Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Menstruasi
1. Siklus menstruasi
Menstruasi

adalah

suatu

keadaan

fisiologis

atau

normal,

merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara


berkala yang berasal dari mukosa uterus dan terjadi relatif teratur mulai
dari menarche sampai menopause, kecuali pada masa hamil dan laktasi.
Lama perdarahan pada menstruasi bervariasi, pada umumnya 4-6 hari, tapi
2-9 hari masih dianggap fisiologis (Ganong, 2003).
Seringkali

menstruasi

dijadikan

penanda

bahwa

seorang

perempuan telah mengalami masa pubertas atau mulainya masa seksual


dewasa. Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan
progesteron secara tiba-tiba, terutama progesteron pada akhir siklus
ovarium bulanan. Dengan mekanisme yang ditimbulkan oleh kedua
hormon diatas terhadap sel endometrium, maka lapisan endometrium yang
nekrotik dapat dikeluarkan disertai dengan perdarahan yang normal
(Guyton dan Hall, 1996).
Selama siklus menstruasi, jumlah hormon estrogen dan progesteron
yang dihasilkan oleh ovarium berubah. Bagian pertama siklus menstruasi
yang dihasilkan oleh ovarium adalah sebagian estrogen. Estrogen ini yang
akan menyebabkan tumbuhnya lapisan darah dan jaringan yang tebal

diseputar endometrium. Dipertengahan siklus, ovarium melepas sebuah sel


telur yang dinamakan ovulasi. Bagian kedua siklus menstruasi, yaitu
antara pertengahan sampai datang menstruasi berikutnya, tubuh wanita
menghasilkan hormon progesteron yang menyiapkan uterus untuk
kehamilan.
Siklus menstruasi dibagi menjadi siklus ovarium dan siklus
endometrium. Di ovarium terdapat tiga fase, yaitu fase folikuler, fase
ovulasi dan fase luteal. Di endometrium juga dibagi menjadi tiga fase yang
terdiri dari fase menstruasi, fase proliferasi dan fase ekskresi (Ganong,
2003).
Hari pertama mulainya menstruasi disebut sebagai hari pertama
dari siklus yang baru. Akan terjadi lagi peningkatan FSH (Folikel
Stimulating Hormone), folikel yang berkembang ini menghasilkan
estrogen dalam jumlah banyak. Peningkatan estrogen yang terus menerus
pada akhir fase folikuler akan menekan pengeluaran FSH. Dua hari
sebelum ovulasi, kadar estrogen meningkat mencapai puncaknya,
akibatnya FSH dan LH dalam serum akan meningkat dan mencapai
puncaknya satu hari sebelum ovulasi. Saat yang sama pula, kadar estrogen
akan kembali menurun (Jacoeb dan Ali, 1994).
Terjadinya puncak LH dan FSH pada hari ke-14, maka pada saat
ini folikel akan mulai pecah dan suatu hari akan timbul ovulasi.
Bersamaan dengan ini dimulailah pembentukan dan pematangan korpus

luteum yang disertai dengan meningkatnya kadar progesteron (Jacoeb dan


Ali, 1994).
Awal fase luteal, seiring dengan pematangan korpus luteum.
Sekresi progesteron terus menerus meningkat. Estrogen yang dikeluarkan
dari folikel juga tampak pada fase luteal dengan konsentrasi yang lebih
tinggi daripada pertengahan fase folikuler. Produksi estrogen dan
progesteron maksimal dijumpai antara hari ke-20 dan 23. Meningkatnya
kembali produksi kedua hormon tersebut merangsang berkembangnya
folikel-folikel baru seiring dengan dimulainya fase folikuler (Jacoeb dan
Ali, 1994).
Fase-fase endometrium terjadi pada saat

yang bersamaan

mencerminkan pengaruh hormon-hormon ovarium pada uterus. Pada awal


fase folikuler, lapisan endometrium yang kaya akan nutrien dan pembuluh
darah terlepas, inilah yang disebut fase menstruasi. Pelepasan ini terjadi
akibat merosotnya estrogen dan progesteron ketika korpus luteum tua
berdegenerasi pada akhir fase luteal sebelumnya.
Pada akhir fase folikuler, kadar estrogen yang meningkat
menyebabkan endometrium menebal atau sering disebut dengan fase
proliferasi. Setelah ovulasi, progesteron dari korpus luteum menimbulkan
perubahan vaskuler dan sekretorik di endometrium yang telah dirangsang
oleh estrogen untuk menghasilkan lingkungan yang ideal untuk implatasi,
fase ini disebut fase sekresi. Sewaktu korpus luteum berdegenerasi,
dimulailah fase folikuler menstruasi yang baru (Jacoeb dan Ali, 1994).

10

2. Gangguan Menstruasi
Gangguan saat menstruasi dinilai masih normal jika terjadi selama dua
tahun pertama setelah haid pertama kali (menarche). Bila seorang wanita
telah mendapatkan haid pertama saat berusia 11 tahun, maka diperkirakan
hingga usia 13 tahun haidnya masih tidak teratur. Umumnya
ketidakteraturan siklus menstruasi terjadi pada waktu remaja dan
menjelang

menopause.

Gangguan

serta keluhan

yang

menyertai

menstruasi pada kebanyakan wanita, seringkali menimbulkan pengaruh


secara fisik maupun emosional ataupun kedua-duanya. Gangguan atau
kelainan dalam siklus menstruasi meliputi :
a. Hipermenorea, yaitu perdarahan dengan lama haid lebih panjang dari
normal (>8 hari) dengan darah haid sekitar 26-40 ml. Sedangkan
hipomenorea, yaitu perdarahan dengan jumlah yang lebih sedikit dari
normal serta waktu haid yang lebih singkat.
b. Polimenorea yaitu siklus menstruasi lebih pendek dari normal (kurang
dari 21 hari) dengan perdarahan kurang lebih sama.
c. Oligomenorea yaitu menstruasi yang jarang dengan panjang siklus
menstruasi > 35 hari.
d. Amenorea, yaitu tidak menstruasi > 3 bulan berturut-turut sejak
menstruasi terakhir
e. Gangguan atau gejala yang menyertai siklus menstruasi, antara lain
sindroma pra-menstruasi dan dismenorea. Dismenorea yaitu rasa nyeri
di perut bagian bawah karena kontraksi otot-otot rahim saat terjadi

11

peluruhan dinding.

Bila tidak ada kelainan ginekologi seperti

endometriosis, radang panggul atau kista pada indung telur maka


disebut dismenorea primer, tetapi bila disertai kelainan ginekologi
disebut dismenorea sekunder (Manuaba, 1999).
3. Definisi Sindrom Premenstruasi
Sindrom premenstruasi pertama kali diperkenalkan pada tahun
1931, hal tersebut tidak diacuhkan sebelumnya sampai pada saat media
menyajikan tentang sindrom ini dan pada akhirnya menyita perhatian
publik. Meskipun popular, pada kenyataanya sindrom premenstruasi tetap
kurang dipahami dengan jelas, sehingga timbul banyak pendapat seputar
diagnosis, treatment, maupun manajemennya (Mayo, 1999).
Sindrom premenstruasi adalah gejala

berulang pada

fase

premenstruasi, gejala ini tidak tampak pada saat postmenstruasi. Gejala


yang muncul meliputi fisik, tingkah laku, dan emosi. Gejala-gejala ini ada
kalanya cukup berat sehingga mempengaruhi berbagai aspek kehidupan.
Pada beberapa wanita, gejala dimulai pada saat ovulasi dan berangsurangsur menghilang sebelum menstruasi. Sejumlah penelitian ilmiah telah
dilakukan oleh para ahli guna mengungkap fenomena dari sindrom
premenstruasi ini. Sindrom ini biasanya timbul satu minggu sebelum
menstruasi (Dickerson, 2003).
Definisi sindrom premenstruasi adalah sekumpulan gejala fisik
maupun psikologis yang dapat dirasakan cukup mengganggu yang muncul

