Anda di halaman 1dari 53

PENGARUH SELEDRI TERHADAPA

PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA


PENDERITA HIPERTENSI
AZZA AMRULLOH

BAB I
PENDAHULUAN DAN PERUMUSAN MASALAH

LATARBELAKANG
Riskesdas (2007) menyebutkan hipertensi
sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah
stroke dan tuberculosis yakni (6,7 %)

Ada dua macam terapi yang bisa dilakukan untuk


mengobati hipertensi yaitu terapi farmakologi
(obat-obatan) dan terapi nonfarmakologi

Indonesia merupakan negara yang mempunyai


sumber daya alam yang sangat beraneka ragam.
Salah satunya adalah obat-obat tradisional dari
tanaman herbal

Salah satu obat tradisional yang ada di Indonesia


yang dapat digunakan sebagai alternatif
pengobatan hipertensi adalah adalah seledri
(Apium graveolens l)

PERUMUSAN MASALAH
Adakah pengaruh seledri terhadap
penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi

BAB II
HIPERTENSI DAN SELEDRI (APIUM GRAVEOLENS L)

HIPERTENSI
Hipertensi :
Hipertensi merupakan peningkatan
tekanan darah > 140/90 mmHg
Hipertensi esensial:
hipertensi primer atau hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya

EPIDEMIOLOGI
Hipertensi esensial mencakup 90% dari
keseluruhan kasus hipertensi
Dengan semakin banyak orang berusia
lanjut, kasus hipertensi makin meningkat
baik
hipertensi
diastolik
maupun
kombinasi sistolik dan diastolik sering
timbul pada usia > 65 tahun

KLASIFIKASI HIPERTENSI MENURUT JNC


VII

MENURUT WHO

BENTUK-BENTUK HIPERTENSI
Hipertensi
diastolik
(diastolic
hypertension) yaitu peningkatan tekanan
diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan
sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-anak
dan dewasa muda.
Hipertensi
sistolik
(isolated
systolic
hypertension) yaitu peningkatan tekanan
sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan
diastolik. Umumnya ditemukan pada usia
lanjut.
Hipertensi campuran (sistol dan diastol
yang meninggi) yaitu peningkatan tekanan
darah pada sistol dan diastol.

ETIOLOGI
Hipertensi primer : tidak diketahui sebabnya
Hipertensi sekunder : Hipertensi sekunder
atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 %
kasus
Penyakit ginjal
Penyakit endokrin
Koarktasio aorta
Hipertensi pada kehamilan
Kelainan neurologi
Stres akut
Obat-obatan

MANIFESTASI KLINIS

Sakit kepala bagian belakang


rasa berat pada tengkuk
Sulit tidur
Gelisah
Pusing
Epistaksis
Pandangan kabur (mata berkunang-kunang)
Dada berdebar-ddebar
Sesak nafas
lemas berkeringat

KERUSAKAN ORGAN TARGET


1. Penyakit ginjal kronis
2. Jantung
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Angina atau infark miokardium
c. Gagal jantung
3. Otak
a. Strok
b. Transient Ischemic Attack (TIA)
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati

ANAMNESA
Anamnesis meliputi:
1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan
darah
2. Indikasi adanya hipertensi sekunder

a. Keluarga dengan riwayat penyakit


ginjal
b. Adanya penyakit ginjal,
hematuri,infeksi sal kemih, pemakaian
obat analgetik dan obat lain
c. Episoda berkeringat, sakit kepala,
kecemasan, palpitasi (feokromositoma)
d. Episoda lemah otot (aldosteronisme)

3. Faktor-faktor risiko
a. Riwayat hipertensi atau kardiovaskular
pada pasien atau keluarga pasien
b. Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau
keluarganya
c. Riwayat diabetes melitus pada pasien
atau keluarganya
d. Kebiasaan merokok
e. Pola makan
f. Kegemukan, intensitas olahraga
g. kepribadian

