Anda di halaman 1dari 34

PERCOBAAN I

PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

Disusun oleh
Arfi Erwindi
1010401001

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR MAGELANG
2010
1

I.

TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan ini adalah supaya praktikan dapat membuat larutan dengan konsentrasi
tertentu, mengencerkan larutan, dan menentukan konsentrasi larutan yang dibuat.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri atas dua komponen, yaitu zat
terlarut (solute) dan zat pelarut (solvent). Istilah pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute) yaitu
solvent pada umumnya adalah zat yang berada pada larutan dalam jumlah yang besar. Sedangkan
zat lainnya disebut sebagai solute yang pada umumnya zat berada pada larutan dalam jumlah
yang sedikit (Brady, 1999).
Larutan dianggap sebagai cairan yang mengandung zat terlarut. Komponen utama biasa
disebut pelarut, dan komponen minornya dinamakan zat terlarut. Konsentrasi dari suatu larutan
menunjukkan berapa banyak jumlah suatu zat terlarut dalam larutan tersebut. Nilai konsentrasi
suatu larutan dapat dinyatakan dalam beberapa satuan, antara lain molaritas, normalitas, persen
berat, persen volume, fraksi mol, dan bagian persejuta (part per million, ppm) (Brady, 1999).
Beberapa cara dapat digunakan untuk menyatakan komposisi larutan. Konsentrasi molar
(molaritas) M ialah jumlah mol zat terlarut yang terkandung dalam satu liter larutan. Molaritas
merupakan cara yang paling lazim untuk menyatakan komposisi larutan encer. Normalitas
menyatakan banyaknya zat terlarut yang ada dalam setiap liter larutan. Persen berat menyatakan
banyaknya zat terlarut dalam satuan gram per 100 ml larutan, sedangkan persen volume

menyatakan volume zat terlarut dalam satuan ml yang terdapat dalam setiap 100 ml larutan
(Syukri,1999).
Campuran adalah gabungan dua zat tunggal atau lebih dengan perbandingan
sembarangan. Campuran dapat pula terjadi antarsenyawa atau unsur dengan senyawa.
Campuran terbagi 2 yaitu campuran yang heterogen dan homogen. Campuran homogen adalah
penggabungan 2 zat tunggal atau lebih yang semua partikelnya menyebar merata sehingga
membentuk suatu fasa. Campuran heterogen adalah gabungan yang tidak merata antara dua zat
tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang lainnya tidak merata
antara dua zat tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang
lainnya tidak sama diberbagai bagian bejana (Syukri, 1999).
Jika larutan dipanaskan atau didinginkan, volumenya berubah, sehingga jumlah mol zat
terlarut perliter larutan yang berubah.
Molaritas menyatakan banyaknya jumlah mol suatu zat terlarut per liter larutan. Molalitas
(m) tidak dapat dihitung dari konsentrasi molar (M), kecuali jika rapatan larutan itu diketahui.
Fraksi mol x adalah suatu komponen dalam larutan didefinisikan sebagai banyaknya mol
(n) komponen itu, dibagi dengan jumlah mol keseluruhan komponen dalam larutan itu.
(Syukri, 1999).
Untuk membuat suatu larutan dengan konsentrasi tertentu dapat dilakukan dengan cara :
1.

Melarutkan zat terlarut yang berada dalam bentuk padatan


Jika larutan yang diinginkan komponen terlarutnya pada suhu kamar berupa padatan,

maka untuk membuat larutan tersebut, ditimbang sejumlah zat terlarut tertentu yang diperlukan.
3

Sewaktu pelarutan, tarikan antara partikel dalamfasa asalnya (tarikan pelarut dengan pelarut dan
zat terlarut dengan zat terlarut) terpecah dan tak tergantikan, sekurang- kurangnya sebagian,
dengan tarikan baru pelarut dengan zat terlarut. Selain itu, untik menjamin akurasi dari
konsentrasi larutan, harus diperhatikan beberapa sifat fisis dari zat terlarut, misalnya
kelarutannya (David, 2001).
2.

Mengencerkan suatu larutan pekat


Beberapa macam larutan dapat dilarutkan dengan mengencerkan larutan pekatnya. Untuk

membuat larutan jenis ini sangat penting diketahui sifat sifat dari larutan pekat yang tersedia
dan konsentrasi awal dari larutan pekat tersebut. Tidak seperti senyawa, larutan memiliki
komponen dalam proporsi tertentu dan tidak dapat dinyatakan dengan rumus kimia. Persamaan
untuk reaksi pelarutan tidak melibatkan pelarut sebagai reaktan.
Pada pengenceran, volume dan kemolaran larutan berubah. Dalam pengenceran berlaku
rumusan :
n1

