Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Ragam bahasa ilmiah yang digunakan dalam karya ilmiah harus mengikuti
kaidah tata bahasa Indonesia dan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan. Karya ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Bahasa Indonesia. Karya Ilmiah ini berjudul Kesalahan Penggunaan Ejaan
dan Tanda Baca pada artikel yang berjudul Persepsi Fakta dan Bukti Hukum
Koruptor dan dalam artikel ini menunjukkan bahwa masih terdapat penggunaan
ejaan dan tanda baca yang tidak sesuai dengan standar aturan berbahasa Indonesia
yang baik dan benar.
Karya ilmiah ini disusun penulis berdasarkan kaidah tata Bahasa Indonesia
dari materi yang terdapat pada buku-buku pegangan penulis. Karya ilmiah ini juga
disusun berdasarkan ilmu yang penulis peroleh tentang penggunaan ejaan dan tanda
baca yang diajarkan kepada penulis.
Dalam menyusun karya ilmiah penulis dibantu oleh dosen pengasuh Bahasa
Indonesia Ibu Peraturen Sukapiring. Beliau telah mengarahkan penulis dengan baik
dan benar sehingga penulis dapat menulis dan menyelesaikan karya ilmiah dengan
baik dan benar.
Sebagai umat beragama penulis mengucapkan puji dan syukur kepada tuhan
Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah ini, serta tidak lupa pula ucapan terimakasih kepada ibu peraturen
sukapiring selaku dosen pengasuh mata kuliah bahasa indonesia dan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu sehingga karya ilmiah ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini belum sempurna, baik dari segi
teknik maupun segi materi. Oleh sebab itu, demi menyempurnakan karya ilmiah ini,
penulis mengharapkan kritik dan saran para pembaca sangat diharapkan untuk
menyempurnakan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 3 Januari 2015

Meilisa Delfiyana

BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang dan masalah
Bahasa indonesia adalah bahasa persatuan bangsa Indonesia yang banyak
digunakan oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia, baik itu di desa maupun di
perkotaan dan dapat mempersatukan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Dalam berbahasa indonesia terkadang masyarakat tidak menyadari kesalahan kalimat
dan kata yang digunakan tidak benar seperti menggunakan Bahasa yang tidak baku
dalam kegiatan-kegiatan resmi. Faktor faktor yang menyebabkan kesalahan tersebut
diantaranya adalah tidak meratanya ilmu pengetahuan bahasa indonesia yang sesuai
dengan kaidah tata Bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena setiap daerah
memiliki caranya masing masing dalam mempelajari bahasa Indonesia, sehingga
timbulnya perbedaan penyampaian dan pemakaian bahasa Indonesia.
Dalam penulisannya juga banyak masyarakat Indonesia sering melakukan
kesalahan-kesalahan penulisan baik itu dari segi ejaan dan tanda baca pada
khususnya. Sehingga menimbulkan kesalahan makna. Padahal pemerintah Indonesia
sudah menetapkan aturan menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan
tanda baca . Penulisan ejaan dan tanda baca sangat perlu diperhatikan sebab, dalam
penulisannya tersebut terdapat ciri khas dari bahasa indonesia yang membedakannya
dengan bahasa lain walaupun dibandingakan dengan bahasa melayu yang menjadi
asal mula bahasa indonesia.
Pelajaran bahasa Indonesia sebenarnya sudah dipelajari sejak Sekolah Dasar
(SD) sampai perguruan tinggi. Namun, kesalahan menggunakan ejaan dan tanda baca
masih banyak dijumpai dari berbagai kalangan masyarakat.
Untuk menjaga ciri khas Bahasa Indonesia pada penulisan ejaan dan tanda
baca, penulis menganalisa salah satu artikel yang berjudul Persepsi Fakta dan Bukti
Hukum Koruptor oleh Ir. Gustami harahap,MP. Penulis ingin mengetahui artikel
tersebut sudah sesuai dengan ejaan dan tanda baca yang baik dan benar atau masih
terdapat kesalahan dalam penulisannya. Kesalahan dalam menulis biasanya terjadi
karena kebiasaan penulis menggunakan ejaan yang tidak baku, serta kurangnya
pengetahuan penulis akan penggunaan ejaan dan tanda baca yang tepat. Untuk itu,
saya menulis karya ilmiah ini untuk menganalisis kesalahan menggunakan ejaan dan
tanda baca yang sering terjadi dalam menulis artikel