12

secara berulang pada fase premenstruasi atau 2-14 hari sebelum menstruasi
dan mereda pada saat menstruasi datang.
4. Usia Munculnya Sindrom Premenstruasi
Perubahan dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa salah
satunya ditandai dengan menarche atau mentruasi yang pertama kali.
Biasanya terjadi pada usia 12-13 tahun tetapi menstruasinya masih tidak
teratur karena tanpa pelepasan telur. Setelah itu, sekitar usia 18-19 tahun
siklus menstruasinya mulai teratur karena disertai dengan pelepasan telur
(Manuaba,1999). Sindrom premenstruasi dapat terjadi pada saat setelah
periode menstruasi yang tidak teratur (Burrough dan Arlene, 1997)
5. Etiologi dan Patofisiologi Sindrom Premenstruasi
Etiologi sindrom premenstruasi belum diketahui secara pasti. Salah
satu teori menyebutkan bahwa sindrom premenstruasi kemungkinan
disebabkan oleh:
a.

Ketidakseimbangan estrogen-progesteron yang terjadi selama fase


luteal.

Pada

mengalami

wanita
penurunan

yang

mengalami

estrogen.

Seiring

sindrom premenstruasi
dengan

peningkatan

progesteron pada fase luteal, suhu tubuh basal juga ikut meningkat.
b. Perubahan hormonal selama fase luteal dan fase premenstruasi. Fasefase tersebut terjadi peningkatan kadar progesteron dan penurunan
sekresi estrogen, keduanya dapat menyebabkan meningkatnya variasi
emosional.

13

c. Pengeluaran sejumlah besar hormon progesteron oleh ovarium pada


satu minggu sebelum menstruasi dapat menyebabkan perubahan
psikologis, namun keadaan ini akan kembali normal segera setelah
menstruasi dan tingkat hormon tersebut menurun.
d. Keseimbangan kalsium berhubungan dengan munculnya gejala-gejala
gangguan efektif. Hipokalsemi dapat menyebabkan iritabilitas,
kecemasan

dan

ketegangan,

sedangkan

hiperkalsemi

justru

menyebabkan depresi.
f. Kurangnya nutrisi seperti defisiensi vitamin B6 atau hipoglikemi
karena fluktuasi kadar glukosa dan insulin. Hipoglikemi kemungkinan
menyebabkan sakit kepala, lemah atau letih dan peningkatan nafsu
makan.
g. Endorfin akan meningkat konsentrasinya pada fase luteal dan menurun
pada

saat

menstruasi.

Tetapi

pada

wanita

dengan

sindrom

premenstruasi konsentrasinya menurun. Endorfin mempengaruhi mood


seseorang sehingga gejala premenstruasi dapat dihubungkan dengan
gejala penurunan mood (Dickerson, 2003).
Health Media Nutrition (2006) menyebutkan bahwa terdapat
hubungan yang rumit antara ketidakseimbangan hormon, stress dan
kekurangan gizi yang dapat menyebabkan terjadinya sindroma ini.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sindroma pramenstruasi, antara lain :

14

a. Stress
Kesehatan remaja ternyata tidak hanya terfokus pada kesehatan fisik
saja tetapi juga non-fisik (mental, emosional, dan psikososial). Selain
harus menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perubahan fisik,
remaja juga dituntut menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat sekitar (Depkes, 2006). Tekanan dan
gangguan yang muncul pada diri seseorang baik secara langsung
maupun tidak, sampai pada tingkat tertentu akan mempengaruhi
keseimbangan mentalnya. Jika hal itu berlangsung dalam jangka
panjang,

individu

bersangkutan dapat

kehabisan daya tahan,

mengalami kelelahan mental dan pada akhirnya memasuki kondisi


stress.
b. Olahraga
Olahraga

merupakan

pencegahan

penyakit

yang

murah

dan

menyenangkan. Bila dilakukan secara teratur akan bermanfaat secara


fisik (kesegaran jasmani meningkat), secara psikis (tahan terhadap
stress, mampu berkonsentrasi, mengurangi keluhan sebelum haid) dan
secara sosial (menambah percaya diri dan sebagai sarana berinteraksi).
Olahraga juga dapat merangsang hormon endorphin yang dapat
mendorong munculnya rasa gembira, tenang dan nyaman. Secara
psikologis remaja putri yang mengalami menstruasi akan mengeluh
rasa nyeri, kurang nyaman dan perut yang terasa kembung. Pada
beberapa remaja, keluhan tersebut tidak dirasakan. Hal ini dipengaruhi

15

oleh olahraga yang teratur juga nutrisi makanan yang dikonsumsi.


Olahraga yang dilakukan secara teratur dapat menghilangkan
ketegangan otot, kecemasan, peredaran darah lancar sehingga
mencegah terjadinya rasa sakit sebelum maupun saat menstruasi
(Sumosurdjono, 1996).
6. Gejala Sindrom Premenstruasi
Gejala sindrom premenstruasi memang sangat beragam, dengan
tingkat keparahan yang berbeda. Ada yang mengalami gejala yang ringan
saja, namun ada pula yang mengalami gejala sangat parah, baik yang
termasuk gejala fisik maupun psikologis (Dickerson, 2003). Gejala-gejala
tersebut adalah:
a. Gejala fisik :
1) Migraine atau sakit kepala dapat disebabkan karena hipoglikemi
ataupun peningkatan tekanan intraokuler akibat menurunnya kadar
estrogen.
2) Payudara terasa nyeri disebabkan karena peningkatan kadar
progesteron yang menyebabkan kelenjar mammae membengkak .
3) Perut terasa penuh
4) Kram perut
5) Hotflushes atau peningkatan suhu tubuh basal akibat menurunnya
kadar estrogen dan meningkatnya kadar progesteron.

16

6) Edema atau pembengkakan yang disebabkan karena retensi


natrium akibat penurunan kadar estrogen dan progesteron serta
meningkatnya kadar aldosteron.
7) Peningkatan

nafsu

makan

yang dapat

disebabkan karena

hipoglikemi.
8) Peningkatan berat badan yang disebabkan karena retensi natrium
akibat

penurunan

kadar

estrogen

dan

progesteron

serta

meningkatnya kadar aldosteron.


9) Pegal pada seluruh tubuh
10) Masalah kulit, seperti jerawat karena menurunnya kadar estrogen
11) Lemah, letih, tidak bergairah karena kurangnya nutrisi seperti
defisiensi vitamin B6 atau hipoglikemi.
b. Gejala Psikologis :
Gejala-gejala psikologis pada sindrom premenstruasi dapat disebabkan
karena perubahan hormonal selama fase luteal dan fase premenstruasi.
Fase-fase tersebut terjadi peningkatan kadar progesteron dan
penurunan sekresi estrogen yang mempunyai efek neuroprotektif,
keduanya dapat menyebabkan meningkatnya variasi emosional
(Manuaba, 2003). Selain itu, keseimbangan kalsium dan menurunnya
konsentrasi endorfin juga dapat menyebabkan beberapa gangguan
afektif dan dapat mempengaruhi mood seseorang (Reeder dan Griffin,
1997). Mengacu pada pernyataan-pernyataan diatas, gejala psikologis
pada sindrom premenstruasi terdiri dari:

17

1) Depresi, yang terdiri dari gejala utama dan gejala penyerta. Gejala
utama depresi meliputi perubahan suasana hati secara drastis dalam
waktu singkat, tidak bergairah, dan merasa sedih sedangkan gejala
penyertanya adalah gelisah, gangguan pola tidur, pesimis,
penurunan konsentrasi, menarik diri atau kesendirian, dan
iritabilitas atau mudah marah, mudah tersinggung, dan mudah
menangis.
2) Senang mencari kesalahan
3) Tidak ramah, rasa bermusuhan
4) Sulit mengambil keputusan
5) Mudah lupa
6) Bingung
Gejala-gejala pada sindrom premenstruasi tersebut, baik gejala
fisik maupun psikologis dapat menjadi faktor penyebab absennya seorang
siswa di sekolah atau karyawan dikantor, penurunan produktifitas,
kesulitan dalam bersosialisasi, dan gangguan dalam gaya hidup. Berbagai
macam gejala yang terlihat turut mempengaruhi aktivitas sehari-hari,
termasuk yang berhubungan dengan emosi, perubahan tingkah laku, selera
makan, dan efek motoriknya. Kelainan emosional yang muncul pada
beberapa bentuk sindrom premenstruasi, dapat sedemikian parah sehingga
mengganggu hubungan atau relasi dengan orang-orang disekitarnya, dan
dapat menyebabkan tindak kekerasan (Dickerson, 2003).