M1 V1 =

n2
M2V2

Meskipun zat terlarut dan pelarut dapat berupa kombinasi fasa padatan, cair, dan gas,
akan tetapi air cair merupakan pelarut yang paling lazim dan paling penting. Pembentukan
larutan berair dengan mempertimbangkan gaya antar molekul diantara zat terlarut dan molekul.
Sebagian reaksi kimia yang terjadi dipermukaan bumi, baik makhluk hidup maupun zat
anorganik, berlangsung dalam larutan berair. Bila reaksi kimia berlangsung diantara zat zat
dalam larutan, persyaratan yang sama berlaku, dalam arti bahwa hokum kekekalan mengkonversi

massa dan jumlah bahan kimia (menggunakan massa molar sebagai factor konversi), melainkan
antara volume larutan dan jumlah bahan kimia, dengan konsentrasi sebagai factor konversi.
Salah satu teknik yang paling penting dalam kimia adalah titrasi. Titrasi yaitu
penambahan secara cermat volume suatu larutan yang mengandung zat A yang konsentrasinya
diketahui, kepada larutan yang mengan dung zat B yang konsentrasinya tidak diketahui, yang
akan mengakibatkan reaksi antara keduanya secara kuantitatif. Selesai reaksi, yaitu pada titik
akhir, ditandai dengan semacam perubahan sifat fisis, misalnya perubahan warna campuran yang
bereaksi. Titik akhir dapat dideteksi dalam campuran reaksi yang tidak berwarna dengan
menambahkan zat yang disebut indikator, yang mengubah warna pada titik akhir
(Sastrohamidjojo, 2001).
Pada titik akhir, jumlah zat kimia A yang telah ditambahkan secara unik berkaitan dengan
bahan kimia B yang tidak diketahui bahwa semula ada, berdasarkan persamaan reaksi titrasi.
Dua penerapan titrasi yang paling lazim melibatkan reaksi netralisasi asam basa dan reaksi
oksidasi reduksi (David, 2001).

A. Penentuan Volume Gas Pereaksi dan Hasil Reaksi


Pertanyaan
perbandingan

yang

volume

bernama

timbul
dapat

setelah

dipecahkan

Amadeo

Gay
oleh

Lussac
seorang

Avogadro

mengemukakan
ahli

pada

fisika

hukum

Italia

yang

tahun

1811.

Menurut Avogadro:
Gas-gas yang volumenya sama, jika diukur pada suhu dan tekanan yang
sama, akan memiliki jumlah molekul yang sama pula.
Oleh

karena

perbandingan

volume

gas

hidrogen,

gas

oksigen,

dan

uap

air

pada reaksi pembentukan uap air = 2 : 1 : 2 maka perbandingan jumlah molekul


hidrogen, oksigen, dan uap air juga 2 : 1 : 2. Jumlah atom tiap unsur tidak
berkurang

atau

bertambah

dalam

hidrogen

dan

molekul

gas

sedangkan
Perbandingan

molekul

uap

volume

gas-gas

tersebut.

volume

gas

Hal

yang

gas
ini

lain

reaksi

kimia.

oksigen

harus

air
dalam

berarti
dapat

harus
suatu

bahwa,

ditentukan

Oleh

itu,

merupakan
merupakan
sesuai

reaksi

jika

karena

volume

dengan

cara

gas

molekul

dwiatom,

molekul

triatom.

dengan
salah

molekul

koefisien

satu

reaksi

gas

diketahui,

membandingkan

koefisien

reaksinya.
B. Massa Atom Relatif dan Massa Molekul Relatif
Setelah ditemukan peralatan yang sangat peka di awal abad XX, para ahli kimia
melakukan percobaan tentang massa satu atom. Sebagai contoh, dilakukan percobaan untuk
mengukur.

1.

massa

satu

atom

1,66

>

1024

2.

massa

satu

atom

2,70

>

1023

3.

massa

satu

atom

1,99

>

1023

Dari data di atas dapat dilihat bahwa massa satu atom sangat kecil. Para ahli sepakat
menggunakan besaran Satuan Massa Atom (sma) atau Atomic Massa Unit (amu) atau biasa
disebut juga satuan Dalton. Pada materi struktur atom, Anda telah mempelajari juga bahwa atom
sangatlah kecil, oleh karena itu tidak mungkin menimbang atom dengan menggunakan neraca.
1. Massa Atom Relatif (Ar)
Para ahli menggunakan isotop karbon C12 sebagai standar dengan massa atom relatif
sebesar 12. Massa atom relatif menyatakan perbandingan massa rata-rata satu atom suatu unsur
terhadap

1/12

massa

atom

C12.

