Anda di halaman 1dari 5

Abstrak

Latar Belakang: Terdapat berbagai opini tentang lesi servikal non-karies


[NCCL]. Antara lain, akibat abrasi sikat gigi, korosi asam [yang umum disebut
sebagai korosi gigi], dan abfraksi. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
untuk menyelidiki seluk-beluk microwear NCCL dalam sekumpulan gigi manusia
yang telah dicabut, menggunakan scanning mikroskop elektron [SEM].
Metode: Replika negatif NCCL besar pada 24 gigi manusia yang telah dicabut
dipendam dalam bahan cetak polivinylsiloxane [Light Body Imprint II, 3M, ESPE]
dan diamati menggunakan SEM.
Hasil: Semua NCCL ditemukan mulai dari batas cemento-enamel junction
sampai permukaan akar dan memiliki berbagai macam tampilan wedge-shape
[berbentuk-baji]. Ditemukan abrasi dan korosi pada 18 dari 24 gigi [75 persen],
abrasi hanya ditemukan pada satu gigi [4,2 persen] dan korosi ditemukan pada
lima gigi [20,8 persen]. Galur-galur horisontal bertepi halus dan tanda gores
minor, yang merupakan karakteristik abrasi dan korosi, ditemukan pada 13 gigi
[54,2 persen].
Kesimpulan: Berdasarkan pada pemeriksaan mikroskopik sampel gigi yang
telah dicabut, terlihat bahwa abrasi dan korosi adalah faktor etiologi yang umum
ditemukan dalam pembentukan NCCL.
Kata Kunci: Abrasi, erosi, abfraksi, scanning mikroskop elektron.
Sumber: Australian Dental Association, 2008; 53: 46-51.

PENDAHULUAN
Istilah lesi servikal non-karies [non-carious cervical lesion/NCCL] merujuk pada
hilangnya struktur gigi pada batas cemento-enamel junction [CEJ] gigi akibat
proses keausan yang tidak berhubungan dengan aksi bakteri. NCCL memiliki
berbagai bentuk, seperti groove dangkal, lesi berbentuk-cawan [saucer-shaped],
dan lesi berbentu-baji [wedge-shaped] yang luas. Dilaporkan bahwa NCCL
menyerang 85 persen individu, dimana prevalensi dan keparahannya meningkat
seiring dengan usia. NCCL yang luas dan dentin yang terbuka dapat
menyebabkan hipersensitivitas dentin, dan meningkatkan resiko terbukanya
pulpa atau fraktur gigi.
Terdapat banyak teori tentang etiologi NCCL, seperti abrasi sikat gigi, korosi
[yang umum disebut korosi gigi], dan abfraksi, hal ini menyebabkan kekeliruan
penatalaksanaannya. Pilihan perawatan yang dianjurkan antara lain
pengawasan, restorasi adhesif, modifikasi diet, prosedur pembersihan gigi, dan
penyesuaian oklusal untuk mencegah perkembangan lebih lanjut. Abrasi sikat
gigi dinyatakan sebagai salah satu penyebab NCCL sejak pertengahan abad-20,
namun McCoy menyatakan bahwa bruksisme memiliki peran etiologi utama.
Hipotesis abfraksi menyatakan bahwa tekanan tensile yang terkonsentrasi pada
regio servikal gigi, akibat beban oklusal tinggi yang menyebabkan fleksi cusp,
sehingga terbentuk retakan-mikro pada servikal karena ikatan antara kristal
hidroksiapatit dengan email dan dentin rusak. Kemudian, retakan tersebut
diduga meningkatkan kerentanan terhadap abrasi dan korosi. Namun, kita masih
kekurangan bukti-bukti klinis yang meyakinkan dan mendukung hipotesis
abfraksi, dan model non-klinis yang mendukung pernyataan tersebut tidak

realistis. Dalam konteks ini, penyelidikan seluk-beluk microwear/keausan-mikro


NCCL akan membuka pandangan tentang etiologinya.
Penelitian-penelitian yang menyelidiki tanda-tanda microwear NCCL sangat
langka. Penelitian terdahulu yang memanfaatkan scanning mikroskop elektron
[SEM] untuk mendeskripsikan morfologi NCCL pada pembesaran 15x, dan para
peneliti menyatakan bahwa lesi wedge-shaped mungkin disebabkan oleh
abfraksi. Dalam penelitian lain yang dilakukan pada 6 individu, Bevenius, dkk,
menemukan goresan dan groove horisontal atau oblique dengan kedalaman dan
regularitas berbeda-beda dalam NCCL yang berbentuk saucer dan wedge. Para
peneliti menyatakan bahwa NCCL disebabkan oleh faktor idiopatik, meskipun
mereka menemukan tanda goresan horisontal pada email dan dentin yang
merupakan karakteristik abrasi. Sebaliknya, korosi menyebabkan tampilan
permukaan gigi yang lebih halus, jika diamati menggunakan pembesaran
mikroskop yang tinggi, email terlihat seperti struktur sarang lebah dan dentin
memiliki permukaan bergelombang atau berombak. Abrasi dan korosi yang
terjadi secara bersamaan menghasilkan permukaan dentin yang lebih halus,
dibandingkan jika terjadi abrasi saja. Meskipun mikromorfologi rinci tentang lesi
abfraksi belum diketahui, suatu penelitian in vitro menemukan fraktur dan
retakan email pada regio servikal gigi premolar yang diberi beban oklusal dalam
kondisi netral dan asam.
Dengan menyelidiki seluk-beluk NCCL dalam sekumpulan gigi manusia yang
telah dicabut, kami ingin memastikan sifat faktor-faktor yang terlibat dalam
etiologinya.
BAHAN DAN METODE
Dua puluh gigi manusia yang telah dicabut dan memiliki lesi servikal yang besar
dipilih dari sekumpulan gigi yang telah dicabut sebagai bagian perawatan gigi
umum di Adelaide Dental Hospital. Protokol pengumpulan gigi yang telah dicabut
disetujui oleh The University of Adelaide Human Ethics Committee [H27/90]. Gigigeligi tersebut direndam dalam Savlon, suatu agen antiseptik, yang umum
digunakan dalam praktek kontrol infeksi di Adelaide Dental Hospital.
Setelah gigi-geligi dibilas menggunakan air mengalir dan dikeringkan, materi
extraneous dari NCCL dibersihkan dengan melakukan pencetakan alginat [3M
ESPE Palgat Plus Quick, Seefeld, Jerman], sesuai dengan deskripsi dalam
penelitian sebelumnya. Kemudian, NCCL diklasifikasikan sebagai lesi wedgeshaped atau scoop [sendok] melalui pemeriksaan visual. Replika negatif NCCL
diperoleh menggunakan bahan cetak polyvinylsiloxane [3M ESPE Imprint II
Garant Light Body, St. Paul, AS], kemudian diamati menggunakan SEM pada
berbagai pembesaran. Setiap NCCL diperiksa untuk mengetahui terjadinya
abrasi dan korosi pada 9 daerah atau regio, kecuali jika terganggu oleh artefak.
Untuk menentukan apakah ada variasi mikromorfologi pada berbagai regio
NCCL, setiap lesi dibagi menjadi sepertiga atas, tengah dan bawah, serta
sepertiga mesial, sentral, dan distal. Kesembilan daerah tersebut dalam setiap
spesimen tersebut diperiksa untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda abrasi,
korosi saja, atau kombinasi keduanya. Untuk keperluan presentasi laporan ini,
dipilih mikrograf representatif yang menunjukkan tanda-tanda abrasi, korosi,
atau kombinasi keduanya. NCCL yang diperiksa tidak menunjukkan tanda-tanda

