Disusun oleh
Arfi Erwindi
1010401001
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR MAGELANG
2010
1
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan ini adalah supaya praktikan dapat membuat larutan dengan konsentrasi
tertentu, mengencerkan larutan, dan menentukan konsentrasi larutan yang dibuat.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri atas dua komponen, yaitu zat
terlarut (solute) dan zat pelarut (solvent). Istilah pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute) yaitu
solvent pada umumnya adalah zat yang berada pada larutan dalam jumlah yang besar. Sedangkan
zat lainnya disebut sebagai solute yang pada umumnya zat berada pada larutan dalam jumlah
yang sedikit (Brady, 1999).
Larutan dianggap sebagai cairan yang mengandung zat terlarut. Komponen utama biasa
disebut pelarut, dan komponen minornya dinamakan zat terlarut. Konsentrasi dari suatu larutan
menunjukkan berapa banyak jumlah suatu zat terlarut dalam larutan tersebut. Nilai konsentrasi
suatu larutan dapat dinyatakan dalam beberapa satuan, antara lain molaritas, normalitas, persen
berat, persen volume, fraksi mol, dan bagian persejuta (part per million, ppm) (Brady, 1999).
Beberapa cara dapat digunakan untuk menyatakan komposisi larutan. Konsentrasi molar
(molaritas) M ialah jumlah mol zat terlarut yang terkandung dalam satu liter larutan. Molaritas
merupakan cara yang paling lazim untuk menyatakan komposisi larutan encer. Normalitas
menyatakan banyaknya zat terlarut yang ada dalam setiap liter larutan. Persen berat menyatakan
banyaknya zat terlarut dalam satuan gram per 100 ml larutan, sedangkan persen volume
menyatakan volume zat terlarut dalam satuan ml yang terdapat dalam setiap 100 ml larutan
(Syukri,1999).
Campuran adalah gabungan dua zat tunggal atau lebih dengan perbandingan
sembarangan. Campuran dapat pula terjadi antarsenyawa atau unsur dengan senyawa.
Campuran terbagi 2 yaitu campuran yang heterogen dan homogen. Campuran homogen adalah
penggabungan 2 zat tunggal atau lebih yang semua partikelnya menyebar merata sehingga
membentuk suatu fasa. Campuran heterogen adalah gabungan yang tidak merata antara dua zat
tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang lainnya tidak merata
antara dua zat tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang
lainnya tidak sama diberbagai bagian bejana (Syukri, 1999).
Jika larutan dipanaskan atau didinginkan, volumenya berubah, sehingga jumlah mol zat
terlarut perliter larutan yang berubah.
Molaritas menyatakan banyaknya jumlah mol suatu zat terlarut per liter larutan. Molalitas
(m) tidak dapat dihitung dari konsentrasi molar (M), kecuali jika rapatan larutan itu diketahui.
Fraksi mol x adalah suatu komponen dalam larutan didefinisikan sebagai banyaknya mol
(n) komponen itu, dibagi dengan jumlah mol keseluruhan komponen dalam larutan itu.
(Syukri, 1999).
Untuk membuat suatu larutan dengan konsentrasi tertentu dapat dilakukan dengan cara :
1.
maka untuk membuat larutan tersebut, ditimbang sejumlah zat terlarut tertentu yang diperlukan.
3
Sewaktu pelarutan, tarikan antara partikel dalamfasa asalnya (tarikan pelarut dengan pelarut dan
zat terlarut dengan zat terlarut) terpecah dan tak tergantikan, sekurang- kurangnya sebagian,
dengan tarikan baru pelarut dengan zat terlarut. Selain itu, untik menjamin akurasi dari
konsentrasi larutan, harus diperhatikan beberapa sifat fisis dari zat terlarut, misalnya
kelarutannya (David, 2001).
2.
membuat larutan jenis ini sangat penting diketahui sifat sifat dari larutan pekat yang tersedia
dan konsentrasi awal dari larutan pekat tersebut. Tidak seperti senyawa, larutan memiliki
komponen dalam proporsi tertentu dan tidak dapat dinyatakan dengan rumus kimia. Persamaan
untuk reaksi pelarutan tidak melibatkan pelarut sebagai reaktan.
Pada pengenceran, volume dan kemolaran larutan berubah. Dalam pengenceran berlaku
rumusan :
n1
M1 V1 =
n2
M2V2
Meskipun zat terlarut dan pelarut dapat berupa kombinasi fasa padatan, cair, dan gas,
akan tetapi air cair merupakan pelarut yang paling lazim dan paling penting. Pembentukan
larutan berair dengan mempertimbangkan gaya antar molekul diantara zat terlarut dan molekul.