Atau

dapat

dituliskan:

1 satuan massa atom (amu) = 1/12 massa 1 atom C12


Para ahli membandingkan massa atom yang berbeda-beda, menggunakan skala massa
atom relatif dengan lambang Ar.
Para ahli memutuskan untuk menggunakan C12 atau isotop 12C karena mempunyai
kestabilan inti yang inert dibanding atom lainnya. Isotop atom C12 mempunyai massa atom 12
sma. Satu sma sama dengan 1,6605655 x 1024 g. Dengan digunakannya isotop 12C sebagai
standar maka dapat ditentukan massa atom unsur yang lain. Massa atom relatif suatu unsur (Ar)
adalah bilangan yang menyatakan perbandingan massa satu atom unsur tersebut dengan 1/12
massa satu atom C12. ArX = ( massa atom rata rata X ) / ( 1/2 massa atom karbon 12 )
7

2. Massa Molekul Relatif (Mr)


Molekul merupakan gabungan dari beberapa unsur dengan perbandingan tertentu. Unsurunsur yang sama bergabung membentuk molekul unsur, sedangkan unsur-unsur yang berbeda
membentuk molekul senyawa. Massa molekul unsur atau senyawa dinyatakan oleh massa
molekul (Mr). Massa molekul relatif adalah perbandingan massa molekul unsur atau
senyawa terhadap 1/12 x massa atom C12. Secara matematis dapat dinyatakan:
Contoh Soal :
C. Konsep Mol dan Tetapan Avogadro
Apabila Anda mereaksikan satu atom karbon (C) dengan satu molekul oksigen (O2) maka
akan terbentuk satu molekul CO2. Tetapi sebenarnya yang Anda reaksikan bukan satu atom
karbon dengan satu molekul oksigen, melainkan sejumlah besar atom karbon dan sejumlah besar
molekul oksigen. Oleh karena jumlah atom atau jumlah molekul yang bereaksi begitu besarnya
maka untuk menyatakannya, para ahli kimia menggunakan mol sebagai satuan jumlah partikel
(molekul, atom, atau ion).
Satu mol didefinisikan sebagai jumlah zat yang mengandung partikel zat itu sebanyak
atom yang terdapat dalam 12,000 g atom karbon 12.
Jadi, dalam satu mol suatu zat terdapat 6,022 x 1023 partikel. Nilai 6,022 x 1023 partikel per mol
disebut sebagai tetapan Avogadro, dengan lambang L atau N. Dalam kehidupan sehari-hari, mol
dapat dianalogikan sebagai lusin. Jika lusin menyatakan jumlah 12 buah, mol menyatakan
jumlah 6,022 x 10 23 partikel zat. Kata partikel pada NaCl, H2O, dan N2 dapat dinyatakan

dengan ion dan molekul, sedangkan pada unsur seperti Zn, C, dan Al dapat dinyatakan dengan
atom.
2. Volume Molar (Vm)
Volume satu mol zat dalam wujud gas dinamakan volume molar, yang dilambangkan dengan
Vm.
Avogadro dalam percobaannya mendapat kesimpulan bahwa 1 L gas oksigen pada suhu
0 C dan tekanan 1 atm mempunyai massa 1,4286 g, atau dapat dinyatakan bahwa pada tekanan
1

atm.

Maka,

berdasarkan

hukum

Avogadro

dapat

disimpulkan:

1 mol gas O2 = 22,4 L


Sesuai dengan hukum Avogadro yang menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang
sama, volume gas yang sama mengandung jumlah molekul yang sama atau banyaknya mol dari
tiap-tiap gas volumenya sama. Berdasarkan hukum tersebut berlaku volume 1 mol setiap gas
dalam

keadaan

standar

(suhu

dan

tekanan

atm)

sebagai

berikut.

Volome gas dalam keadaan standar = 22,4 L


3. Volume Gas pada Keadaan Tidak Standar
Perhitungan volume gas tidak dalam keadaan standar (non-STP) digunakan dua
pendekatan sebagai berikut.
a. Persamaan gas ideal
Dengan mengandaikan gas yang akan diukur bersifat ideal, persamaan yang
menghubungkan

jumlah

mol

(n)

gas,

tekanan,

suhu,

dan

volume

yaitu:
Hukum gas ideal : P . V = n . R . T
Di mana:
P = tekanan (satuan atmosfir, atm)
V = volume (satuan liter, L)
n = jumlah mol gas (satuan mol)
R = tetapan gas (0,08205 L atm/mol K)
T = suhu mutlak (C + 273,15 K)
b.

Dengan

konversi

gas

pada

suhu

dan

tekanan

yang

sama

Menurut hukum Avogadro, perbandingan gas-gas yang jumlah molnya sama memiliki volume
sama. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut.
V1/V2 =n1/n2
Di mana:
n1 = mol gas 1 V1 = volume gas 1
n2 = mol gas 2 V2 = volume gas 2

4. Molaritas (M)
Banyaknya zat yang terdapat dalam suatu larutan dapat diketahui dengan menggunakan
konsentrasi larutan yang dinyatakan dalam molaritas (M). Molaritas menyatakan banyaknya mol
zat dalam 1 L larutan. Secara matematis dinyatakan sebagai berikut.

10

Di mana:
M

= molaritas (satuan M)

massa = dalam satuan g


Mr

= massa molar (satuan g/mol)

= volume (satuan mL)

D. Rumus Molekul dan Kadar Unsur dalam Senyawa


Perbandingan massa dan kadar unsur dalam suatu senyawa dapat ditentukan dari rumus
molekulnya.
1. Penentuan Rumus Empiris dan Rumus Molekul
Rumus kimia menunjukkan jenis atom unsur dan jumlah relatif masingmasing unsur yang
terdapat dalam zat. Banyaknya unsur yang terdapat dalam zat ditunjukkan dengan angka indeks.
Rumus kimia dapat berupa rumus empiris dan rumus molekul. Rumus empiris, rumus yang
menyatakan perbandingan terkecil atomatom dari unsur-unsur yang menyusun senyawa.
Rumus molekul, rumus yamg menyatakan jumlah atom-atom dari unsur-unsur yang menyusun
satu molekul senyawa.
Rumus Molekul = ( Rumus Empiris )n
Mr Rumus Molekul = n x (Mr Rumus Empiris
n = bilangan bulat
Penentuan rumus empiris dan rumus molekul suatu senyawa dapat ditempuh dengan langkah
berikut.
1. Cari massa (persentase) tiap unsur penyusun senyawa,
2. Ubah ke satuan mol,
11

3. Perbandingan mol tiap unsur merupakan rumus empiris,


4. Cari rumus molekul dengan cara: (Mr rumus empiris)n = Mr rumus molekul, n dapat dihitung,
5. Kalikan n yang diperoleh dari hitungan dengan rumus empiris.

2. Menentukan Rumus Kimia Hidrat (Air Kristal)


Hidrat adalah senyawa kristal padat yang mengandung air kristal (H2O). Rumus kimia
senyawa kristal padat sudah diketahui. Jadi pada dasarnya penentuan rumus hidrat merupakan
penentuan jumlah molekul air kristal (H2O) atau nilai x. Secara umum, rumus hidrat dapat ditulis
sebagai berikut.
Rumus

kimia

senyawa

kristal

padat:

H2O

Sebagai contoh garam kalsium sulfat, memiliki rumus kimia CaSO4 . 2H2O, artinya dalam
setiap satu mol CaSO4 terdapat 2 mol H2O.
3. Hitungan Kimia
Penentuan jumlah pereaksi dan hasil reaksi yang terlibat dalam reaksi harus
diperhitungkan dalam satuan mol. Artinya, satuan-satuan yang diketahui harus diubah ke dalam
bentuk mol. Metode ini disebut metode pendekatan mol.
4. Pereaksi Pembatas
Di dalam suatu reaksi kimia, perbandingan mol zat-zat pereaksi yang dicampurkan tidak selalu
sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini berarti bahwa ada zat pereaksi yang akan
habis bereaksi lebih dahulu.

12

Pereaksi

demikian

disebut

pereaksi

pembatas.

Bagaimana

hal

ini

dapat

terjadi?

X + 2Y > XY2
Reaksi di atas memperlihatkan bahwa menurut koefisien reaksi, satu mol zat X
membutuhkan dua mol zat Y. Gambar di atas menunjukkan bahwa tiga molekul zat X
direaksikan dengan empat molekul zat Y. Setelah reaksi berlangsung, banyaknya molekul zat X
yang bereaksi hanya dua molekul dan satu molekul tersisa. Sementara itu, empat molekul zat Y
habis bereaksi. Maka zat Y ini disebut pereaksi pembatas. Pereaksi pembatas merupakan reaktan
yang habis bereaksi dan tidak bersisa di akhir reaksi.
Dalam hitungan kimia, pereaksi pembatas dapat ditentukan dengan cara membagi semua
mol reaktan dengan koefisiennya, lalu pereaksi yang mempunyai nilai hasil bagi terkecil
merupakan pereaksi pembatas.

13

III.
A.

ALAT DAN BAHAN


ALAT

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas piala, gelas ukur, pipet tetes, pipet
ukur, pipet gondok , labu takar 100 ml, dan buret 50 ml.
B.

BAHAN

Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah asam klorida pekat, larutan natrium
hidroksida 0,1 M, pelet natrium hidroksida, larutan asam klorida 0,1 M, indikator metil merah,
indikator phenophtalein, dan akuades.

IV.

PROSUDER KERJA

A.

Pembuatan Larutan Asam Klorida (HCl)

1.

Gelas ukur kosong ditimbang (16,53 gram), kemudian diisi dengan larutan asam klorida

pekat (4 mL) menggunakan pipet tetes. Dilakukan dalam lemari asam.


2.

Labu takar ditimbang 100 mL (39,63 gram), kemudian diisi dengan akuades sekitar 20-25

mL.
3.

Asam klorida pekat yang telah diambil dimasukkan perlahan-lahan kedalam labu takar.

Dilakukan dalam lemari asam.

14

4.

Kedalam labu takar ditambahkan Akuades hingga tanda batas. Tutup labu takar dan

lakukan pengocokan hingga larutan homogen. Larutan yang telah dibuat dalam tahap ini disebut
sebagai larutan A.
5.

Larutan asam klorida (larutan A) sebanyak 20 mL dipindahkan kedalam labu takar 100 mL

yang baru menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.


6.

Kedalam labu takar tersebut ditambahkan akuades hingga tanda batas. Larutan HCl yang

telah diencerkan ini disebut sebagai larutan B.


B.

Penentuan Konsentrasi Larutan Asam Klorida (HCl) Melalui Titrasi

a.

Titrasi dengan Indikator Metil Merah

1.

Sebelum digunakan, bilas buret dengan akuades, kemudian bilas kembali dengan larutan

NaOH yang akan digunakan.


2.

Buret diisi dengan larutan NaOH.

3.

Dicatat volume awal larutan NaOH dalam buret dengan membaca skala pada meniscus

bawah larutan.
4.

Dipindahkan larutan HCl encer (larutan B) sebanyak 10 mL kedalam erlenmeyer

menggunakan pipet gondok atau pipet ukur, kemudian ditambahkan indikator metil merah
kedalam larutan tersebut.
5.

Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH didalam buret hingga terjadi

perubahan warna. Setelah terjadi perubahan warna yang konstan, hentikan titrasi.

15

6.

Baca volume akhir NaOH yang tersisa dalam buret. Hitung volume NaOH yang diperlukan

untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir NaOH dalam buret.
7.

Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali.

b.

Titrasi dengan Indikator Phenophtalein

1.

Dilakukan kembali prosedur titrasi terhadap 10 mL larutan HCl encer (larutan B) dengan

larutan NaOH 0,1 M, namun dengan menggunakan indicator phenophtalein.


2.

Hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan menggunakan indicator metil merah dan

dengan menggunakan indikator phenophtalein sebagai indikator.


C.
1.

Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida (NaOH)


Ditimbang butiran NaOH (0,4 gram) menggunakan kaca arloji dan neraca analitik.

Kemudian NaOH dipindahkan dari gelas arloji kedalam gelas beker yang telah diisi 20-25 mL
akuades hangat.
2.

Diaduk dengan pengaduk kaca hingga seluruh NaOH larut sempurna. Kemudian pindahkan

larutan dari gelas beker kedalam labu takar 50 mL.


3.

Ditanbahkan akuades hingga tanda batas pada labu takar. Tutup labu takar, kemudian kocok

hingga homogen. Larutan yang diperoleh dari tahap ini disebut sebagai larutan C.
4.

dipindahkan 25 mL larutan C kedalam labu takar 100 mL yang baru dengan menggunakan

pipet gondok.
5.

Ditambahkan Akuades hingga tanda batas, kemudian dikocok hingga homogen. Larutan

yang diperoleh disebut sebagai larutan D.


16

D.

Penentuan Konsentrasi Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) melalui Titrasi

a.

Titrasi NaOH dengan larutan HCl sebagai Titran

1.

Sebelum digunakan, bilas buret dengan akuades, kemudian bilas kembali dengan larutan

HCl 0,1 M yang akan digunakan. Kemudian buret diisi dengan larutan HCl 0,1 M.
2.

Dicatat volume awal larutan HCl 0,1 M dalam buret dengan membaca skala pada meniscus

bawah larutan.
3.

Dipindahkan Larutan NaOH sebanyak 10 mL kedalam erlenmeyer dengan menggunakan

pipet gondok atau pipet ukur.


4.

Ditambahkan 2-3 tetes indikator metil merah kedalam larutan tersebut.

5.

Larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan larutan HCl 0,1 M dalam buret hingga terjadi

perubahan warna. Setelah terjadi perubahan warna yang konstan, hentikan titrasi.
6.

Dibaca volume akhir asam klorida yang tersisa dalam buret. Hitung volume asam klorida

yang diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir asam klorida dalam
buret.
7.

Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali.

b.

Titrasi Larutan HCl 0,1 M dengan Larutan NaOH sebagai titran

1.

Buret dibilas dengan akuades, kemudian dibilas kembali dengan larutan D yang telah

dibuat.
2.

Buret diisi dengan larutan D.

17

3.

Dipindahkan 10 mL larutan HCL 0,1 M dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet

gondok atau pipet ukur.


4.

Ditambahkan 2-3 tetes indikator metil merah kedalam larutan tersebut.

5.

Dititrasi larutan yang ada dalam erlenmeyer dengan larutan yang ada dalam buret hingga

terjadi perubahan warna.


6.

Titrasi dihentikan jika terjadi perubahan warna yang konstan.

7.

Dihitung volume NaOH yang diperlukan untuk mentitrasi larutan HCL tersebut.

8.

Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali.

9.

Dibandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan larutan HCL 0,1 M sebagai

titran dengan larutan NaOH sebagai titran.


V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Perhitungan


1. Hasil
a. Pembuatan dan Pengenceran Larutan Asam Klorida
No

Percobaan

1.

Pembuatan dan Pengenceran Larutan


a. Pembuatan larutan A
-

Berat gelas ukur kosong

18

30,4

Volume HCl pekat

4 mL

Massa jenis HCl

1190

Konsentrasi HCl pekat

37 %

Berat labu takar kosong

60,2

Berat labu takar berisi larutan

160,

Berat larutan

99,8

Volume larutan A

100

b. Pembuatan larutan B
-

Volume larutan sebelum diencerkan

Volume larutan setelah diencerkan

100

b. Penentuan Konsentrasi Asam Klorida


No

Percobaan

2.

Penentuan Konsentrasi HCl

Pengamatan

a. Titrasi menggunakan indikator metil


merah
Titrasi ke 1:
-

10 mL

Volume HCl

9,8 mL
19

20 m

Volume NaOH

Perubahan warna

Merah Kuning

Titrasi ke 2:

10 mL

Volume HCl

10,2 mL

Volume NaOH

Merah Kuning

Perubahan warna

10 mL

rata rata V HCl yang digunakan

10 mL

rata rata V NaOH yang digunakan

Titrasi menggunakan fenoftalein


Titrasi ke-1:

10 mL

Volume HCl

9,9 mL

Volume NaOH

Bening Merah

Perubahan warna

Titrasi ke 2 :

10 mL

20

Volume HCl

10 mL

Volume NaOH

Bening Merah

Perubahan warna

10 mL

rata rata HCl yang digunakan

9,95 mL

rata rata NaOH yang digunakan

c. Pembuatan Larutan NaOH


No

Percobaan

3.

Pembuatan Larutan NaOH

Pen

a. Penbuatan larutan C
-

Massa NaOH

0,4

Mr NaOH

40 g

Volume larutan

50 m

b. Pembuatan larutan D
-

Volume larutan sebelum diencerkan

20 m

100
21

Volume larutan setelah diencerkan

d. Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH


No

Percobaan

Pengamatan

4.

Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH


a. Titrasi NaOH dengan larutan HCl
sebagai titran
Titrasi ke 1:
-

Volume HCl

Volume NaOH

Indikator

Perubahan warna

7,5 mL
10 mL
Metil Merah
Kuning Merah

Titrasi ke 2:
22

Volume HCl

Volume NaOH

8,1 mL

Indikator

10 mL

Perubahan warna

Metil Merah

rata rata V HCl yang digunakan

Kuning Merah

rata rata V NaOH yang digunakan

7.8 mL
10 mL

b. Titrasi larutan HCl dengan NaOH


sebagai
titran
Titrasi ke 1:
-

Volume NaOH

Volume HCl

Indikator

Perubahan warna

14 mL
10 mL
Metil Merah
Merah Kuning

Titrasi ke 2:

23

Volume NaOH

12,5 mL

Volume HCl

10 mL

Indikator

Metil Merah

Perubahan warna

Merah Kuning

rata rata V HCl yang digunakan

10 mL

rata rata V NaOH yang digunakan

13,25 mL

2. Perhitungan
a. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl Pekat
Diketahui: - massa jenis HCl = 1,19 kg/L = 1190 gram/L
-Persen berat HCl = 37 %(b/b)
- massa 1L larutan pekat HCl = 1190 gram/L x 1L = 1190 gram
- massa HCl dalam 1L larutan pekat 37% x 1190 = 440,3 gram
- Mr HCl pekat = 36,5 gram/mol
Ditanya : Molaritas HCl pekat =..?
Penyelesaian : = 440,3 gram/ 36,5 gram . mol-1
1L
= 12,06 mol/L
24

b. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl Encer ( larutan A dan larutan B )


- melalui perhitungan pengenceran
- konsentrasi larutan A
Diketahui : MHCl = 12,06 mol/L
VHCl = 4,15 mL
VA = 100 mL=0,01 L
Ditanya : MA = ?
Penyelesaian :
MA . 100 mL = 12,06 mol/L . 4,15 mL
MA = 12,06 mol/L . 4,15mL
100 mL
= 0,5 mol/L
- konsentrasi larutan B
Diketahui : MA = 0,5 mol/L
VA = 20 mL
VB = 100 mL
Ditanya : MB = ?

25

Penyelesaian :
MB . VA = MB . VB
MB = 0,5 mol/L . ( 20/100)
= 0,1 mol/L
-. melalui titrasi
Diketahui : MNaOH = 0,1 M
VNaOH = 12 mL
VHCl = 10 mL
Ditanya : MHCl = ?
Penyelesaian :
MHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH
MHCl = 0,1 . 12
10
= 0,12 M
c. Penentuan Konsentrasi larutan NaOH
-. konsentrasi larutan C
Diketahui : massa NaOH = 0,4 gram

26

VNaOH = 50 mL
MrNaOH = 40 gram/mol
Ditanya :- molaritas NaOH =?
- molaritas larutan C = ?
Penyelesaian :
molaritas NaOH =
5 .10-2 L
= 0,2 mol/L
molaritas larutan C = 0,2 mol/L
.

- konsentrasi larutan D

Diketahui : MC = 0,2 mol/L


VC = 25 mL
VD = 100 mL
Ditanya : MD = ?
Penyelesaian :
MC . VC = MD. VD
MD = 0,2 (25/10 )

27

(0,4 gram / 40 gram.mol-1)

= 0,05 mol/L
d. Melalui Titrasi
- titrasi NaOH oleh HCl
Diketahui : VHCl = 7 mL
VNaOH = 10 mL
MHCl = 0,1 M
Ditanya : MHCl = ?
Penyelesaian :
MHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH
MNaOH= 0,1. 7
10
= 0,07 M
- Titrasi HCl oleh NaOH
Diketahui : VNaOH = 16,5 mL
VHCl = 10 mL
MHCl = 0,1 M
Ditanya : MNaOH= ?

28

Penyelesaian :
MHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH
MNaOH = 0,1 . 10
16,5
= 0,06 M
B.

Pembahasan

Percobaan ini dilakukan untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan
larutan dan menentukan konsentrasi larutan yang dibuat. Dalam pelaksanaan prakrikum,
praktikan melakukan percobaan dengan mengencerkan larutan asam klorida pekat dan larutan
natrium hidroksida.
Pada pembuatan asam klorida atau HCl pekat digunakan sebanyak 4 mL yang pengambilannya
dilakukan dalam lemari asam. HCl pekat itu kemudian ditambahkan dengan akuades sampai
tanda batas pada labu takar, kemudian dikocok sampai homogen. Larutan ini disebut sebagai
larutan A. Kemudian proses pembuatan larutan B dilakukan dengan mengambil 20 mL larutan A
dengan menggunakan pipet gondok dan dipindahkan kedalam labu takar yang baru, lalu
ditambahkan akuades hingga tanda batas. Larutan ini disebut sebagai larutan B.
Pada penentuan konsentrasi larutan Asam Klorida atau HCl melalui titrasi yang dilakukan
dengan menggunakan indikator metal merah dan indikator penophtalein terjadi perubahan warna
yang berbeda. Pada saat larutan B dipindahkan menggunakan pipet gondok sebanyak 10 mL, dan
diberi 2-3 tetes indikator metil merah, larutan B berubah warna menjadi merah. Kemudian,
larutan tadi dititrasi lagi dengan larutan natrium hidroksida (NaOH) sehingga warnanya berubah
29

menjadi kuning. Pada saat larutan B dititrasi dengan indikatir penophtalein, larutan tersebut
berubah warna menjadi kuning, dan pada saat dititrasi dengan NaOH, larutan tersebut berubah
menjadi warna ungu.
Pada pembuatan larutan Natrium hidroksida atau NaOH, cara yang dilakukan sama dengan
pembuatan larutan HCl. Larutan ini disebut sebagai larutan C. Sedangkan pembuatan larutan D
dilakukan dengan mengambil larutan C yang kemudian diencerkan dengan akuades. Pada saat
larutan D diberi 2-3 tetes indikator metil merah, larutan D berubah warna menjadi kuning.
Kemudian larutan ini dititrasi dengan HCl 0,1 M berubah warna menjadi merah muda.
Selanjutnya titrasi dilakukan antara HCl 0,1 M dengan NaOH sebagai titran. Sebelum dititrasi,
larutan HCl diberi 2-3 tetes Indikator metil merah sehingga warnanya berubah menjadi merah
muda . larutan ini kemudian dititrasi dengan larutan NaOH dan berubah warna menjadi kuning.
Jadi pada saat larutan NaOH (basa) oleh HCl 0,1 M (asam), NaOH yang ditetesi dengan
indikator metil merah berubah warna menjadi kuning (asam yang diberi metil merah akan
berubah warna menjadi kuning), dan setelah dititrasi dengan HCl 0,1 M(asam), larutan tersebut
berubah warna menjadi merah muda. Sebaliknya saat titrasi HCl 0,1 M oleh NaOH (basa), HCl
yang ditetesi dengan indikator metil merah berubah warna menjadi menjadi merah muda (asam
yang diberi metil merah akan berubah menjadi merah muda), dan setelah dititrasi dengan NaOH
(basa), larutan tersebut berubah warna menjadi kuning.
Metil merah berada antara asam dan basa, sehingga dapat bereaksi baik dengan asam maupun
basa, karena rentang perubahan pH metil merah antara 4,2-6,2. Ketika berada dalam suasana
asam, metil merah mempunyai ion-ion hidrogen dalam jumlah besar, kesetimbangan diatas akan
bergeser kearah kiri, yaitu warna asam metil merah yang tidak terdisosiasi menjadi kelihatan.
30

Tetapi ketika larutan dalam suasana basa, ion-ion hidrogen hidrogen dihilangkan, kesetimbangan
larutan bergeser kearah pembentukan anion indikator , dan warna larutan berubah. Rentang pH
ini berada antar pH asam dan pH basa. Hal inilah yang menyebabkan perubahan warna terhadap
larutan basa dan larutan asam.
Perubahan warna ini disebabkan karena indikator melalui pH asam dan juga pH basa. Pada titrasi
HCl 0,1 M dan NaOH yang merupakan asam kuat dan basa kuat, sering disebut dengan proses
netralisasi. Hal ini karena kedua larutan tersebut merupakan elektrolit kuat, maka spesies-spesies
yang berada dalam larutan adalah ion-ion. Titrasi asam basa merupakan contoh analisis
volumetri, yaitu sebuah cara atau metode, yang menggunakan larutan yang disebut titran dan
dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret.
Titik yang dalam titrasi dimana titran yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat
dengan senyawa yang ditentukan dan disebut titik ekivalen atau titik stoikhiometri.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Konsentrasi Larutan HCl Pekat sebesar 12,063 M.
Konsentrasi larutan HCl encer (Larutan A dan Larutan B) dapat diperoleh melalui perhitungan
pengenceran dan melalui Titrsi, melalui perhitungan pengenceran diperoleh Konsentrasi Larutan
A sebesar 0,483 M dan konsentrasi Larutan B sebesar 0,096 M. Perhitungan melalui titrasi
menggunakan indikator Metil Merah diperoleh Konsentrasi HCl sebesar 0,1 M, sedangkan
menggunakan indikator Phenolphtalaein diperoleh konsentrasi HCl 0,997 x 10-1 M.
Penentuan konsentrasi Larutan NaOH dapat dilakukan melalui perhitungan pengenceran dan
melalui titrasi. Perhitungan melalui pengenceran diperoleh konsentrasi larutan C dan konsentrasi
larutan D berturut-turut sebesar 0,002 x 102 M dan 0,004 x 101M, sedangkan perhitungan
konsentrasi NaOH melalui titrasi, yang pertama dilakukan Titrasi NaOH oleh HCl diperoleh
31

konsentrasi NaOH sebesar 0,075 M dan Titrasi HCl oleh NaOH diperoleh konsentrasi NaOH
sebesar 0,072 M.

VI.

Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1.

Dari hasil perhitungan diperoleh konsentrasi larutan HCl pekat sebesar 12,063 M,

konsentrasi larutan HCl encer (Larutan A dan larutan B) diperoleh konsentrasi larutan A sebesar
0,483 M dan konsentrasi Larutan B sebesar 0,096 M
2.

Konsentrasi HCl yang diperoleh melalui proses titrasi menggunakan indikator metil merah

sebesar 0,1 M, sedangkan menggunakan indikator Phenolftalein sebesar 0,997 x 10-1 M.


Sedangkan konsentrasi larutan C dan larutan D diperoleh berturut-turut sebesar 0,002 x 102 M,
0,004 x 101 M. Sedangkan konsentrasi yang diperoleh melalui titrasi NaOH oleh HCl sebesar
0,075 M dan konsentrasi NaOH yang diperoleh melalui titrasi HCl oleh NaOH sebesar 0,072 M.

32

33

DAFTAR PUSTAKA
\
Brady, J,F. 1999. Kimia Universitas:Asas dan Struktur (terjemahan). Jakarta; Binarupa Aksara.

David, W.O, dkk. 2001. Prinsif-prinsif Kimia Modern. Erlangga; Jakarta.

Sastrohamidjojo, H. 2001. Kimia Dasa. Gajah Mada University Press; Yogyakarta.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. ITB: Bandung.

34

Anda mungkin juga menyukai