Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS REAKSI PASAR PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK

SPLIT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODA 20112013

ANITA LIMANTO-121110005
FRANSISKA YULIANA-121110022
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ma Chung Malang
Villa Puncak Tidar N-01, Malang

ABSTRACT
This research is intended to analyze the impact of stock split to the market reaction of the
companies doing the stock split in indonesian stock exchange. In this research, to see
whether or not there is market reactions, researchers use abnormal return variable and
trading volume activity. The population of this research is 35 companies. Based on the
existing criterias, 23 companies were being sampled within the period of 2011 - 2013. This
research uses descriptive statistic test, normality test, and hypothesis test. Hypothesis test
was conducted using one sample t-test. Based on normality test, abnormal return and TVA
scored below the significance level of 0.05 (5%), so in general it is concluded that the data
is not distributed normally. Based on one sample t-test, the test result shows a score above
the significance level of 0.05 (5%); so Ha1, which states that there is no information
reflected from abnormal return within the period of stock split, was refused. Based on
paired sampe t-test, a significance level of 0.258, which is less than the significance level
of 0.05, was obtained. This shows that Ha2 is approved, which means that there is a
difference in trading volume activity before and after the stock split within 2011-2013.
Keywords: Stock split, Abnormal Return, Trading Volume Activity, One Sample T-Test,
and Paired Sample T-Test

A. PENDAHULUAN

Pasar modal memiliki peranan yang penting bagi perekonomian di Indonesia. Dengan
adanya pasar modal, perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia semakin mudah dalam
menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Di sisi lain, pasar modal memberikan
sarana bagi investor untuk menginvestasikan dananya ke berbagai produk sekuritas.
Melalui pasar modal, pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana
dapat dipertemukan dengan mudah (Tandelilin, 2010).

Seluruh kegiatan yang terjadi di pasar modal, tidak lepas dari keberadaan informasi yang
memengaruhi pergerakan sekuritas. Setiap pelaku pasar dapat memiliki respon yang
berbeda-beda terhadap informasi yang ada. Oleh karena itu, dalam pasar modal, konsep
1

pasar yang efisien lebih ditekankan pada informasi. Dalam hal ini, pasar yang efisien
merupakan pasar di mana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan
semua informasi yang tersedia (Tandelilin, 2010). Menurut Bodie et al. (2008), hipotesis
pasar efisien adalah hipotesis yang menyatakan bahwa harga saham secara sempurna
menggambarkan informasi tentang saham. Pasar dikatakan efisien jika harga saham yang
berada pada pasar tersebut dapat menyesuaikan dengan cepat terhadap informasi yang ada.
Sehingga investor tidak dapat mengambil keuntungan dari keterlambatan informasi atau
adanya informasi yang asimetris. Pasar efisien dibagi menjadi tiga macam yaitu pasar
bentuk lemah, pasar bentuk setengah kuat, dan pasar bentuk kuat.

Keberadaan informasi yang dapat menimbulkan respon bagi pelaku pasar dapat berupa
corporate action yang dilakukan olah perusahaan. Corporate action yang dilakukan
perusahaan antara lain pembagian dividen, pembagian saham bonus, dan stock split.
Menurut Darmadji & Fakhruddin (2006), corporate action merupakan berita yang pada
umumnya menarik pihak-pihak yang ada di pasar modal seperti investor. Salah satu
tindakan yang dipilih perusahaan untuk menambah jumlah lembar saham beredar yang
mengandung informasi material adalah dengan melakukan stock split. Menurut Brigham &
Houston (2009), pemecahan saham merupakan tindakan yang diambil perusahaan untuk
meningkatkan jumlah lembar saham beredar. Perubahan jumlah saham yang beredar
diiringi dengan perubahan harga saham sehingga tidak mempengaruhi jumlah modal.
Menurut Samsul (2006), ada dua jenis stock split adalah split up dan split down. Split up
merupakan tindakan yang menignkatkan jumlah saham yang beredar dengan menurunkan
nominal per lembar saham. Split down merupakan tindakan menurunkan jumlah saham
beredar.

Stock split merupakan suatu corporate action yang dilakukan perusahaan untuk
menjadikan sahamnya lebih liquid. Menurut Darmadji & Fakhruddin (2006), Stock split
bertujuan agar perdagangan suau saham menjadi lebih liquid, karena jumlah saham yang
beredar menjadi lebih banyak dan harga saham menjadi lebih murah. Hal ini akan efektif
apabila dilakukan pada saham-saham yang memiliki harga cukup tinggi. Dengan
melakukan stock split, maka informasi material yang terkandung di dalamnya akan
direspon oleh pelaku pasar khususnya investor. Menurut Marwata (2001), signalling theory
merupakan pemecahan saham yang memberikan informasi kepada investor tentang
prospek peningkatan return depan yang substansial. Peristiwa stock split yang dilakukan
2

perusahaan mungkin memiliki kandungan informasi yang signifikan dan memiliki Trading
Volume Activity (TVA) yang berbeda sebelum dan sesudah melakukan stock split.
Kandungan informasi dapat tercermin dari abnormal return yang merupakan selisih dari
antara actual return dan expected return.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Indarti & Purba (2011), terdapat perbedaan ratarata harga saham yang signifikan pada perioda sebelum dan sesudah pengumuman
pemecahan saham. Terdapat perbedaan yang signifikan antara voluma perdagangan
sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham. Sedangkan, penelitian Changwijaya
(2013), hasil pengujian one sample t-test pada peristiwa stock split yang dilakukan
perusahaan menunjukkan bahwa terdapat kandungan informasi setelah peristiwa stock
split. Hasil pengujian paired sample t-test pada peristiwa stock split yang dilakukan
perusahaan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan TVA sebelum dan sesudah
dilakukan pemecahan saham.

Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu terdapat perbedaan pada TVA. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penelitian untuk menguji kembali kandungan informasi dan perbedaan
TVA sebelum dan sesudah melakukan stock split. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan perioda yang berbeda dari penelitian terdahulu. Perioda yang digunakan
yaitu 20112013 sehingga lebih mencerminkan kondisi pasar yang terbaru terkait reaksi
pasar terhadap peristiwa stock split. Obyek dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan
yang melakukan stock split pada perioda 2011-2013. Ada 23 perusahaan yang dipilih
sebagai sample.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini
adalah untuk membuktikan ada tidaknya kandungan informasi yang tercermin dari
abnormal return di sekitar perioda dilakukannya stock split. Selain itu, untuk membuktikan
ada tidaknya perbedaan TVA sebelum dan sesudah dilakukan stock split perioda 2011
2013.

B. LANDASAN TEORI

Pasar Modal
Menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1995 pasar modal yaitu sebagai suatu kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek. Menurut Tandelilin (2010), pasar modal merupakan pertemuan antara pihak
yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
memperjualbelikan sekuritas. Berdasarkan pengertian pasar modal yang dikemukakan oleh
para ahli, maka secara umum pasar modal modal merupakan suatu kegiatan yang
melibatkan pihak yang kelebihan dana (investor) dengan pihak yang kekurangan dana
(pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta). Diantara kedua belah pihak
tersebut terjadi penawaran umum, perdagangan efek, atau pertukaran komoditas yang
memiliki umur lebih dari satu tahun.

Pasar Efisien
Fama (1970), memberikan pengertian bahwa konsep pasar yang efisien berarti harga
saham yang sekarang mencerminkan segala informasi yang ada. Hal ini berarti bahwa
informasi baik dari informasi masa lalu, sekarang dan ditambah oleh informasi dari
perusahaan itu sendiri (insider information).

Jenis Pasar Efisien


Menurut Bodie et al. (2008), Pasar efisien dibagi menjadi tiga jenis yaitu.
1.

Hipotesis Efisiensi Pasar Bentuk Lemah


Hipotesis ini menjelaskan bahwa harga saham telah mencerminkan semua informasi
masa lalu yang tersedia di pasar seperti data harga, voluma perdagangan, atau short
interest.

2.

Hipotesis Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat


Hipotesis ini menyatakan bahwa semua informasi yang tersedia di pasar termasuk
informasi potensi pertumbuhan perusahaan harus telah tercermin di dalam harga
saham seperti data lini produk, kualitas manajemen, komposisi laporan keuangan
seperti neraca, paten, proyeksi laba, dan perlakuan akuntansi. Jadi, ketika seluruh
informasi telah diketahui oleh para investor maka refleksinya sudah ada pada harga
saham.
4

3.

Hipotesis Efisiensi Pasar Bentuk Kuat


Hipotesis ini menjelaskan bahwa harga saham telah mencerminkan semua informasi
yang relevan bagi perusahaan termasuk informasi yang hanya tersediauntuk pihak
internal perusahaan (insider) sehingga walaupun pihak manajemen dan karyawan
perusahaan mempunyai akses untuk mengetahui informasi sebelum informasi tersebut
tersedia di pasar, hal itu tidak memungkinkan mereka untuk mengambil keuntungan
dengan melakukan perdagangan berdasarkan informasi tersebut karena semua
informais tersebut akan langsung dipublikasikan.

Corporate Action
Menurut Darmadji & Fakhruddin (2006), corporate action merupakan berita yang pada
umumnya menarik pihak-pihak yang ada di pasar modal seperti investor. Berita yang
beredar mengacu pada aktivitas seperti pemecahan saham (stock split), saham bonus, dan
pembagian dividen. Menurut Ang (2010), corporate action merupakan suatu aktivitas yang
dilakukan oleh perusahaan dan membawa bobot yang cukup material sehingga memunyai
kemungkinan

untuk

memengaruhi

harga

saham.

Berdasarkan

pengertian

yang

dikemukakan oleh para ahli, maka secara umum corporate action merupakan suatu
aktivitas dengan mengedarkan berita yang mampu menarik investor dan dapat berpengaruh
terhadap harga saham.

Stock Split
Menurut Halim (2005), stock split merupakan pemecahan jumlah lembar saham menjadi
jumlah lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah
per lembar saham secara proporsional. Sedangkan menurut Brigham & Houston (2009),
pemecahan saham merupakan tindakan yang diambil perusahaan untuk meningkatkan
jumlah lembar saham beredar. Perubahan jumlah saham yang beredar diiringi dengan
perubahan harga saham sehingga tidak mempengaruhi jumlah modal. Berdasarkan
pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, maka secara umum stock split merupakan
pemecahan lembar saham yang beredar untuk meningkatkan jumlah saham beredar.

Jenis-Jenis Stock Split


Menurut Samsul (2006), ada dua jenis stock split adalah sebagai berikut.
1.

Split Up
Tindakan ini akan meningkatkan jumlah saham yang beredar dengan menurunkan
nominal per lembar saham di pasar sehingga terjangkau bagi investor. Split up 1:2
berarti satu saham lama ditarik dari peredaran dan diganti dengan dua saham baru
tetapi dengan nilai nominal yang lebih kecil yaitu dari nominal sebelum pemecahan
saham.

2.

Split Down
Tindakan ini akan menurunkan jumlah saham beredar. Split down dilakukan untuk
meningkatkan harga saham di pasar agar image perusahaan meningkat. Split down
dilakukan dengan menarik kembali sejumlah saham beredar dan diagnti dengan satu
saham baru yang memiliki nilai nominal lebih tinggi tanpa mengubah total modal
disetor dan total ekuitas. Split down 5:1 berarti 5 saham lama diganti dengan 1 saham
baru.

Tujuan Stock Split


Menurut Darmadji & Fakhruddin (2006), Stock split bertujuan agar perdagangan suau
saham menjadi lebih liquid, karena jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak dan
harga saham menjadi lebih murah. Hal ini akan efektif apabila dilakukan pada sahamsaham yang memiliki harga cukup tinggi.

Signalling Theory
Menurut Marwata (2001), signalling theory merupakan pemecahan saham yang
memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return depan yang
substansial. Return yang meningkat dapat diprediksikan bahwa return tersebut merupakan
sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang. pengumuman stock split maupun
stock dividends pada dasarnya akan membawa informasi tentang pendapatan di masa yang
akan datang bagi investor.

Actual Returm
Menurut Jogiyanto (2009), actual return merupakan return yang telah terjadi. Actual
return penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan.

Selain itu, actual return dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan expected return
dan risiko di masa depan.

Expected Return
Menurut Jogiyanto (2009), return expected return adalah return yang diharapkan akan
diperoleh oleh investor di masa mendatang. Return ini digunakan untuk pengambilan
keputusan investasi.

Abnormal Return
Menurut Jogiyanto (2009), abnormal return merupakan selisih antara return yang terjadi
(actual return) dengan return harapan (expected return). Menurut Jogiyanto (2009),
terdapat 3 model rumus untuk menghitung expected return adalah sebagai berikut.
1.

Mean Adjusted Model


Pada model ini return ekspektasi bernilai konstan sama dengan rata-rata return
sesungguhnya perioda sebelumnya selama perioda akuntansi.

2.

Market Model
Perhitungan perioda estimasi dengan model ini dilakukan dengan dua tahap yaitu.
a. Membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi.
b. Menggunakan modek ekspektasi untuk mengestimasi return ekpekstasi pada
perioda jendela.

3.

Market Adjusted Model


Pada model ini indikator yang terbaik untuk mengestimasi return ekspektasi adalah
dengan menggunakan IHSG pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini maka
tidak perlu menggunakan perioda estimasi untuk membentuk model estimasi karena
return yang diestimasi sama dengan return indeks pasar.

Trading Volume Activity (VTA)


Menurut Husnan (2005), voluma perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah
lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang
beredar pada waktu tertentu. Perhitungan trading voluma activity dapat dilakukan dengan
membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu perioda
tertentu dengan keseluruhan jumlah saham yang beredar dari perusahaan.

Penelitian Terdahulu
Tabel 1.
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Nama
Judul Penelitian
Peniliti
dan Tahun
1.
Indarti
& Analisis
Purba (2011) Perbandingan
Harga Saham
dan Voluma
Perdagangan
Saham Sebelum
dan Sesudah
Stock Split
2.
Changwijaya Analisis Reaksi
(2013)
Pasar Pada
Perusahaan yang
Melakukan Stock
Split di Bursa
Efek Indonesia
Tahun 2006-2010

Variabel
Penelitian

Hasil Penelitian

Harga saham
dan voluma
perdagangan

Terdapat perbedaan rata-rata


harga saham yang signifikan pada
perioda sebelum dan sesudah
pengumuman pemecahan saham.
Terdapat perbedaan yang
signifikan antara voluma
perdagangan sebelum dan sesudah
peristiwa pemecahan saham.
Stock split,
Hasil pengujian one sample t-test
tanggal
pada peristiwa stock split yang
pengumuman dilakukan perusahaan
, harga
menunjukkan bahwa terdapat
saham, actual kandungan informasi setelah
return,
peristiwa stock split. Hasil
expected
pengujian paired sample t-test
return,
pada peristiwa stock split yang
abnormal
dilakukan perusahaan
return, dan
menunjukkan bahwa tidak
voluma
terdapat perbedaan TVA sebelum
perdagangan dan sesudah dilakukan pemecahan
saham.

Sumber: Data Diolah, 2014

Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2010), hipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari rumusan
masalah penelitian yang telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Berdasarkan kerangka
pemikiran yang telah disusun, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.
H1: Terdapat kandungan informasi secara signifikan setelah melakukan stock split pada
perusahaan go public perioda 20112013
H2: Terdapat perbedaan Trading Volume Activity (TVA) sebelum dan setelah melakukan
stock split pada perusahaan go public perioda 20112013

Rerangka Pemikiran Teoretis


Pasar Modal

Lemah

Setengah Kuat

Kuat

Corporate Action

Stock Split

Abnormal Return

Trading Volume Activity

C. METODA PENELITIAN

Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metoda pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010),
metoda penelitian kuantitatif merupakan suatu metoda penelitian yang berlandaskan pada
sampel filsafat positivisma, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif /
statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini juga
menggunakan pendekatan uji hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap rumusan
masalah yang digunakan pada penelitian (Sugiyono, 2010).

Populasi dan Sampel


Menurut Sugiyono (2010), populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang memunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada perioda tahun 20112013. Menurut Sugiyono (2010), sampel merupakan
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2010), purposive sampling
adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pada
9

penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa pertimbangan dalam mengambil sampel


adalah sebagai berikut.
1.

Antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya tidak melakukan stock split pada
perioda yang sama dan berdekatan.

2.

Perusahaan tidak delisting pada perioda penelitian.

3.

Perusahaan memiliki laporan keuangan dan data yang lengkap pada perioda penelitian.

Tabel 2.
Deskripsi Obyek Penelitian
Keterangan
Jumlah
Perusahaan yang terdaftar di BEI perioda 2011--2013
35
Sampel yang dikeluarkan karena laporan keuangan dan data 8
tidak lengkap
Sampel yang dikeluarkan karena stock split dilakukan pada 4
perioda yang sama dan berdekatan dengan perusahaan lain
Jumlah sampel pada penelitian
23
Sumber: Data Diolah, 2014.

Tabel 3.
Daftar Perusahaan yang Termasuk dalam Sampel
No Kode Saham
Nama Perusahaan
Tanggal Stock Split
1
LSIP
London Sumatera
25 Februari 2011
Plantation Tbk
2
BTPN
Bank Tabungan Pensiunan 28 Maret 2011
Nasional Tbk
3
INTA
Intraco Penta Tbk
6 Juni 2011
4
AUTO
Astra Otopart Tbk
24 Juni 2011
5
LPPS
Lippo Securities Tbk
5 Juli 2011
6
JTPE
Jasunido Tiga Perkasa Tbk 26 Juli 2011
7
MTSM
Metro Realty Tbk
18 Oktober 2011
8
MYOH
Samindo Resources Tbk
16 November 2011
9
DKFT
Central Omega Resources 2 Desember 2011
Tbk
10 FREN
Smartfren Telecom Tbk
16 Februari 2012
11 PTRO
Petrosea Tbk
6 Maret 2012
12 HERO
Hero Supermarket Tbk
5 April 2012
13 ASII
Astra International Tbk
5 Juni 2012
14 MDRN
Modern International Tbk 3 Juli 2012
15 DKFT
Central Omega Resources 3 Agustus 2012
Tbk
16 IDKM
Indosiar Karya Media Tbk 3 Oktober 2012
17 ACES
Ace Hardware Indonesia
1 November 2012
Tbk
18 JPFA
Japfa Comfeed Tbk
19 April 2013
19 SMRA
Summarecon Agung Tbk
27 Juni 2013
10

Ratio
1:5
1:5
1:5
1:5
2:1
1:5
1:4
8:1
1:2
20:1
1:10
10:1
1:10
1:5
1:5
1:5
1:10
1:5
1:2

No Kode Saham
20 TOWR

Nama Perusahaan
Sarana Menara Nusantara
Tbk
21 JRPT
Jaya Real Property Tbk
22 TLKM
Telekomunikasi Indonesia
Tbk
23 JKON
Jaya Konstruksi Tbk
Sumber: Data Diolah, 2014.

Tanggal Stock Split Ratio


22 Juli 2013
1:10
1 Agustus 2013
28 Agustus 2013

1:5
1:5

26 September 2013 1:5

Jenis dan Sumber Data


Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis data kuantitatif yang dinyatakan dalam
bentuk angka. Menurut Arikunto (2010), sumber data yang dimaksud dalam penelitian
adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Sugiyono (2010), data sekunder merupakan
sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat
orang lain atau lewat dokumen. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa harga
saham, voluma perdagangan, IHSG, dan daftar persahaan yang melakukan stock split
melalui website BEI, aplikasi DOne Trade Pro.

Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan metoda
dokumentasi. Menurut Sugiyono (2010), studi dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Peneliti mengumpulkan dokumen berupa harga saham, voluma perdagangan,
IHSG, dan daftar persahaan yang melakukan stock split yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada perioda 2011--2013 untuk menjawab permasalahan yang diteliti.

Perioda Waktu Penelitian


Penelitian ini menggunakan waktu lima hari sebelum perusahaan melakukan stock split
(t-5) dan lima hari setelah stock split (t+5).

Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010), variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulan. Penelitian ini menggunakan variabel-variabel sebagai
berikut.
11

1.

Stock Split
Dilakukan dengan memecah lembar saham perusahaan menjadi n lembar saham sesuai
dengan perbandingannya secara proporsional.

2.

Tanggal Stock Split


Merupakan tanggal yang menunjukkan pelaksanaan stock split oleh perusahaan.

3.

Harga Saham
Jumlah dana yang dibutuhkan oleh investor untuk membeli satu lembar saham
perusahaan. Data harga saham menggunakan closing price pada tanggal pelaksanaan
stock split (t-5), dan (t+5).

4.

Voluma Perdagangan
Menujukkan banyaknya transaksi yang terjadi dalam sesi perdagangan. Voluma
perdagangan

dapat

diukur

dengan

membandingkan

jumlah

saham

yang

diperdagangkan dengan jumlah saham beredar.


5.

Actual Return
A(R) = harga saham perioda t harga saham perioda t-1
harga saham perioda t-1

6.

Expected Return
E(R) = IHSG perioda t IHSG perioda t-1
IHSG perioda t-1

7.

Abnormal Return
Ab(R) = A(R) E(R)

Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan teknik analisis data event study. Menurut Jogiyanto (2009),
event study merupakan studi yang mempelajari bagaimana pasar bereaksi terhadap suatu
peristiwa yang informasinya dipublikasikan dalam suatu pengumuman. Pada penelitian ini
menggunakan stock split sebagai informasi yang digunakan dalam studi peristiwa.
Pengujian hipotesis pada penelitian ini mengginakan uji t. Menurut Santoso (2010), uji t
dibagi menjadi tiga macam adalah sebagai berikut.
1.

One sample t-test


Digunakan untuk menguji apakah suatu nilai tertentu berbeda secara nyata atau tidak
dengan rata-rata sebuah sampel. Nilai tertentu yang dimaksud adalah sebuah nilai
parameter untuk mengukur suatu populasi.

12

2.

Independent sample t-test


Digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata antara dua populasi
dengan melihat rata-rata dari dua sampel yang digunakan. Kata independen berarti
tidak ada hubungan antara dua sampel yang akan diuji.

3.

Paired sample t-test


Digunakan terhadap dua sampel yang berpasangan. Maksud dari berpasangan adalah
sebuah subjek dikenai dua perlakuan yang berbeda.

Pada penelitian ini digunakan dua macam uji t yaitu one sample t-test dan paired sample ttest. One sample t-test digunakan untuk menguji adanya reaksi pasar setelah stock split
dengan menggunakan abnormal return. Paired sample t-test digunakan untuk melihat
perbedaan Trading Volume Activity (TVA) sebelum dan setelah stock split.

Uji Normalitas
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, uji normalitas data dilakukan terlebih dahulu
untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal atau tidak. Jika nilai residual tidak mengikuti distribusi normal, uji
statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2009). Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Menurut Ghozali
(2009), untuk mendeteksi apakah residual berdistri normal atau tidak yaitu menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov dengan membandingkan distribusi data dengan distribusi normal
baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk ZScore dan diasumsikan normal. Jadi, uji Kolmogorov-Smirnov adalah uji beda antara data
yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Penerapan pada uji Kolmogorov
Smirnov adalah bahwa jika nilai signifikansi<0.05 berarti data berdistribusi tidak normal,
begitu pula sebaliknya jika signikansi>0.05 berarti data berdistribusi normal. Jika data
tidak terdistribusi normal maka akan dilakukan wilcoxon sign test yang merupakan uji
alternatif dari uji t. Uji ini dipakai untuk jenis data non parametrik. Pada saat pemrosesan,
data harus diurutkan terlebih dahulu. Uji ini digunakan untuk melihat perlakuan tertentu
pada dua pengamatan antara sebelum dan setelah perlakuan tertentu. Jika profitabilitas
<0,05, maka terdapat perbedaan variabel sebelum dan setelah perlakuan tertentu.

Apabila data tidak terdistribusi normal kemungkinan adanya outlier pada data tersebut.
Menurut Ghozali (2007), ada empat penyebab timbulnya outlier yaitu sebagai berikut.
13

1. Kesalahan dalam menginput data.


2. Gagal dalam spesifikasi adanya missing value dalam komputer.
3. Outlier merupakan anggota populasi yang diambil sebagai sampel.
4. Outlier berasal dari populasi yang di ambil sebagai sampel, tetapi distribusi dari
variabel dalam populasi tersebut memiliki nilai ekstrim dan tidak berdistribusi normal
Outlier merupakan data yang memiliki karakteristik unik yang terlibat sangat berbeda jauh
dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah
variabel tunggal atau variabel kombinasi.

Uji Hipotesis
Menurut Supangat (2007), pengujian hipotesis merupakan salah satu cara dalam statistika
untuk menguji parameter populasi berdasarkan sampelnya, untuk dapat diterima atau
ditolak pada tingkat signifikansi tertentu. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
Uji Hipotesis 1.
H01: tidak ada kandungan informasi yang tercermin dari abnormal return di sekitar perioda
pelaksanaan stock split.
Ha1: ada kandungan informasi yang tercermin dari abnormal return di sekitar perioda
pelaksanaan stock split.
Uji Hipotesis 2.
H02: tidak ada perbedaan trading volume activity sebelum dan setelah pelaksanaan stock
split perioda 20112013.
Ha2: ada perbedaan trading volume activity sebelum dan setelah pelaksanaan stock split
perioda 20112013.

14

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Descriptive Statistic
Tabel 4.
Descriptive Statistic Abnormal Return
Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

tmin5

23

-1.4286969E-1

.0392812

-4.058063461E-3

.0365807192

tmin4

23

-9.8137045E-1

.0576768

-4.297036285E-2

.2067826422

tmin3

23

-3.9539347E-2

.1652708

.021032171

.0506924237

tmin2

23

-3.6634620E-2

.1866187

.017295539

.0567032366

tmin1

23

-7.8402153E-1

.2185414

-3.831658897E-2

.1725696515

23

-9.1147215E-1 5.6664604E0

-1.514968988E-1

1.7770876496E0

tplus1

23

-8.3581105E-1

.5694118

-5.381181600E-3

.2351592998

tplus2

23

-3.2482358E-1 3.3386166E0

.132837747

.7047804625

tplus3

23

-1.5335372E-1

.1685138

-8.597413851E-3

.0593528737

tplus4

23

-3.4518965E-1

.1609669

-3.31 5010358E-2

.1024616887

tplus5

23

-1.4698842E-1

.0403013

-1.470462807E-2

.0447762133

Valid N
(listwise)

23

Sumber: Data Diolah, 2014


Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah data abnormal return perusahaan bertumbuh
adalah 23. Rata-rata abnormal return tertinggi terjadi pada t+2, yaitu sebesar 0.132837747.
Sedangkan rata-rata abnormal return terendah terjadi pada t+3 yaitu sebesar 8.597413851E-3. Pada lima hari sebelum peristiwa stock split, rata-rata abnormal return
nilainya cukup berfliktuasi. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan rata-rata abnormal
return dari -4.058063461E-3 menjadi -4.297036285E pada lima hari sebelum split hingga
empat hari sebelum split. Kemudian rata-rata abnormal return ini mengalami kenaikan dan
penurunan sampai dengan hari dilakukannya stock split yaitu dengan rata-rata abnormal
return sebesar -1.514968988E-1.

15

Tabel 5.
Descriptive Statistic Trading Volume Activity
Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Sebelum

23

.0000017

.7830700

.072260510

.2116811929

Sesudah

23

.0000100 1.0674310E1

.569800870

2.2182535617E0

Valid N (listwise)

23

Sumber: Data Diolah, 2014


Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah data TVA adalah dua puluh tiga. Rata-rata TVA
perusahaan cenderung mengalami penurunan setelah terjadinya stock split. Rata-rata TVA
sebelum stock split adalah 0.072260510 dan setelah stock split adalah sebesar
0.569800870.

Uji Normalitas Hipotesis 1


Tabel 6.
Uji Normalitas Abnormal Return
Perioda Jendela
Asymp. Sig
tmin5
0.387
tmin4
0.000
tmin3
0.146
tmin2
0.036
tmin1
0.006
t
0.001
tplus1
0.044
tplus2
0.00
tplus3
0.873
tplus4
0.15
tplus5
0.295
Sumber: Data Diolah, 2014

Keterangan
Normal
Tidak Normal
Normal
Tidak Normal
Tidak Normal
Tidak Normal
Tidak Normal
Tidak Normal
Normal
Normal
Normal

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan SPSS, dapat diketahui bahwa
abnormal return perusahaan dari t-5, t-3, t+3 sampai dengan t+5 memiliki nilai asymp. sig. di
atas alpha atau tingkat signifikansi sebesar 0.05 (5%). Sedangkan pada t-4, t-2 sampai
dengan t+2 memiliki nilai asymp. sig. di bawah tingkat signifikansi sebesar 0.05 (5%).
Namun, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi nomal. Data
yang tidak terdistribusi normal dikarenakan adanya outlier dimana data memiliki
karakteristik yang terlihat berbeda jauh dari observas-observasi lainnya dan muncul dalam
bentuk nilai ekstrim dalam perioda waktu penelitian. Data dinyatakan tidak terdistribusi
normal sehingga pengujian abnormal return peusahaan akan dilanjutkan dengan
menggunakan uji wolcoxon signed-rank test.
16

Uji Normalitas Hipotesis 2


Tabel 7.
Uji Normalitas Trading Volume Activity
Asymp. Sig
Sebelum
Trading Volume Activity
0.001
Sumber: Data Diolah, 2014

Keterangan
Sesudah
0.001

Tidak Normal

Berdasarkan hasil uji normalitas dapat diketahui bahwa TVA perusahaan sebelum dan
sesudah stock split menunjukkan nilai di bawah tingkat signifikansi 0.05 (5%). Hal ini
menunjukkan bahwa data yang akan digunakan untuk pengujian hipotesis kedua tidak
terdistribusi normal sehingga pengujian TVA perusahaan akan dilanjutkan dengan
menggunakan uji wolcoxon signed-rank test.
Tabel 8.
Uji Normalitas Wilcoxon Sign Test Trading Volume Activity
Test Statisticsb
Sesudah - Sebelum
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

-2.971a
.003

a. Based on negative ranks.


b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Sumber: Data Diolah, 2014

Berdasarkan hasil uji normalitas Wilcoxon Sign Test, dapat diketahui bahwa TVA
perusahaan sebelum dan sesudah stock split tidak terdistribusi normal. Nilai signifikansi
berada di bawah 0.05. Data yang digunakan pada penelitian ini tidak terdistribusi normal
dikarenakan ada banyak nilai ekstrim

Uji Hipotesis
Hasil Pengujian Uji Hipotesis 1
Pengujian hipotesis pertama ini dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat kandungan
informasi selama perioda jendela peristiwa stock split atau tidak. Hasil penelitian yang
diharaplan adalah terdapat kandungan informasi setelah dilakukannya stock split yang
ditandai dengan adanya abnormal return yang menunjukkan nilai signifikan.

17

Tabel 9.
Uji One-Sample Test Abnormal Return
Sig.
Keterangan
Tidak signifikan
tmin5
.600
Tidak signifikan
tmin4
.330
Tidak signifikan
tmin3
.059
Tidak signifikan
tmin2
.158
Tidak signifikan
tmin1
.298
Tidak signifikan
t
.687
Tidak signifikan
tplus1
.914
Tidak signifikan
tplus2
.376
Tidak signifikan
tplus3
.495
Tidak signifikan
tplus4
.135
Tidak signifikan
tplus5
.130
Sumber: Data diolah, 2014
Tabel 9 menunjukkan ringkasan hasil pengujian abnormal return di sekitar tanggal
peristiwa, yaitu lima hari sebelum pengumuman, pada saat pengumuman, dan lima hari
setelah pengumuman. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hasil uji berada di atas nilai
sig. 0.05 (5%) sehingga

Ha1 ditolak yang menyatakan bahwa tidak ada kandungan

informasi yang tercermin dari abnormal return di sekitar perioda pelaksanaan stock split.

Hasil Pengujian Uji Hipotesis 2


Pengujian hipotesis kedua dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan TVA
sebelum dan setelah peristiwa stock split. Hasil penelitian diharapkan adalah ada perbedaan
trading volume activity sebelum dan setelah pelaksanaan stock split perioda 20112013.
Tabel 10.
Uji Paired Sample Test Trading Volume Activity
Df
Sig. (2-tailed)
TVA sebelum dan 22
0.258
sesudah
Sumber: Data Diolah, 2014

Keterangan
Tidak Signifikan

Tabel 10 menunjukkan ringkasan hasil uji beda rata-rata TVA sebelum dan setelah stock
split. Dari hasil pengujian diperoleh signifikansi sebesar 0.258 lebih kecil dari tingkat
signifikansi 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa Ha2 diterima yang berarti ada perbedaan
trading volume activity sebelum dan setelah pelaksanaan stock split perioda 20112013.

18

Pembahasan
Pembahasan pada penelitian ini akan dilakukan terhadap dua hipotesis yang telah diuji
dengan SPSS. Hasil pengujian hipotesis akan dibandingkan dengan rata-rata kumulatifnya.
Hipotesis pertama menyarakan bahwa terdapat kandungan informasi selama perioda
peristiwa terjadinya stock split. Hasil pengujian one sample t-test menjelaskan bahwa
abnormal return untuk semua perioda mulai dari H-5 sampai dengan H+5 telah
menunjukkan nilai tidak signifikan. Hal ini berarti tidak terdapat kandungan informasi
sehingga pasar tidak bereaksi dalam mendapatkan abnormal return.

Average Abnormal Return


0,20
0,15

t+2

0,10
0,05
0,00
-0,05

t-5
2

Average Abnormal Return

t-3 t-2
t-4

-0,10

t-16

t+3
t+5
10 t+4 12

8
t+1
t

-0,15

Grafik 1.
Average Abnormal Return
Sumber: Data Diolah, 2014
Pada grafik 1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata abnormal return pada saat mendekati stock
split menunjukkan nilai yang positif. Artinya rata-rata tingkat pengembalian yang
diharapkan oleh investor dengan adanya stock split lebih kecil dari rata-rata tingkat
pengembalian yang sebenarnya terjadi. Hal ini terjadi karena stock split yang dilakukan
oleh perusahaan tidak mengandung informasi buruk sehingga investor memberikan respon
positif atas peristiwa tersebut.

19

Cummulative Abnormal Return


4,00
3,00

t+2

2,00
1,00
0,00
0

-1,00

t-5
2

Cummulative Abnormal
Return

t-3 t-2
t-4

6
t-1

t+3
t+5
10 t+4 12

t+18

-2,00
t

-3,00

Grafik 2.
Cummulative Average Abnormal Return
Sumber: Data Diolah, 2014
Berdasarkan grafik 2 dapat dilihat bahwa nilai abnormal return berubah secara signifikan
pada hari dilakukannya stock split. Hipotesis kedua pada penelitian ini menyatakan bahwa
terdapat perbedaan antara TVA sebelum dan sesudah dilaksanakannya stock split. Hasil
pengujian paired sample t-test pada hipotesis ini menunjukkan bahwa ada perbedaan
trading volume activity sebelum dan setelah pelaksanaan stock split perioda 20112013..
Hal ini menunjukkan bahwa likuiditas saham perushaan yang melakukan stock split
tersebut telah mengalami perubahan dan dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
peristiwa stock split telah menjadikan saham perusahaan menjadi lebih likuid di pasar
modal.

Average TVA
1,40

1,20

t+1

1,00
0,80

t+2
Average TVA

0,60
0,40

t+3

0,20
t-4

t-5

0,00
0

t-2

t-3
4

t+4
t+5

t-1
6

Grafik 3.
Average TVA
Sumber: Data Diolah, 2014
20

10

12

Berdasarkan grafik 3 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata TVA perusahaan mulai t-5 sampai
dengan t+5 menunjukkan nilai yan positif. Nilai tertinggi terjadi pada saat hari
dilaksanakannya stock split dan nilai terendah terjadi pada t-5. Jika dilihat pada pengujian t,
TVA memiliki nilai yang signifikan. Akan tetapi jika dilihat dari grafik, stock split
berdampak secara negatif pada tingkat perdagangan saham. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan TVA yang tidak terlalu signifikan sehingga penurunan voluma perdagangan
saham tersebut tidak signifikan secara statistik. Secara keseluruhan, jika dilihat dari
kumulatifnya, rata-rata TVA perusahaan cenderung mengalami penurunan.

Cummulative TVA
35,00
30,00

t
t+1

25,00
20,00

t+2

15,00
10,00

Cummulative TVA
t+3 t+4

5,00
0,00
0

t-5
2

t-4

t-3
4

t-2

t+5
t-1
6

10

12

Grafik 4.
Cummulative Average TVA
Sumber: Data Diolah, 2014
Berdasarkan grafik 4 dapat dilihat bahwa tingkat voluma perdagangan saham cenderung
mengalami kenaikakan sampai terjadinya stock split, kemudian cenderung mengalami
penurunan, sehingga dapat disimpukan bahwa terjadi perubahan yang signifikan pada nilai
TVA-nya antara sebelum dan sesudah dilaksanakannya stock split.

E. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Hasil pengujian one sample t-test pada peristiwa stock split yang dilakukan perusahaan
menunjukkan bahwa tidak ada kandungan informasi yang tercermin dari abnormal
return di sekitar perioda pelaksanaan stock split. Tidak adanya kandungan informasi ini
ditunjukkan dengan adanya abnormal return yang tidak signifikan mulai dari t-5 sampai
dengan H+5. Rata-rata abnormal return pada saat mendekati stock split menunjukkan
21

nilai yang positif yang berarti rata-rata tingkat pengembalian yang diharapkan oleh
investor dengan adanya stock split lebih kecil dari rata-rata tingkat pengembalian yang
sebenarnya terjadi, sehingga stock split yang dilakukan oleh perusahaan tidak
mengandung informasi buruk sehingga investor memberikan respon positif atas
peristiwa tersebut.
2. Hasil pengujian paired sample t-test pada peristiwa stock split yang dilakukan
perusahaan menunjukkan bahwa ada perbedaan trading volume activity sebelum dan
setelah pelaksanaan stock split perioda 20112013. Hal ini berarti peristiwa stock split
menyebabkan saham perusahaan bertumbuh menjadi likuid.

DAFTAR PUSTAKA

Ang, R. 2010. Buku Pintar Modal. Edisi Ketujuh. Jakarta: Mediasoft Indonesia.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Bodie, Z., Kane, A., & Marcus, A.J. 2008. Investments. Mc-Graw Hill.
Brigham, E. F. &Houston, J. F. 2009. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi
Kesepuluh, Jakarta: Salemba Empat.
Darmadji, T & Fakhruddin, H. M. 2006. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: Salemba
Empat.
Ghozali, I. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit UNDIP.
Fama, E. F. 1970. Efficient Capital Market A Review of Theory and Empirical Work.
Journal of Finance Vol 25, No. 2:383-417.
Halim, A. 2005. Analisis Investasi. Edisi Kedua, Jakarta: Salemba Empat.
Husnan, S. 2005. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.
Jogiyanto, H. M. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:BPFE.
Marwata. 2001. Kinerja keuangan, Harga Saham, dan Pemecahan Saham. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia. Vol. 4, No. 2: 151-164.
Samsul. 2006. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga.
Santoso, S. 2010. Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
22

Supangat, A. 2007. Statistika dlaam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Edisi
Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tandelilin, E. 2010. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

23

Anda mungkin juga menyukai