DI KABUPATEN PASURUAN
M. Sholichin1,Runi Asmaranto1, Idelia Ditta Jannati2
1
Dosen Jurusan Teknik Pengairan
2
Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan
email : idelia.ditta@yahoo.com
ABSTRAK
Kabupaten Pasuruan merupakan kabupaten yang memiliki potensi airtanah dalam yang
melimpah namun kurang bijaksana dalam pengelolaannya.Di Kabupaten Pasuruan airtanah banyak
dimanfaatkan untuk kepentingan domestik, irigasi maupun industri.Jumlah penduduk yang semakin
meningkat mendorong pemenuhan kebutuhan air baik kepentingan domestik, irigasi maupun
industri.Pemanfaatan airtamah secara terus-menerus tanpa memperhatikan kemampuan lahannya dapat
mengakibatkan penurunan permukaan tanah akibat penurunan muka airtanah. Berkurangnya daerah
resapan air, dan lemahnya kinerja pengelolaan airtanah adalah masalah yang terjadi di Kabupaten
Pasuruan.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui (SKL) Satuan Kemampuan Lahan ketersediaan airtanah
serta penentuan daerah imbuhan airtanah di Kabupaten Pasuruan. Dengan parameter kelulusan batuan,
curah hujan, jenis tanah, kemiringan lahan dan kedalaman muka airtanah yang di overlay sehingga
didapatkan SKL ketersediaan airtanah.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa SKL ketersediaan airtanah sangat besar dengan total
luas 831,6 ha yaitu di wilayah Pegunungan Bromo dan Pegunungan Arjuna. Pada SKL ketersediaan air
sangat besar terdapat debit mata air sebesar 10 lt/dtk 200 lt/dtk. Pada SKL ketersediaan airtanah besar,
sedang dan kecil terdapat debit optimum sebesar 11 lt/dtk 31 lt/dtk, 6,57 lt/dtk -8,63 lt/dtk dan kurang
dari 6 lt/dtk. Pemetaan daerah imbuhan di Kabupaten Pasuruan didapatkan seluas 135,57 km2 di wilayah
Gunung Arjuna dan seluas 312 km2 di wilayah Gunung Bromo.
Kata kunci : SKL ketersediaan airtanah, debit optimum, pemetaan
ABSTRACK
Pasuruan region awarded the abundant water resources, but less wise in managing it. In much
areas in Pasuruan, groundwater being used to the benefit of domestic, irrigation and industrial. The
population of the ever increasing push for more and more amount of water. Groundwater usage
continuously without notice the land ability cause decreasing groundwater that impact from decreasing
static water level groundwater . Decreasing of recharge area and decreasing of work ability at
groundwater management is the problem that happened in Pasuruan.
This analysis aims to determine the unit land ability of groundwater availability and
determination recharge area and discharge area in Pasuruan. Using overlay method from five parameter
such as geology permeability, rainfall, kind of soil, land area elevation and groundwater level then
obtained the unit land ability of groundwater availability.
Based on analysis result obtained the unit land ability of groundwater availability that
categorized very much the extent 831.6 ha that existed at Bromo Mountains and Arjuna Mountains. At
the unit land ability of groundwater availability that categorized very much available a water source with
debit 10 lt/sec 200 lt/sec. At categorized much available a well with optimum debit 11 lt/sec 31 lt/sec,
6,57 lt/sec -8,63 lt/sec at categorized average and less than 6 lt/sec at categorized little. Recharge area
mapping in Pasuruan obtained the extent 135,57 km2 at Arjuna Mountain dan seluas 312 km2 at Bromo
Mountain.
Keywords: the unit land ability of groundwater availability, optimum debit, the mapping
1. PENDAHULUAN
Di Kabupaten Pasuruan, airtanah
dimanfaatkan
untuk
kepentingan
domestik, irigasi maupun industri.
Jumlah
penduduk
yang
semakin
meningkat
mendorong
pemenuhan
jumlah air yang semakin banyak.
Parameter
Bobot
Nilai
Keterangan
Kelulusan
Sangat
5
Batuan
Tinggi
Curah
2.
4
Tinggi
Hujan
3. Jenis Tanah
3
Cukup
Kemiringan
4.
2
Sedang
Lereng
Kedalaman
5.
