Anda di halaman 1dari 11

14

TINJAUAN PUSTAKA
Sifat dan Ciri Tanah Andisol
Tanah Andisol di Indonesia diperkirakan luasnya 5.395.000 ha atau
2,9% dari luas daratan di Indonesia. Andisol terluas terdapat di provinsi
Sumatera Utara dengan luas 1.062 ha atau sekitar 19,86 % dari luas seluruh
Andisol di Indonesia, diikuti provinsi Jawa Timur 0,37 juta ha. Tanah Andisol di
Sumatera menyebar pada dataran tinggi sepanjang Bukit Barisan yang ada gunung
volkaniknya (Mukhlis, 2011).
Tanah Andisol atau yang dulu dikenal sebagai tanah Andosol adalah tanah
yang berwarna hitam kelam, sangat porous, mengandung bahan organik dan
lempung tipe amorf, terutama alofan serta sedikit silika, alumina atau
hidroksida-besi. Ciri morfologi tanah ini adalah horizon A1 yang tebal berwarna
kelam, coklat sampai hitam, sangat porous, sangat gembur, tidak liat (non-plastic),
tidak lekat, struktur remah atau granuler, terasa berminyak (smeary) karena
mengandung bahan organik antara 8% 30% dengan pH 4,5 6, beralih tegas ke
horizon B2 berwarna kuning sampai coklat tekstur sedang, struktur gumpal,
mengandung bahan organik antara 2% 8% dengan kapasitas pengikat air tinggi,
terasa seperti sabun (soapy) jika diremas, dan/atau beralih tegas langsung ke
horizon C berbentuk batang gibsit dari oksida Al atau Fe degan bahan amorf
terdiri atas plasma porous isotropik. Sifat mineraloginya yaitu fraksi debu dan
pasir halus berupa gelas vulkanik dengan mineral feromagnesium, dan fraksi
lempung sebagian besar alofan berkembang mengandung halloysit juga
(Darmawijaya, 1990).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

15

Menurut Nursyamsi dan Suprihati (2005) Tanah Andisol mengandung


kaolonit dan kristobalit (oksida) dan mempunyai pH masam, Ca, Mg, dan Kdd,
kadar P, serta kejenuhan basa (KB) rendah, dan mempunyai kapasitas tukar kation
(KTK) tanah tinggi. Kebutuhan pupuk suatu tanaman pada tanah tertentu
tergantung dari sistem pengelolaan tanah, spesies tanaman, kadar hara dan
perilakunya di dalam tanah. Contohnya sistem lahan sawah memerlukan pupuk
lebih sedikit dibandingkan sistem lahan kering, tanaman kedelai memerlukan
pupuk N yang lebih rendah dibandingkan spesies lainnya; kadar hara tanah tinggi
memerlukan pupuk lebih sedikit dibandingkan kadar hara tanah rendah; dan
retensi hara tinggi (P di tanah Andisol) memerlukan pupuk lebih tinggi
dibandingkan retensi hara rendah.
Dari hasil penelitian Endriani dan Zurhalena (2008) yang telah dilakukan
berdasarkan analisis data yang diperoleh diketahui bahwa sifat fisik tanah Andisol
seperti bobot volume, total ruang pori, distribusi pori, stabilitas agregat, persen
agregasi, permeabilitas tanah, dan kandungan bahan organik tanah paling baik
pada lahan hutan, dan mengalami penurunan berturut-turut dari kebun homogen
ke kebun campuran. Makin besar kelerengan dari 3 8 %, 8 15 %, 15 -25 % dan
> 25 % berturut-turut menyebabkan penurunan sifat fisika tanah Andisol pada
semua penggunaan lahan yang diteliti dan Alih fungsi lahan hutan menjadi lahan
usaha tani menyebabkan penurunan sifat fisika tanah.
Tanah andisol memiliki potensi yang tinggi untuk pertanian. Banyak
daerah produktif di dunia berlokasi dekat dengan gunung berapi aktif atau yang
sudah tidak aktif lagi, dan daerah yang berpenduduk padat, seperti di Indonesia,
ditemukan dekat gunug berapi dimana Andisol terdapat. Produktivitas Andisol

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

16

yang tinggi sangat ditentukan oleh sifat: (1) bahan induk yang terdiri dari
kumulatif deposit abu vulkan, (2) solum tanah yang cukup dalam selingga zona
perakaran tidak terganggu, (3) horizon humus tebal dan mengandung sejumlah
N organik, (4) air yang tersedia untuk tanaman cukup banyak. Oleh karena
kebanyakan tanah Andisol adalah tanah yang sangat produktif, maka secara
intensif tanah ini ditanami baik tanaman semusim maupun tanaman tahunan
dengan produktivitas yang cukup tinggi. Tanah ini menempati wilayah dataran
tinggi sekitar 700 m dpl atau lebih tinggi, penggunaan utama umumnya untuk
pertanian pangan lahan kering (jagung, kacang tanah, ubi kayu, dan umbiumbian), hortikultura sayuran dataran tinggi (kentang, wortel, kubis, kacang
merah), bunga, dan juga tanaman perkebunan (teh, kopi, cengkeh, vanili). Tanah
Andisol yang tidak dipergunakan untuk pertanian umumnya tertutupi hutan
sekunder dan semak belukar (Mukhlis, 2011).
Sifat-Sifat Sumber Fosfat yang Digunakan
Fosfor (P) merupakan unsur yang diperlukan dalam jumlah besar (hara
makro). Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan dengan
nitrogen dan kalium, tetapi fosfor dianggap sebagai kunci kehidupan (key of life)
(Rosmarkam, dan Yuwono, 2002). Menurut Lubis, dkk (1986) Fosfor, seperti
ortho-fosfat memegang peranan penting, mungkin alasannya adalah bahwa unsur
ini masuk pembentuk nucleus dan essensial dalam pembelahan sel dan penting
pula dalam perkembangan jaringan meristem.
Menurut Buckman dan Brady (1986) fungsi fosfor itu sendiri berpengaruh
menguntungkan pada hal-hal sebagai berikut, yaitu:
1. Pembelahan sel dan pembentukan lemak serta albumin.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

17

2. Pembangunan dan pembuahan, termasuk pembuahan biji.


3. Apabila tanaman berbuah, pengaruh akibat pemberian nitrogen yang
berlebihan akan hilang.
4. Perkembangan akar, khusus lateral dan akar halus berserabut.
5. Kekuatan batang pada tanaman serelia, membantu menghindari tumbangnya
tanaman.
6. Mutu tanaman, khusus rumput untuk makanan ternak dan sayuran.
7. Kekebalan terhadap penyakit tertentu.
Unsur P berperan menyusun bagian tanaman yaitu rerata menyusun
0,2 %. Respon tanaman terhadap unsur ini terutama dapat terlihat pada sistem
perakaran, pertumbuhan secara umum, mutu dan total produksi. Meski dibutuhkan
tidak sebanyak N dan K, defisiensi P menyebabkan gangguan hebat terhadap
tanaman seperti halnya N dan K. Unsur ini menentukan awal fase pematangan
terutama untuk serelia, sehingga jika suplai P terbatas, tidak saja akan
menyebabkan pertumbuhan yang terhambat tetapi juga kualitas, kuantitas, dan
waktu panen. Unsur ini berperan vital dalam pembentukan biji, dan buah,
sehingga para petani menyebut pupuk P sebagai pupuk buah (Hanafiah, 2007).
Pemupukan P berpengaruh terhadap muatan variabel Andisol. Pemberian
pupuk P dapat meningkatkan muatan negative tanah Andisol sebesar 0,84 mol per
mol P yang ditambahkan dari pupuk. Setelah setahun tanah menjadi 40%
meningkat muatan negatifnya (Mukhlis, 2011).
Ada empat sumber pokok fosfat dan kalium yang dapat memenuhi
kebutuhan menurut Buckman dan Brady (1986) yaitu pupuk buatan, pupuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

18

kandang, sisa-sisa tanaman termasuk pupuk hijau, dan senyawa asli unsur ini yang
organik dan anorganik yang terdapat dalam tanah.
Di alam terdapat sekitar 150 jenis mineral fosfat dengan kandungan P
sekitar 1-38% P2O5. Sebagian fosfat alam ditemukan dalam bentuk apatit. Pada
umumnya deposit fosfat alam berasal dari batuan sedimen dalam bentuk karbonat
fluorapatit

yang

disebut

francolite

(Ca10-x-yNaxMgy(PO4)6-z(CO3)zF0,4zF2),

sedangkan deposit berasal dari batuan beku dan metamorfik biasanya dalam
bentuk fluorapatit (Ca10(PO4)6F2) dan hidroksi apatit (Ca10(PO4)6(OH)2). Adapun
deposit yang berasal dari ekskresi burung dan kelelawar (guano) umumnya
ditemukan dalam bentuk karbonat hidroksi apatit (Ca10(PO4,CO3)6(OH)2). Mineral
lain seperti kuarsa, kalsit, dan dolomit umumnya juga ditemukan dalam mineral
apatit sebagai secondary mineral (Sutriadi, dkk, (2010).
Hampir semua pupuk fosfat komersial berasal dari batuan fosfat kecuali
Basic Slag, selain itu dapat pula berasal dari mineral-mineral fosfat dan bahan
organik seperti tepung tulang dan guano. Untuk lebih memudahkan mengenal
pupuk fosfat biasanya dilakukan penggolongan atau pengklasifikasian.

Berdasarkan asalnya dibedakan menjadi: pupuk fosfat alam, dan buatan.

Berdasarkan kelarutannya, pupuk fosfat diklasifikasikan menjadi: Pupuk


fosfat yang larut didalam air, dalam asam sitrat, dan dalam asam keras.

Pupuk fosfat yang larut didalam air salah satu contohnya adalah Superfosfat
seperti TSP dan SP-36. Superfosfat Triple (TSP) dibuat melalui pengasaman
batuan fosfat dengan H3PO4 dengan peralatan dan proses yang sama dengan
pupuk superfosfat biasa. Pupuk ini mempunyai rumus kimia yang sama dengan
pupu superfosfat rangkap Ca(H2PO4)2, pupuk padat yang berbentuk butiran kasar,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

19

berwarna abu-abu, dan mudah larut dalam air, selain itu tidak bersifat higroskopis
dan reaksinya didalam tanah netral, dengan kandungan hara sekitar 46-48 %
P2O5. Tetapi pupuk TSP ini sekarang tidak lagi di produksi di Indonesia, dan
sebagai gantinya digunakan pupuk superfosfat lain yang kadar P2O5 nya lebih
rendah yaitu 36% atau dikenal dengan SP-36. Sifat fisik dan kimiawi dari SP-36
tidak jauh berbeda dengan pupuk TSP. Sementara pupuk fosfat larut dalam asam
sitrat Basic Slag dan FMP(Fused Magnesium Posfat), pupuk ini tidak larut
didalam air tetapi didalam tanah mudah hancur dan membebaskan fosfatnya.
Kalau pupuk fosfat yang larut dalam keras umumnya pupuk-pupuk yang berasal
dari batuan fosfat atau Rock Phosphate (Damanik, dkk, 2010).
Ciri-ciri senyawa pupuk P yang ditambahkan dan watak lingkungan di
sekitar partikel-partikel pupuk adalah menentukan sumber P untuk tanaman yang
terbentuk dalam tanah. Senyawa-senyawa P dapat diklasifikasikan ke dalam tiga
kelompok berdasarkan kelarutannya: (i) P dalam bentuk larut air, (ii) P tidak
mudah larut dalam air tetapi larut dalam larutan ammonium sitrat netral,
(iii) P tidak larut dalam ammonium sitrat netral. Kelarutan ini menciptakan pH
yang masam atau basa. Terdapat pengaruh nyata dari perbedaan pH dari berbagai
sumber pupuk fosfat. Akan tetapi, pengaruh-pengaruh ini hanya menyangkut
sebagian kecil dari volume tanah total, bersifat sementara, dan tidak mempunyai
suatu pengaruh yang besar terhadap pH tanah keseluruhan (Young, dkk, 1997).
Kotoran Sapi dan Kerbau juga merupakan salah satu sumber pupuk P.
Lubis, dkk (1986) menyatakan bahwa seekor sapi dewasa di Indonesia rata-rata
setiap tahun menghasilkan sekitar 7.500 kg kotoran segar (500 kg pupuk busuk)
yang mengandung sekitar 15 kg N, 15 kg P2O5, dan 20 kg K2O. Sedangkan seekor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

20

kerbau dewasa mampu menghasilkan 10.000 kg pupuk segar (6500 kg pupuk


busuk) yang mengandung sekitar 20 kg N, 20 kg P2O5, dan 27 kg K2O. Pupuk dari
kotoran sapi dan kerbau termasuk pupuk dingin, karena perubahan yang
ditimbulkan oleh jasad renik berlangsung perlahan-lahan dan tidak banyak
menghasilkan panas. Unsur hara tanaman dilepaskan secara berangsur sehingga
kerjanya lambat. Hal ini disebabkan kotoran padatnya banyak mengandung air
dan lendir yang akan mengkerak apabila terkena udara, akibatnya udara dan air
sukar masuk ke dalamnya.
Pupuk kandang atau kotoran hewan/ternak dan urine terbagi menjadi dua
macam, yakni pupuk kandang padat dan pupuk kandang cair. Susunan hara pupuk
kandang sangat bervariasi tergantung pada macam dan jenis hewan ternaknya.
Nilai pupuk kandang dipengaruhi oleh: (1) makanan hewan yang bersangkuan,
(2) fungsi hewan tersebut sebagai pembantu pekerjaan atau dibutuhkan dagingnya
saja, (3) jenis atau macam hewan, (4) jumlah dan jenis bahan yang digunakan
sebagai alas kandang (Joetono, 1992, dalam Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Telah banyak penelitian yang dirancang untuk menaksir fungsi dari unsur
hara P dari pemupukan dan ketersediannya di dalam tanah, tetapi banyak juga
penelitian yang dirancang untuk menaksir bahaya terhadap lingkungan dari
penggunaan pupuk tersebut. Penelitian terutama telah memfokuskan pada
sumbangan sumber-sumber dari P pada eutrofikasi air permukaan dan sumbangan
pupuk P terhadap Cd dalam tanah. Oleh karena kurangnya mobilitas P secara
umum dalam tanah, pemupukan P tidak begitu atau sama sekali tidak
menimbulkan ancaman terhadap kualitas air tanah. Akan tetapi jumlah total P
yang hilang ke air drainase dari pertanaman tanaman budidaya (biasanya 1 sampai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

21

10 kg/ha per tahun) biasanya kecil bila dibandingkan dengan masukan pupuk,
kehilangan ini dapat menyumbang pada masalah eutrofikasi, terutama pada areal
yang sensitif. Sementara kandungan Cd dalam pupuk-pupuk P sering tidak
dianggap sebagai suatu masalah di bawah praktik pertanian yang normal
(Gilliam, dkk, 1997).
Hasil studi Andisol di Chinchina (Columbia) diperoleh bahwa dari 160
ppm P-anorganik tanah hanya 8 ppm P yang tersedia, selebihnya diikat oleh Al
dan Fe oksida bebas. Pada kasus yang sama, bahwa 1500-3000 ppm P yang
diberikan ternyata 60-80% terikat sesquioksida; 5-9% terikat membentuk fraksi
organik. Jerapan fosfat di Andisol Jepang lebih dari 1500 mg P2O5/100 g tanah
(Weda, 1989, dalam Muklis, 2011). Pemberian fosfat dalam jumlah besar telah
dilakukan lama di Jepang untuk memaksimalkan produksi tanaman, khususnya
pada tanah-tanah yang intensif dibudidayakan. Praktek ini telah mengakibatkan
akumulasi fosfat dalam jumlah nyata didalam tanah hingga tingkat yang
berlebihan bagi pertumbuhan tanaman. Suatu penelitian menunjukkan hubungan
kuadratik antara P-truog dan hasil Spinach di tanah Andisol Alofanik kaya humus.
Produksi meningkat dengan meningkatnya P-truog tanah dan mencapai
maksimum pada tingkat P2O5 1.30-2.20 g/kg. Produksi menurun pada tingkat P
yang lebih tinggi, ini menunjukkan efek pengganggu dari kelebihan fosfor pada
produksi tanaman. Recoveri pupuk fosfor oleh tanaman pertanian di Andisol
umumnya kurang dari 20%.
Kebutuhan fosfat standar (KFS) adalah jumlah miligram P yang
dibutuhkan untuk satu kilogram tanah untuk mencapai konsentrasi 0,2 ppm P
untuk pertumbuhan yang optimum. Hal ini didukung pernyataan Mukhlis (2005)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