18

B. Kepribadian
1. Pengertian kepribadian
Personality atau kepribadian berasal dari kata persona, menurut
Allport (Alwisol, 2007), kepribadian adalah organisasi dinamik dalam
sistem psikofisik individu yang menentukan penyesuaiannya yang unik
dengan lingkungan.
Jung

(Alwisol,

2007)

mengemukakan

kepribadian

adalah

mencakup keseluruhan fikiran, perasaan dan tingkah laku, kesadaran dan


ketidaksadaran. Kepribadian membimbing orang untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik.
Menurut Cattel (Yusuf dan Nurihsan, 2007) menganggap
kepribadian sebagai suatu hal yang dapat memungkinkan prediksi tentang
apa yang akan dilakukan individu dalam situasi tertentu, kepribadian
berkenaan dengan perilaku yang menyeluruh baik perilaku tampak
maupun tidak tampak. Kepribadian memperhatikan aspek-aspek yang
tampak dari tingkah laku individu sebagai keseluruhan cara bertindak yang
konsisten dari individu pada situasi tertentu.
Menurut Setyonegoro Cit Maramis (2004), kepribadian adalah
ekspresi keluar dari pengetahuan dan perasaan yang dialami secara
subyektif oleh seseorang.

Kepribadian

merupakan satu kesatuan

fungsional yang khas bagi setiap manusia, yang mencerminkan corak


kebiasaan seseorang dalam mengadakan reaksi terhadap segala rangsangan

19

(baik dari luar maupun dari dalam dirinya), sehingga setiap individu
mempunyai ciri yang saling berbeda.
Menurut Maramis (2004) terdapat tiga kelompok kepribadian,
yaitu pengertian populer, falsafah, dan empirik. Kepribadian dalam arti
kata populer sama dengan kualitas seseorang yang menyebabkan
seseorang disenangi atau tidak disenangi oleh orang lain. Kepribadian
dalam arti falsafah ialah sesuatu yang rasional (dapat berpikir, mempunyai
daya penalaran) dan individual (merupakan satu kesatuan yang dapat
berdiri sendiri, mempunyai ciri-ciri khas). Kepribadian merupakan inti
manusia yang mengatur serta mengawasi perilaku yang tidak dapat dilihat
oleh orang lain dan merupakan penyebab utama segala sesuatu yang
berhubungan dengan manusia. Kepribadian dalam arti kata empiris ialah
jumlah perilaku yang dapat diamati dan yang mempunyai ciri-ciri
biologik, psikologik, sosiologik, dan moral yang khas baginya, yang dapat
membedakannya dengan kepribadian yang lain.
Kepribadian adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu
yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta
menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari
dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan satu kesatuan
fungsional yang khas pada seseorang. Perkembangan kepribadian tersebut
bersifat

dinamis,

artinya

selama

individu

masih

bertambah

pengetahuannya dan mau belajar serta menambah pengalaman dan

20

ketrampilan, mereka akan semakin matang dan mantap kepribadiannya


(Depkes cit Kuncoro, 2002).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan
kesan

bagi individu

lainnya serta

membimbing

individu untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik.


2. Tipe kepribadian
a. Teori Jung
Jung (dalam Suryabrata, 1990) mengungkapkan bahwa pada
dasarnya dalam diri individu terdapat dua kecenderungan tipe
kepribadian yang berlawanan arah, namun salah satu kecenderungan
tampak dominan. Dalam hal ini Jung melihat keterkaitan antara
individu sebagai subjek dengan lingkungan sekitar sebagai objek
perhatian dan perilakunya.
b. Teori Eysenck
Menurut Eysenck (Alwisol, 2007), kepribadian sejumlah besar
ditemukan oleh pembawaan sejak lahir, keadaan lingkungan dapat
memperbaiki keseimbangan, tetapi pengaruhnya sangat terbatas. Faktor
pembawaan atau genetik ini dalam perkembangannya akan membentuk
pola unik yang kemudian menentukan bentuk, tingkah laku, kepribadian
juga kecerdasan seseorang.