Muka
1
Rendah
Airtanah
Sumber : Direktorat Tata Lingkungan
Geologi dan Kawasan Pertambangan, 2004
1.
No.
1.
> 103
2.
101 103
3.
10-2 101
4.
10-4 10-2
5.
< 10-4
Batuan
Skor
Keterangan
Sangat
Tinggi
Tinggi
Cukup
Sedang
Rendah
Endapan
Aluvial
Endapan
kuarter
Muda
Endapan
kuarter
tua
Endapan
tersier
Batuan
intrusi
b. Curah Hujan
Dari
segi
daya
dukung
lingkungan, dengan curah hujan yang
sama resapan air akan semakin besar jika
hujan terjadi dalam waktu yang panjang.
Semakin tinggi dan lama curah hujan,
semakin besar skornya karena pada
dasarnya semakin tinggi dan lama curah
hujan semakin besar air yang dapat
meresap ke dalam tanah
Tabel 3. Kelas dan Skor Data Curah
Hujan
1
2
3
4
Curah Hujan
(mm / th)
< 1.500
1.500 2.000
2.000 2.500
2.500 3.000
> 3.000
No.
Skor
Keterangan
1
2
3
4
Rendah
Sedang
Cukup
Tinggi
Sangat
Tinggi
Permeabilitas
(10-5 m/dt)
1.
Lambat (<2)
2.
Agak Lambat
(2-7)
3.
4.
5.
Sedang
cepat (7-15)
Agak Cepat
(15-30)
Tekstur
Tanah
Lempung
Lanauan
Lanau
Lempung
an
Lempung
Pasiran
Pasir
Kerikil
Cepat (>30)
Kerikil
Skor
Keterangan
Rendah
Sedang
Cukup
Tinggi
Sangat
Tinggi
d. Kemiringan Lahan
Merupakan variabel yang sangat
berpengaruh terhadap proses resapan air
dan penentuan kawasan konservasi.
Tetapi pengaruhnya berbeda terhadap 2
kepentingan tersebut. Untuk kepentingan
resapan air semakin besar kemiringan
semakin kecil jumlah air yang meresap
tetapi akan semakin penting atau perlu
untuk dikonservasi.
Tabel 5. Kelas dan Skor Kemiringan
Lahan
No.
Kemiringan
Lahan (%)
Koefisien
Infiltrasi
Skor
1.
<8
>0,95
Sangat
Tinggi
8 - 15
0,8
Tinggi
Cukup
Sedang
Rendah
2.
3.
4.
5.
15 - 25
0,7
25 - 45
0,5
> 45
0,2
Keterangan
Kedalaman
Muka
Airtanah
(m)
Skor
> 30
2
3
4
5
20 30
10 20
5 10
<5
4
3
2
1
Keterangan
Sangat
Tinggi
Tinggi
Cukup
Sedang
Rendah
2
Swmaks BQmaks CQmaks
Dimana :
Q maks = Debit maksimum sumur
rw
= Jari-jari sumur
D
= Ketebalan akuifer
K
= Koefisien kelulusan air
Sw maks = Penurunan muka air
maksimal di dalam sumur yang
dipompa (m)
B = koefisien akuifer loss (dt/m2)
C = koefisien well loss (dt2/m5)
Nilai Qmaks dan Swmaks diplot
dan ditarik garis perpotongan antara
kedua garis hasil ploting, maka akan
diperoleh
nilai
Qoptimum
dan
Swoptimum
E. PENGUJIAN AKUIFER
METODE THEIM
Di dalam metode Long Period Test,
metode analisa yang dapat dilakukan
adalah dengan metode Theim. Di mana
anggapan yang paling penting dari cara
ini adalah aliran ke dalam sumur adalah
aliran tunak (steady flow/equilibrium atau
steady stage). Adapun bentuk persamaan
Theim adalah (Bisri, 1991:117):
1. Persamaan ini digunakan apabila
pisometer lebih dari satu
r
2,30 '
log 2
T=
2 (S 1 S 2 )
r1
2. Persamaan ini digunakan apabila
pisometer hanyasatu
r
2,3 Q '
log 1
T=
2 ( S w S1 )
rw
3. Persamaan ini digunakan apabila
pisometer diabaikan
1,22 Q '
T=
Sw
Dimana:
Q = Debit sumur yang dipompa (m3/dtk)
T = Transmisivitas Akuifer (m2/dtk)
S1= Penurunan air pada pisometer 1 (m)
S2= Penurunan muka air pada pisometer
2 (m)
r1= Jarak pisometer 1 ke sumur pompa
(m)
r1= Jarak pisometer 2 ke sumur pompa
(m)
rw= Jari-jari sumur yang dipompa (m)
Sw= Penurunan muka air di dalam sumur
yang dipompa (m)
re= Jari-jari pengaruh sumur (m)
3. METODE PENELITIAN
A. DAERAH IMBUHAN DAN
DAERAH LUAHAN
Dikerjakan
dengan
mengabungkan 4 metode yaitu metode
tekuk lereng, pola aliran sungai,
pemunculan mata air dan kedalaman
muka airtanah dengan cara overlay
=
=
467,898 m2/hari
Hargakelulusan air (K)
dihitung sebagai berikut:
K=
Drawdown
(menit)
Sw (m)
0
1
2
3
4
5
6
7
0.00
3.81
5.91
6.15
6.25
6.34
6.45
6.51
Discharge
Q
Q
(l/dt) (m3/hari)
0.00
0.00
33.07 2857.25
33.07 2857.25
33.07 2857.25
33.07 2857.25
33.07 2857.25
33.07 2857.25
33.07 2857.25
=
=
dapat
12 m/hari = 0,000139m/dt
dst
Sumber : Hasil Perhitungan
SDPS 444
No.
Tahap
Uji
Sc =
Q/S
Sw
S/Q
(meter)
(lt/dtk)
(m /dtk)
(m2/dt)
(dt/m2)
2.57
15.59
0.0156
0.0061
164.8493
II
4.04
21.11
0.0211
0.0052
191.3785
III
5.44
27
0.0270
0.0050
201.4815
IV
7.13
33.07
0.0331
0.0046
215.6033
=2 x 3,14 x 0,1524 x 39 x
(
= 37,3258 x 0,00079
= 0,0293 m3/dt
c. Menghitung nilai S w maksimum
dengan menggunakan persamaan
:
2
Swmaks BQmaks CQmaks
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
SDPS 440
SDPS 442
SDPS 443
SDPS 444
SDPS 468
SDPS 469
SDPS 470
SDPS 471
SDPS 472
SDPS 533
EX
SDPS 93
EJ
SDPS 118
SDPS 119
10
11
12
13
Q opt
(lt/dtk)
11.00
7.20
18.00
17.00
24.00
24.00
16.00
30.00
8.00
31.00
28.00
19.00
19.00
SKL besar
: debit optimum
sumur bor sebesar 11.0 lt/dtk
31.0 lt/dtk
SKL sedang : debit optimum
sumur bor sebesar 6.57 lt/dtk
8.63 lt/dtk
SKL kecil
: debit optimum
sumur bor sebesar < 6 lt/dtk
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004.
Kumpulan Panduan
Teknis
Pengelolaan
Air
Tanah.Jakarta : Direktorat Tata
Lingkungan
Geologi
dan
Kawasan
Pertambangan,
Departemen
Energi
dan
Sumberdaya Mineral.
Bisri, Muhammad.2008.Airtanah.Malang
: Tirta Media.
Erdelyi M. & Galfi J.
. urface
And Subsurface Mapping In
Hydrogeology.
Budapest:
Akademiai Kiado.
Herinaldi.2005.Prinsip-Prinsip Statistik
Untuk
Teknik
dan
Sains,Jakarta:Erlangga
Imam, Asy' Ari. 2007. Evaluasi Kondisi
Pemanfaatan
Airtanah
Di
Kabupaten Pasuruan. Surabaya:
ITS.
Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral,
2010.
Manajemen
Airtanah Berbasis Cekungan
Airtanah.
Bandung:
Pusat
Lingkungan
Geologi
Badan
Geologi Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral
Keputusan Menteri Energi Dan Sumber
Daya
Mineral
Nomor:
716
K/40/MEM/2003,
2003.Batas
Horisontal Cekungan Air Tanah Di
Pulau Jawa Dan Pulau Madura.
Jakarta: Energi Dan Sumber Daya
Mineral.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.20/PRT/M/2007, 2007.Pedoman
Teknik Analisis Aspek Fisik dan
Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial
Budaya
Dalam
Penyusunan