Anda di halaman 1dari 4

Pendahuluan

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian


oleh Apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sediaan farmasi yang dimaksud
adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Obat adalah bahan atau paduan
bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
(Keputusan Menkes RI Nomor 35 tahun 2014). Menurut Hartini dan Sulasmono (2006),
apotek merupakan tempat pengabdian dan praktek profesi apoteker dalam melakukan
pekerjaan kefarmasian untuk membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang
optimal

bagi

masyarakat.

Untuk

menunjang

fungsi

tersebut

apotek

dituntut

menyelenggarakan pelayanan farmasi yang berkualitas.


Berdasarkan

kewenangan

pada

peraturan

perundang-undangan,

pelayanan

kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan
obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan komprehensif meliputi pelayanan obat
dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian menyatakan
bahwa pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan kefarmasian tersebut harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Peran
Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat
melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah
pemberian informasi Obat dan konseling kepada pasien yang membutuhkan.
Adapun ruang lingkup standar pelayanan kefarmasian di apotek yaitu meliputi 2 (dua)
kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik. Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek disusun bertujuan sebagai pedoman praktek apoteker dalam
menjalankan profesi, untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional,

dan melindungi profesi dalam menjalankan praktik kefarmasian (Anonim, 2004). Kegiatan
tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan prasarana. Oleh sebab itu,
standar pelayanan farmasi sangat diperlukan dalam menjalankan suatu apotek. Jika suatu
apotek tidak menggunakan standar pelayanan farmasi dalam menjalankan apotek maka tidak
akan tercapai derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Karena pelayanan farmasi
adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan
kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien/masyarakat (Hartini dan Sulasmono,
2006).
Berdasarkan Keputusan Menkes RI Nomor 35 tahun 2014, pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan

yang

berlaku

meliputi

perencanaan,

pengadaan,

penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.

penerimaan,

Pengelolaan Sediaan Farmasi dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku


meliputi :
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan waktu pengadaan sediaan
farmasi dengan hasil kegiatan pemilihan, agar terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah,
tepat waktu serta efisien. Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan perkiraan jenis dan
jumlah obat yang mendekati kebutuhan, meningkatkan penggunaan obat secara rasional dan
meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Proses perencanaan sediaan farmasi dapat

dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:


a. Pola penyakit
perencanaan sediaan farmasi yang sesuai data jumlah pengunjung dan jenis penyakit
yang banyak di keluhkan atau di konsultasikan dengan APA di Apotek, hal ini juga dapat
di lihat dari data-data yang sesuai.
b. Kemampuan/daya beli masyarakat
perencanaan perbekalan farmasi yang sesuai hasil analisis data konsumsi obat pada
periode sebelumnya yang dapat dilihat dari resep-resep yang masuk setiap hari. jika obat
atau barang yang habis atau laku keras maka dilakukan perencanaan pemesanan obat
tersebut.
c. Budaya masyarakat (kebiasaan masyarakat setempat)
Ada beberapa macam metode perencanaan, yaitu:
a. Metode Epidemiologi
Perencanaan dengan metode ini dibuat berdasarkan pola penyebaran penyakit dan pola
b.

pengobatan penyakit yang terjadi dalam masyarakat sekitar.


Metode Konsumsi
Perencanaan dengan metode ini dibuat berdasarkan data pengeluaran barang periode lalu.
Selanjutnya, data tersebut dikelompokkan dalam kelompok fast moving (cepat beredar)

c.

maupun yang slow moving (lambat beredar).


Metode Kombinasi
Metode ini merupakan gabungan dari metode epidemiologi dan metode konsumsi.
Perencanaan pengadaan barang dibuat berdasarkan pola penyebaran penyakit dan
melihat kebutuhan sediaan farmasi periode sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai