Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH KONDISI, PERLAKUAN DAN BERAT

SAMPEL TERHADAP EKSTRAKSI ANTOSIANIN DARI


KELOPAK BUNGA ROSELA DENGAN PELARUT
AQUADEST DAN ETANOL
Rosdiana Moeksin, Stevanus Ronald HP
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Abstrak
Rosela merupakan tanaman yang kaya akan manfaat, serat batangnya dapat dimanfaatkan
sebagai sebagai bahan baku pembuatan tali dan karung goni, biji dapat digunakan sebagai
pengganti jarak dan yang terutama pada kelopak bunganya terdapat zat antosianin yang dapat
digunakan sebagai pewarna bahan pangan yang bermanfaat bagi kesehatan karena kandungan gizi
serta zat aktif yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan pengambilan antosianin dari kelopak bunga
rosela dengan mengamati pengaruh kondisi, perlakuan dan berat sampel terhadap pelarut aquadest
dan etanol untuk menghasilkan antosianin yang terbaik. Antosianin diperoleh dengan metode
ekstraksi, diperoleh kondisi kering oven dengan perlakuan gerus serta berat 25 gr yang paling baik
unutk menghasilkan % yield antosianin ptimal sebesar 74,790% dengan menggunakan pelarut
etanol pada konsentrasi 96%.
Kata kunci : rosela, antosianin, ekstraksi

Abstract
Rosela is a plant that is rich in benefits, fiber can be used as the stem as a raw material for
making ropes and gunny, seeds can be used instead of the distance and the sheath, especially in the
interest antosianin there is a substance that can be used as a food coloring is useful for health care
because of the womb nutrition and active substances that can cure various diseases.
This study aims to optimize the sheath antosianin of interest rosela with the influence of the
condition, treatment and weight of the sample solvent aquadest and ethanol to produce the best
antosianin. Antosianin obtained with the method of extraction, obtained with the oven dry condition
smalling partikel treatment and weight 25 gr unutk the most well produced antosianin ptimal% yield
of 74.790% with the use of ethanol solvent concentration 96%.
Keywords: rosela, antosianin, extraction

Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009

11

I. PENDAHULUAN
Tanaman rosela merupakan tanaman hias luar
ruangan yang merupakan jenis dari tanaman sepatu.
Tanaman rosella (sabdariffa hibiscus linn) merupakan
tanaman yang sangat dikenal saat ini karena pada
kelopak bunga rosella dapat digunakan sebagai
minuman kesehatan yang dapat menyembuhkan
berbagai penyakit. Selain itu, bagian dari tanaman ini
memiliki manfaat lain, pada serat batang dapat
dimanfaatkan sebagai sebagai bahan baku pembuatan
tali dan karung goni dan buahnya memiliki kandungan
yang sama dengan biji jarak. Kelopak bunga rosela
mengandung zat warna antosianin dengan kadar yang
relatif tinggi, sehingga kelopak bunga rosela
mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber
zat warna alami pada bahan pangan yang bermanfaat
bagi kesehatan.
Penelitian ini menggali potensi dan manfaat lain
dari bunga rosela, terutama kelopak bunga rosela yang
memiliki antosianin yang dapat digunakan sebagai
pewarna alami pada bahan pangan yang memiliki
bermanfaat bagi kesehatan. Antosianin adalah
kelompok pigmen yang menyebabkan warna kemerahmerahan, letaknya di dalam cairan sel yang bersifat
larut dalam larutan polar. Larutan pengekstrak yang
digunakan pada penelitian ini adalah aquadest dan
etanol. Dipilihnya etanol sebagai pelarut dalam
mengekstrak karena antosianin adalah pigmen yang
sifatnya polar dan akan larut dengan baik dalam
pelarut-pelarut polar, sementara aquadest digunakan
sebagai pelarut pembanding dalam memperoleh
antosianin yang terbaik.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1) Mengetahui pengaruh jenis pelarut untuk
memperoleh % yield antosianin yang terbaik.
2) Mengetahui pengaruh kondisi (basah, kering dan
kering oven) terhadap jenis pelarut yang dipakai
untuk menghasilkan % yield antosianin yang
terbaik.
3) Mengetahui pengaruh perlakuan (langsung dan
gerus) dan berat (15 gr, 20 gr dan 25 gr) terhadap
pelarut yang dipakai untuk menghasilkan % yield
antosianin yang terbaik.

subtropis. Awalnya tanaman rosela jenis Hibiscus


Cannabinus terkenal sebagai tanaman yang
memiliki kaya akan serat sehingga tidak heran
awalnya tanaman ini dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan tali dan karung goni. Akan tetapi
seiring perkembangan zaman penggunaan rosela
Hibiscus Cannabinus sebagai serat alami
tergantikan dengan adanya serat sintetis.
Namun jenis lain dari rosela Hibiscus
Sabdariffa memiliki potensi yang lebih besar,
selain batangnya digunakan sebagai bahan baku
pengganti rami, biji dan kelopaknya dapat
digunakan dalam bahan pangan. Di dalam biji
rosela terdapat kandungan menyerupai jarak pagar
kasar dan pada kelopak bunga rosella dapat
digunakan sebagai pewarna alami yang memiliki
banyak manfaat bagi kesehatan.
2.1.1.

Manfaat Tanaman Rosela

Kelopak bunga rosela dapat dimanfaatkan


sebagai bahan salad, saus sup, the rosela, sari
buah, koktail, asinan, selai, puding, jelly dan
berbagai produk olahan lainnya. Di Sudan,
kelopak bunga rosela diolah menjadi minuman
tradisional yang dinamakan Kardekh dan
merupakan minuman kebangsaan. (Amanda dan
Prima)
Zat aktif yang paling berperan dalam kelopak
bunga rosela meliputi : gossypetin, antosianin, dan
glukosida hibisci yang dapat menyebuhkan
diuretik koleretik, penurun viskositas darah,
pengurang tekanan darah, TBC dan perangsang
peristaltik usus. Selain itu,kelopak bunga rosela
juga berkhasiat sebagai antiseptik, antibakteri,
antiradang, menurunkan panas, mencegah
gangguan jantung dan kanker darah.
Berdasarkan DEPKES RI. No SPP.
1065/35.15/05 kandungan gizi yang terdapat
dalam kelopak bunga rosela adalah :
Tabel 2.1 Kandungan gizi pada kelopak rosela
Kandungan
Kalori
Air
Protein
Lemak

100 gr
Kelopak Segar
44 kal
86,2%
1,6 gr
0,1 gr

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Rosela
Tanaman rosela merupakan tanaman sejenis
kembang sepatu (Hibiscus) yang berasal dari India
Timur yang dapat tumbuh pada iklim tropis dan

12

Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009

Sambungan Tabel 2.1.


Kandungan
Karbohidrat
Serat
Abu
Fosfor
Besi
Betakaroten
Vitamin C
Tiamin (vitamin B1)
Riboflavin
(vitamin B2)
Niasin (vitamin B3)

100 gr
Kelopak Segar
11,1 gr
2,5 gr
1,0 gr
60 mg
3,8 mg
285 ig
14 mg
0,04 mg
0,6 mg
0,5 mg

2.2.1 Antosianin
Antosianin memiliki rumus struktur sebagai berikut
:

Gambar 2.1 stuktur molekul antosianin

pengontakkan
terjadi,
mekanisme
yang
berlangsung adalah peristiwa pelarutan dan difusi.
Pelarutan merupakan peristiwa penguraian suatu
molekul zat menjadi komponennya, baik berupa
molekul molekul atom atom maupun ion
ion, karena pengaruh pelarut cair yang
melingkupinya. Partikel partikel yang
terlarutkan ini berkumpul di permukaan antara
(interface) padatan dan terlarut. Bila peristiwa
pelarutan masih berlangsung, maka terjadi difusi
partikel partikel zat terlarut dari lapisan antara
fase menembus lapisan permukaan pelarut dan
masuk ke dalam badan pelarut dimana zat
terdistribusikan merata. Jadi difusi terjadi di fase
padat diikuti difusi fase cair. Peristiwa ini terus
berlangsung sehingga keadaan setimbang tercapai
(Bird et,al 1980).
2.4