Permasalahan
Pengunaan ejaan dan tanda baca yang baik dan benar adalah salah satu cara
memepertahankan kebahasaan indonesia. Dari perumusan ini dapat diketahui
masalah dalam penelitian adalah:
1.)
Bagaimana tingakat pengetahuan pemahaman, dan pemakaian ejaan yang
baik dan benar oleh penulis artikel?
2.)
Bagaimana tingakat pengetahuan pemahaman, dan pemakaian tanda baca
yang baik dan benar oleh penulis artikel?

Tujuan pembahasan
Tujuan penulis menganalisa artikel tersebut untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan. Penulisan Karya Ilmiah ini juga bertujuan untuk mengetahui kesalahan
penggunaan ejaan dan tanda baca serta mengukur kemampuan penulis dalam
menggunakan ejaan dan tanda baca yang baik dan benar.

Ruang lingkup dan pembatasan


Ruang lingkup
Karya ilmiah ini membahas tentang penggunaan ejaan dan tanda baca yang
baik dan benar. Karya ilmiah ini memiliki ruang lingkup berdasarkan buku Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah. Berdasarkan buku tersebut, masalah yang akan dibahas meliputi pemakaian
huruf kapital, huruf miring, penggunaan partikel, penggunaan kata depan,
penggunaan angka, dan masih banyak lagi bagian dari ejaan. Sedangkan tanda baca
meliputi tanda titik, tanda koma, titik dua, titik koma, tanda tanya dan masih banyak
tanda-tanda baca yang telah dipelajari.
Pembatasan masalah
Untuk mempermudah proses penelitian, penulis hanya meneliti sebagian dari
ejaan yang telah dipelajari yakni: pemakaian huruf capital, huruf miring, kata depan
di, ke, dari, dan penulisan angka. Untuk pemakain tanda baca yang akan penulis teliti
adalah pemakaian titik( . ), Koma( , ), titik dua ( : ), petik( ), dan tanda hubung ( - )

Anggapan dasar, hipotesis, dan teori yang digunakan


Anggapan dasar
Manusia memiliki Bahasa yang beragam. Setiap negara memiliki Bahasa
persatuan masing-masing untuk mempersatukan bangsanya. Negara Indonesia
memiliki bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia yang dapat mempersatukan bangsa
Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Setiap daerah memiliki caranya masingmasing dalam mempelajari bahasa Indonesia, sehingga timbulnya perbedaan
penyampaian dan pemakaian bahasa Indonesia khususnya ejaan dan tanda baca

Hipotesis
Penulis meneliti artikel ini untuk mengukur tingkat kemampuan dan
pemahaman penulis dalam menggunakan ejaan dan tanda baca yang baik dan benar.
Dari pengalaman yang penulis terima masyarakat indonesia masih banyak yang
kurang memahami bahkan tidak mengetahui bagaimana penggunaan ejaan dan tanda
baca yang baik dan benar.

Teori yang digunakan


Teori yang digunakan penulis dalam meneliti adalah teori penggunaan ejaan
dan tanda baca sesuai dengan standar berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Pemahaman teori ini penulis dapatkan setelah penulis duduk di bangku perguruan
tinggi. Penulis juga memperoleh teori tersebut dari dosen mata kuliah bahasa
indonesia serta didukung oleh buku pegangan yang penulis miliki.
Tapi tidak semua teori tersebut akan penulis gunakan dalam proses pembuatan
karya ilmiah ini. Namun, hanya beberapa teori seperti teori penggunaan huruf kapital,
huruf miring, pemakaian kata depan di,ke, dari, penulisan angka, pemakaian tanda
titik, tanda koma, tanda titik dua, tanda petik, dan tanda penghubung,
Penggunaan huruf kapital diatur oleh aturan tertentu yakni:
1.)

