Anda di halaman 1dari 11

I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan sapi perah yang produksi susunya

tinggi dengan persentase kadar lemak yang rendah apabila dibandingkan dengan
bangsa sapi perah lainnya. Produksi susu sapi perah dipengaruhi oleh faktor
genetik (sifat keturunan) dan faktor lingkungan. Kemampuan sapi perah dalam
memproduksi susu dipengaruhi oleh 30% genetik dan 70% lingkungan.
Susu merupakan hasil utama dari ternak perah, dengan kandungan gizi
yang lengkap dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Nilai gizi yang terkandung
antara lain karbohidrat, protein, lemak, mineral, kalsium, vitamin A, asam amino
esensial maupun non esensial, dan sebagianya. Produksi susu yang dihasilkan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Indonesia masih sangat rendah,
karenanya diperlukan peningkatan hasil, baik kualitas maupun kuantitasnya.
Peningkatan permintaan susu yang tidak diimbangi dengan bertambahnya
populasi sapi, tentu saja mengakibatkan kebutuhan akan susu tidak terpenuhi.
Pemenuhan produksi susu dengan penambahan ternak sapi perah membutuhkan
waktu yang lama. Oleh karena itu, peternak perlu sigap dalam mendeteksi berahi
sapi, sehingga tindakan inseminasi buatan (IB) dapat dilakukan secara tepat dan
efisien. Maka dibutuhkan sebuah alat yang dapat membantu peternakan dalam
mengefisienkan proses reproduksi dari sapi perah itu sendiri, seperti kalender
repoduksi sapi perah bentuk cakram berputar. Berdasarkan pada uraian masalah
tersebut, kami membuat makalah yang berjudul Fungsi dan Cara Kerja Kalender
Sapi Bentuk Cakram Berputar dalam Menjaga Kestabilan Produksi Susu
Sepanjang Tahun.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah

adalah sebagai berikut:


1)
Bagaimana fungsi dan cara kerja kalender sapi bentuk cakram berputar?
2)
Bagaimana hubungan kalender sapi bentuk cakram berputar dalam
menjaga kestabilan produksi susu sepanjang tahun?
1.3
1)

Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan adalah sebagai berikut :
Agar mengetahui bagaimana fungsi dan cara kerja kalender sapi bentuk

2)

cakram berputar?
Agar mengetahui bagaimana hubungan kalender sapi bentuk cakram
berputar dalam menjaga kestabilan produksi susu sepanjang tahun?

II
KERANGKA PENDEKATAN MASALAH

2.1

Sapi Friesian Holstein


Sapi Friesian Holstein juga dikenal dengan nama Fries Holland atau

sering disingkat FH. Di Amerika bagsa sapi ini disebut Holstein, dan dinegaranegara lain ada pula yang menyebut Friesien, akan tetapi di Indonesia disebut FH.
Sapi FH menduduki populasi terbesar, bahkan hampir di seluruh dunia, baik di
Negara-negara subtropis maupun tropis. Bangsa sapi ini mudah beradaptasi di
2

tempat baru. Di Indonesia populasi bangsa sapi FH ini juga terbesar di antara
bangsa sapi-sapi perah yang lain (Girisonta, 1995).
Ciri-ciri jenis sapi FH diantaranya warna belang hitam putih,pada kaki
bagian bawah dan juga ekornya berwarna putih, tanduknya pendek dan
menghadap ke depan, pada dahinya terdapat warna putih yang berbentuk segitiga.
Sapi FH mempunyai tubuh tegap dan sifat jinak sehingga mudah dikuasai, tidak
tahan panas, lambat dewasa, berat badan sapi jantan 850 kg dan sapi betina 625
kg, produksi susunya 4.500-5.000 liter per laktasi (Muljana, 1983 ).
Kemampuam sapi perah Friesian Holstein dalam menghasilkan susu lebih
banyak daripada bangsa sapi perah lainnya, yaitu mencapai 5982 liter per laktasi
dengan kadar lemak 3,7 %. Daya merumput baik apabila digembalakan pada
padang rumput yang baik saja, sedangkan pada padang rumput yang kurang baik
sapi sukar beradaptasi (Syarief ,1984).
Ciri-ciri sapi FH yang berproduksi susu tinggi yaitu ukuran ambing
simetris, letak ambing di bawah perut di antara ruangan kedua kaki yang lebar,
ukuran ambing bagian depan cukup besar dan bagian belakang sama besarnya
dengan batas-batas diantara keempat bagian, kulit ambing tampak halus, lunak,
mudah dilipat dengan jari, dan bulu yang tumbuh pada ambing halus, bentuk dan
ukuran dari keempat putting sama, silindris, penuh, bergantung dan letaknya
simitris, pembuluh darah balik/ vena susu terdapat di bawah perut di mulai dari
tali pusat sampai ambing, tampak besar, panjang, bercabang-cabang, dan
berkelok-kelok nyata.
2.2

Produksi Susu
Sapi FH mampu memproduksi susu yang lebih tinggi dibanding bangsa

sapi perah lain, yaitu mencapai 5750-6250 kg/laktasi dengan persentase kadar
lemak rendah (3,7%) (Mukhtar, 2006). Sudono (1999) menyatakan bahwa
produksi dan kualitas susu dipengaruhi oleh bangsa sapi, masa laktasi, besarnya
sapi , birahi (estrus), umur, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan,
jumlah dan kualitas ransum serta tatalaksana pemeliharaan.

2.3

Manajemen Reproduksi Sapi Perah


Penanganan reproduksi pada sapi perah sebenarnya lebih mudah daripada

ternak lainnya, karena tanda-tanda berahi pada ternak betina jelas dan peternak
setiap hari selalu ada di kandang. Walaupun demikian pengetahuan, keterampilan
dan pengalaman dalam penanganan reproduksi sangat diperlukan. Tujuan
penanganan reproduksi adalah untuk mencapai efisiensi reproduksi yang tinggi.
Artinya, bagaimana usaha kita agar setiap memasukan sel sperma ke dalam alat
reproduksi sapi betina dapat menghasilkan pedet yang hidup, sehat, dan normal,
serta tanpa mengalami kesulitan pada waktu proses kelahiran.
Kegagalan reproduksi bukan hanya disebabkan oleh betina, tetapi juga
pejantan yang digunakan. Untuk mendapatkan efisiensi reproduksi yang tinggi
diusahakan memperbaiki kondisi (genetis, biologis dan kesehatan) ternak tersebut
baik betina maupun pejantan. Selain itu memperbaiki manajemen pemeliharaan
juga dilakukan seleksi secara ketat.
Di Indonesia, penentuan efisiensi reproduksi dengan cepat dan tepat belum dapat
dilaksanakan, karena keterbatasan peralatan untuk pemeriksaan (deteksi)
kebuntingan secara dini. Sampai sekarang pemeriksaan kebuntingan masih
dilakukan melalui palpasi/perabaan, sehingga memerlukan keahlian dan
sensitivitas seseorang. Untuk menentukan kebuntingan yang tepat, maka palpasi
dilakukan setelah 40-60 hari sesudah perkawinan.
Faktor-faktor yang diperlukan dalam penanganan reproduksi adalah :
1)

Kartu Ternak
Setiap individu ternak harus mempunyai kartu ternak yang memuat

informasi tentang kondisi ternak tersebut selama dipelihara. Isi dari kartu ternak
tersebut harus rinci, teratur, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
2)

Pengamatan Berahi
Pengamatan estrus ini penting, karena untuk menentukan waktu

perkawinan yang tepat. Gejala berahi dapat dilihat selama kurang lebih 16 jam
(Partodihardjo, 1980). Oleh karena itu, peternak sapi perah lebih mudah melihat
gejala berahi tersebut, karena minimal 2 kali sehari peternak dekat dengan
ternaknya. Hal yang perlu diperhatikan adalah apabila sapi tersebut kurang jelas
4

memperlihatkan tanda-tanda estrus. Oleh karena itu, kartu ternak dapat membantu
untuk menentukan perkiraan kapan sapi tersebut kembali estrus. Hasil penelitian
Pennington (2003) menunjukkan, bahwa 34 kali dalam periode 60 menit deteksi
berahi cukup efisien yaitu 71-78%
Tabel 1. Efisiensi Deteksi Berahi
Frekuensi
Pengamatan berahi
1x
2x
3x
4x
3)

10 menit
22%
33%
45%
49%

Periode Pengamatan
20 menit
30 menit
31%
36%
43%
55%
55%
65%
61%
71%

60 menit
39%
61%
71%
78%

Kawin Pertama setelah Beranak


Bagi sapi yang beranak normal, sebaiknya dikawinkan kembali 2 bulan

setelah beranak. Apabila sapi mengalami distokia, retensi plasenta, dan


sebagainya, sebaiknya perkawinan ditunda 90 120 hari setelah beranak.

4)

Pejantan/Semen
Pejantan yang digunakan harus unggul, sehat, menghasilkan sperma

dengan fertilitas yang tinggi dan memiliki kartu catatan baik silsilahnya maupun
produktivitasnya.
5)

Waktu Perkawinan
Pada sapi dara sebaiknya dikawinkan pada umur 14 16 bulan atau berat

badan berkisar antara 275 325 kg. Perkawinan dilakukan pada waktu yang tepat
yaitu 6 12 jam setelah tanda-tanda estrus telihat.
6)

Pengelompokan Sapi

Sapi-sapi betina dikelompokkan berdasarkan umur kebuntingan, waktu


berahi yang hampir bersamaan (kelompok kawin), kering kandang, dan baru
beranak (awal laktasi).
7)

Pemeriksaan Kebuntingan
Pemeriksaan kebuntingan dilakukan secara teratur dan interval yang

pendek yaitu 30-40 hari sekali dan diperiksa kembali setelah 90-120 hari setelah
pemeriksaan pertama.
8)

Angka Konsepsi
Pada usaha peternakan dengan manajemen baik angka konsepsi mencapai

60% untuk IB pertama dengan nilai S/C berkisar 1,5-1,7. Pada IB ketiga angka
konsepsi mencapai 90% dengan nilai S/C = 1,1
9)

Pengamanan Reproduksi
Dalam hal ini yaitu pengawasan reproduksi terhadap gejala penyakit

reproduksi atau masalah-masalah reproduksi lainnya. Peternak secara rutin harus


me-meriksa kesehatan reproduksi ternaknya oleh dokter hewan. Peternak harus
tanggap apabila ternak yang dipeliharanya memperlihatkan efisiensi reproduksinya rendah. Yang mudah untuk menentukan efisiensi reproduksi rendah yaitu
dengan melihat angka konsepsi (conception value) dan service per conseption.
Angka S/C berkisar 1,5-1,7 atau CV = 60% untuk IB pertama atau 90% untuk IB
ketiga (Partodihardjo, 190).
Efisiensi reproduksi diukur dengan berbagai derajat fertilitas yaitu :
a)

Tingkat Fertilitas
Pejantan yang baik dapat menghasilkan semen dengan tingkat fertilitas

yang tinggi yaitu lebih dari 90%. Tingkat fertilitas semen dapat dipengaruhi oleh
genetik, ransum yang diberikan, frekuensi perkawinan atau pengambilan semen.
b)

Service per Conseption (S/C)

S/C adalah suatu nilai efisiensi yang dihitung berapa kali betian tersebut
dikawinkan sampai bunting. Nilai S/C dapat untuk individu maupun untuk
kelompok sapi yang dikawinkan. Nilai S/C bergantung pada tingkat fertilitas
semen dan kesuburan betina. Semen dengan tingkat fertilitas 70% dapat
menghasilkan nilai S/C = 1,4 dan pada tingkat fertilitas 90% menghasilkan nilai
S/C = 1,1 Betina dengan nilai S/C tinggi (repeat breeders) sangat merugikan
c)

Non Return Rate (NR)


NR yaitu nilai persentase dari betina-betina yang tidak kembali minta

kawin (tidak memperlihatkan gejala berahi) dalam waktu tertentu yaitu 28-35 hari
atau 60-90 hari setelah perkawinan. Sapi-sapi yang tidak mau kawin diasumsikan
bunting.
Rumus nilai NR :
NR

Jumlah sapi yang di IB Jumlah sapi di IB kembali


Jumlah sapi yang di IB

X 100%

Kenyataan di lapangan ada sapi-sapi yang tidak bunting, tetapi tidak memperlihatkan gejala berahi (silent heat). Ada juga sapi-sapi memperlihatkan gejala
berahi kembali tetapi dalam keadaan bunting (repeat breeders). Gejala ini dapat
mencapai 3,6% dan umumnya terjadi pada sapi betina muda. Nilai NR dengan
pemeliharaan yang baik mencapai 80% (pada pemeriksaan 60-90 hari setelah
perkawinan). Di Amerika Serikat nilai NR berkisar 65-72% (28-35 hari) lebih
tinggi 10-15% dari pada pemeriksaan 60-90 hari (55-67%). Hal ini disebabkan
ada beberapa sapi setelah pemeriksaan 35 hari, terjadi abortus atau mumifikasio.
Faktor-aktor yang mempengaruhi nilai NR antara lain metode pengukuran, waktu
IB sampai pemeriksaan estrus berikutnya, tingkat kesuburan, penyakit, diagnosa
kebuntingan, pelaporan dan sebagainya.
d)

Angka Konsepsi (Conception Value, CV)


CV yaitu persentase sapi betina yang bunting pada perkawinan/IB pertama

pada pemeriksaan 40-60 hari setelah kawin/IB. Nilai CV pada umumnya lebih
rendah 5,5-6,0% dari pada nilai CR.
7

CV
e)

Jumlah betina bunting


Jumlah betina yang dikawinkan (di-IB)

X 100%

Tingkat Beranak (Calving Rate, CR)


CR merupakan nilai persentase anak yang lahir dari hasil satu sampai tiga

kali perkawinan/IB. CR digunakan apabila sulit untuk menentukan kebuntingan


lebih awal dan banyak kematian embrional. CR merupakan nilai efisiensi
reproduksi mutlak, karena yang dihitung pedet yang lahir, sehat dan normal.
f)

Calving Interval (CI)


Calving interval adalah selang waktu antar kelahiran/beranak. CI yang

baik berkisar 1214 bulan. CI dapat mempengaruhi produksi susu. Semakin tinggi
nilai CI, produksi susu per laktasi tinggi, tetapi rata-rata produksi susu perhari
rendah. CI dipengaruhi oleh kawin pertama setelah beranak dan service period.

III
BAHAN DAN METODE
3.1
1)

Bahan
Kalender Bentuk Cakram Berputar

Gambar 1 Kalender Reproduksi Sapi Bentuk Cakram Berputar


8

3.1
1)

Metode
Mempersiapkan alat yang akan dipakai (kalender reproduksi sapi bentuk

2)

cakram);
Menentukan tanggal sapi perah itu pertama di IB (misalnya: 1 january),

3)

lalu memutar kalender pada tanggal tersebut;


Secara otomatis muncul semua tanggal penting ,misalnya tanggal IB

kedua, dll.
IV
PEMBAHASAN
4.1

Fungsi Dan Cara Kerja Kalender Sapi Bentuk Cakram Berputar


Adapun fungsi dari kalender bentuk cakram berputar, yaitu untuk

mengingat tanggal birahi dan IB sebelumnya serta memperkirakan tanggal birahi


dan tindakan IB selanjutnya agar tindakan IB selanjutnya dapat dilakukan secara
tepat serta mengefisienkan proses reproduksi dari sapi perah. Kalender bentuk
cakram ini memiliki keuntungan lebih dibandingkan dengan kalender reproduksi
lain, selain bentuknya yang lebih ekonomis, dan portable (dapat di bawa kemana
saja), penggunaan kalender ini dapat dikatakan sangat mudah di banding dengan
yang lain
Adapun cara kerja dari kalender bentuk cakram berputar ini adalah sebagai
berikut :
1)
Mempersiapkan alat yang akan dipakai (kalender reproduksi sapi bentuk
2)

cakram);
Menentukan tanggal sapi perah itu pertama di IB (misalnya: 1 january),

3)

lalu memutar kalender pada tanggal tersebut;


Secara otomatis muncul semua tanggal penting ,misalnya tanggal IB
kedua, dll.

4.2

Hubungan Kalender Sapi Bentuk Cakram Berputar Dalam Menjaga

Kestabilan Produksi Susu Sepanjang Tahun


Fungsi dari kalender bentuk cakram berputar, yaitu untuk mengingat
tanggal birahi dan IB sebelumnya serta memperkirakan tanggal birahi dan
tindakan IB selanjutnya agar tindakan IB selanjutnya dapat dilakukan secara tepat
9

serta mengefisienkan proses reproduksi dari sapi perah. Sehingga peternak dapat
mengetahui tanggal-tanggal penting atau periode dalam reproduksi sapi dan dapat
mengoptimalisasikan produksi susu sepanjang tahun.
Seperti yang dikatakan oleh Sudono (1999) bahwa produksi dan kualitas
susu salah satunya dipengaruhi oleh birahi (estrus). Hal itu di karenakan harapan
dari setiap peternak adalah adanya kebuntingan dengan 1 kali IB atau maksimal 3
kali IB, namun idealnya di lapangan tidak seperti yang diharapkan, salah satu
penyebab hal itu terjadi adalah karena terlambatnya penangan IB. Berahi
terlambat, maka akan berdampak pada keterlambatan produksi susu, serta
menambah pada biaya produksi. Dengan adanya kalender reproduksi hal itu dapat
di cegah.

V
KESIMPULAN
5.1

Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut :

10

1)

Fungsi dari kalender bentuk cakram berputar, yaitu untuk mengingat


tanggal birahi dan IB sebelumnya serta memperkirakan tanggal birahi dan
tindakan IB selanjutnya agar tindakan IB selanjutnya dapat dilakukan

2)

secara tepat waktu serta mengefisienkan proses reproduksi dari sapi perah.
Kalender sapi dapat mengefisiensikan reproduksi sapi perah sehingga
dapat mengoptimalisasikan produksi susu dari sapi perah tersebut
sepanjang tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Girisonta. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah .Kanisius. Yogyakarta.


Mukhtar, A. 2006. Ilmu Produksi Ternak Perah . Lembaga Pengembangan
Pendidikan (LPP) dan (UNS Press). Surakarta.
Muljana, B.A. 1987. Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Perah. CV.Aneka Ilmu.
Semarang.
Syarief, M.Z. dan Sumoprastowo, C.D.A. 1985. Ternak Perah. CV.Yasaguna.
Jakarta.
Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Sapi Perah. Cetakan ke 1. Jurusan Ilmu

11

Anda mungkin juga menyukai