PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Berbicara tentang bagaimana suatu golongan batubara dapat terbentuk tidak
akan lepas dari 2 teori. Tersebut berkaitan dengan tempat terbentuknya batubara,
lantas seperti apa bunyi dari kedua teori di atas? Berikut jawabannya..
a
Teori Insitu
mengatakan bahwa tempat terbentuknya batubara berada pada tempat yang
sama dengan tempat tumbuhnya tumbuhan yang menjadi cikal bakal
pembentukan batubara itu sendiri. Jadi, ketika ada suatu kelompok tumbuhan
tumbuh dan membusuk disuatu tempat, maka kelak tumbuhan yang membusuk
ini akan tertimbun oleh suatu endapan dan setelah melalui proses panjang
bertahun-tahun lamanya maka jika prosesnya berlangsung normal, di tempat
tersebut akan terbentuk batubara muda yang disebut lignite.
b Teori Drift
mengatakan bahwa tempat terbentuknya batubara berbeda dengan tempat asal
tumbuhan berada. Jadi, ada media yang menyebabkan tumbuhan yang
membusuk itu dapat berpindah ke tempat lain, nah di tempat yang baru itulah
tumbuhan tadi mengalami proses coalification (pembatubaraan), dimana di
awal pembentukannya akan terbentuk batubara muda atau lignite.
Dalam proses pembentukan batu bara ada dua tahapan yang akan dilalui oleh
tumbuhan yang menjadi bahan pembentuk batubara.
Tahap kedua yaitu Proses Geokimia atau disebut juga Malihan, disini
tumbuhan yang telah menggambut akan berubah menjadi batubara muda
(lignite), tekanan serta suhu yang ada di bawah permukaan tanah akan
membantu proses perubahan lignite menjadi sub-bituminous lalu kemudian
menjadi bituminous hingga terakhir menjadi anthracite.
Pada proses pembentukan batu bara ada beberapa faktor yang mempengaruhi
proses tersebut, khusus untuk pembentukan tumbuhan menjadi gambut (tahap
penggambutan) faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain evolusi tumbuhan,
iklim, struktur geologi suatu daerah, pH serta aktivitas bakteri (bakteri anaerob),
dan lingkungan pengendapan seperti yang kami bahas pada makalah ini.
B Tujuan
Dalam menyusun makalah ini penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
BAB II
PEMBAHASAN
A Gambut
Gambut adalah batuan sedimen organik yang dapat terbakar berasal dari
tumpukan dan hancuran bagian dari tumbuhan yang terhumifikasi dan dalam
keadaan tertutup udara (dibawah air) tidak padat, kandungan air > 75% dan
kandungan mineral < 50% (dalam persen berat). Tahap penggambutan
(peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang terakumulasi
tersimpan dalam kondisi reduksi di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang
buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 10 meter. Material tumbuhan
yang busuk ini melepaskan H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan
NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah
menjadi gambut.
Pembusukan tumbuhan adalah proses peruraian unsur yang merupakan
bagian transformasi biokimia dari bahan organik tumbuhan. Setelah tumbuhan
mati, maka yang berperan adalah proses degradasi biokimia. Prosesnya adalah
pembusukan oleh kerja bakteri dan jamur, terutama di daerah yang bertemperatur
hangat dan lembab daripada di daerah kering dan bertemperatur dingin. Bakteri
bekerja pada lingkungan tanpa oksigen, mula-mula menghancurkan bagian yang
lunak dari tumbuhan seperti cellulose, protoplasma, dan pati. Dalam suasana
kekurangan oksigen akan berakibat keluarnya air dan sebagian unsur karbon
dalam bentuk karbondioksida, karbonmonoksida, dan metan. Akibat pelepasan
unsur atau senyawa tersebut, maka jumlah relatif unsur karbon akan bertambah.
Dari proses ini akan terjadi perubahan dari kayu menjadi gambut.
Kecepatan pembentukan gambut bergantung pada kecepatan pertumbuhan
tumbuhan dan proses pembusukan. Bila tumbuhan yang mati tertutup oleh air
dengan cepat, maka akan terjadi proses penguraian oleh bakteri. Sebaliknya
apabila tumbuhan yang telah mati terlalu lama berada di udara terbuka, maka
kecepatan pembentukan gambut akan berkurang, karena hanya bagian yang keras
saja yang tertinggal, sehingga menyulitkan penguraian oleh bakteri. Pembusukan
umumnya berjalan lebih cepat pada kondisi lingkungan yang selalu berganti, yaitu
(glikose)
Jika suplai oksigen berlangsung terus, maka proses ini akan menuju pada
penguraian lengkap dari senyawa organik, yaitu:
C6H10O5 + 6 O2 6 CO2 + 5 H2O
Bagian-bagian dari material tumbuhan tersebut cenderung membentuk koloid
dan umumnya disebut dengan asam humus (humic acid). Lemak dan material
resin umumnya hanya mengalami perubahan sedikit.
Apabila kandungan oksigen air rawa sangat rendah dan dengan bertambahnya
kedalaman, sehingga tidak memungkinkan bakteri-bakteri aerob hidup, maka sisa
tumbuhan tersebut tidak mengalami proses pembusukan dan penghancuran yang
sempurna, dengan kata lain tidak terjadi proses oksidasi yang sempurna. Pada
kaitannya dengan ketersediaan oksigen, dimana salah satu dari empat proses
biokimia di bawah ini akan terjadi pada tumbuhan yang telah mati, yaitu:
1. Bahan tumbuhan bereaksi dengan oksigen dan merapuh (desintegration),
menghasilkan zat terbang, terutama CO2, metan, dan air. Umumnya
menghasilkan sisa yang tidak padat. Beberapa unsur utama tumbuhan akan
lebih tahan pada tipe ubahan ini, misal resin dan lilin.
2.
Pengawetan akibat pengeringan dinding sel dan dehidrasi pada koloid koloid
humik yang kemudian terubah sehingga tidak dapat mengalami rehidrasi dan
melanjutkan
hidrolisa.
Hasilnya
disebut
oxi-semifusinite
yang
Evolusi tumbuhan
Iklim
Evolusi Tumbuhan
Batubara tertua yang berumur Hurorian Tengah dari Michigan berasal dari
alga dan fungi. Sedangkan pada jaman Devon Bawah dan Atas, batubara
kebanyakan berasal dari Psilophites (spt: Taeniocrada decheniana (lower devon)).
Kebanyakan batubara dari jaman ini memiliki rata-rata lapisan yang tipis(3-4m)
dan tidak punya nilai ekonomis.
Pada Carbon Atas, tumbuhan mulai tinggi-tinggi hingga mencapai ketinggian
lebih dari 30m namun belum seberagam sekarang. Pada jaman ini didominasi
oleh: Lepidodendron, Sigillaria, Leginopteris oldhamia, Calamitea. Jaman Upper
Carboniferous dikenal sebagai perioda bituminous coal.
Lapisan penting batubara berumur Perm terdapat di USSR, dominan
terbentuk dari Gymnosperm cordaites. Pada jaman Mesozoic terutama Jura dan
Cretaceous Bawah, Gymnosperm(Ginkcophyta, Cycadophyta dan Cornifers)
merupakan tumbuhan penting pembentuk batubara, terutama di Siberia dan Asia
Tengah.
Pada rawa-rawa berumur Cretaceous Atas dan Tersier tumbuhan Angiosperm
tumbuh dengan pesat di N. America, Europe, Japan dan Australia. Jika
dibandingkan dengan tumbuhan pada masa Carbon, tumbuhan pada jaman
Mesozoic terutama jaman Tersier lebih beragam dan spesifik serta menghasilkan
deposit peat yang tebal dan beragam dalam tipe fasiesnya. Perkembangan dan
evolusi flora akan berpengaruh pada keragaman jenis dan tipe batubara yang
dihasilkan.
Ragam tumbuh tumbuhan seperti yang dikenal pada saat ini telah
mengalami proses evolusi yang sangat panjang mulai dari zaman Devon.
Perkembangan jenis tumbuhan untuk setiap waktu geologi mulai dari satu jenis
tumbuhan (alga/ganggang) pada zaman sebelum Devon menjadi sekian banyak
pada waktu waktu berikutnya. Perkembangan ini perlu diketahui karena ada
beberapa tumbuhan yang hanya tumbuh pada zaman tertentu saja sehingga dengan
mengenal perkembangan ini akan memudahkan untuk mengintrepentasikan
genesanya. Sisa tumbuhan pembentuk batubara kadang kadang mudah dikenal
dibawah mikroskop. Sisa tumbuhan seperti spora, tepung sari, serat, sel, dan
sebagainya sering dipakai untuk mengenal jenis tumbuhan pembentuk batubara
(paleobotani atau maseral). Disamping itu ada beberapa metoda yang lain ( seperti
geokimia organik) yang sering dipakai untuk mengenal jenis tumbuhan
pembentuk batubara.
Pada zaman Devon bawah tumbuhan bawah air tumbuh oada lagun yang
dangkal (terendam). Dari sini terjadi lapisan batubara yang tipis, yang
diketemukan di Haliseriten- Schichten dari Renish-Schiefergebirge (Jerman). Pada
batuan ini ada lapisan Vitrinit yang terbentuk dari Taeniocrada decheniana.
Tumbuhan darat pertama yang mendukung terbentuknya batusabak dengan karbon
yang banyak yang juga hanya menghasilkan lapisan vitrinit yang tipis.
Penyebaran tumbuhan darat di seluruh benua mengakibatkan pembentukan
lapisan batubara yang berkemungkinan lebih potensial. Pada Devon Tengah di
Kuznetsk basin masih ada Psiliphytes, ditemukan di lapisan batubara.
Cepatnya berkembang tumbuhan pada Lower dan Upper Cretaceus mengarah
pada perkembangan angiosperm. Dibandingkan dengan flora pada zaman
Mezosoikum (khususnya tersier ) mempunyai ragam yang lebih banyak dan
terspesialisasi, sehingga banyak tipe fasies ditemiukan pada lapisan gambut ynag
tebal.
b
Iklim
Gambut berasal dari tumbuhan, sedangkan perkembangan tumbuhan
dipengaruhi oleh iklim, lebih khusus lagi adalah kelembaban. Pada daerah
beriklim tropik dan subtropik yang bertemperatur tinggi, umumnya sesuai untuk
Temperatur yang tinggi dengan kelembaban yang tinggi juga berpengaruh pada
proses pembentukan gambut.Rawa di daerah tropis bisa menghasilkan kayu yang
mencapai ketinggian30 meter dalam waktu 7 - 9 tahun sementara tumbuhan di
daerah rawadengan iklim sedang hanya mencapai ketinggian 5 - 6 meter dalam
jangkawaktu yang sama. Daerah dengan iklim sedang miskin akan bahan
makanansehingga hanya didominasi oleh lumut, sedangkan daerah tropis
didominasioleh pohon.Pembentukan gambut terjadi kebanyakan di daerah yang
beriklim panas,banyak air (khususnya Karbon Atas). Formasi yang terkaya akan
lapisanbatubara terendapkan pada daerah beriklim panas (termasuk juga
untukbatubara yang penting pada Jaman Upper Cretaceous dan Tersier Bawah
diAmerika Utara dan di belahan bumi bagian Selatan yang beriklim kadangdingin
dan basah), contohnya : Siberia, Inter dan Post Glacial PermoKarbon, Gondwana
Coal dengan Gangamopteris Glossopteris dan Perm danJura-Cretasius Bawah dari
Angara Continent (Tunguska dan Lena Regions).Lapisan batubara yang
terendapkan di daerah yang banyak air dan hangatakan menghasilkan banyak
lapisan dan tebal yang terjadi dari batang kayuyang besar/tebal (bright coal), dan
sebaliknya untuk iklim dingin. Dengan naiknya suhu tidak hanya pertumbuhan
pohon menjadi cepat tapi juga proses dekomposisi juda menjadi lebih cepat.
c
Paleografi
Formasi lapisan tergantung pada hubungan paleogeografi dan struktur pada
aliran
air,
dan
permukaan
airtanah.
Faktor-faktor
tersebut
Tektonik
Di dalam genesa cekungan batubara, posisi geotektonik merupakan faktor
BAB III
PENUTUP
A Kesimpulan
Gambut adalah batuan sedimen organik yang dapat terbakar berasal dari
tumpukan dan hancuran bagian dari tumbuhan yang terhumifikasi dan dalam
keadaan tertutup udara (dibawah air) tidak padat, kandungan air > 75% dan
kandungan mineral < 50% (dalam persen berat). Tahap diagenesa gambut
merupakan tahap awal pembentukan batubara, yaitu mencakup perubahan oleh
mikroba dan proses kimia. Dimulai dari pembusukan tumbuhan sampai terbentuk
gambut (peat). Pada tahap ini dicirikan oleh aktivitas bakteri aerob (membutuhkan
oksigen) dan anaerob (tidak membutuhkan oksigen). Faktor faktor yang
mempengaruhi pembentukan lumut yaitu evolusi tumbuhan, iklim, paleografi dan
tektonik.
B Saran
Gambut adalah proses awal dari pembentukan batubara. Dalam pembentukan
ini diperlukan waktu yang sangat lama. Dari proses gambut untuk mencapai
batubara memerlukan waktu yang sangat lama. Sehingga dalam penggunaannya
harus seefisien mungkin. Karena untuk proses pembentukan gambut, dan dari
gambut ke batubara memerlukan waktu yang lama. Dan untuk saat ini batubara
sangat membantu proses kerja dalam berbagai bidang industri.