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama mengawali sebuah kalimat.

2.)

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam petikan langsung

3.)

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang


berhubungan dengan ihwal keagamaan

4.)

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.

5.)

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang

6.)

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata dari nama orang

7.)

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.

8.)

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun,bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.

9.)

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi

10.)

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan , lembaga
pemerintahan, dan ketatanegaraan serta nama dokumen resmi.

11.)

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata nama buku, majalah,
surat kabar, dan judul karangan.

12.)

Huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan.

13.)

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan


kekerabatan yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.

Pemakaian huruf mirng diatur oleh aturan tertentu yakni:


1.)

Huruf miring digunakan untuk menulis sebuah kutipan berupa judul karangan.

2.)

Huruf miring digunakn untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian


kata, maupun kelompok kata.

3.)

Huruf miring digunakan untuk menuliskan huruf ilmiah atau ungkapan asing.

Kata depan di,ke, dan dari ditulis terpisah jika menerangkan kata tempat dan
ditulis gabung dengan kata dasarnya jika kata dasar bukan keterangan tempat.
Untuk penulisan angka ada dua jenis yakni Angka Arab dan Angka Romawi.
Angka Arab yakni 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, biasanya dipakai untuk menyatakan
ukuran panjang, berat, isi, satuan waktu, dan nilai uang

Angka Romawi biasanya digunakan untuk penulisan bab dari suatu karangan
yang berbentuk buku. Angka Romawi yakni: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, dst.
Dari segi penulisan angka ada dua jenis penulisan yakni penulisan dengan
angka tersebut dan penulisan angka dengan menggunakan huruf dan penulisan angka
itu sendiri dilengkapi dengan penulisannya hurufnya.
Pemakaian tanda titik digunakan untuk mengakhiri sebuah kalimat, tanda
akhir singkatan kata, pemakaian nomor, memisahkan angka dari waktu, dan
digunakan untuk angka.
Penggunaan tanda koma digunakan di antara unsur-unsur dalam satu
perincian, memisahkan kalimat yang setara, memisahkan anak kalimat dengan induk
kalimat, memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat, dan masih
banyak lagi pemakaian tanda koma dengan kaidah tertentu.
Tanda titik dua digunakan untuk dipakai pada akhir suatu pernyataan lemgkap
bila diikuti rangkaian atau pemberian, untuk dipakai sesudah kata atau ungkapan
yang memerlukan pemberian, untuk dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan, tidak dipakai kalau rangkaian atau
pemberian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan, dan dipakai di
antara jilid atau nomor dan halaman serta di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab
suci, atau di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, judul sebuah karangan, istilah ilmiah.
Tanda hubung digunakan menyambungkan suku-suku kata dasar yang
terpisah, unsur-unsur kata ulang, huruf yang di eja satu-satu dan bagian tanggal.

Sumber data
Data yang digunakan berasal dari sebuah artikel yang berjudul Persepsi Fakta
dan Bukti Hukum Koruptor.
Dalam skripsi ini masih ada kesalahan contohnya pada kalimat pertama
paragraph kedua yakni penggunaan tanda koma pada kata resmi seharusnya tidak
perlu dibubuhi tanda koma. Kemudian pada kalimat pertama paragraf kedua pada
kata mark-up seharusnya digunakan huruf miring untuk menuliskan kata ungkapan
asing, dan masih banyak lagi yang akan dijelaskan di bab isi.