kerusakan akibat pencabutan. Dalam penelitian terdahulu, replikasi microwear


gigi-geligi asli ke dalam cetakan rubber silikon dan dye epoksi telah divalidasi
pada resolusi kurang dari 1 m.
HASIL
Semua NCCL ditemukan pada sisi bukal dan meluas dari CEJ sampai ke
permukaan akar. Tampilannya bermacam-macam [Gambar 1]. Tidak ada variasi
mikromorfologi pada kesembilan daerah pada NCCL. Semua lesi memiliki tandatanda abrasi dan/atau korosi. Pada SEM, abrasi ditandai dengan adanya goresan
horisontal [Gambar 2] sedangkan korosi ditandai dengan permukaan yang halus
[Gambar 3]. Jika terdapat kombinasi tanda-tanda abrasi dan korosi, tanda
goresan [Gambar 4] tidak terlihat sejelas seperti dalam abrasi [Gambar 2].
Diperoleh bukti definitif terjadinya abrasi dan korosi pada 18 dari 24 gigi [75
persen], abrasi hanya ditemukan pada 1 gigi [4,2 persen] dan korosi ditemukan
pada 5 gigi [20,8 persen] [Tabel 1] di semua regio NCCL. Galur horisontal
umumnya terlihat halus, ini merupakan karakteristik korosi, namun tanda gores
horisontal minor juga ditemukan di sekitar galur tersebut, yang menunjukkan
terjadinya kombinasi abrasi dan korosi [Gambar 5].
PEMBAHASAN
Meskipun dalam penelitian ini ditemukan beberapa NCCL wedge-shape yang
memiliki sudut garis internal tajam, tidak dilakukan klasifikasi detail berbagai
bentuk morfologi. Kelompok kami juga melakukan penelitian lain untuk
mengembangkan sistem klasifikasi NCCL yang lebih detail sesuai dengan bentuk
morfologi dan menghubungkannya dengan faktor-faktor etiologi. Dalam
penelitian ini, ditemukan tanda-tanda abrasi dan/atau korosi pada semua NCCL,
namun jaringan retakan ekstensif yang menandai NCCL akibat-abfraksi tidak
ditemukan. Namun, beberapa peneliti mengimplikasikan bahwa jaringan retakan
semacam itu hanya akan muncul pada email servikal. Retakan pada email
servikal, yang dideskripsikan oleh Palamara dkk, harus dibuktikan secara klinis
sebelum hipotesis abfraksi divalidasi. Dalam penelitian in vitro lainnya, NCCL
artifisial pada gigi-geligi premolar yang telah dicabut melalui pemberian beban
aksial dalam lingkungan asam memiliki garis batas membulat seperti yang
terbentuk secara in vivo. Pemeriksaan mikrografik NCCL menunjukkan korosi
email ekstensif, retakan pada dentin koronal NCCL, undakan konsentrik dari
permukaan bagian luar ke bagian tengah dan tampilan bergelombang pada
permukaan dentin. Tanda-tanda tersebut tidak ditemukan dalam satupun NCCL
penelitian ini atau dlaam penelitian in vivo sebelumnya. Hal ini mengimplikasikan
bahwa dibutuhkan kecermatan saat menerapkan hasil penelitian NCCL artifisial
dalam situasi klinis.
Penelitian ini juga memberikan deskripsi komprehensif tentang galur horisontal.
Yang kurang terlihat jelas dibandingkan dengan undakan konsentrik atau groove
dalam yang ditemukan dalam NCCL artifisial. Salah satu penelitian in vivo
terdahulu menampilkan mikrograf NCCL yang menunjukkan galur horisontal
namun mereka tidak memberikan penjelasan apapun. Dalam penelitian ini,
banyak NCCL [54,2 persen] yang menunjukkan tanda-tanda galur horisontal
dalam berbagai ukuran. Kami menduga bahwa galur-galur kecil [lebar 5 m]

akan bergabung membentuk galur yang lebih besar [lebarnya sampai 250 m],
dan proses ini akan terus berlanjut sehingga ukuran NCCL bertambah. Garisgaris halus atau tampilan halus galur horisontal, yang disertai dengan beberapa
tanda goresan, menunjukkan keterlibatan abrasi dan korosi dalam
pembentukannya, meskipun korosi merupakan suatu proses keausan yang
dominan.
Dalam penelitian in vitro, Litonjua dkk, menegaskan bahwa abrasi sikat gigi
dimulai dari regio apikal CEJ yang berlanjut ke dentin, dan mengikis email
servikal. Penemuan tersebut didukung oleh observasi kamu bahwa NCCL meluas
mulai dari CEJ ke permukaan akar [Gambar 1]. Sebaliknya, hipotesis abfraksi
menyatakan bahwa email servikal adalah tempat awal perkembangan NCCL, dan
tekanan tensile yang ditimbulkan oleh flexure cusp mengakibatkan fraktur-mikro
email dan kristal-kristal dentin dalam regio servikal. Hipotesis tersebut
menjelaskan mekanisme-mekanisme yang terlibat dalam penguraian kristal
hidroksiapatit dalam email servikal dimana kristal-kristal email terletak hampir
tegak lurus dengan dentino-enamel junction. Namun, sebagian besar kristal
hidroksiapatit dalam dentin terorientasi ke arah yang berbeda, hampir tegak
lurus dengan sumbu panjang tubulus dentinalis. Dentin juga memiliki daerah
kristal yang orientasinya berbeda-beda. Hipotesis abfraksi tidak memberikan
penjelasan tentang bagaimana NCCL wedge-shape dapat terbentuk akibat
penguraian kristal hidroksiapatit dalam dentin. Diduga, tekanan tensil yang
bekerja pada gigi-geligi menimbulkan efek lain pada email dan dentin.
Hipotesis abfraksi hanya didasarkan pada finite element analysis [FEA] model
komputer, namun sebagian besar model FEA tidak memiliki ligamentum
periodontal atau tulang alveolar. Beberapa model yang memiliki struktur
tersebut memberikan bukti-bukti yang mendukung hipotesis abfraksi, sedangkan
yang lainnya menunjukkan bahwa jaringan periodontal cenderung
menghilangkan tekanan oklusal dari daerah servikal. Sebagian besar peneliti
membuat model email, dentin, ligamentum periodontal, dan tulang alveolar
sebagai struktur yang memiliki sifat fisik sama pada semua bidang [isotropik],
bukan struktur yang memiliki sifat fisik berbe-beda [anisotropik]. Dengan
menggunakan model FEA, telah dibuktikan bahwa struktur email anisotropik
menghilangkan tekanan tensile dalam regio servikal gigi secara lebih efektif
dibandingkan dengan struktur isotropik. Jadi, efek tekanan tensile pada regio
servikal gigi dalam sebagian besar model FEA tidak dapat menggambarkan
situasi klinis yang sebenarnya secara akurat. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut
untuk memastikan apakah pembuatan model dentin sebagai suatu struktur
anisotropik dalam FEA mengurangi tekanan servikal dan deformasi plastis gigi
akibat beban oklusal.
Hanya beberapa penelitian in vitro yang menyelidiki faktor-faktor yang berperan
dalam pembentukan NCCL artifisial. Whitehead dkk, melaporkan bahwa NCCL
artifisial terbentuk dalam delapan persen gigi premolar setelah diberi tekanan
aksial pada pH 3,0, hal ini mendukung peran faktor-faktor oklusal dalam
pembentukan NCCL. Namun, karena prevalensi NCCL dalam penelitian tersebut
rendah, para peneliti menyatakan bahwa model sederhana tekanan oklusal dan
korosi asam kurang valid. Selain itu, Litonjua dkk, menunjukkan bahwa NCCL
artifisial dapat terbentuk pada gigi premolar akibat abrasi sikat gigi dan

penggunaan pasta gigi, dengan ataupun tanpa pemberian beban.


Penelitian klinis dan antropologis memberikan berbagai pemahaman etiologi
NCCL. Suatu tinjauan kritis tentang abfraksi menunjukkan bahwa tekanan,
frekuensi, dan metode menyikat gigi adalah faktor-faktor signifikan dalam
etiologi NCCL. Sebagian peneliti menunjukkan bahwa hubungan antara keausan
oklusal akibat atrisi dan keberadaan NCCL mendukung hipotesis abfraksi, namun
dalam beberapa hal, hubungan tersebut dinyatakan lemah. Meskipun hubungan
semacam itu cukup kuat, terbentuknya NCCL wedge-shape disebabkan oleh
atrisi oklusal dan korosi. Penemuan bahwa NCCL lebih sering ditemukan pada
permukaan bukal gigi, bukan pada permukaan lingual, hal ini disebabkan oleh
variasi proteksi saliva terhadap korosi pada berbagai bagian intraoral, bukan
tekanan oklusal. Pernah dilaporkan salah satu contoh pembentukan NCCL pada
gigi premolar rahang atas yang tidak memiliki gigi antagonis. Dilaporkan pula
bahwa NCCL tidak pernah ditemukan pada keturunan Aborigin Australia yang
mengalami keausan parah pada gigi-geliginya, kecuali pembentukan groove
interproksimal akibat kebiasaan mengunyah urat kangguru. Aaron menemukan
bahwa NCCL tidak ditemukan pada keturunan India Amerika yang hidup di abad
11 dan 17, dan beliau mengimplikasikan bahwa NCCL merupakan suatu produk
faktor-faktor gaya hidup modern, seperti menyikat gigi secara berlebihan dan
diet asam, bukan fleksur gigi.
Secara keseluruhan, hasil penelitian ini dan penelitian in vitro, penelitian klinis
dan antropologi lainnya, menunjukkan bahwa abrasi dan korosi adalah faktor
penting yang berperan dalam pembentukan NCCL. Meskipun terdapat beberapa
penelitian in vitro yang mendukung hipotesis abfraksi, bukti-bukti klinis yang
menghubungkan tekanan oklusal dengan pembentukan NCCL, dinyatakan lemah.
Dibutuhkan penelitian-penelitian in vivo longitudinal pada sampel berskala besar
untuk menguraikan perkembangan awal NCCL, dan menguji validitas hipotesis
abfraksi. Penelitian in vitro yang menyelidiki pengaruh menyikat gigi dalam
lingkungan korosif juga dapat meningkatkan pemahaman kita bahwa
penyesuaian oklusal tidak boleh digunakan sebagai bagian penatalaksanaan
NCCL sampai hipotesis abfraksi dipastikan oleh bukti-bukti klinis yang lebih kuat.
KESIMPULAN
Berdasrakan pada pemeriksaan mikroskopik suatu sampel gigi manusia yang
telah dicabut, penelitian ini membuktikan bahwa abrasi dan korosi adalah faktor
etiologi utama yang berperan dalam pembentukan NCCL wedge-shape. Galurgalur horisontal dalam berbagai ukuran ditemukan pada kurang lebih separuh
gigi yang diperiksa, hal ini menunjukkan terjadinya abrasi dan korosi. Diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk mengklarifikasi bagaimana awal pembentukan NCCL
dan memberikan dasar yang pasti untuk penatalaksanaan NCCL. Sampai
ditemukan bukti klinis yang mendukung hipotesis abfraksi, tidak dianjurkan
untuk melakukan penyesuaian oklusal dalam penatalaksanaan NCCL.

Anda mungkin juga menyukai