21

c. Teori Friedman dan Rosenman


Menurut Robbinson (2003) dan Taylor (2006) teori kepribadian
menurut Friedman dan Rosenman dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Tipe kepribadian A
Ciri-ciri orang yang memiliki tipe kepribadian A :
a) Selalu bergerak, berjalan, dan makan dengan cepat
b) Merasa tidak sabar
c) Berjuang untuk berpikir atau melakukan dua hal atau lebih
secara terus menerus atau melakukan pekerjaan yang berbedabeda dalam waktu yang sama
d) Tidak dapat mengatasi waktu untuk bersantai
e) Ambisius
f) Kritis terhadap diri sendiri
g) Bersaing atau kompetitif
h) Permusuhan (mudah marah)
i) Agresif
j) Suka mendahului
k) Tidak mudah puas
l) Mengharapkan penghargaan
m) Tegas
2. Tipe kepribadian B
Kebalikan dari orang berkepribadian A adalah tipe kepribadian B.
Ciri-ciri dari orang tipe B :

22

a) Tidak pernah merasa tertekan


b) Tidak terburu-buru karena keterbatasan waktu
c) Merasa tidak perlu memperlihatkan atau mendiskusikan
keberhasilan mereka
d) Tidak merisaukan posisi
e) Tidak kompetitif
f) Dapat bersantai tanpa merasa bersalah
g) Berbicara dan bersikap lebih tenang
h) Lebih terbuka untuk memperluas pengalaman hidup
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian
Menurut Yusuf dan Nurihsan (2007) faktor yang mempengaruhi
kepribadian yaitu :
a. Faktor genetik
Kromosom manusia yang berjumlah 46 di dalamnya terdapat beriburibu gen yang mengandung sifat-sifat fisik dan psikis individu atau
yang

menentukan

potensi-potensi

hereditasnya.

Masa

dalam

kandungan dipandang sebagai saat (periode) yang kritis dalam


perkembangan kepribadian, tetapi juga sebagai masa pembentukan
kemampuan-kemampuan penyesuaian individu terhadap kehidupan
setelah kelahiran. Gen tidak secara langsung berpengaruh terhadap
kepribadian, karena yang dipengaruhi secara langsung adalah kualitas
sistem syaraf, keseimbangan biokimia tubuh dan struktur tubuh.

23

b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi kepribadian adalah :
1) Keluarga
Keluarga

dipandang

sebagai

penentu

utama

pembentukan

kepribadian anak. Alasannya adalah keluarga merupakan kelompok


sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak, anak banyak
menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga, dan para anggota
keluarga

significant

merupakan

kepribadian

anak.

Suasana

people

keluarga

bagi

sangat

pembentukan
penting

bagi

perkembangan kepribadian anak.


2) Kebudayaan
Setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras, atau suku) memiliki
tradisi, adat, atau kebudayaan yang khas yang mempengaruhi
setiap warganya baik yang menyangkut cara berfikir (cara
memandang sesuatu), cara bersikap, atau cara berperilaku.
Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian dapat dilihat dari
perbedaan antara masyarakat modern, yang gaya hidupnya maju
dengan masyarakat primitif, yang budayanya masih sederhana.
Perbedaan ini terlihat dari gaya hidupnya seperti dalam cara
makan,

berpakaian,

memelihara

pencaharian dan cara berfikir.

kesehatan,

berinteraksi,

24

3) Sekolah
Lingkungan sekolah dapat mempengaruhi kepribadian anak.
Faktor-faktor yang dipandang berpengaruh itu diantaranya sebagai
berikut :
a) Iklim emosional kelas
Kelas yang iklim emosinya sehat (guru bersikap ramah dan
respek terhadap siswa dan begitu juga perilaku sesama teman)
memberikan dampak positif bagi perkembangan psikis anak,
seperti merasa nyaman, bahagia, mau bekerja sama, termotivasi
untuk belajar, dan mau menaati peraturan. Sedangkan kelas
yang iklim emosinya tidak sehat (guru bersikap otoriter, dan
tidak menghargai siswa) berdampak kurang baik bagi anak,
seperti masa tegang, nervous, sangat kritis, mudah marah,
malas untuk belajar, dan berperilaku yang mengganggu
ketertiban.
b) Sikap dan perilaku guru
Sikap dan perilaku guru tercermin dalam hubungannya dengan
siswa. Sikap dan perilaku guru, secara langsung perhatiannya
terhadap siswa. Secara tidak langsung pengaruh guru ini terkait
upayanya

membantu

siswa

kemampuan penyesuaian sosialnya.

dalam

mengembangkan

25

c) Disiplin (tata tertib)


Tata tertib ini ditujukan untuk membentuk sikap dan tingkah
laku siswa. Disiplin yang otoriter cenderung mengembangkan
sifat-sifat pribadi siswa yang tegang, cemas, dan antagonistik.
Disiplin yang permisif, cenderung membentuk siswa yang
kurang bertanggung jawab kurang menghargai otoritas dan
egoistis, sementara disiplin yang demokratis, cenderung
mengembangkan perasaan berharga, merasa bahagia, perasaan
tenang, dan sikap bekerja sama.
d) Prestasi belajar
Perolehan

prestasi

belajar

atau

peringkat

kelas

dapat

mempengaruhi peningkatan harga diri dan sikap percaya diri


siswa.
e) Penerimaan teman sebaya
Siswa

yang

diterima

oleh

teman-temannya,

dia

akan

mengembangkan sikap positif terhadap dirinya, dan juga orang


lain. Dia merasa menjadi orang yang berharga.

26

C. Kerangka Teori
Perubahan hormon estrogen dan progesteron
Sindrom premenstruasi :
Gejala fisik :
1. Migraine
2. Payudara terasa nyeri
3. Perut terasa penuh
4. Kram perut
5. Peningkatan nafsu makan
6. Peningkatan berat badan
7. Pegal pada seluruh badan
8. Jerawat
9. Lemah
Gejala psikologi :
1. Depresi, tidak bergairah, sedih, penurunan konsentrasi, menarik diri dan
mudah marah, mudah tersinggung dan mudah menangis.
2. Senang mencari kesalahan
3. Tidak ramah, rasa bermusuhan
4. Sulit mengambil keputusan
5. Mudah lupa
6. Bingung

1.
2.

Faktor yang mempengaruhi kepribadian :


Faktor Genetik
Faktor Lingkungan
a. Keluarga
b. Kebudayaan
c. Sekolah (Iklim emosional kelas ; sikap dan perilaku guru ;
disiplin ; prestasi belajar ; penerimaan teman sebaya)

Kepribadian A :
1. Bergerak dengan cepat
2. Tidak sabar
3. Melakukan dua hal atau lebih dalam waktu
yang sama
4. Tidak dapat santai
5. Ambisius
6. Kritis
7. Bersaing atau kompetitif
8. Permusuhan : mudah marah
9. Agresif
10. Suka mendahului
11. Tidak mudah puas
12. Mengharapkan penghargaan

Kepribadian B :
1. Tidak tertekan
2. Tidak terburu-buru
3. Tidak mendiskusikan keberhasilan
mereka
4. Tidak merisaukan posisi
5. Tidak kompetitif
6. Dapat bersantai
7. Berbicara dengan sikap tenang
8. Lebih terbuka

Gambar 1. Kerangka Teori


Sumber : Robinson (2003) dan Taylor (2006) ; Yusuf dan Nurihsan (2007) dan Dickerson (2003)

27

D. Kerangka Konsep
Sindrom Premenstruasi

Kepribadian A

Kepribadian B

Gambar 2. Kerangka Konsep

E.

Hipotesis
Sindrom premenstruasi pada tipe kepribadian A dan tipe kepribadian B
mahasiswi

Fakultas

Ilmu

Kesehatan

Purwokerto angkatan 2009-2010.

Universitas

Muhammadiyah

Anda mungkin juga menyukai