4. Gejala kerusakan organ


a. Otak dan mata : sakit kepala, vertigo,
gangguan penglihatan, transient ischemic
attack, defisit sensoris atau motoris
b. Ginjal : haus, poliuria, nokturia,
hematuria
c. Jantung : palpitasi, nyeri dada, sesak,
bengkak kaki
d. Arteri perifer : ekstremitas dingin
5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya
6. faktor pribadi, keluarga dan lingkungan

PEMERIKSAAN FISIK
Pengukuran tekanan darah
Pengukuran di ruang priksa
Pengukuran 24 jam
Pengukuran sendiri o/ pasien

PMX PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi
terdiri dari:
a. Tes darah rutin
b. Glukosa darah (sebaiknya puasa)
c. Kolesterol total serum
d. Kolesterol LDL dan HDL serum
e. Trigliserida serum (puasa)
f. Asam urat serum
g. Kreatinin serum
h. Kalium serum
i. Hemoglobin dan hematokrit
j. Urinalisis
k. Elektrokardiogram

EVALUASI
Jantung : px fisik, foto thoraks, ekg,
ekokardiogram
Pembuluh darah : px fisik dan perhitungan
pulse pressure, usg karotis
Otak : px neurologi dan ct scan
Mata : funduskopi

Fungsi ginjal
Px fungsi ginjal, tentukan ada tidaknya
proteinuria/ mikroalbuminemia, serta rasio
albumin kreatinin urin
Penilaian laju filtrasi glomerulusdengan
menggunakan kombinasi rumus CockroftGault sesuai dengan anjuran National Kidney
Foundation (NKF) yaitu
Klirens Kreatinin* = (140-umur) x Berat
Badan
x (0,85 untuk perempuan)
72 x Kreatinin Serum
*Glomerulus Filtration Rate (GFR)/LFG
dalam ml/menit/1,73m2.

TERAPI
Tujuan terapi hipertensi
Target penurunan TD < 140/90 mmHg , u/ pasien
rsiko tinggi (diabetes, gagal ginjal) < 130/80
Penurunan morbiditas dan mortalitas
cardiovaskular
Hambat laju penyakit ginjal proteinuria
Selain pengobatan u/ hipertensi, pengobatan
terhadap faktor resiko juga harus dilakukan

TERAPI NON FARMAKOLOGI

Stop rokok
Menurunkan BB berlebih
Turunkan konsumsi alkohol berlebih
Latihan fisik
Turunkan asupan garam
Tingkatkan buah dan sayur, turunkan
konsumsi lemak

FARMAKOLOGI
Jenis-jenis obat hipertensi menurut JNC 7

First line: 5 groups


1.
2.
3.
4.
5.

Diuretics
Beta blockers
ACE-inhibitors
Ang II receptor blockers (ARB)
Ca antagonist

DIURETICS
Mekanisme antihipertensi diuretik:
Diuresis, natriuresis volume darah
curah jantung TD
Na+ dlm serum & otot polos pb darah
resistensi vaskuler TD

3 kelompok duretik:
I.a. Golongan Tiazid
I.b. Diuretik Kuat
I.c. Diuretik Hemat Kalium

GOLONGAN TIAZID
Hidroklortiazid (HCT), Bendroflumetiazid,
Klortalidon , Indapamid
Bekerja di distal convoluted tubule.
Menghambat reabsorpsi Na+-Cl- dari lumen ke
dalam sel tubulus ekskresi Na+, Cl Mula kerja 2-3 hari, Efek maksimum 2-4
minggu
Pilihan utama pada HT ringan-sedang, dan HT
dengan aktivitas renin rendah (usia lanjut)
Kurang efektif pada gangguan fungsi ginjal

Sering digunakn dalam kombinasi dengan


AH lain:
Mencegah retensi cairan oleh AH lain
Bila menggunakan > 2 antihipertensi, salah
satunya dianjurkan diuretik

Kontraindikasi:
alergi tiazid dan golongan sulfonamid lain,
gagal ginjal

Interaksi: AINS (antiinflamasi non steroid)


mengurangi efek antihipertensi

Efek samping
Hipokalemia toksisitas digitalis
Hiponatremia, hipomagnesemia
Hiperurisemia hati-hati pada artritis gout
Hiperglikemia, hiperkolesterlemia tidak
ideal untuk DM dan dislipidemia
Hiperkalsemia memperlambat proses
osteoporosis
Gangguang fungsi seksual

I.B. DIURETIK KUAT (LOOP DIURETIC)


FUROSEMID, TORASEMIDE, BUMETANIDE, ETHACRYNIC ACID

Menghambat simporter Na+, K+, Cl- , pada


thick ascending limb meningkatkan
ekskresi Na+, K+, Cl- secara signifikan
Kerja cepat
Pilihan utama untuk hipertensi dengan gagal
jantung
Sering digunakan pada gangguan fungsi
ginjal
Efek samping:
mirip tiazid, kecuali hipokalsemia

I.C. DIURETIK HEMAT KALIUM


(POTASSIUM SPARING DIURETICS)
Spironolakton, Triamteren, Amilorid

Mekanisme: Menghambat kanal Natrium di


tubulus distal dan Collecting Duct
reabsorpsi Na+ berkurang ekskresi Na+
sekresi K+ berkurang retensi K+
Diuretik lemah
Umumnya perlu kombinasi dengan diuretik
lain
Mengurangi risiko hipokalemia oleh diuretik
lain

Dapat menimbulkan hiperkalemia:


Pada gagal ginjal
Dalam kombinasi dengan ACE-Inhibitor,
AINS
Spironolakton: antgonis aldosteron
terpilih untuk hiper aldosteronisme
primer, dan juga sekunder

II. BETA-BLOCKER
Mekanisme: menghambat reseptor 1
Di jantung curah jantung TD
Di sel juxtaglomeruler sekresi renin

Penggunaan:

HT
HT
HT
HT

ringan-sedang
dengan penyakit jantung koroner
dengan aritmia supraventrikel
hiperdinamik (takikardi)

Efek samping

Bronkospasme, bradikardi
Impotensi
Gangguan sirkulasi perifer
Memperburuk profil lipid, masking hypoglicemia
Perburukan fungsi ginjal

Kontraindikasi

Asma bronkial, PPOK


Peny. Vaskuler perifer
Blok AV derajad 2-3,
Sick sinus syndrome

III. ACE-inhibitor dan ARB


Angiotensinogen

ACE-inhibitor

Angiotensin I

Bradykinin
ACE

ARB
Angiotensin II

AT1 receptor

Inactive
peptide
AT2 receptor

Vasoconstriction

Vasodilatation

Aldosterone secretion

Nitric oxide secretion

Vascular/cardiac
remodelling

Anti remodelling

Sympathetic stimulation

Penggunaan ACE-I

AH tahap I untuk HT ringan, sedang dan berat


HT dengan gagal jantung
Krisis hipertensi
Terpilih utk HT dg DM, dislipidemia, nefropati DM
Pemberian kronik: kardioprotektif, vaskuloprotektif

Efek samping:

Batuk kering (10-20%)


Angioudem, skin rash, gangguan pengecapan
Hipotensi (first dose phenomen)
Hiperkalemia:
Pd gangguan ginjal
Pd kombinasi dg diuretik hemat kalium, AINS
Embriotoksik

Kontraindikasi
Wanita hamil, menyusui gagal ginjal pd anak
Stenosis A. renalis bilateral
(stenosis unilateral pd single kidney)

IV. ANTAGONIS ANGOTENSIN


(ANG. RECEPTOR BLOCKER, ARB)

Losartan, Valsartan, Irbesartan, Candesartan,


Telmisartan

Mekanisme:

Menghambat reseptor Ang II secara kompetitif.

Efek:

Hambatan efek Ang II (mirip efek ACE-I)


Vasodilatasi TD
Aldosteron
Mencegah hipertrofi vaskuler dan miokard
Menghambat aktivasi simpatis oleh Ang II

V. ANTAGONIS KALSIUM

Mekanisme: menghambat Ca++ influx ke dalam sel


pembuluh darah vasodilatasi
miokard inotropik (-)
konduksi AV dromotropik (-)
1. Golongan Dihidropiridin (DHP):
(nifedipin, amlodipin, nicardipin, felodipin, lasidipin,
nitrendipin, )
Vaskulo selektif efek vasodilatasi dominan, efek
pd jantung minimal
2. Golongan Difenilalkilamin: - verapamil
Kardioselektif: kontraktilitas dan konduksi jantung
3. Golongan Benzotiazepin: - diltiazem
Kardioselektif: kontraktilitas dan konduksi jantung

Farmakokinetik:

Nifedipin:
Absorpsi oral cepat TD cepat
T1/2 pendek perlu pemberian 3-4 x sehari

Amlodipin:
Absorpsi lambat TD pelan-pelan
T1/2 panjang pemberian 1 x sehari

Bioavailabilitas bervariasi (metabolisme lintas


pertama): semua golongan.
Metabolisme hepar >90%: semua golongan
Ekskresi ginjal minimal aman untuk ggn
fungsi ginjal

INDIKASI

Antihpertensi: Dihidropiridin long acting, verapamil


Krisis hipertensi: nifedipin (sublingual), nicardipin iv
Anti angina: verapamil, diltiazem, nifedipin (short acting)
Anti aritmia: verapamil, diltiazem

Tokolitik: Nifedipin

Catatan: Nifedipin short acting tidak dianjurkan untuk


hipertensi, kecuali krisis hipertensi

EFEK SAMPING

Nifedipin:

Hipotensi, takikardi risiko iskemi mokard dan serebral


Sakit kepala, muka merah, Udem perifer

Verapamil, diltiazem:
Bradikardi, konstipasi

Kontraindikasi: gagal jantung (kecuali amlodipin)

SELEDRI (APIUM GRAVEOLENS L


Klasifikasi botani tanaman seledri adalah sebagai
berikut:
a) Divisi : magnoliophyta
b) Sub divisi :
c) Kelas : magnoliopsida
d) Keluarga : apiacea
e) Genus : apium
f) Spesies : a. graveolens

Tanaman ini diyakini mengandung vitamin


vitamin A, B1, B2, B6, dan juga vitamin C.
Selain itu juga mengandung berbagai zat aktif
antara lain flavonoid (apigenin), senyawa butil
phthalide, dan kalium. Di dalam daun seledri
terkandung senyawa glukosida, apiin, dan apoil
yang memberi aroma khas.

BEBERAPA HASIL PENELITIAN


ZULFAHNI , PENGARUH REBUSAN SELEDRI
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH
PADA PASIEN PRAHIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PADANG PASIR KOTA
PADANG TAHUN 2012
Terjadi perbedaan yang signifikan pada tekanan
darah sistolik dan diastolik antara kelompok
intervensi yang diberikan air rebusan seledri
dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan air
rebusan seledri dengan nilai p(0.001) untuk
perubahan tekanan darah sitolik dan p(0,000)
untuk tekanan darah diastolik.

RATNA SARI DEWI 2011, PENGARUH


SELEDRI (Apium graveolens L.) TERHADAP
TEKANAN DARAH.
Metode eksperimental, desain pre test dan post
test ( = 0,05), desain pemberian perlakuan
adalah cross over. Pengukuran tekanan darah
menggunakan metode gabungan palpasi dan
auskultasi. Data yang diukur adalah tekanan
darah sistolik dan diastolik, pada 23 orang pria
dewasa usia 18-25 tahun. Analisis data
menggunakan metode uji t berpasangan dengan
= 0.05.
HASIL 23 orang percobaan menunjukkan bahwa
seledri menurunkan tekanan darah sistolik

Upik rahmawati , Pengaruh Konsumsi Jus


Seledri (Apium Graveolens L) Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi, 2010
Metode : Penelitian ini menggunakan 40 subjek
dengan Pre and Post Test Control Groups Design
dengan subjek ibu rumah tangga berusia 40-60
tahun yang tinggal di pemukiman Kelurahan
Kebon Agung Semarang dan menderita
hipertensi. kuota sampling. Tekanan darah sistolik
dan diastolik diukur menggunakan
sphygmomanometer. Data dianalisis
menggunakan uji Willcoxon. Independent t-test
dan Mann-Whitney. Analisis multivariat
menggunakan anacova.

Hasil : terdapat perbedaan penurunan tekanan


darah sistolik (p< 0,0001) dan tekanan darah
diastolik (p = 0,035) antara kelompok perlakuan
dan kontrol. Setelah konsumsi jus seledri, tekanan
darah sistolik kelompok perlakuan mengalami
penurunan dengan nilai median yaitu 11.50 + 9.26.
SD mmHg dan diastolik menurun 4.50 + 13.58 SD
mmHg sedangkan kelompok kontrol tidak 50
mengalami penurunan yang bermakna.

MUZAKAR, NURYANTO. PENGARUH PEMBERIAN AIR


REBUSAN SELEDRI TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI,
2012
Penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian kuasi
eksperimen.
Kriteria subjek adalah penderita hipertensi, berusia > 20
tahun, tidak menderita penyakit penyerta/komplikasi, tidak
merokok, tidak menjalani terpi diet, tidak menjalani latihan
fisik, tidak melakukan terapi akupuntur, tidak menjalani
relaksasi progresif, bersedia menjadi sampel penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik tekanan darah


sistole maupun diastole terjadi penurunan secara
bermakna setelah diberikan air rebusan seledri + obat anti
hipertensi selama 3 hari berturut-turut. Rata-rata
penurunan tekanan sistolik 20,32 mmHg dan Diastolik 7,09
mmHg. Hasil Uji statistik didapatkan p value < 0.05
disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian air rebusan
seledri terhadap penurunan tekanan darah

Dr. William J. Elliot, farmakologi dari fakultas


Kedokteran, Universitas Chicago
berhasil mengisolasi senyawa pada seledri yang dapat
menurunkan tekanan darah. Senyawa itu adalah 3-nbutyphththlida yang memberi aroma harum. Elliot
memperkirakan, seledri membantu menurunkan tekanan
darah karena mampu menekan konsentrasi hormon stress
sehingga pembuluh darah kembali melebar.
Ahli lain melihat, kemampuan seledri mampu menurunkan
tekanan darah berkat senyawa aktif apigenin yang mirip
calcium antagonis seperti yang terdapat pada obat
hipertensi.

Direktur medis dari Hipertension Institute of Nashville


di Saint Tomas Hospital , Mark Houston
merekomendasikan seledri dapat menjadi obat alami untuk
menurunkan tekanan darah. Rekomendasi ini bukan hal
baru. Para ahli pengobatan tradisional Cina bahkan telah
meresepkan akar seledri/seledri sebagai obat untuk pasien
dengan hipertensi selama lebih dari satu abad.
Cara kerja : Seledri mengandung fitokimia yang dikenal
sebagai phthalides, yang dapat mengendurkan jaringan
otot dalam dinding arteri, sehingga aliran darah meningkat
dan padagilirannya menurunkan tekanan darah.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Tanaman ini diyakini mengandung vitamin
vitamin A, B1, B2, B6, dan juga vit C, Selain itu
juga mengandung berbagai zat aktif antara lain
flavonoid (apigenin), senyawa butil phthalide,
dan kalium. Di dalam daun seledri terkandung
senyawa glukosida, apiin, dan apoil
Seledri dapat menerunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai