Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak merupakan suatu kewajiban bagi setiap masyarakat yang telah
memenuhi syarat untuk melaksanakanya. Tak hanya di Indonesia hal ini juga
merupakan hal yang penting bagi negara- negara di dunia. Bagi beberapa negara,
pajak merupakan penghasilan terbesar guna memenuhi pengeluaran rumah tangga
mereka atau juga untuk melakukan pembangunan nasional yang tidak memakan
biaya yang sedikit. Indonesia salah satunya. Pada beberapa tahun yang lalu pajak
bukanlah

sektor

penerimaan

terbesar

dalam

APBN.

Indonesia

masih

mengandalkan sektor penerimaan dari sumber daya alam yang ada terutama dalam
sektor migas (minyak dan gas). Indonesia merupakan negara yang kaya akan
sumber daya alam, bahkan menjadi salah satu negara pengekspor minyak yang
cukup diperhitungkan. Seperti yang telah diketahui pada tahun 1961 Indonesia
resmi bergabung dalam OPEC (Organization Petroleum Exporting Countries),
tapi sayangnya pada tahun 2008 lalu disampaikan bahwa Indonesia keluar dari
organisasi tersebut. Bukan hanya karna produksi minyak mentah yang terus
menurun tetapi juga permintaan akan konsumsi BBM di Indonesia terus
meningkat sehingga menyebabkan Indonesia menyandang predikat sebagai net oil
importer.
Indonesia dituntut untuk mencari cara lain agar dapat tetap mempertahankan
penerimaan negara dan tetap dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga. Salah satu
caranya dengan meningkatkan pendapatan pajak, pajak tidak begitu tersoroti dulu,
tapi sekarang pajak menjadi sorotan penting bagi Indonesia. Sama dengan
1

sebagian besar negara- negara di barat, dimana penerimaan negara pada dasarnya
berasal dari masyarakatnya sendiri, tidak lagi tergantung pada apa yang dimiliki
secara alami oleh negara tersebut. Pemerintah berusaha keras untuk dapat terus
meningkatkan penerimaan dari sektor pajak, untuk sekarang ini saja hampir 80%
penerimaan di APBN berasal dari pajak. Hal ini membuktikan bahwa rakyat
Indonesia merupakan sumber pengahasilan terbesar bagi negara.
Data dari departemen keuangan di Indonesia memperlihatkan rincian
peningkatan pendapatan dari sektor pajak dan non pajak tahun 2007- 2014,
ditampilkan pada tabel 1.1 sebagai berikut: (dalam Miliar Rupiah)
Tabel 1.1
Jumlah Penerimaan Negara Tahun 2007- 2014

Sumber: www.bps.go.id, diolah, 2015

Tabel diatas jelas menampilkan bahwa penerimaan pajak merupakan sektor


penerimaan terbesar bagi negara hampir setiap tahunnya lebih dari 70% pajak
merupakan penyumbang penerimaan terbesar bagi negara dan 30% nya
merupakan penghasilan dari sektor- sektor yang dulunya adalah penyumbang
pendapatan terbesar bagi negara.
Data dari departemen keuangan merincikan sumber- sumber pendapatan
pajak tahun 2007- 2014, ditampilkan pada tabel 1.2 sebagai berikut: (dalam
Miliar Rupiah)

Tabel 1.2
Penerimaan Pajak Tahun 2007- 2014

Sumber: www.bps.go.id, diolah, 2015

Dari seluruh penerimaan pajak yang diperoleh negara, pajak yang memiliki
penerimaan terbesar adalah pajak penghasilan. Hal ini tentu tidak mengherankan
terlebih lagi melihat jumlah masyarakat yang ada di Indonesia dan didukung pula
oleh badan- badan usaha yang berdiri di Indonesia.
Terdapat 3 (tiga) sistem pemungutan di Indonesia salah satunya self
assessment, yakni dimana wajib pajak diberi wewenang untuk menghitung sendiri
jumlah pajak terutang mereka. Sehingga dapat dikatakan bahwa wajib pajak
dipecayai untuk jujur, hal ini tentu membutuhkan kesadaran dan pemahaman yang
baik dari masyarakat itu. Walaupun demikian bukan berarti tidak ada pengawasan
dari pemerintah atau pemerintah tidak memiliki hak untuk menentukan jumlah
pajak terutang, dalam beberapa kasus sistem pemungutan dapat menjadi official
assement. Apabila dilihat dari segi kesadaran pada tahun 2014 Direktur Jendral
Pajak mengatakan bahwa kurang lebih enam puluh (60) juta dari dua ratus lima
puluh juta penduduk telah mampu untuk membayar pajak mereka tetapi hanya
dua puluh lima juta yang membayar pajak. Terlebih lagi dari lima juta badan-

badan usaha yang ada di Indonesia ternyata hanya 11% saja yang melakukan
kewajiban mereka. Hal ini tentu jauh dari kata baik.
Tidak hanya dilihat dari kesadaran masyarakat, kesadaran juga penting bagi
pihak pajak, dengan tidak menyalahgunakan wewengan mereka dalam memungut
pajak. Dalam hubungan dengan uraian di atas, maka salah satu jenis pajak yang
ditekankan adalah pajak penghasilan. Dimana pajak penghasilan dikenakan
terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam
tahun pajak.
Wajib pajak diberi wewenang untuk menghitung sendiri berapa jumlah pajak
terutang mereka sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah,
peraturan terkait pajak penghasilan telah diatur dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 serta dalam beberapa peraturan terkait, tetapi
tetap saja terkadang terdapat perbedaan perhitungan jumlah pajak terutang antara
yang dihitung oleh perusahaan dan yang dihitung menurut peraturan perpajakan,
yang tentu akan menghasilkan perbedaan jumlah pajak terutang yang harus
dibayarkan. Perbedaan yang terjadi dapat disebabkan karena perbedaan prinsip
akuntansi atau metode antara perusahaan dan fiskal, atau dapat juga disebabkan
oleh perbedaan pemahaman dalam mengartikan peraturan yang ada.
PT. X merupakan perusahaan yang berada dalam bidang konstruksi
khususnya dalam hal telekomunikasi dan komunikasi. Seperti yang telah kita
ketahui Indonesia merupakan negara yang besar dan terdiri dari beberapa pulau,
sehingga jaringan komunikasi menjadi kebutuhan yang sangat penting untuk tetap
menjaga kesatuan negara dan mengurangi jumlah daerah yang tertinggal. Dari
segi perpajakan, penghasilan yang dihasilkan perusahaan akan dikenakan Pajak
Penghasilan Badan pasal 17 ayat (2) dalam Undang-Undang Perpajakan Nomor
36 Tahun 2008. Mengingat perusahaan juga bergerak dalam bidang konstruksi

maka menurut Pajak Penghasilan pasal 4 ayat (2) penghasilan yang berasal dari
jasa konstruksi akan dikenakan tarif pajak yang bersifat final, dimana telah diatur
lebih dalam pada Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2008. Selain hal tersebut
terdapat peraturan lain terkait dengan kegiatan yang berhubungan dengan jasa
konstruksi tetapi memungkinkan perusahaan untuk tidak mengenakan tarif yang
bersifat final, hal ini telah ditulis dalam pasal 23 Undang-Undang No. 36 tahun
2008 mengenai jasa lain dan dijelaskan lebih lanjut dalam PMK No. 244 tahun
2008.
Selama ini jumlah pajak yang dipotong dan dibayarkan oleh perusahaan telah
dihitung dan dipotong dengan acuan peraturan PPh dalam UU Pajak Penghasilan
No.36 tahun 2008. Dalam peraturan telah tertulis dengan jelas mengenai tarif dan
tata cara pemotongan pajak serta ketentuan dalam menyetorkan dan melaporkan
jumlah pajak yang telah dibayarkan. Walaupun demikian masih terdapat
perbedaan dalam segi perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan menurut
perusahaan dan fiskus. Oleh karena latar belakang tersebut peneliti mengambil
judul skripsi:
EVALUASI PENGGUNAAN TARIF PPH

ATAS JASA KONSTRUKSI

DAN TARIF PPH BADAN (Studi Kasus Pada PT. X)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah perhitungan pajak penghasilan atas jasa kontrusksi yang dilakukan
oleh PT. X telah mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2008 ?

2. Apakah perhitungan Pajak Penghasilan badan pada PT. X telah sesuai dengan
tarif PPh badan Undang- Undang perpajakan Nomor 36 tahun 2008?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis melalui penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pemahaman perusahaan mengenai perhitungan dan
pemotongan pajak pada penghasilan yang diperoleh.
b. Untuk melihat apakah perhitungan pajak penghasilan yang dilakukan oleh
perusahaan telah sesuai dengan Undang-Undang No. 36 tahun 2008 dan
Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2008 mengenai penghasilan dari jasa
konstruksi.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan ini, diharapkan dapat memberikan
informasi:
a. Bagi Perusahaan
Dapat memberikan sumbangan pikiran kepada perusahaan mengenai penerapan
kewajiban pajak penghasilan badan, dan juga dapat berguna sebagai masukan
dan bahan pertimbangan untuk perlakuan perpajakan yang lebih baik.
b. Bagi Penulis
Diharapkan dalam penelitian ini penulis dapat menambah wawasan dan
pengetahuan sebagai bekal untuk dalam dunia kerja nanti khususnya di bidang
perpajakan.
c. Bagi Pembaca
Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang tertarik dengan
topik yang sama.

Anda mungkin juga menyukai