22

yang menyatakan bahwa kebutuhan fosfat standar (KFS) berdasarkan persamaan


Langmuir adalah jumlah fosfat yang harus ke sistem koloid larutan agar
konsentrasi P larutan setimbang 0,2 ppm. Dari rumus adsorbsi isotherm Langmuir
dapat ditentukan adsorbsi maksimum dan kebutuhan fosfat standar (KFS).
Hasil penelitian Pasaribu (2008) dengan interval 5 hari mengungkapkan
bahwa dari ketiga tanah yang digunakannya, P-tersedia maksimum pada hari ke10 masa inkubasi. Tetapi pada tanah Andisol P-tersedia tinggi menjadi 2 kali,
yaitu pada hari ke-10 dan 20 masa inkubasi. P-tersedia tertinggi pada perlakuan
SP-36 dengan 10 hari masa inkubasi sebesar 13,80 ppm dan terendah pada 30 hari
masa inkubasi yaitu 5,01 ppm, sedangkan pada perlakuan fosfat alam dengan 10
hari masa inkubasi sebesar 9,77 ppm dan terendah pada 30 hari masa inkubasi
yaitu 4,63 ppm. Terjadi peningkatan yang signifikan pada hari ke 10 masa
inkubasi pemberian SP-36.
Logam Berat Kadmium (Cd)
Logam berat adalah istilah yang digunakan untuk kelompok logam dan
metaloid dengan densitas lebih besar dari 5 g/cm3, terutama pada unsur seperti
Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb dan Zn. Logam berat biasanya menimbulkan efek khusus
pada makhluk hidup tidak seperti logam biasa karena dapat menjadi bahan racun
yang akan meracuni tubuh makhluk hidup, tetapi beberapa jenis logam
masih dibutuhkan oleh makhluk hidup, walaupun dalam jumlah yang sedikit
(Darmono, 2001).
Kadmium merupakan suatu unsur logam yang menimbulkan sesuatu risiko
lingkungan pada rantai makanan manusia. Walaupun sumber utama penambahan
Cd antropogenik ke dalam tanah adalah dari lumpur cair polongan dan limbah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

23

industry lainnya, Cd juga ditambahkan pada tanah dalam pupuk P. Kadmium


secara alamiah terdapat dalam batuan fosfat pada tingkat-tingkat yang bervariasi
dengan sumber batuan. Kadmium yang terdapat dalam batuan fosfat A.S. dapat
setinggi 980 g Cd/g dengan konsentrasi paling tinggi dalam bijih A.S. sebelah
barat dan paling rendah di bijih A.S. sebelah Tenggara (Gilliam, dkk, 1997).
Kontaminasi Cd di dalam air dapat disebabkan oleh bahan buangan
industri dan buangan tambang. Cd mempunyai sifat yang hampir sama dengan
seng (Zn) sehingga Cd dapat menggantikan fungsi Zn dalam reaksi Enzimasi dan
mengubah struktur enzim dan mempengaruhi aktivitasnya. Pengaruh Cd terhadap
kesehatan dapat mengakibatkan keracunan yang sangat serius yaitu dapat
menyebakan tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, kerusakan jaringan, dan
kerusakan sel darah merah (Situmorang, 2007). Wardhana (2004) juga
menyatakan sebagian besar Cd yang diadsorbsi tubuh akan mengumpul didalam
ginjal, hati, dan sebagian lagi akan di buang keluar melalui saluran pencernaan.
Pelipatan kandungan Cd secara biological magnification ternyata besar sekali.
Kandungan Cd didalam padi yang semula hanya 1,6 ppm namun setelah
mengalami biological magnification kandungan Cd di dalam tubuh (lewat analisis
pada tulang yang rusak pada epidemi keracunan Cd penduduk Toyama di Jepang)
menjadi 11.472 ppm.
Pupuk P alam juga mengandung bahan ikutan berupa logam berat. Hasil
analisis berbagai pupuk sumber P yang terdiri atas P-alam dari dalam negeri dan
luar negeri dan SP-36 menunjukkan bahwa selain unsur utama P2O5 pupuk, juga
mengandung unsur hara sekunder Ca, Mg, dan unsur mikro Fe, Mn, Cu, Zn, dan
logam berat Cd, Cr, Pb, Cu, Hg dalam jumlah yang bervariasi yaitu Cd

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

24

(0,1-170 ppm), Cr (66-245 ppm), Pb (40-2.000 ppm), dan Cu (1-300 ppm)


(Setyorini, 2003, dalam Sutriadi, dkk, 2010).
Penggunaan pupuk P-alam pada tanah masam kahat P merupakan investasi
modal yang berasal dari pemikiran bahwa tanah harus dikelola sedemikian rupa
sehingga cadangan haranya dapat mempertahankan sifat fisik dan kimia tanah
yang berkelanjutan tanpa merusak tanah dan mencemari lingkungan. Akan tetapi
pemberian pupuk P-alam tidak dianjurkan dilakukan terus-menerus, karena
akumulasi logam berat cadmium (Cd) dalam tanah dan hasil panen dapat
berdampak negatif terhadap kesehatan makhluk hidup. Oleh karena itu,
penggunaan pupuk P-alam dan SP-36 harus dibarengi dengan program uji tanah
sehingga kerusakan tanah dan pencemaran lingkungan dapat sekecil mungkin
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 2009). Penggunaan
pupuk fosfat yang berlebihan berpotensi mencemari lingkungan pertanian apabila
keberadaannya dalam tanah telah melebihi ambang batas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai