Anda di halaman 1dari 32

0

TUGAS
PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF
EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BERAS DAN
GABAH
DI KECAMATAN X

Oleh :

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan sektor pertanian di Indonesia masih
memegang peranan yang sangat penting dari keseluruhan
perekonomian nasional, sebab Indonesia mempunyai struktur
yang disebut dengan perekonomian agraris dimana sebagian
penduduknya bekerja di sektor pertanian. Sektor pertaniannya
sangat berkembang pesat, hal ini didukung karena kekayaan
sumber

daya

yang

sangat

banyak.

Sektor

pertanian

khususnya pertanian pangan (komoditas padi) ialah sektor

yang sangat strategis dan potensial untuk dijadikan sebagai


sektor andalan (leading sector) dalam pembangunan ekonomi
Indonesia di masa yang akan datang. Alasannya, komoditas
padi selain sebagai makanan pokok juga sebagai sumber
penghasilan bagi sebagian besar penduduk Indonesia, baik
sebagai petani produsen maupun sebagai buruh tani. Sebagai
sektor

yang

menghadapi

sangat

penting,

berbagai

komoditas

permasalahan,

padi

khususnya

masih
yang

berkaitan dengan kesejahteraan petani produsen. Salah satu


persoalan pemasaran komoditas padi yang nantinya berupa
beras yaitu rendahnya harga jual di tingkat petani produsen.
Penduduk negara Indonesia mayoritas memakan nasi,
tapi ada sebagian wilayah di Indonesia makan sagu dan
jagung, hal ini di akibatkan di wilayah sana banyak tanaman
sagu dan jagung. Pemasaran adalah proses sosial yang dari
individu dan kelompok mendapat apa yang mereka butuhkan
dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara
bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan
pihak lain. Tujuan pemasaran pemasaran adalah memahami
pelanggan dengan baik sehingga produk yang di tawarkan
cocok untuk di jual. Lembaga pemasaran adalah badan usaha
atau

individu

menyalurkan

jasa

yang
dan

menyelenggarakan
komodite

dari

pemasaran,

produsen

kepada

konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan


usaha atau badan usaha lainnya
Pemasaran

adalah

bekerja

dengan

pasar

untuk

melakukan pertukaran memenuhi kebutuhan orang-orang.


Manfaat

pemasaran

memaksimalkan

adalah

kepuasan

memaksimalkan
konsumen,

konsumsi,

memaksimalkan

kepuasan konsumen, memaksimalkan kualitas hidup. Manfaat

pemasaran adalah kegunaan bentuk, kegunaan tempat,


kegunaan waktu,dan kegunaan informasi
B. Rumusan Masalah
Berikut beberapa permasalahan yang dapat dikaji :
1. Bagaimana saluran pemasaran gabah di Kecamatan Weru
Kabupaten Sukoharjo?
2. Apa saja permasalahan yang timbul dalam pemasaran
gabah di Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo?
3. Bagaimana cara mengatasi permasalahan yang timbul
dalam pemasaran gabah di Kecamatan Weru Kabupaten
Sukoharjo?
4. Apakah pendapatan responden sudah optimal dengan
saluran pemasaran yang mereka gunakan?
C. Tujuan
Berikut

beberapa

tujuan

yang

diperoleh

dari

permasalahan diatas:
1. Untuk mengetahui saluran pemasaran gabah di Kecamatan
Weru Kabupaten Sukoharjo.
2. Untuk

mengetahui

pemasaran

gabah

permasalahan
di

yang

Kecamatan

timbul

Weru

dalam

Kabupaten

Sukoharjo.
3. Untuk mengetahui

cara mengatasi permasalahan yang

timbul didalam pemasaran gabah di Kecamatan Weru


Kabupaten Sukoharjo.
4. Untuk mengetahui pendapatan responden dari berbagai
saluran pemasaran yang mereka gunakan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian yang penulis lakukan adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
a. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat terhadap
perkembangan teori sosiologi.

b. Diharapkan dapat memperkaya kepustakaan tentang Jaringan Petani Dalam Proses


Pemasaran pisang mas pada suatu daerah tertentu, dan dapat menjadi perbandingan
dengan daerah lain.
2. Manffat Praktis
a. Diharapkan dengan adanya penelitian tentand Jaringan Petani Dalam Proses
Pemasaran Pisang Mas Kirana yang dilakukan di Kecamatan Senduro Kabupaten
Lumajang, maka hasil penelitian ini depat memberi sumbangsih kepada para petani
kurang mampu dan kurang mengetahui tentang proses pemasaran pertanian agar
mampu mengatasi masalah kemiskinan pada umumnya.

II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR


A. Landasan Teori
Pasar merupakan himpunan semua pelanggan potensial
yang sama-sama mempunyai kebutuhan atau keinginan yang
ingin terlibat dalam pertukaran untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginan (Kotler, 1997).
Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang
saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan
suatu barang atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi. Hal
ini

untuk

mengatasi

kesenjangan

waktu,tempat,dan

kepemilikan Lembaga pemasaran melaukan fungsi-fungsi


pemasaran. Baik fungsi pertukaran, fungsi fisik maupun fungsi
kualitas Berdasarkan sifat dan strukturnya pasar dibagi
menjadi

beberapa

kelompok,

yaitu

pasar

persaingan

sempurna, pasar monopolistik, pasar oligopolistik, pasar


monopoli (Limbong dan Sitorus, 1987).
Menurut Dahl dan Hammond (1977) Perilaku pasar
menunjukkan tingkah laku lembaga-lembaga pemasaran.
Perilaku pasar dilihat dari pembentukan harga, stabilisasi
pasar, serta ada tidaknya praktek jujur dari lembaga tersebut
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan
dan mempertukarkan produk yang bernilai didalam pasar.
Pemasaran hubungan adalah praktik membangun hubungan
jangka panjang yang memuaskan dengan pihak-pihak kunci
(pelanggan,

pemasok,

penyalur)

guna

mempertahankan

preferensi dan bisnis jangka panjang mereka. (Kotler, 1997).


Proses pemasaran terdiri dari empat langkah yaitu
analisa peluang pasar, pengembangan strategi pemasaran,

perencanaan

program

pemasaran

yang

diikuti

dengan

pemilihan bauran pemasaran 4P, yang terdiri dari product,


price, place, dan promotion. Efisiensi pemasaran merupakan
maksimisasi penggunaan rasio input-output yaitu perubahan
yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan
konsumen

kepada

output

barang

dan

jasa.

Efisiensi

pemasaran dibagi menjadi 2 yaitu efisiensi teknologi dan


efisiensi ekonomi (Kohls dan Uhl, 1990).
B. Kerangka Berpikir
3
Saluran Pemasaran Beras

Petani (Produsen)

Analisis Saluran
Pemasaran dan
Lembaga Pemasaran

Analisis Struktur
Pasar dan Perilaku
Pasar

Saluran Pemasaran
yang Paling Efisien
Peningkatan
Pendapatan Petani

Analisis Efisiensi
Pasar berupa Farmer
Share

III.METODE PENELITIAN
A.

Lokasi dan Waktu Penelitian


Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada
bulan Juni 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Alasombo,
Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo.

B.

Metode Pengumpulan Data


Metode penelitian yang digunakan adalah penelusuran
saluran pemasaran melalui petani. Hal ini dilakukan guna
mengetahui saluran pemasan beras di Desa

Alasombo,

Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo. Penelusuran dan


pemilihan responden dilakukan dengan sengaja (purposive).
Pemilihan petani responden dimaksudkan untuk mendapatkan
data primer.
Metode yang digunakan adalah metode survei dan
metode wawancara. Metode Survei terdiri dari survei data
primer

dan

survei

data

sekunder.

Survei

data

primer

dimaksudkan untuk mendapatkan informasi data dari sumber


pertama yaitu petani padi, sedangkan data sekunder adalah
data yang sudah tersedia baik di dinas instansi terkait
maupun pada petugas penyuluh pertanian lapangan (PPL).
Teknik

pengambilan

sampel

dilakukan

secara

purposive

dengan jumlah petani yang menjadi sampel adalah 9 orang.


C.

Metode Pengolahan dan Analisis Data


Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif.
Analisis kualitatif akan menganalisis data tanpa melakukan
konversi

kerangka

sedangkan

analisis

kuantitatif

menggunakan dasar pendekatan angka. Sebagai contoh


pendekatan angka adalah pemberian kode terhadap kuisioner.
D.

Analisis Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang


saling

tergantung

yang

terlibat

dalam

proses

untuk

menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau


dikonsumsi oleh konsumen. Alur pemasaran tersebut dijadikan
dasar

dalam

menggambarkan

pola

saluran

pemasaran.

Semakin panjang rantai saluran pemasaran, maka jalur


tersebut biasanya semakin tidak efisien karena dengan rantai
yang semakin panjang maka marjin yang tercipta antara
produsen da konsumen akan
5 semakin besar.
Saluran

pemasaran gabah dan beras di Desa

Alasombo, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo dapat


dianalisis dengan mengamati lembaga pemasaran yang
membentuk saluran pemasaran tersebut. Perbedaan saluran
pemasaran

yang

dilalui

oleh

suatu

jenis

barang

akan

berpengaruh pada pembagian pendapatan yang diterima oleh


masing-masing

lembaga

pemasaran

yang

terlibat

di

dalamnya. Artinya, suatu saluran pemasaran yang berbeda


akan memberikan keuntungan yang berbeda pula kepada
masing-masing

lembaga

yang

terlibat

dalam

kegiatan

pemasaran tersebut.
E.

Analisis Lembaga Pemasaran


Analisis ini digunakan untuk mengetahui lembagalembaga

pemasaran

yang

melakukan

fungsi-fungsi

pemasaran, baik itu fungsi pertukaran, fungsi fisik maupun


fungsi

fasilitas.

Lembaga-lembaga

ini

melakukan

pengangkutan barang dari tingkat produsen sampai tingkat


konsumen,

juga

berfungsi

sebagai

sumber

informasi

mengenai suatu barang dan jasa.


Fungsi pertukaran meliputi pembelian dan penjualan.
Fungsi

pembelian

merupakan

penyaluran

barang

dari

produsen

ke

konsumen

untuk

memenuhi

permintaan

konsumen. Fungsi penjualan dapat diinterpretasikan lebih


luas, lebih dari menerima harga secara pasif tetapi juga
mencakup seluruh kegiatan. Iklan dan kegiatan promosi
lainnya mempengaruhi permintaan yang merupakan bagian
dari fungsi penjualan. Keputusan dari penjualan, pengemasan,
pemilihan saluran pemasaran yang terbaik, tempat dan waktu
yang tepat untuk memperoleh konsumen yang potensial
merupakan keputusan yang terasuk dalam fungsi penjulan.
Analisis dari fungsi pemasaran dapat digunakan untuk
mengevaluasi

biaya

pemasaran.

Kegunaan

dari

fungsi

pemasaran juga dapat membandingkan biaya dari dua


lembaga pemasaran. Perbandingan ini dapat dilakukan jika
antarlembaga

pemasaran

saling

berhubungan.

Fungsi

pemasaran merupakan kegiatan yang harus dilakukan dalan


proses pemasaran.
F.

Analisis Struktur dan Perilaku Pasar


Struktur pasar dapat diketahui dengan mengetahui
jumlah pembeli dan penjual yang terlibat, heterogenitas
produk yang dipasarkan, kondisi dan keadaan produk, mudah
tidaknya keluar masuk pasar serta informasi perubahan harga
pasar. Sedangkan analisis perilaku pasar dilakukan dengan
mengamati praktek penjualan dan pembelian antarsaluran
pemasaran.

G.

Analisis Efisiensi Pemasaran


Indikator untuk membandingkan harga yang dibayarkan
oleh konsumen akhir disebut farmers share dan sering
dinyatakan dalam persentase. Farmers share mempunyai
hubungan negatif dengan marjin tataniaga sehingga semakin

tinggi marjin tataniaga, maka bagian yang akan diperoleh


petani

semakin

persentase.

rendah

dan

sering

dinyatakan

dalam

10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Karakteristik Informan
Informan adalah orang yang memiliki informasi tentang
subyek yang ingin diketahui oleh peneliti. Secara teknis,
informan dapat memberikan penjelasan yang kaya warna,
detil, dan komprehensif menyangkut apa, siapa, dimana,
kapan, bagaimana dan mengapa, misalnya, satu peristiwa
terjadi atau justru tidak terjadi.
Informan dalam penelitian ini adalah petani di daerah
Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo yang rata-rata berusia
di atas 30-50an tahun. Petani yang menjadi informan terdiri
dari 9 laki-laki. Para petani tersebut semuanya bertempat
tinggal di Alas Ombo, Weru, Sukoharjo. Mereka bertani sudah
dari kecil, rata-rata sejak lulus SD karena mengikuti kebiasaan
dari

keluarganya.

Untuk

tingkat

pendidikan

sendiri,

kebanyakan dari mereka hanya tamat SD, namun ada juga


yang lulusan S1. Luas lahan yang mereka miliki berbeda-beda,
dari 1500m2 hingga maksimal 2 Ha.
B. Saluran Pemasaran
1.

Saluran pemasaran gabah di Desa Alasombo Kec. Weru


Kab. Sukoharjo
Dalam pemanfaatan hasil produksi yang dimiliki oleh
petani,

ada

dua

macam

pemanfaatan

yaitu

untuk

dikonsumsi sendiri (subsisten) dan dijual (komersial). Petani


komersial
produksinya

yaitu
untuk

petani
dijual

yang

memanfaatkan

kembali

agar

hasil

mendapatkan

keuntungan yang maksimal. Sedangkan petani subsisten


yaitu petani yang memanfaatkan hasil produksi lahannya
untuk dikonsumsi oleh keluarganya (konsumsi pribadi).
Menurut Kotler (2002) Pertanian yang subsisten diartikan

11

sebagai suatu sistem bertani dimana tujuan utama dari


petani

adalah

untuk

memenuhi

keperluan

hidupnya

beserta keluarganya. Petani subsisten sangat berbedabeda dalam hal luas dan kesuburan tanah yang dimilikinya
dan

dalam

kondisi-kondisi

sosial

ekonomi

lingkungan

hidupnya. Yang sama di antara mereka adalah bahwa


mereka memandang pertanian sebagai sarana pokok untuk
memenuhi kebutuhan keluarga yaitu melalui hasil produksi
pertanian itu. Dengan definisi tersebut sama sekali tidak
berarti bahwa petani susbsisten tidak berfikir dalam
pengertian biaya dan penerimaan.
Menurut hasil wawancara tersebut sebagian besar
petani memanfaatkan hasil produksinya untuk konsumsi
pribadi keluarganya sendiri. Petani subsisten ini banyak
terdapat pada petani pedesaan, seperti para petani Desa
Alasombo Kecamatan 8Weru Kabupaten Sukoharjo dimana
mereka berpendapat bahwa arti hidup berkecukupan
adalah bisa untuk membeli makan setiap hari, dan bisa
untuk menyekolahkan anaknya. Terlebih desa Alasombo
adalah sebuah desa yang terletak di deretan pegunungan
kidul, sehingga desa ini bertempat di perbukitan. Sawah di
desa Alasombo seluruhnya adalah sawah tadah hujan,
sehingga hanya dapat berusahatani padi saat musim hujan
selebihnya digunakan untuk bertanam palawija. Hasil
produksi padi pun kurang optimal, tidak sebagus dengan
usahatani

padi

yang

menggunakan

irigasi.

Seorang

informan menceritakan pengalamannya:


Produksi gabah tidak bisa maksimal karena sini itu sawahnya
tadah hujan jd hasilnya nggak sebagus didaerah dibawah
sana. sawah saya ngga luas, hanya 1500 m2, mau beli sawah

12

lagi tapi ngga punya modal. Ya seadanya saja saya kerjakan.


Hasil panen yang kemarin itu jelek sekali, padinya kena hama,
hampir ngga penen sama sekali. Tapi Alhamdulillah sedikitsedikit ya masih merasakan hasil panen. Kalau kondisi
normal, panen sedang bagus itu sekitar 10-12 karung gabah
(Maryono, 1 Juni 2013).
Bapak Maryono tersebut adalah salah satu petani
yang memiliki luas lahan garapan sempit. Adapula bapak
Pardi yang memiliki lahan terluas diantara 9 responden
mengatakan hal demikian:
ini saya menjelaskan kondisi normal dulu ya mbak, kalau
kondisi normal itu 2 ha sawah saya bisa panen 12-14 ton
gabah, kalau kondisi kurang normal seperti misalnya
terserang hama kaya musim lalu itu ya ngga sampai 12 ton
(Pardi Martowiyono, 1 Juni 2013)
Oleh karena itu, petani di Indonesia, selalu dipandang
kelas

bawah

karena

lahannya

yang

kecil,

serta

kehidupannya yang dibawah rata-rata dalam mencapai


kesejahteraan hidup. Dengan pola hidup seperti ini, akan
mengurangi
Indonesia

pasokan

harus

beras

mengimpor

di
dari

Indonesia,
luar

sehingga

negeri

untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.


Saluran pemasaran adalah serangkaian lembaga
yang melakukan semua fungsi yang digunakan untuk
menyalurkan
produsen

ke

produk

dan status

konsumen. Hal

kepemilikannya

dari

ini berarti bahwa saluran

pemasaran yang berbeda akan memberikan keuntungan


yang berbeda pula kepada masing-masing lembaga yang
terlibat dalam kegiatan pemasaran tersebut. Kotler (2002)
menjelaskan

bahwa

saluran

pemasaran

dari

suatu

13

komoditas perlu diketahui untuk menentukan jalur mana


yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur-jalur
yang dapat ditempuh.
dapat

mempermudah

Selain itu saluran pemasaran


dalam

mencari besarnya margin

yang diterima tiap lembaga yang terlibat.


Saluran

pemasaran

beras

di

Desa

Alasombo

Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo sebagian besar


dijual ke pengumpul. Namun ada juga yang dijual ke
penebas,

langsung

dikonsumsi

sendiri

dijual

ke

kemudian

pasar,
dijual

ada

secara

pula

eceran.

kutipannya:
Dikonsumsi sendiri untuk sehari-hari. Selebihnya saya
selepkan sendiri kemudian saya jual eceran di toko saya
(Warsito, 1 Juni 2013).
Kebetulan kemarin hasil panennya sedikit ya dimakan sendiri
mbak, anak saya kebetulan banyak. Tapi kalau hasilnya sedang
bagus, saya jual ke pengumpul. Pengumpulnya orang dusun
sebelah
(Hadi Purwanto, 1 Juni 2013)
Ada yang saya tebaskan langsung di lahan, ada yang saya
bawa pulang dulu kemudian diselepkan baru dijual dan ada
yang dikonsumsi sendiri. Tapi sebagian besar saya tebaskan.
Ngga kuat kalo banyak yang dibawa pulang, kurang tenaga
pengeringnya
(Pardi Martowiyono, 1 Juni 2013)
Kebetulan kemarin itu hasilnya sedikit ya saya bawa pulang
semua. Nanti kalau butuh uang ya baru dijual eceran ke
tetangga yang membutuhkan. Tapi kalau hasil panen sedang
bagus

ya

saya

jual

ke

pengumpul,

kebetulan

sini

pengumpulnya istrinya pak bayan. Jadi ya saya sudah biasa


seperti itu

yang
Berikut

14

(Rubiman, 1 Juni 2013)


Saya jual langsung ke pedagang di pasar mbak. Kebetulan
istri saya sudah punya hubungan kerjasama dengan seseorang
di pasar sana, jadi langsung saya jual ke pasar
(Maryadi, 1 Juni 2013)
Saya bawa pulang semua kemudian saya biasanya jual
sedikit-sedikit kalo saya butuh uang
(Sutarti, 1 Juni 2013)

Gambar tempat penyimpanan gabah salah satu responden


Gabah-gabah yang dibawa pulang tersebut biasanya
untuk kebutuhan konsumsi sendiri. Misalpun nantinya
dijual, itu pun secara eceran. Seperti yang dilakukan Bapak
Warsito yaitu dijual eceran di toko kelontong miliknya dan
Ibu Sutarti ketika sedang tidak punya uang, ia menjual
secara eceran kepada tetangga yang membutuhkan.
Menurut

Kotler

dan

Amstrong

(2001),

Saluran

pemasaran terdiri dari serangkaian lembaga pemasaran


atau

perantara

yang

akan

memperlancar

kegiatan

15

tataniaga

dari

tingkat

konsumen. Tiap

produsen

perantara

sampai

tingkat

yang melakukan

tugas

membawa produk dan kepemilikannya lebih dekat ke


pembeli akhir yang merupakan satu tingkat saluran.
Saluran nol-tingkat (saluran tataniaga nol-langsung) terdiri
dari produsen yang menjual langsung ke konsumen akhir.
Saluran satu-tingkat terdiri dari satu perantara penjual,
yaitu pengecer. Saluran dua-tingkat dari dua perantara,
seperti pedagang besar dan pengecer. Saluran tiga-tingkat
dalam saluran tataniaga barang konsumsi memiliki tiga
perantara,

yaitu

pedagang

besar,

pemborong

dan

pengecer.
Petani Desa Alasombo Kecamatan Weru Kabupaten
Sukoharjo merasa dengan saluran pemasaran yang mereka
gunakan, petani menjadi lebih diuntungkan. Petani tidak
mau mengambil pusing dan membuang tenaga dengan
menjual hasil produksinya ke tempat lain. Hasil produksi
pas-pasan dan terkadang hanya cukup untuk dikonsumsi
sendiri dan tidak ada sisa untuk dijual, selain itu para
petani di Desa Alasombo Kecamatan Weru Kabupaten
Sukoharjo

adalah

petai

subsisten

yang

tidak

terlalu

memperhitungkan keuntungkan, yang penting cukup untuk


kebutuhan

sehari-hari

terlebih.

Alasan

petani

menggunakan macam-macam saluran pemasaran dapat


dilihat dalam kutipan dibawah ini.
Ya biasanya emang dijual ke pengumpul gitu, daridulu sudah
seperti itu, kalo disini ga biasa ditebas
(Maryono, 1 Juni 2013)
Lebih praktis, kebetulan saya buka toko, sekalian menambah
penghasilan
(Warsito, 1 Juni 2013)

16

Kan tergantung hasilnya mbak, biar ngga rugi banget, kalau


hasilnya jelek dibawa pulang, kalau hasilnya bagus dijual ke
pengumpul. Ringkes
(Hadi Purwanto, 1 Juni 2013)
ya biar bisa balik modal mbak, sawah saya kan cukup luas
dan butuh banyak biaya jadi cara jual saya seperti itu. Pernah
saya tebas semua tapi malah rugi. Jadi ya berdasarkan
pengalaman, gabahnya saya jual seperti itu
(Pardi Martowiyono, 1 Juni 2013)
Lebih menguntungkan mbak
(Maryadi, 1 Juni 2013)
Ya karena untung nya lebih banyak terus tidak menghabiskan
banyak tenaga
(Suparjo, 1 Juni 2013)
2.

Permasalahan yang timbul dalam saluran pemasaran


gabah di Desa Alasombo Kecamatan Weru Kabupaten
Sukoharjo
Pemasaran pertanian adalah serangkaian kegiatan
ekonomi berturut-turut yang terjadi selama perjalanan
komoditi hasil-hasil pertanian mulai dari produsen primer
sampai ke tangan konsumen dan merupakan salah satu
cabang

aspek

yang

menekankan

bagaimana

suatu

produksi dapat sampai ke tangan konsumen (distribusi).


Pemasaran

dapat

dikatakan

efisien

apabila

mampu

menyampaikan hasil produksi kepada konsumen dengan


biaya

semurah-murahnya

dan

mampu

mengadakan

pembagian keuntungan yang adil dari keseluruhsn harga


yang dibayar konsumen kepada semua pihak yang ikut
serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran (Sunarto,
2004).

17

Menurut Kotler (2002), pemasaran dalam kegiatan


pertanian memainkan peran ganda. Pertama, berperan
sebagai sumber terbentuknya harga produk pertanian,
yang

mempertemukan

kepentingan

produsen

dengan

konsumen. Kedua, menjadi media perpindahan fisik dari


titik produksi (petani atau produsen) ke tempat pembelian
(konsumen). Namun untuk dapat memainkan kedua peran
tersebut petani sering menghadapi beberapa kendala.
Beberapa kendala tersebut diantaranya;
a.

Kesinambungan produksi
Salah satu penyebab timbulnya berbagai masalah
pemasaran hasil pertanian berhubungan dengan sifat
dan ciri khas produk pertanian, yaitu pertama, volume
produksi yang kecil karena diusahakan dengan skala
usaha

kecil

(small

scale

farming).

Informan

mengatakan:
Tidak mesti, karena kan sawahnya tadah hujan jd tidak optimal
lagipula banyak hama menyerang, hasil kemarin jatuh mbak, gagal
panen. Cuma bawa pulang 16 karung gabah. Kalau kondisi baik,
panen bagus bisa mencapai 2 ton gabah sekitar 40-45 karung
(Warsito, 1 Juni 2013).
Kedua, produksi bersifat musiman sehingga hanya
tersedia pada waktu-waktu tertentu. Ketiga, lokasi
usaha

tani

menyulitkan

yang
dalam

terpencar-pencar
proses

pengumpulan

sehingga
produksi.

Keempat, sifat produksi pertanian yang mudah rusak,


berat dan memerlukan banyak tempat.
b.

Kurang memadainya pasar


Hal ini berhubungan dengan cara penetapan harga
dan pembayaran. Ada tiga cara penetapan harga jual
produk pertanian yaitu: sesuai dengan harga yang

18

berlaku, tawar-menawar, dan borongan. Pemasaran


sesuai dengan harga yang berlaku tergantung pada
penawaran dan permintaan yang mengikuti mekanisme
pasar. Penetapan harga melalui tawar-menawar lebis
bersifat kekeluargaan, apabila tercapai kesepakatan
antara penjual dan pembeli maka transakasiterlaksana.
Praktik pemasaran dengan cara borongan terjadi karena
keadaan keuangan petani yang masih rendah.
c.

Panjangnya saluran pemasaran


Panjangnya

saluran

pemasaran

menyebabkan

besarnya biaya yang dikeluarkan, serta ada bagian yang


dikeluarkan sebagai keuntungan pedagang. Hal tersebut
cenderung memperkecil bagian yang diterima petani
dan memperbesar biaya yang dibayarkan konsumen.
Panjang pendeknya saluran pemasaran ditandai dengan
jumlah pedagang perantara yang harus dilalui dari
petani sampai ke konsumen.
d.

Rendahnya kemampuan tawar-menawar


Kemampuan petani dalam penawaran produk yang
dihasilkan masih terbatas karena keterbatasan modal
yang dimiliki, sehingga ada kecenderungan produkproduk yang dihasilkan dijual dengan harga yang
rendah. Berdasarkan keadaan tersebut, maka yang
meraih keuntungan besar pada umumnya adalah pihak
pedagang. Kemampuan tawar menawar antara petani
dan pengumpul pun juga terjadi di Desa Alasombo
Kecamatan

Weru

Kabupaten

pernyataan responden:

Karanganyar,

berikut

19

Kalau yang langsung ditebaskan biasanya masalahnya


itu harganya kurang cocok, menurut saya kualitasnya
bagus, tapi penebasnya pasang harga rendah karena
sedang panen raya. Ya apa boleh buat terpaksa saya jual
(Pardi Martowiyono, 1 Juni 2013)
e.

Berfluktuasinya harga
Harga

produksi

hasil

pertanian

yang

selalu

berfluktuasi bergantung dari perubahan yang terjadi


pada permintaan dan penawaran. Naik turunnya harga
dapat terjadi dalam jangka pendek yaitu per bulan, per
minggu, bahkan perhari, atau dapat terjadi dalam
jangka panjang. Keadaan tersebut menyebabkan petani
sulit melakukan perencanaan produksi, pedagang juga
sulit dalam memperkirakan permintaan. Hal ini seperti
yang disampaikan oleh responden petani berikut ini :
Perubahan harga nya mbak, kadang harga beli gabah
rendah sekali kalau panen raya. Apalagi kalau hasilnya
jatuh kayak kemarin, bisa dibilang tidak laku dijual.
Kalaupun nekat dijual pasti rugi
(Warsito, 1 Juni 2013)
f.

Kurangnya informasi pasar


Informasi pasar merupakan faktor yang menentukan
apa yang diproduksi, dimana, mengapa, bagaimana,
dan untuk siapa produk dijual dengan keuntungan
terbaik. Kondisi tersebut menyebabkan usaha tani
dilakukan tanpa melalui perencanaan yang matang.
Beitu pula pedagang tidak mengetahui kondisi pasar
dengan baik, terutama kondisi makro.

20

g.

Rendahnya kualitas produksi


Rendahnya kualitas produk yang diahasilkan karena
penanganan yang dilakukan belum intensif. Masalah
mutu ini timbul karena penanganan kegiatan mulai dari
prapanen sampai panen yang belum dilakukan dengan
baik. Masalah mutu produk yang diahsilakan juga
ditentukan pada kegiatan pascapanen, seperti melalui
standarisasi
Alasombo

dan

grading.

kecamatan

Kualitas

Weru

produksi

kabupaten

desa

Sukoharjo

tergolong rendah, dapat dilihat dalam kutipan berikut


ini:
Produksi gabah tidak bisa maksimal karena sini itu
sawahnya tadah hujan jd hasilnya nggak sebagus didaerah
dibawah sana. sawah saya ngga luas, hanya 1500 m2, mau
beli sawah lagi tapi ngga punya modal. Ya seadanya saja
saya kerjakan. Hasil panen yang kemarin itu jelek sekali,
padinya kena hama, hampir ngga penen sama sekali. Tapi
Alhamdulillah sedikit-sedikit ya masih merasakan hasil
panen. Kalau kondisi normal, panen sedang bagus itu

h.

sekitar 10-12 karung gabah


(Maryono, 1 Juni 2013)
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia
Rendahnya kualitas sumberdaya

manusia

di

pedesaan tidak pula didukung oleh fasilitas pelatihan


yang memadai, sehingga penanganan produk mulai dari
panen sampai pascapanen tidak dilakukan dengan baik.
Disamping itu, pembinaan petani selama ini lebih
banyak kepada praktek budidaya dan belum mengarah
kepada

praktek

pemasaran.

Rendahnya

kualitas

sumberdaya manusia pedesaan dapat diketahui bahwa


sebagian besar petani Desa Alasombo Kecamatan Weru
Kabupaten Sukoharjo adalah SD.

21

Umur saya 55th. Pekerjaan saya ada 2, sopir angkot dan


petani. Saya hanya lulusan SD, Saya mulai bertani sejak
kecil kira-kira sejak lulus SD, karena pengahasilan jd
petani tidak mencukupi, maka saya memiliki pekerjaan
sampingan sebagai sopir. Gaji saya jadi sopir hanya paspasan tidak bisa mencukupi kebutuhan dapur. Anak saya
juga harus sekolah. Saya hidup di gunung, jauh dari
perkotaan, kalau butuh apa-apa susah, jauh harus ke kota
dulu. Makanya saya tetap bertani, soalnya kalau tidak
bertani ya mau makan apa anak istri saya, semua serba
mahal
(Maryono, 1 Juni 2013)
Nama saya Hadi Purwanto. Umur saya sekitar 60 an
tahun. Saya Cuma lulus SD, mulai bertani dari kecil sudah
ikut orang tua ke sawah, lupa kalo sudah berapa lamanya.
Pekerjaan saya hanya bertani, kadang-kadang jadi buruh
penebang kayu kalo musim tebang Jati
(Hadi Purwanto, 1 Juni 2013)
Nama saya bu Sutarti, Umur 51th. Saya hanya lulusan
SD. Perkerjaan saya hanya jadi petani saja. Saya bertani
ketika setelah suami saya sakit keras, sebelumnya yang
bertani suami saya, saya ngga tau apa-apa tentang sawah.
Tapi setelah suami saya sakit keras, saya yang bertani
melanjutkan pekerjaan suami saya. Soalnya kalau bukan
saya, sawahnya tidak ada yang mengurus. Anak saya juga
sudah bekerja
(Sutarti, 1 Juni 2013)
Nama saya Rubiman, saya hanya petani kecil. Pekerjaan
saya yang lain ya kadang-kadang jadi buruh tebang pohon
kalau musim tebang Jati atau Mahoni. Umur saya kirakira 40 tahun. Saya nggak sekolah, bisa baca gara gara
ikutan paket kejar dari pemerintah itu lho mbak, saya tani
ikut orang tua ke sawah sejak kecil

22

(Rubiman, 1 Juni 2013)


Dari hasil wawancara dengan petani di Desa Alasombo
Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo, berbagai alasan mereka
katakan mulai dari saat panen raya yang membuat harga gabah bisa
menjadi turun drastis, faktor lembaga saluran pemasaran dan faktor
lain seperti yang terkutip dibawah ini.
Kalau hasilnya bagus ya biasanya kalau didatengi
pengumpul baru, harganya kurang sesuai keinginan saya.
Ya sudah akhirnya saya jual ke pengumpul yang biasanya
yang harganya sudah pasti cocok
(Hadi Purwanto, 1 Juni 2013)
Perubahan harganya mbak, kadang harga beli gabah
rendah sekali kalau panen raya. Apalagi kalau hasilnya
jatuh kaya kemarin, bisa dibilang tidak laku dijual.
Kalaupun nekat dijual pasti rugi
(Warsito, 1 Juni 2013)
Ya kalo hasil panennya ga bagus harganya turun mba
(Maryono, 1 Juni 2013)
Kalau yang langsung ditebaskan biasanya masalahnya
itu harganya kurang cocok, menurut saya kualitasnya
bagus, tapi penebasnya pasang harga rendah karena
sedang panen raya. Ya apa boleh buat terpaksa saya jual.
Kalau yang saya bawa pulang dulu biasanya yang jadi
masalah itu cuaca. Kalau dibawa pulang kan harus
dikeringkan dulu, nah itu kendalanya kalau tiba-tiba
hujan, tenaganya sedikit, gabahnya tidak tertolong jadi
basah lagi
(Pardi Martowiyono, 1 Juni 2013)
belum ada masalah yang besar sih mbak, saya hanya
petani kecil, hasilnya ya memang segitu. Saya terima saja
hasil panen saya apa adanya

23

(Rubiman, 1 Juni 2013)


Hasil panen buruk sehingga harga jual turun
(Jarwo Wiyono Sukatmin, 1 Juni 2013)
masalah yang biasanya terjadi itu ya karena faktor
cuaca, hama jadi kualitasnya jelek, harganya jadi turun
(Maryadi, 1 Juni 2013)
Hanya saat panen raya mbak biasanya harga nya turun
jadi pendapatan saya juga ikut berkurang
(Suparjo, 1 Juni 2013)
Ya sulit dapat orang yang mau beli soalnya saya jualnya
mendadak
(Sutarti, 1 Juni 2013)
Dapat diketahui bahwa sebagian besar masalah yang dihadapi
petani mengenai harga. Adanya harga yang rendah tersebut,
keuntungan petani menjadi berkurang. Keuntungan yang kecil karena
hanya menyalurkannya ke tahap pengumpul saja dan menjadi semakin
kecil lagi karena harga yang turun drastis. Karena sebabsebab seperti ini maka petani justru akan semakin
enggan untuk menjual hasil produksinya dan cenderung
dimanfaatkan untuk konsumsi sendiri. Padahal Indonesia
sedang berusaha menggeser persepsi petani untuk
mengubah dari kebiasaan subsisten menjadi komersial.
3.

Cara mengatasi permasalahan yang timbul didalam saluran


pemasaran gabah di Desa Alasombo Kecamatan Weru
Kabupaten Sukoharjo
Dari informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa
petani masih enggan untuk menjual hasil produksi dengan
saluran pemasaran yang lain. Hal tersebut disebabkan
karena para petani di Desa Alasombo Kecamatan Weru
Kabupaten Sukoharjo menganggap bahwa dengan menjual
ke saluran pemasaran yang lain maka akan membuang-

24

buang tenaga dan manganggap jika dijual ke saluran


pemasaran yang lain maka akan menjadi lebih merugikan.
Padahal pada kenyataannya bila petani menjual ke saluran
pemasaran yang lain maka petani akan menjadi lebih
untung. Memang keuntungan yang di hanya sedikit dan
tidak jauh berbeda dengan jika mereka hanya menjualnya
ke pengumpul, namun setidaknya dengan begitu petani
akan menjadi lebih menyadari pertanian komersial. Hal ini
dapat juga mengatasi masalah petani pada saat panen
raya dimana harga gabah menjadi sangat turun dan
cenderung anjlok. Lahan yang sempit, sawah tadah hujan
dan belum lagi jika terserang hama penyakit membuat
petani mendapat hasil yang tidak seberapa. Jika ditambah
lagi dengan harga jual pada saat panen raya yang anjlok
maka

akan

pemecahan

membuat
masalah

petani
yang

semakin

paling

baik

merugi.
yaitu

Maka

dengan

menjualnya melalui saluran pemasaran lain, kalau perlu


menjualnya ke luar daerah sehingga harga jual nantinya
terpengaruh dengan adanya panen raya. Selain itu dapat
diatasi juga dengan:
a. Kesinambungan produksi
Dengan meningkatkan

dan

mempertahankan

kesinambungan produksi maka dapat membuat petani


menjadi lebih untung karena dengan kesinambungan
tersebut maka petani akan dapat memproduksi secara
lebih telaten.
b. Memperbaiki sistem tawar menawar di pasar
Dengan mengajarkan petani bagaimana cara untuk
memberi

harga

jual

yang

setimpal

dengan

hasil

produksinya. Dengan begitu maka akan lebih banyak


keuntungan yang diterima oleh petani.
c. Kurangnya informasi pasar

25

Informasi

pasar

merupakan

faktor

yang

menentukan apa yang diproduksi, dimana, mengapa,


bagaimana, dan untuk siapa produk dijual dengan
keuntungan

terbaik.

Dengan

petani

yang

lebih

mengetahui informasi pasar, maka petani akan menjadi


lebih tahu seberapa harga yang seharusnya ia dapatkan
untuk hasil produksi, sehingga tidak ditipu orang.
d. Meningkatkan kualitas produksi
Petani dapat mendapatkan hasil yang lebih baik
lagi

jika

hasil

produksinya

ditingkatkan.

Sehingga

dengan peningkatan kualitas tersebut, petani Desa


Alasombo Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo dapat
4.

meningkatkan pendapatan.
Pendapatan Responden dari berbagai saluran pemasaran
Pendapatan responden dari berbagai saluran pemasaran
di desa Alasombo, kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo
sangat bervariasi. Ada responden yang pendapatannya sudah
optimal dan ada juga pendapatan petani yang belum optimal.
Keseluruhan responden pun tidak ada yang menyebutkan
nominalnya. Berikut kutipan wawancara dengan responden
mengenai pendapatan.
Kurang optimal karena hasil produksi sedikit sehingga
baik yang dijual maupun yang dibawa pulang belum bisa
menutup modal yang telah dikeluarkan
(Maryono, 1 Juni 2013)
kalau melihat hasil panen kemarin, pendapatan saya ya
belum balik modal mbak
(Warsito, 1 Juni 2013)
Kalau produksinya bagus ya udah udah bisa balik modal,
tapi kalau kaya kemarin ya belum bisa mbak. Hasilnya
sedikit
(Hadi Purwanto, 1 Juni 2013)
Sudah. Syukur saya bisa membiayai SPP anak saya
kuliah
(Pardi Martowiyono, 1 Juni 2013)

26

Ya belum mbak, panen kemarin kan bisa dibilang gagal


jadi ya belum bisa balik modal. Kalau hasilnya lagi bagus
ya Alhamdulillah bisa balik modal, bisa bayar hutang,
bisa nyukupi anak-anak
(Rubiman, 1 Juni 2013)
Sudah optimal, sudah bisa mbiayai SPP sekolah anak,
buat nyumbang, bayar utang
(Jarwo Wiyono Sukatmin, 1 Juni 2013)
Sudah mbak, sudah cukup lah, bisa buat usaha musim
tanam selanjutnya
(Maryadi, 1 Juni 2013)
Sudah mbak (Suparjo, 1 Juni 2013)
Kurang optimal kan hasilnya sedikit
(Sutarti, 1 Juni 2013)
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1.

Rata-rata petani di Desa Alasombo bertani sudah dari kecil,


mulai sejak lulus SD karena mengikuti kebiasaan dari
keluarganya.

Tingkat

pendidikan petani kebanyakan

hanya tamat SD, namun ada juga yang lulusan S1. Luas
lahan yang mereka miliki berbeda-beda, dari 1500m 2
2.

hingga maksimal 2 Ha.


Sebagian besar petani memanfaatkan hasil produksinya
untuk konsumsi pribadi keluarganya sendiri. Hanya sedikit
petani yang menjual semua hasil produksi mereka karena rata-rata luas

3.

sawah petani kecil.


Saluran pemasaran beras di Desa Alasombo Kec. Weru Kab.
Sukoharjo sebagian besar dijual ke pengumpul. Namun ada
juga yang dijual ke penebas, langsung dijual ke pasar, ada

4.

pula yang dikonsumsi sendiri kemudian dijual secara eceran.


Sebagian besar masalah yang dihadapi petani adalah harga yang rendah
saat panen raya dan juga harga dari lembaga pemasaran yang rendah
sehingga keuntungan petani menjadi berkurang. Keuntungan yang kecil

27

karena hanya menyalurkannya ke tahap pengumpul saja dan menjadi


5.

semakin kecil lagi karena harga yang turun drastis.


Pendapatan responden dari berbagai saluran pemasaran di
desa Alasombo, kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo
sangat bervariasi mulai dari sudah optimal dan juga
pendapatan petani yang belum optimal.

B. Saran
1. Peningkatan pengetahuan petani sebaiknya dilaksanakan secara rutin oleh
para penyuluh baik melalui penyuluhan ataupun pelatihan agar petani
dapat berproduksi dan berusahatani lebih baik serta menguntungkan.
2. Perlu adanya penyuluhan mengenai cara berusaha tani yang baik agar
petani subsisten berubah menjadi petani komersial dan hasil usahatani
mereka lebih menguntungkan.
3. Perbaikan dan juga dukungan pemerintah terhadap saluran pemasaran
gabah dan beras petani di desa Alasombo, kecamatan Weru,
Kabupaten Sukoharjo sebaiknya perlu ditingkatkan agar
23
petani mempunyai daya tawar yang tinggi sehingga petani
mendapatkan keuntungan lebih besar dan kehidupan lebih
sejahtera.

28

DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, G. dan P. Kotler. 2001. Dasar-dasar Pemasaran. Jilid 1.
Alih Bahasa Alexander Sindoro dan Benyamin Molan.
Penerbit Prenhalindo. Jakarta.
Kohls, R. L and Uhl, J. N. 1990. Marketing of Agriculture Products.
Seventh Edition Produce University Macmillan Publishing
Company. New York
Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran: Analisis Perencanaan
Implementasi dan Kontrol. Edisi Indonesia. Prehallindo.
Jakarta
Kotler,
Philip.
2002.
Manajemen
Pemasaran:
Analisis,
Perencanaan, implementasi dan Kontrol. Edisi Sebelas. Alih
Bahasa, Hendra Teguh. Prehallindo. Jakarta.
Limbong, W. H dan S. Panggabean. 1987. Pengantar Tataniaga
Pertanian Jurusan Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor
Sunarto. 2004. Prinsip-prinsip Pemasaran. UST Press. Yogyakarta.

29

LAMPIRAN

30

Daftar pertanyaan :
1. Berapa jumlah (Hasil) produksi gabah setiap kali panen?
(kondisi normal dan kondisi kurang normal)
2. Bagaimana cara yang bapak/ibu gunakan untuk memasarkan
gabah di lahan anda?
3. Mengapa anda memilih menjual/memasarkan gabah dengan
cara tersebut?
4. Apa saja permasalahan yang biasa dihadapi dalam proses
pemasaran tersebut?
5. Dengan cara pemasaran yang anda pilih, apakah pendapatan
yang anda peroleh sudah optimal?
6. (Berapa persentase hasil produksi yang dikonsumsi sendiri?)

31

Anda mungkin juga menyukai