Metode dan Teknik yang digunakan


Metode yang digunakan
Pada pembuatan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode membaca
berulang-ulang agar dapat dilihat kesalahan pada penulisan artikel tersebut.

Teknik yang digunakan


Adapun teknik yang digunakan adalah memberi tanda pada kesalahan yang
ditemukan, setelah semua kesalahan terkumpul kemudian di catat di buku data.

BAB II
ISI

Hasil dari penelitian


Kesalahan Menggunakan Ejaan
Materi Kesalahannya
Penggunaan huruf kapital

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
-

Penggunaan huruf miring

Penggunaan kata depan di, ke, dan dari


Penulisan angka

Letak Kesalahan
antara lain : 1. Menyetujui alokasi
secara bersama, 3. Melakukan
,penyidikan kasus proyek Hambalang,
keputusan dan (3) Intellectual
izin dari Presiden, yang
Kepolisian, Sehingga dibuat
KPK di Propinsi di Indonesia
kabupaten/kota: Misalkan Propinsi
mark-up
indicator
corruption
law enforcement
good governance
Di institusi
Di lain

Kesalahan Menggunakan Tanda Baca


Materi Kesalahannya
Penggunaan tanda titik

Letak Kesalahan
1. Oleh : Ir. Gustami harahap.,MP

Penggunaan tanda koma

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
-

Penggunaan tanda titik dua


Penggunaan tanda petik
Penggunaan tanda penghubung

secara resmi, dan dapat


kasus korupsi, melalui investigasi
Material corruption yakni korupsi
Political corruption yakni bagaimana
terlibat korupsi, dikarenakan
menjadi tersangka, yang banyak
seorang koruptor, akan keterangan
.Di lain pihak, juga diharapkan
tindakan korupsi, jika salah

Pembahasan
Pemakaian huruf kapital
Pada artikel ini cukup banyak kesalahan yakni penulisan:
Pada kalimat pertama paragraf kedua antara lain : (1) Menyetujui alokasi,
seharusnya penulisan kata menyetujui tidak menggunakan huruf kapital karena tanda
kurung mengapit angka.
Pada kalimat pertama paragraph kedua secara bersama, (3) Melakukan,
seharusnya penulisan kata melakukan tidak menggunakan huruf kapital karena tanda
kurung mengapit angka.
Pada kalimat ketiga paragraph ketiga ,penyidikan kasus proyek Hambalang,
seharusnya penulisan kata proyek menggunakan huruf kapital.
Pada kalimat pertama paragraf keempat keputusan dan (3) Intellectual
seharusnya penulisan kata intellectual tidak menggunakan huruf kapital karena tanda
kurung mengapit angka.
Pada kalimat pertama paragraf kelima izin dari Presiden, yang seharusnya
penulisan kata Presiden tidak menggunakaan huruf kapital pada awal ejaan.
Pada kalimat pertama paragraf kedelapan Kepolisian, Sehingga dibuat
seharusnya kata sehingga tidak menggunakan huruf kapital pada awal ejaan karena
tidak diakhiri dengan tanda baca titik.
Pada kalimat pertama paragraf kesembilan KPK di Propinsi di Indonesia
seharusnya kata Propinsi tidak menggunakan huruf kapital pada awal ejaan karena
bukan merupakan nama negara.
Pada kalimat pertama paragraph kesepuluh kabupaten/kota: Misalkan Propinsi
seharusnya kata misalkan dan propinsi tidak menggunaan huruf kapital pada awal
ejaan karena kata misalkan bukan diakhiri dengan tanda baca titik tetapi tanda baca
titik dua, sedangkan propinsi bukan merupakan nama negara tersebut.

Pemakaian huruf miring


Pada artikel ini terdapat 5 kesalahan yakni penulisan:

Pada kalimat pertama paragraf kedua mark-up seharusnya kata tersebut


dimiringkan hurufnya karena merupakan ungkapan asing.
Pada kalimat pertama paragraf keempat corruption seharusnya kata tersebut
dimiringkan hurufnya karena merupakan ungkapan asing.
Pada kalimat kedua paragraf keempat law enforcement seharusnya kata tersebut
dimiringkan hurufnya karena merupakan ungkapan asing.
Pada kalimat kedua paragraf kesembilan good govemance seharusnya kata tersebut
dimiringkan hurufnya karena merupakan ungkapan asing.

Penggunaan kata depan di, ke, dan dari


Pada artikel ini terdapat 2 kesalahan yakni penulisan:
Pada kalimat pertama paragraf keenam Di institusi seharusnya kata tersebut
digabungkan karena kata tersebut sudah dianggap sebagai satu kata.
Pada kalimat pertama paragraf kesembilan Di lain seharusnya kata tersebut
digabungkan karena kata tersebut sudah dianggap sebagai satu kata

Penggunaan tanda titik


Pada artikel ini terdapat kesalahan yakni penulisan tanda baca:
Pada kalimat Oleh : Ir. Gustami harahap.,MP seharusnya tanda baca koma pada
kata harahap ditiadakan menjadi Oleh : Ir. Gustami harahap, MP karena tanda koma
dipakai diantara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya.

Penggunaan tanda koma


Pada kalimat pertama paragraf kedua secara resmi, dan dapat seharusnya
tidak perlu ditambahkan tanda koma.
Pada kalimat pertama paragraf ketiga kasus korupsi, melalui investigasi
seharusnya tidak perlu ditambahkan tanda koma.

Pada kalimat pertama paragraf keempat Material corruption yakni korupsi


seharusnya tidak perlu ditambahkan tanda koma.
Pada kalimat pertama paragraf keempat Political corruption yakni bagaimana
seharusnya tidak perlu ditambahkan tanda koma.
Pada kalimat pertma paragraf kelima terlibat korupsi, dikarenakan seharusnya
tidak perlu ditambahkan tanda koma.
Pada kalimat pertama paragraf keenammenjadi tersangka, yang banyak
seharusnya tidak perlu ditambahkan tanda koma.
Pada kalimat pertama paragraf ketujuh seorang koruptor, akan keterangan
seharusnya tidak perlu ditambahkan tanda koma.
Pada kalimat pertama paragraf kedelapan .Di lain pihak, juga diharapkan
seharusnya tidak perlu ditambahkan tanda koma.
Pada kalimat pertama paragraf kesembilan tindakan korupsi, jika salah
seharusnya tidak perlu ditambahkan tanda koma.

BAB III
PENUTUP

Berdasarkan hasil penitian, saya dapat menarik kesimpulan dari artikel yang
saya teliti bahwa penulis belum memahami tentang penggunaan ejaan dan tanda baca.
Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya kesalahan ejaan dan tanda baca yang saya
temukan pada tulisan Ir.Gustami Harahap, MP. Kesalahan penulis tersebut di antara
lain, pada penulisan huruf kapital, huruf miring, serta penggunaan kata depan di, ke,
dan dari. Kemudian pada penggunaan tanda baca, yaitu tanda koma dan tanda titik.
Kesalahan ejaan dan tanda baca itu disebabkan oleh kurangnya kesadaran
untuk menggunakan ejaan dan tanda baca yang sesuai dengan baik dan benar. Maka,
sesuai dengan tujuan dari penelitian ini diharapkan tidak terjadi lagi kesalahan yang
sama di kemudian hari dan menjadi pedoman untuk selalu menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Gustami.2012. Persepsi Fakta dan Bukti Hukum Koruptor.


Dalam artikel Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis Universitas Medan
Area.Medan
Sukapiring, Peraturen. 2011.Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.Medan

Topik

: Kary

Judul

: Kesalahan Menggunakan Ejaan dan Tanda Baca pada artikel yang berjudul
Persepsi Fakta dan Bukti Hukum Koruptor

Anda mungkin juga menyukai