeriksaan Penunjang
14
15
Hasil
Nilai normal
13,4
40
4,5
15,4
236
12,0-15,0 g/dl
37-47n%
4,2-5,4106/mm3
4,5-10,5 103/mm3
150-450 103/mm3
0-6 %
0-2 %
50-70 %
20-40 %
2-8 %
2
0
86
7
7
1-7 menit
5-15 menit
3
9
175
<200 mg/dl
13-43 mg/ dl
0,51-0,95 mg/dl
14
0,50
16
3.12 PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanactionam : bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah yang
dirasakan sejak tiga hari SMRS. Nyeri memberat sejak 6 jam SMRS. Awal nya
nyeri dirasakan berpindah-pindah diseluruh lapangan perut dan menetap pada
16
17
bagian kanan bawah. Mual, muntah, penurunan nafsu makan, nyeri saat BAK juga
dikeluhkan oleh pasien.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa nyeri perut adalah gejala utama dari
apendisitis. Perlu diingat bahwa nyeri perut bisa terjadi akibat penyakit penyakit
dari hampir semua organ tubuh. Tidak ada yang sederhana maupun begitu sulit
untuk mendiagnosis apendistis. Gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar-samar
dan tumpul yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium sekitar umbilikus.
Nyeri perut ini sering disertai mual serta satu atau lebih episode muntah dengan
rasa sakit, dan setelah beberapa jam, nyeri akan beralih ke perut kanan bawah
pada titik McBurney. Umumnya nafsu makan akan menurun. Rasa sakit menjadi
terus menerus dan lebih tajam serta lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri
somatik setempat, akibatnya pasien menemukan gerakan tidak nyaman dan ingin
berbaring diam, dan sering dengan kaki tertekuk.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan Simetris, Distensi, nyeri
tekan
18
bahwa
peningkatan
jumlah
leukosit
berhubungan
dengan
peradangan mural dari apendiks vermiformis, yang merupakan tanda khas pada
apendisitis secara dini. Beberapa penulis menekankan bahwa leukosit darah
polimorfik merupakan fitur penting dalam mendiagnosis apendisitis akut.
Leukositosis ringan, mulai dari 10.000 - 18.000 sel/mm3, biasanya terdapat pada
pasien apendisitis akut. Namun, peningkatan jumlah leukosit darah berbeda pada
setiap pasien apendisitis. Beberapa pustaka lain menyebutkan bahwa leukosit
darah yang meningkat >12.000 sel/mm3 pada sekitar tiga-perempat dari pasien
dengan apendisitis akut. Apabila jumlah leukosit darah meningkat >18.000
sel/mm3 menyebabkan kemungkinan terjadinya komplikasi berupa perforasi.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
57
Riwanto. Apendiks. Dalam : De Jong W., Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi 3, di terbitkan EGC, Jakarta, 2007 ; hal 755-62
18
19
4.
5.
July
9,
2011:http://medchrome.com/basic-
science/anatomy/anatomy-appendix-appendicitis/
Emergency Diagnostic Radiology, Alvarado Score for Acute Appendicitis,
2009
:http://emergencyradiology.wordpress.com/2009/02/05/alvarado-
score-for-acute-appendicitis/
19