Sebagian reaksi kimia yang terjadi dipermukaan bumi, baik makhluk hidup maupun zat
anorganik, berlangsung dalam larutan berair. Bila reaksi kimia berlangsung diantara zat zat
dalam larutan, persyaratan yang sama berlaku, dalam arti bahwa hokum kekekalan mengkonversi
massa dan jumlah bahan kimia (menggunakan massa molar sebagai factor konversi), melainkan
antara volume larutan dan jumlah bahan kimia, dengan konsentrasi sebagai factor konversi.
Salah satu teknik yang paling penting dalam kimia adalah titrasi. Titrasi yaitu
penambahan secara cermat volume suatu larutan yang mengandung zat A yang konsentrasinya
diketahui, kepada larutan yang mengan dung zat B yang konsentrasinya tidak diketahui, yang
akan mengakibatkan reaksi antara keduanya secara kuantitatif. Selesai reaksi, yaitu pada titik
akhir, ditandai dengan semacam perubahan sifat fisis, misalnya perubahan warna campuran yang
bereaksi. Titik akhir dapat dideteksi dalam campuran reaksi yang tidak berwarna dengan
menambahkan zat yang disebut indikator, yang mengubah warna pada titik akhir
(Sastrohamidjojo, 2001).
Pada titik akhir, jumlah zat kimia A yang telah ditambahkan secara unik berkaitan dengan
bahan kimia B yang tidak diketahui bahwa semula ada, berdasarkan persamaan reaksi titrasi.
Dua penerapan titrasi yang paling lazim melibatkan reaksi netralisasi asam basa dan reaksi
oksidasi reduksi (David, 2001).
yang
volume
bernama
timbul
dapat
setelah
dipecahkan
Amadeo
Gay
oleh
Lussac
seorang
Avogadro
mengemukakan
ahli
pada
fisika
hukum
Italia
yang
tahun
1811.
Menurut Avogadro:
Gas-gas yang volumenya sama, jika diukur pada suhu dan tekanan yang
sama, akan memiliki jumlah molekul yang sama pula.
Oleh
karena
perbandingan
volume
gas
hidrogen,
gas
oksigen,
dan
uap
air
atau
bertambah
dalam
hidrogen
dan
molekul
gas
sedangkan
Perbandingan
molekul
uap
volume
gas-gas
tersebut.
volume
gas
Hal
yang
gas
ini
lain
reaksi
kimia.
oksigen
harus
air
dalam
berarti
dapat
harus
suatu
bahwa,
ditentukan
Oleh
itu,
merupakan
merupakan
sesuai
reaksi
jika
karena
volume
dengan
cara
gas
molekul
dwiatom,
molekul
triatom.
dengan
salah
molekul
koefisien
satu
reaksi
gas
diketahui,
membandingkan
koefisien
reaksinya.
B. Massa Atom Relatif dan Massa Molekul Relatif
Setelah ditemukan peralatan yang sangat peka di awal abad XX, para ahli kimia
melakukan percobaan tentang massa satu atom. Sebagai contoh, dilakukan percobaan untuk
mengukur.
1.
massa
satu
atom
1,66
>
1024
2.
massa
satu
atom
2,70
>
1023
3.
massa
satu
atom
1,99
>
1023
Dari data di atas dapat dilihat bahwa massa satu atom sangat kecil. Para ahli sepakat
menggunakan besaran Satuan Massa Atom (sma) atau Atomic Massa Unit (amu) atau biasa
disebut juga satuan Dalton. Pada materi struktur atom, Anda telah mempelajari juga bahwa atom
sangatlah kecil, oleh karena itu tidak mungkin menimbang atom dengan menggunakan neraca.
1. Massa Atom Relatif (Ar)
Para ahli menggunakan isotop karbon C12 sebagai standar dengan massa atom relatif
sebesar 12. Massa atom relatif menyatakan perbandingan massa rata-rata satu atom suatu unsur
terhadap
1/12
massa
atom
C12.
Atau
dapat
dituliskan:
dengan ion dan molekul, sedangkan pada unsur seperti Zn, C, dan Al dapat dinyatakan dengan
atom.
2. Volume Molar (Vm)
Volume satu mol zat dalam wujud gas dinamakan volume molar, yang dilambangkan dengan
Vm.