Metode Evaporasi

Evaporasi adalah menguapkan cairan yanga


ada pada larutan, sehingga diperoleh suatu larutan
yang lebih pekat (thick liquor). Alat untuk
melakukan
evaporasi
adalah
evaporator.
Evapaorator merupakan suatu alat yang digunakan
untuk mengevaporasi sebagian atau seluruh
pelarut dari suatu larutan. Hasilnya biasanya
berupa zat padat atau konsentrat dari larutan. Jika
hasilnya zat padat, panas yang dibutuhkan untuk
penguapan larutan harus disuplai ke suspensi zat
padat pada larutan, jika tidak alat tersebut
dikasifikasikan sebagai pengering

Antosianin adalah kelompok pigmen yang


berwarna merah, yang tersebar luas pada tanaman.
Terdapat beraneka ragam bunga, daun dan buah yang
memilliki warna yang menarik, disebabkan adanya
pigmen ini di dalam selnya.
Seluruh senyawa antosianin merupakan
senyawa susunan yang merupakan senyawa turunan
dari kation flavium. Dua puluh jenis senyawa telah
ditemukan, tetapi yang memegang peranan penting
dalam bahan pangan yaitu pelargonidin, sianidin,
delfinidin, peonidin, petunidin, dan malvidin. (Francis,
1985). Terdapat lima jenis gula yang ditemui pada
molekul antosianin, yaitu glukosa, rhamosa, galaktosa,
xilosa dan arbinosa. Molekul lain yang terdapat/melekat
pada inti kation flavium adalah p-coumaric, ferulik,
kafeik, malonik, vanilik, atau asam asetat. Satu atau
lebih molekul tersebut dapat teresterifikasi pada
molekul gulanya (Francis, 1985).
Antosianin dengan metil atau fenil pada atom
karbon nomor 4 memiliki stabilitas yang baik, bahkan
stabilitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan bahan
pewarna merah sintetis (Francis, 1985).

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat yang digunakan :
1) Blender
2) Soklet ekstraktor
3) Alat evaporasi
4) Sentrifuge
5) Pompa vakum
6) Spektrometer
7) Termometer
8) Tabung reaksi
9) Gelas ukur
10) Botol sampel
11) Neraca analitis

2.3 Metode Ekstraksi

3.1.2 Bahan yang digunakan :

Ekstraksi
merupakan
dilakuan
dengan
mengontakkan padatan dengan pelarut sehingga
diperoleh larutan yang diinginkan yang kemudian
dipisahkan dari padatan sisanya. Pada saat

1) Kelopak bunga rosela


2) Etanol 96%
3) Aquadest

Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009

III. METODELOGI PENELITIAN

13

3.3 Prosedur Penelitian

3.4.1 Berat Rendemen

3.3.1 Persiapan Bahan Baku


Kelopak bunga rosela yang telah dicuci bersih
dipisahklan berdasarkan kondisi dan perlakuan yang
akan dilakukan pada kelopak bunga rosela. Timbang
berat kelopak bunga rosella menjadi 15 gr, 20 gr dan 25
gr berdasarkan kondisi dan perlakuan yang dilakukan
pada kelopak bunga rosella dan dibungkus dengan
kertas saring.

Berat Rendemen = berat sebelum ekstraksi


berat setelah ekstraksi

3.3.2
Persiapan Pelarut
Pelarut yang digunakan adalah aquadest dan etanol
(96%) dengan volume yang sama yaitu 200 ml.
Aquadest dan etanol merupakan pelarut organik yang
bersifat tidak bersifat beracun sehingga aman
digunakan sebagai pelarut bahan pangan.

3.4.2 Penentuan (% yield) Antosianin


% yield = berat setelah ekstraksi berat stelah
ekstraksi / berat stelah ekstraksi
3.4.3 Uji Identifikasi Antosianin
Hasil ekstraksi yang diperoleh diambil
sebanyak 7 ml, tambahkan 2 tetes NaOH 10%
sehingga terjadi perubahan warna menjadi coklat,
dan kemudian tambahkan HCl pekat sebanyak 2
tetes sehingga warnanya kembali merah.
3.4.4 Penentuan Daya Absorbansi Antosianin

3.3.3
Tahap Ekstraksi
Pada tahap ini, ekstraksi dilakukan didalam alat
sokhlet. Kelopak bunga rosella yang telah dibedakan
berdasarkan variable kondisi, perlakuan dan berat dari
sampel dibungkus dengan menggunakan kertas saring
dan diekstraksi selama 4 jam dengan pelarut aquadest
dan etanol (96%)

Siapkan blanko antosianin (reagen antosianin


+ aquadest), kemudian siapkan sample hasil
ekstraksi yang telah diencerkan sebanyak 50 kali
pengenceran.
Ukur
absorbansi
dengan
menggunakan alat Spectronic dengan panjang
gelombang 450, 500, 550 dan 600 nm

3.3.4
Sentrifuse
Hasil ekstraksi yang didapatkan merupakan ekstrak
yang belum murni karena masih bercampur dengan
pelarut (aquadest dan etanol) dan partikel-partikel kecil
oleh karena itu dilakukan sentrifuse. Sentrifuse
bertujuan untuk memisahkan partikel-partikel padat
yang berukuran kecil yang terikut dalam hasil ekstraksi
sehingga partikel-partikel tersebut mengendap didasar
tabung. Sentrifuse dilakukan selama kurang lebih 5
menit dengan kecepatan 6000 rpm.
3.3.5 Penyaringan Filtrat
Penyaringan hasil ekstraksi dilakukan setelah ekstrak
disentrifuse, penyaringan dirangkai dengan pompa
vakum dan kertas saring sebagai penyaring padatan
yang sangat kecil. Ambil sample yang lolos dari kertas
saring, lalu didapat filtrat pigmen.
3.3.6 Evaporasi
Evaporasi dilakukan berdasarkan titik didih pelarut
pada aquadest dengan temperatur 1000C dan etanol
dengan temperatur 80 0C. Evaporasi bertujuan untuk
menguapkan dan mengambil pelarut yang masih
bercampur dengan antosianin sehingga larutan menjadi
pekat.
3.4 Proses Analisa

14

Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Uji Identifikasi Antosianin

4.1 Hasil Ekstraksi Antosianin

Pelarut

Kondisi
Sampel

Perlakuan
Sampel
Langsung

Basah
Gerus

Langsung
Aquad
est

Kering
Gerus

Langsung
Kering
Oven
Gerus

Langsung
Basah
Gerus

Langsung
Etanol

Kering
Gerus

Langsung
Kering
Oven
Gerus

Berat
Sampel
(gr)
15 gr
20 gr
25 gr
15 gr
20 gr
25 gr
15 gr
20 gr
25 gr
15 gr
20 gr
25 gr
15 gr
20 gr
25 gr
15 gr
20 gr
25 gr
15 gr
20 gr
25 gr
15 gr
20 gr
25 gr
15 gr
20 gr
25 gr
15 gr
20 gr
25 gr
15 gr
20 gr
25 gr
15 gr
20 gr
25 gr

% Yield
Antosianin
3,493
4,102
4,975
5,498
7,598
8,097
37,480
38,031
38,996
40,079
41,742
42,745
48,246
49,274
51,278
53,157
53,981
55,385
6,106
7,515
7,841
8,037
9,473
10,589
52,573
53,912
55,205
56,719
58,301
60,184
67,653
68,397
69,113
71,642
73,075
74,970

Antosianin+NaOH0,1M Antosianin+NaOH0,1 M
+ HCl Pekat
4.3 Penentuan Daya Absorbansi Antosianin
N
o

Kode Sampel
Kondisi kering
Perlakuan sampel
gerus
Berat sampel 25
gr
Pelarut aquadest
Kondisi kering
oven
Perlakuan sampel
langsung
Berat sampel 25
gr
Pelarut etanol
Kondisi kering
oven
Perlakuan sampel
gerus
Berat sampel 25
gr
Pelarut etanol

4.3.1

%Yield

(nm)

Absorba
nsi

Konse
ntrasi

42,475

450
599
550
600

1,310
1,340
1,815
0,327

2,763
2,549
2,116
0,785

69,113

450
500
550
600

1,982
1,817
1,495
1.053

3,541
3,067
2,493
1,301

74,970

450
500
550
600

2,301
2,098
1,709
1,526

3,906
3,574
3,362
2,839

Pembahasan

Proses penelitian ini menggunakan metode


ekstraksi dengan beberapa variabel yakni
kondisi sampel (basah, kering dan kering
oven), perlakuan sampel (langsung dan
digerus), dan berat sampel (15 gr, 20 gr dan 25
gr) dari kelopak bunga rosela. Proses ekstraksi
terjadi didalam sokhlet dengan memanfaatkan
perbedaan kelarutan (solubilitas) dari kelopak
bunga rosela terhadap pelarut aquadest dan etanol.
Hasil ekstraksi menggunakan pelarut
aquadest menghasilkan antosianin yang tidak
optimal dibandingkan dengan menggunakan
pelarut etanol yang bersifat polar sehingga sangat
baik digunakan dalam proses ekstraksi antosianin.
Pelarut etanol pada ekstraksi ini akan

Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009

15

4.3.2 Mengetahui Pengaruh Pelarut Terhadap %


Yield Antosianin pada Kondisi dan Perlakuan
Sampel

% Yield Antosianin

Penelitian mengenai pengaruh pelarut yang


dilakukan untuk membandingkan pengaruh pelarut
terbaik untuk menghasilkan % yield antosianin yang
terbaik dari kelopak bunga rosela dengan kondisi
sampel basah, kering, dan kering oven pada perlakuan
langsung dan gerus serta dengan membandingkan
kondisi berat 15 gr, 20 gr dan 25 gr. Pelarut yang
digunakan pada proses ekstraksi adalah aquadest dan
etanol dengan volume yang sama yaitu 200ml. Proses
ekstraksi dilakukan selama 4 jam. untuk memperoleh
antosianin yang optimal akan tetapi apabila lebih dari 4
jam akan merusak warna antosianin yang dihasilkan
menjadi berwarna coklat hitam (gosong).
60

Basah, Perlakuan
Langsung
Basah, Perlakuan
Gerus
Kering, Langsung

50
40
30
20

Kering, Gerus

10
0

Kering Oven,
Langsung
Kering Oven, Gerus

10

20

30

Berat Sampel (gr)

Gambar 4.2 % Yield Ekstraksi dengan Pelarut


Aquadest
Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa % yield
antosianin yang didapatkan pada ekstraksi dengan
menggunakan pelarut aquadest pada kondisi kering
oven gerus dengan berat sampel 25 gr menghasilkan %
yield antosianin yang terbaik yaitu sebesar 55,385%.
Hal ini dikarenakan semakin kecil ukuran sampel
semakin besar luas kontak area permukaan dengan
pelarut sehingga menghasilkan antosianin yang terbaik
dibandingkan dengan kondisi basah dan kering dengan
perlakuan langsung.

16

% Yield Antosianin

menghasilkan antosianin yang lebih baik hal ini dapat


dilihat dari % antosianin dan berat rendemen yang
dihasilkan. Untuk menghilangkan pelarut yang masih
tersisa pada sampel maka dilakukan evaporasi.
Evaporasi dilakukan diatas titik didih pelarut agar
pelarut dapat dipisahkan dari sampel. Hasil antosianin
yang diperoleh dengan pelarut etanol memiliki aroma
asam kelopak bunga rosela yang lebih menyengat
dibandingkan dengan mengunkan aquadest.

Basah, Perlakuan
Langsung

80
70
60
50
40
30
20
10
0

Basah, Perlakuan
Gerus
Kering, Langsung

Kering, Gerus

Kering Oven,
Langsung

10

20

30
Kering Oven, Gerus

Berat Sampel (gr)

Gambar 4.3 % Yield antosianin dengan


Pelarut Etanol
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat
bahwa kondisi basah dengan menggunakan
pelarut etanol menghasilkan % yield antosianin
yang cukup besar yaitu 6,106 % yield antosianin
dengan perlakuan langsung dan berat 15 gr
sementara pada perlakuan gerus menghasilkan
antosianin sebesar 8,037% yield antosianin. Hal
ini sangat berbeda dengan hasil ekstraksi dengan
menggunakan pelarut aquadest pada kondisi basah
dengan perlakuan langsung dan 15 gr dihasilkan
3,493% yield antosianin dan pada kondisi basah
dengan perlakuan langsung dan berat 15 gr
menghasilkan 5,498% yield antosianin.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut
etanol menghasilkan % yield antosianin yang
terbaik hal dapat dilihat dengan dari kedua
gambar grafik 4.1 dan 4.2 terdapat perbedaan
yang cukup besar, baik pada kondisi basah, kering
dan kering oven dengan perlakuan langsung dan
gerus serta dengan berat 15 gr, 20 gr dan 25 gr.
Sementara itu berdasarkan sifat fisik sampel
antosianin terlihat bahwa antosianin yang
dihasilkan dengan menggunakan pelarut etanol
menghasilkan warna yang lebih cerah dan
menarik dibandingkan dengan menggunakan
pelarut aquadest yang cederung menghasilkan
warna yang tidak begitu cerah. Hal ini disebabkan
oleh karena pelarut etanol sangat baik digunakan
sebagai pelarut antosianin, selain menghasilkan
warna yang cerah juga disebabkan oleh karena
etanol bersifat polar dan tidak beracun sehingga
aman digunakan sebagai pelarut pada bahan
pangan.

Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009

Akan tetapi, hasil antoasianin yang dihasilkan


menggunakan pelarut etanol akan menyisahkan bau
etanol yang menyengat pada sampel antosianin hal ini
disebabkan adanya etanol yang masih terkandung
didalam sampel antosianin sehingga perlu dilakukan
proses evaporasi. Setelah dilakukan proses evaporasi
dengan menggunakan evaporator kurang lebih selama
15 menit pada temperatur 80oC bau etanol tersebut
hilang sehingga dihasilkan bau asam khas antosianin
dari kelopak bunga rosella serta sampel yang lebih
pekat.
4.3.3
Mengetahui Pengaruh Perlakuan Sampel
Terhadap % Yield Antosianin pada Jenis
Pelarut, Kondisi , dan Berat Sampel

% Yield Antosianin

80

Pelarut Etanol,
Kondisi Basah

70

Pelarut Aquadest,
Kondisi Basah

60
50

Pelarut Etanol,
Kondisi Kering

40
30

Pelarut Aquadest,
Kondisi Kering

20
10

Pelarut Etanol,
Kondisi Kering Oven

0
10

20
Berat Sampel (gr)

30

Pelarut Aquadest,
Kondisi Kering Oven

Gambar 4.4 Pengaruh Perlakuan Sampel Terhadap


% Yield Antosianin
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa
ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol
menghasilkan % yield antosianin yang lebih besar hal
ini dapat dilihat pada perbedaan % yield antosianin
yang dihasilkan dari kedua pelarut yang digunakan
yaitu pelarut aquadest dan pelarut etanol. Pada kondisi
kering oven, dengan perlakuan langsung dan berat
sampel 25 gr dengan menggunakan pelarut etanol
menghasilkan % yield antosianin sebesar 69,113
No
dibandingkan dengan menggunakan pelarut
aquadest menghasilkan % yield antosianin
sebesar 51,278 %.
Sementara pada kondisi kering oven,
dengan perlakuan gerus dan berat sampel 25 gr
dengan
menggunakan
pelarut
etanol
menghasilkan % yiled antosianin paling terbaik
sebesar 74,970% dibandingkan dengan pelarut
aquadest dengan kondisi, perlakuan dan berat
yang sama menghasilkan % yield antosianin
sebesar 55,385. Sehingga kondisi, perlakuan dan
berat terbaik terjadi pada kondisi kering oven
dengan perlakuan gerus dan berat 25 gr, hal ini

Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009

dikarenakan tidak adanya kandungan air pada


kondisi kering oven yang disebbkan pengeringan
denegn menggunakan oven lebih baik dan optimal
bila dibandingkan dengan kondisi basah dan
kering sehingga proses ekstraksi dapat
berlangsung secara sempurna tanpa berkurangnya
konsentrasi pelarut yang diakibatkan secara tidak
langsung air yang bercampur dengan pelarut pada
proses ekstraksi.
Kondisi sampel sangat berpengaruh dalam
menghasilkan % yield antosianin yang terbaik,
semakin rendah kandungan air maka proses
ekstraksi semakin baik. Selain itu, perlakuan
sampel sangat berperan dalam menghasilkan %
yield antosianin yang terjadi pada proses
ekstraksi, semakin kecil permukaan sampel akan
menghasilkan antosianin yang terbaik. Hal ini
dapat dilihat pada gambar bahwa kondisi kering
oven dan perlakuan gerus menghasilkan % yield
antosianin terbesar dibandingkan dengan kondisi
basah, kering dengan perlakuan langsung.
Faktor lainnya yang sangat berperan penting
dalam menghasilkan % yield antosianin yang
optimal adalah berat dari sampel kelopak bunga
rosella, semakin berat sampel maka akan semakin
besar pula % yield antosianin yang dihasilkan. Hal
ini dapat dilihat dari gambar bahwa pada berat
sampel 25 gr menghasilkan % antosianin yang
terbaik pada kondisi basah, kering dan kering
oven serta pada perlakuan langsung dan gerus.
4.3.4

Mengetahui
Antosianin
Antosianin

Pengaruh
Terhadap

% Yield
Absorbansi

Tabel 4.2 Identifikasi Analisa Absorbansi


Antosianin
Kode Sampel
Kondisi kering
Perlakuan sampel
gerus
Berat sampel 25 gr
Pelarut aquadest
Kondisi kering oven
Perlakuan sampel
langsung
Berat sampel 25 gr
Pelarut etanol
Kondisi kering oven
Perlakuan sampel
gerus
Berat sampel 25 gr
Pelarut etanol

%Yiel
d

(nm)

Absorban
si

42,475

450
599
550
600

1,310
1,340
1,815
0,327

69,113

450
500
550
600

1,982
1,817
1,495
1.053

74,970

450
500
550
600

2,301
2,098
1,709
1,526

Konsentrasi

2,763
2,549
2,116
0,785
3,541
3,067
2,493
1,301
3,906
3,574
3,362
2,839

17

80

70

50

Analisa absorbansi antosinain ini bertujuan untuk


mengetahui seberapa besar kemampuan sampel
antosianin yang dihasilkan dari kelopak bunga rosella
untuk menyerap panjang gelombang sehingga sampel
antosianin dapat digunakan sebagai pewarna bahan
pangan.dan dapat bercampur dengan senyawa lain
teruitama air, Absorbansi merupakan kadar kepekatan
atau intensitas warna suatu larutan.
Pada analisa ini dilakukan dengan sampel
antosianin yang terlebih dahulu dipekat dengan proses
evaporasi untuk memisahkan pelarut yang masih tersisa
pada sampel antosianin. Analisa dilakukan dengan
perbandingan air dan sampel antosianin 1 : 50 , dimana
sampel antosianin sebesar 1 ml dilarutkan kedalam 50
ml. Hasil perncampuran menunjukkan bahwa
kandungan antosianin rosella sangat baik sebagai
pewarna bahan pangan.

2.5
Absorbansi

anin

60

2
1.5
1
0.5
0
400
500
600
700
Panjang Gelombang
(nm)

Kering, gerus,
25 gr,
Aquadest

Berdasarkan hasil penelitian yang lakukan


dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelarut terbaik untuk ekstraksi antosianin dari
kelopak bunga rosela adalah dengan pelarut
etanol (96%).
2. Kondisi terbaik untuk ekstakrsi antosianin
dari kelopak bunga rosela adalah kondisi
kering oven.
3. Perlakuan terbaik dalam ekstrksi antosianin
dari kelopak bunga rosela adalah perlakuan
gerus untuk memperluas area permukaan
kontak terhadap pelarut sehingga terjadi
proses ekstraksi antosianin yang optimal.
4. Berat terbaik dalam ekstraksi antosianin dari
kelopak bunga rosela adalah dengan berat 25
gr.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Kering oven,
langsung, 25
gr, etanol
Kering oven,
gerus, 25 gr,
etanol

Gambar 4.5 Perbandingan Panjang Gelombang


Terhadap Absorbansi
Pada kode sampel 1 dan kode sampel 3
pengaruh pelarut yang digunakan serta perlakuan sangat
berperan penting dalam menghasilkan % yield
antosianin. Hal ini dapat kita lihat bahwa pada sampel 1
dengan % yield sebesar 42,475% dengan panjang
gelombang 600 nm menghasilkan absorbansi 0,327
sedangkan pada kode sampel 3 dengan % yield
antosianin sebesar 74,970 pada panjang gelombang 600
nm menghasilkan absorbansi 1,526. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin besar %yield antosianin
maka semakin besar daya absorbansi terhadap larutan.

18

V. KESIMPULAN

Maryani Herti, Kristiana Lusi., Kasiat dan


Manfaat Rosela, Jakarta : Agro Media,
2008 dari www.agromedia.net.
H. faraji M., H. Tarkhani A.,The effect of Sour
Tea (Hibiscus sabdariffa on Essential
Hypertension,Ethnopharmacol
dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov.
Syamsul hidayat, Sri Sugati, dan Johny Rai
Hutapea, Inventaris Tanaman Obat
Indonesia (I), Jakarta : Departemen
Kesehatan RI, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 1991 dari
http://www.hibiscus.org.
Amanda & Prima. 2008.Khasiat Teh
Rosella.http://Amandaprima.Blogsome/20
08 / 10 / 02 / khasiat teh rosella /.
[Diakses tanggal 4 Mei 2009].
Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat
Indonesia. Ungaran : Trubus griwidya.
Stephens,
James
M.,
Roselle-Hibiscus
sabdariffa
L,
dari
http://edis.ifras.ufl.edu/MV126
Treyball,R.E. Mass Transfer Operation, Third
Edition,Mc
graw
Hill
Book
Company,Singapore,1981
Else Silviani, Erliandi.2004.,Ekstraksi Pigmen
Antosianin dari Kulit Buah Rambutan
.Palembang. Unsri.

Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009

Anda mungkin juga menyukai