Anda di halaman 1dari 3

HIDROLOGI

ANALISIS CURAH HUJAN WILAYAH

Oleh:

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2011

I.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hujan wilayah
Curah hujan merupakan unsur iklim yang mempunyai variasi besar, baik variasi
sebaran tempat maupun variasi sebaran waktu. Variasi sebaran tempat dari tempat/daerah satu
ke daerah yang lain mempunyai perbedaan (variasi) yang besar. Hal ini merupakan masalah
dalam pengambilan data curah hujan yang benar dan mewakili dari suatu daerah. Untuk itu
dalam suatu penyusunan suatu rancangan pemanfaatan dan rancangan pengendalian banjir
diperlukan data curah hujan rerata di daerah yang bersangkutan, bukandata curah hujan pada
suatu titik/tempat tertentu. Curah hujan itu disebut curah hujan daerah/wilayah dan
dinyatakan dalam mm.
Besar curah hujan yang terukur dan tercatat oleh sebuah alat penakar hujan
merupakan kejadian hujan lokal yang mewakili wilayah tidak luas. Sebaran hujan dalam
suatu wilayah tergantung pada tipe hujan dan kondisi lahan. Oleh karena itu, jarak pasang
atau kerapatan pemasangan penakar hujan pada suatu wilayah tergantung pada tipe hujan dan
kondisi lahannya. Kerapatan jaringan penakar dan pencatatan rerata hujan wilayah yang baik.
Curah hujan titik yang dicatat pada alat penakar hujan dipergunakan utnuk
menentukan besarnya curah hujan wilayah, baik untuk basis harian, bulanan maupun tahunan.
Hal itu dapat menyebabkan perencanaan dan perancangan yang berdasar pada curah hujan
sering mempunyai variasi data yang besar. Penentuan hujan wilayah yang berdasarkan pada
beberapa penakar hujan yang tersebar diwilayah yaitu:
1. Metode thiesen.
Metode ini dapat dilakukan pada derah yang mempunyai distribusi penakar hujan
yang tidak seragam dengan mempertimbangkan faktor besar luasan dari masing masing
penakar: saringan penakar hujan diplot pada sebuah peta wilayah, lalu hubungkan tiap
penakar hujan pada peta dengan garis tegak lurus antara penakar berdekatan. Gambar garis
tegak lurus yang ditarik melalui tengah tengah garis tadi sehingga membentuk poligon,yang
merupakan batas wilayah yang dipengaruhi oleh penakar hujan bersangkutan. Luas poligon
dihitung dengan menggunakan planimeter atau kertas garis (kisi kisi).
A + A + + A n
P= 1 2
AT
Keterangan:
P
= rerata hujan wilayah
A1,A2,................An = luas area poligon
P1,P2,P3.............Pn
= curah hujan di masing masing stasiun penakar
n
= jumlah stasiun penakar hujan
AT
= luas area total
2. Metode isohit.
Lokasi stasiun hujan dan besarnya curah hujan diplot pada sebuah petawilayah. Pada
peta itu dibuat garis kontur yang menghubungkan temapt tempatyang mempunyai
ketinggian atau ketebalan hujan yang sama (ishiet).
Cara menggambar isohiet:
1. Hubungkan masing masing stasiun terdekat dengan garis lurus.
2. Tentukan titik titik pada garis tersebut yang mempunyai ketebalan hujan yang sama
(dengan skala proposional antar dua stasiun).
3. Tarik garis yang menghubungkan titik titik yang mempunyai ketebalan hujan yang
sama besar (isohiet).

4. Tebal hujan rerata dua isohiet dihitung dengan membagi dua jumlah nilai isohiet
berdekatan.
5. Luas antara dua isohiet dihitung dengan menggunakan planimeter atau kertas bergaris
(kisi kisi).
Ai A i
P=
AT
Keterangan:
P
= rerata curah hujan wilayah
Ai
= luas area antara dua isohiet
Pi
= curah hujan antara dua isohiet
AT
= luas area total
i
= jumlah isohiet
B. Hubungan hujan wilayah dengan irigasi dan drainase
Upaya menunjang rancangan pekerjaan irigasi dan drainase serta pengontrolan banjir,
maka jumlah air yang mengalir perlu diketahui secara pasti. Jika mungkin, jumlah tersebut
dapat langsung diukur. Akan tetapi jika tidak, harus digunakan cara lain yaitu secara tidak
langsung dengan memperhitungkan data data curah hujan yang ada.
Jumlah curah hujan yang jatuh pada suatu periode dinyatakan dalam satuanketinggian
(mm, inchi dan sebagainya) dan mencakup pada satu bidang horisontal dengan luas tertentu.
Data curah hujan itu sering juga dipakai untuk memperkirakan besar curah hujan yang jatuh
didaerah sekitarnya. Akan tetapi jika daerah yang diwakili makin luas, maka angka perkiraan
akan memiliki kesalahan yang semakin besar. Oleh karena secara statistik data curah hujan
bervariasi menurut waktu dan ruang, maka dalam menganalisis frekuensi terjadinya curah
hujan harus memperhatikan dimensi ruang dan waktu tersebut.
Jumlah air yang mengalirdalam suatu wilayah adalah volume aliran yang mengalir
pada suatu penampang per satuan waktu (m3/detik) atau sering disebut dengan debit yang
dinyatakan dalam rumus:
Q= A1 . V 1= A2 .V 2
Keterangan:
Q
= debit (m3/detik)
A
= luas penampang (m3)
V
= kecepatan alir rerata (m/detik)

Anda mungkin juga menyukai