Avogadro dalam percobaannya mendapat kesimpulan bahwa 1 L gas oksigen pada suhu
0 C dan tekanan 1 atm mempunyai massa 1,4286 g, atau dapat dinyatakan bahwa pada tekanan
1
atm.
Maka,
berdasarkan
hukum
Avogadro
dapat
disimpulkan:
keadaan
standar
(suhu
dan
tekanan
atm)
sebagai
berikut.
jumlah
mol
(n)
gas,
tekanan,
suhu,
dan
volume
yaitu:
Hukum gas ideal : P . V = n . R . T
Di mana:
P = tekanan (satuan atmosfir, atm)
V = volume (satuan liter, L)
n = jumlah mol gas (satuan mol)
R = tetapan gas (0,08205 L atm/mol K)
T = suhu mutlak (C + 273,15 K)
b.
Dengan
konversi
gas
pada
suhu
dan
tekanan
yang
sama
Menurut hukum Avogadro, perbandingan gas-gas yang jumlah molnya sama memiliki volume
sama. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut.
V1/V2 =n1/n2
Di mana:
n1 = mol gas 1 V1 = volume gas 1
n2 = mol gas 2 V2 = volume gas 2
4. Molaritas (M)
Banyaknya zat yang terdapat dalam suatu larutan dapat diketahui dengan menggunakan
konsentrasi larutan yang dinyatakan dalam molaritas (M). Molaritas menyatakan banyaknya mol
zat dalam 1 L larutan. Secara matematis dinyatakan sebagai berikut.
10
Di mana:
M
= molaritas (satuan M)
kimia
senyawa
kristal
padat:
H2O
Sebagai contoh garam kalsium sulfat, memiliki rumus kimia CaSO4 . 2H2O, artinya dalam
setiap satu mol CaSO4 terdapat 2 mol H2O.
3. Hitungan Kimia
Penentuan jumlah pereaksi dan hasil reaksi yang terlibat dalam reaksi harus
diperhitungkan dalam satuan mol. Artinya, satuan-satuan yang diketahui harus diubah ke dalam
bentuk mol. Metode ini disebut metode pendekatan mol.
4. Pereaksi Pembatas
Di dalam suatu reaksi kimia, perbandingan mol zat-zat pereaksi yang dicampurkan tidak selalu
sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini berarti bahwa ada zat pereaksi yang akan
habis bereaksi lebih dahulu.
12
Pereaksi
demikian
disebut
pereaksi
pembatas.
Bagaimana
hal
ini
dapat
terjadi?
X + 2Y > XY2
Reaksi di atas memperlihatkan bahwa menurut koefisien reaksi, satu mol zat X
membutuhkan dua mol zat Y. Gambar di atas menunjukkan bahwa tiga molekul zat X
direaksikan dengan empat molekul zat Y. Setelah reaksi berlangsung, banyaknya molekul zat X
yang bereaksi hanya dua molekul dan satu molekul tersisa. Sementara itu, empat molekul zat Y
habis bereaksi. Maka zat Y ini disebut pereaksi pembatas. Pereaksi pembatas merupakan reaktan
yang habis bereaksi dan tidak bersisa di akhir reaksi.
Dalam hitungan kimia, pereaksi pembatas dapat ditentukan dengan cara membagi semua
mol reaktan dengan koefisiennya, lalu pereaksi yang mempunyai nilai hasil bagi terkecil
merupakan pereaksi pembatas.
13
III.
A.
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas piala, gelas ukur, pipet tetes, pipet
ukur, pipet gondok , labu takar 100 ml, dan buret 50 ml.
B.
BAHAN
Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah asam klorida pekat, larutan natrium
hidroksida 0,1 M, pelet natrium hidroksida, larutan asam klorida 0,1 M, indikator metil merah,
indikator phenophtalein, dan akuades.
IV.
PROSUDER KERJA
A.
1.
Gelas ukur kosong ditimbang (16,53 gram), kemudian diisi dengan larutan asam klorida
Labu takar ditimbang 100 mL (39,63 gram), kemudian diisi dengan akuades sekitar 20-25
mL.
3.
Asam klorida pekat yang telah diambil dimasukkan perlahan-lahan kedalam labu takar.
14
4.
Kedalam labu takar ditambahkan Akuades hingga tanda batas. Tutup labu takar dan
lakukan pengocokan hingga larutan homogen. Larutan yang telah dibuat dalam tahap ini disebut
sebagai larutan A.
5.
Larutan asam klorida (larutan A) sebanyak 20 mL dipindahkan kedalam labu takar 100 mL
Kedalam labu takar tersebut ditambahkan akuades hingga tanda batas. Larutan HCl yang
a.
1.
Sebelum digunakan, bilas buret dengan akuades, kemudian bilas kembali dengan larutan
3.
Dicatat volume awal larutan NaOH dalam buret dengan membaca skala pada meniscus
bawah larutan.
4.
menggunakan pipet gondok atau pipet ukur, kemudian ditambahkan indikator metil merah
kedalam larutan tersebut.
5.
Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH didalam buret hingga terjadi
perubahan warna. Setelah terjadi perubahan warna yang konstan, hentikan titrasi.
15
6.
Baca volume akhir NaOH yang tersisa dalam buret. Hitung volume NaOH yang diperlukan
untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir NaOH dalam buret.
7.
b.
1.
Dilakukan kembali prosedur titrasi terhadap 10 mL larutan HCl encer (larutan B) dengan
Hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan menggunakan indicator metil merah dan
Kemudian NaOH dipindahkan dari gelas arloji kedalam gelas beker yang telah diisi 20-25 mL
akuades hangat.
2.
Diaduk dengan pengaduk kaca hingga seluruh NaOH larut sempurna. Kemudian pindahkan
Ditanbahkan akuades hingga tanda batas pada labu takar. Tutup labu takar, kemudian kocok
hingga homogen. Larutan yang diperoleh dari tahap ini disebut sebagai larutan C.
4.
dipindahkan 25 mL larutan C kedalam labu takar 100 mL yang baru dengan menggunakan
pipet gondok.
5.
Ditambahkan Akuades hingga tanda batas, kemudian dikocok hingga homogen. Larutan
D.
a.
1.
Sebelum digunakan, bilas buret dengan akuades, kemudian bilas kembali dengan larutan
HCl 0,1 M yang akan digunakan. Kemudian buret diisi dengan larutan HCl 0,1 M.
2.
Dicatat volume awal larutan HCl 0,1 M dalam buret dengan membaca skala pada meniscus
bawah larutan.
3.
5.
Larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan larutan HCl 0,1 M dalam buret hingga terjadi
perubahan warna. Setelah terjadi perubahan warna yang konstan, hentikan titrasi.
6.
Dibaca volume akhir asam klorida yang tersisa dalam buret. Hitung volume asam klorida
yang diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir asam klorida dalam
buret.
7.
b.
1.
Buret dibilas dengan akuades, kemudian dibilas kembali dengan larutan D yang telah
dibuat.
2.
17
3.
5.
Dititrasi larutan yang ada dalam erlenmeyer dengan larutan yang ada dalam buret hingga
7.
Dihitung volume NaOH yang diperlukan untuk mentitrasi larutan HCL tersebut.
8.
9.
Dibandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan larutan HCL 0,1 M sebagai
Percobaan
1.
18
30,4
4 mL
1190
37 %
60,2
160,
Berat larutan
99,8
Volume larutan A
100
b. Pembuatan larutan B
-
100
Percobaan
2.
Pengamatan
10 mL
Volume HCl
9,8 mL
19
20 m
Volume NaOH
Perubahan warna
Merah Kuning
Titrasi ke 2:
10 mL
Volume HCl
10,2 mL
Volume NaOH
Merah Kuning
Perubahan warna
10 mL
10 mL
10 mL
Volume HCl
9,9 mL
Volume NaOH
Bening Merah
Perubahan warna
Titrasi ke 2 :
10 mL
20
Volume HCl
10 mL
Volume NaOH
Bening Merah
Perubahan warna
10 mL
9,95 mL
Percobaan
3.
Pen
a. Penbuatan larutan C
-
Massa NaOH
0,4
Mr NaOH
40 g
Volume larutan
50 m
b. Pembuatan larutan D
-
20 m
100
21
Percobaan
Pengamatan
4.
Volume HCl
Volume NaOH
Indikator
Perubahan warna
7,5 mL
10 mL
Metil Merah
Kuning Merah
Titrasi ke 2:
22
Volume HCl
Volume NaOH
8,1 mL
Indikator
10 mL
Perubahan warna
Metil Merah
Kuning Merah
7.8 mL
10 mL
Volume NaOH
Volume HCl
Indikator
Perubahan warna
14 mL
10 mL
Metil Merah
Merah Kuning
Titrasi ke 2:
23
Volume NaOH
12,5 mL
Volume HCl
10 mL
Indikator
Metil Merah
Perubahan warna
Merah Kuning
10 mL
13,25 mL
2. Perhitungan
a. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl Pekat
Diketahui: - massa jenis HCl = 1,19 kg/L = 1190 gram/L
-Persen berat HCl = 37 %(b/b)
- massa 1L larutan pekat HCl = 1190 gram/L x 1L = 1190 gram
- massa HCl dalam 1L larutan pekat 37% x 1190 = 440,3 gram
- Mr HCl pekat = 36,5 gram/mol
Ditanya : Molaritas HCl pekat =..?
Penyelesaian : = 440,3 gram/ 36,5 gram . mol-1
1L
= 12,06 mol/L
24
25
Penyelesaian :
MB . VA = MB . VB
MB = 0,5 mol/L . ( 20/100)
= 0,1 mol/L
-. melalui titrasi
Diketahui : MNaOH = 0,1 M
VNaOH = 12 mL
VHCl = 10 mL
Ditanya : MHCl = ?
Penyelesaian :
MHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH
MHCl = 0,1 . 12
10
= 0,12 M
c. Penentuan Konsentrasi larutan NaOH
-. konsentrasi larutan C
Diketahui : massa NaOH = 0,4 gram
26
VNaOH = 50 mL
MrNaOH = 40 gram/mol
Ditanya :- molaritas NaOH =?
- molaritas larutan C = ?
Penyelesaian :
molaritas NaOH =
5 .10-2 L
= 0,2 mol/L
molaritas larutan C = 0,2 mol/L
.
- konsentrasi larutan D
27
= 0,05 mol/L
d. Melalui Titrasi
- titrasi NaOH oleh HCl
Diketahui : VHCl = 7 mL
VNaOH = 10 mL
MHCl = 0,1 M
Ditanya : MHCl = ?
Penyelesaian :
MHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH
MNaOH= 0,1. 7
10
= 0,07 M
- Titrasi HCl oleh NaOH
Diketahui : VNaOH = 16,5 mL
VHCl = 10 mL
MHCl = 0,1 M
Ditanya : MNaOH= ?
28
Penyelesaian :
MHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH
MNaOH = 0,1 . 10
16,5
= 0,06 M
B.
Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan
larutan dan menentukan konsentrasi larutan yang dibuat. Dalam pelaksanaan prakrikum,
praktikan melakukan percobaan dengan mengencerkan larutan asam klorida pekat dan larutan
natrium hidroksida.
Pada pembuatan asam klorida atau HCl pekat digunakan sebanyak 4 mL yang pengambilannya
dilakukan dalam lemari asam. HCl pekat itu kemudian ditambahkan dengan akuades sampai
tanda batas pada labu takar, kemudian dikocok sampai homogen. Larutan ini disebut sebagai
larutan A. Kemudian proses pembuatan larutan B dilakukan dengan mengambil 20 mL larutan A
dengan menggunakan pipet gondok dan dipindahkan kedalam labu takar yang baru, lalu
ditambahkan akuades hingga tanda batas. Larutan ini disebut sebagai larutan B.
Pada penentuan konsentrasi larutan Asam Klorida atau HCl melalui titrasi yang dilakukan
dengan menggunakan indikator metal merah dan indikator penophtalein terjadi perubahan warna
yang berbeda. Pada saat larutan B dipindahkan menggunakan pipet gondok sebanyak 10 mL, dan
diberi 2-3 tetes indikator metil merah, larutan B berubah warna menjadi merah. Kemudian,
larutan tadi dititrasi lagi dengan larutan natrium hidroksida (NaOH) sehingga warnanya berubah
29
menjadi kuning. Pada saat larutan B dititrasi dengan indikatir penophtalein, larutan tersebut
berubah warna menjadi kuning, dan pada saat dititrasi dengan NaOH, larutan tersebut berubah
menjadi warna ungu.
Pada pembuatan larutan Natrium hidroksida atau NaOH, cara yang dilakukan sama dengan
pembuatan larutan HCl. Larutan ini disebut sebagai larutan C. Sedangkan pembuatan larutan D
dilakukan dengan mengambil larutan C yang kemudian diencerkan dengan akuades. Pada saat
larutan D diberi 2-3 tetes indikator metil merah, larutan D berubah warna menjadi kuning.
Kemudian larutan ini dititrasi dengan HCl 0,1 M berubah warna menjadi merah muda.
Selanjutnya titrasi dilakukan antara HCl 0,1 M dengan NaOH sebagai titran. Sebelum dititrasi,
larutan HCl diberi 2-3 tetes Indikator metil merah sehingga warnanya berubah menjadi merah
muda . larutan ini kemudian dititrasi dengan larutan NaOH dan berubah warna menjadi kuning.
Jadi pada saat larutan NaOH (basa) oleh HCl 0,1 M (asam), NaOH yang ditetesi dengan
indikator metil merah berubah warna menjadi kuning (asam yang diberi metil merah akan
berubah warna menjadi kuning), dan setelah dititrasi dengan HCl 0,1 M(asam), larutan tersebut
berubah warna menjadi merah muda. Sebaliknya saat titrasi HCl 0,1 M oleh NaOH (basa), HCl
yang ditetesi dengan indikator metil merah berubah warna menjadi menjadi merah muda (asam
yang diberi metil merah akan berubah menjadi merah muda), dan setelah dititrasi dengan NaOH
(basa), larutan tersebut berubah warna menjadi kuning.
Metil merah berada antara asam dan basa, sehingga dapat bereaksi baik dengan asam maupun
basa, karena rentang perubahan pH metil merah antara 4,2-6,2. Ketika berada dalam suasana
asam, metil merah mempunyai ion-ion hidrogen dalam jumlah besar, kesetimbangan diatas akan
bergeser kearah kiri, yaitu warna asam metil merah yang tidak terdisosiasi menjadi kelihatan.
30
Tetapi ketika larutan dalam suasana basa, ion-ion hidrogen hidrogen dihilangkan, kesetimbangan
larutan bergeser kearah pembentukan anion indikator , dan warna larutan berubah. Rentang pH
ini berada antar pH asam dan pH basa. Hal inilah yang menyebabkan perubahan warna terhadap
larutan basa dan larutan asam.
Perubahan warna ini disebabkan karena indikator melalui pH asam dan juga pH basa. Pada titrasi
HCl 0,1 M dan NaOH yang merupakan asam kuat dan basa kuat, sering disebut dengan proses
netralisasi. Hal ini karena kedua larutan tersebut merupakan elektrolit kuat, maka spesies-spesies
yang berada dalam larutan adalah ion-ion. Titrasi asam basa merupakan contoh analisis
volumetri, yaitu sebuah cara atau metode, yang menggunakan larutan yang disebut titran dan
dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret.
Titik yang dalam titrasi dimana titran yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat
dengan senyawa yang ditentukan dan disebut titik ekivalen atau titik stoikhiometri.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Konsentrasi Larutan HCl Pekat sebesar 12,063 M.
Konsentrasi larutan HCl encer (Larutan A dan Larutan B) dapat diperoleh melalui perhitungan
pengenceran dan melalui Titrsi, melalui perhitungan pengenceran diperoleh Konsentrasi Larutan
A sebesar 0,483 M dan konsentrasi Larutan B sebesar 0,096 M. Perhitungan melalui titrasi
menggunakan indikator Metil Merah diperoleh Konsentrasi HCl sebesar 0,1 M, sedangkan
menggunakan indikator Phenolphtalaein diperoleh konsentrasi HCl 0,997 x 10-1 M.
Penentuan konsentrasi Larutan NaOH dapat dilakukan melalui perhitungan pengenceran dan
melalui titrasi. Perhitungan melalui pengenceran diperoleh konsentrasi larutan C dan konsentrasi
larutan D berturut-turut sebesar 0,002 x 102 M dan 0,004 x 101M, sedangkan perhitungan
konsentrasi NaOH melalui titrasi, yang pertama dilakukan Titrasi NaOH oleh HCl diperoleh
31
konsentrasi NaOH sebesar 0,075 M dan Titrasi HCl oleh NaOH diperoleh konsentrasi NaOH
sebesar 0,072 M.
VI.
Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.
Dari hasil perhitungan diperoleh konsentrasi larutan HCl pekat sebesar 12,063 M,
konsentrasi larutan HCl encer (Larutan A dan larutan B) diperoleh konsentrasi larutan A sebesar
0,483 M dan konsentrasi Larutan B sebesar 0,096 M
2.
Konsentrasi HCl yang diperoleh melalui proses titrasi menggunakan indikator metil merah
32
33
DAFTAR PUSTAKA
\
Brady, J,F. 1999. Kimia Universitas:Asas dan Struktur (terjemahan). Jakarta; Binarupa Aksara.
34