Anda di halaman 1dari 21

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

UNIVERSITAS
ISLAM
INDONESIA

STATUS PASIEN UNTUK UJIAN

FAKULTAS
KEDOKTERAN
Nama Dokter Muda
NIM
Tanggal Ujian

Untuk Dokter Muda


Dina Puspitasari
09711249
RSUD dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga
Juli Oktober 2015

Rumah sakit
Gelombang Periode

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Alamat
Agama
Bangsal
Pekerjaan
Tanggal Masuk
Nomor RM

II.

Tanda Tangan

:
:
:
:
:
:
:
:
:

Tn. B
Laki-laki
42 tahun
Selakambang, Kaligondang, Purbalingga
Islam
Flamboyan
Swasta
25 Juli 2015
617767

ANAMNESIS
Diberikan oleh : Pasien
Keluhan Utama

Tanggal : 27 Juli 2015

: Demam

Riwayat Penyakit Sekarang


:
9 hari sebelum masuk RS, pasien mengeluhkan demam. Demam tinggi
hingga

menggigil

dan

dirasakan

terutama

malam

hari.

Pasien

mengeluhkan mual (+), muntah (+), nyeri kepala (+), BAK (+) normal,
BAB (+) normal. Pasien sudah berobat ke dokter praktek dan dikatakan
tifoid. Keluhan membaik dengan obat-obat yang diberikan oleh dokter,
namun ketika obat habis, keluhan dirasakan kembali.
2 hari sebelum masuk RS, demam tinggi masih dirasakan, namun kali ini
demam dirasakan sepanjang hari. Mual (+), muntah (+), nyeri kepala (+),
BAB cair+ampas (+), lendir-darah (-). Karena keluhan dirasa memberat,
pasien kemudian datang ke rumah sakit.
Saat di rumah sakit, pasien mengeluhkan demam (+) semalam menggigil,
mual (+), muntah (+), nyeri kepala (+), nyeri perut (+), dan BAB
kehitaman (+).
1

Riwayat Penyakit Dahulu


:
Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal.
Riwayat BAB berdarah sebelumnya disangkal.
Riwayat hipertensi tidak diketahui.
Riwayat diabetes mellitus tidak diketahui.
Riwayat Penyakit Keluarga
:
Riwayat hipertensi pada orang tua tidak diketahui.
Riwayat diabetes mellitus pada orang tua tidak diketahui.
Lingkungan dan Kebiasaan
:
Keluarga pasien yang terkena demam berdarah disangkal.
Tetangga yang terkena demam berdarah tidak diketahui.
Riwayat pasien dari bepergian disangkal, namun pasien mengatakan
bahwa saat lebaran banyak keluarga tetangganya dari Batam yang mudik
ke daerah tempat tinggalnya.

III.

PEMERIKSAAN TANDA VITAL


Tekanan darah
Denyut nadi
Respirasi
Suhu

IV.

: 120/70 mmHg
: 80 kali/menit
: 24 kali/menit
: 39,6 C

PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK


A. Keadaan Umum
Keadaan umum
Kesadaran
Tinggi badan
Berat badan
BMI
Kesan
Skema manusia

: cukup, tampak berkeringat


: compos mentis
:
:
:
: gizi baik
:

(Gambarkan pada skema di atas jika ada kelainan lokal dan berikan
keterangan secukupnya)
B. Pemeriksaan Kepala
1. Mata
: Konjungtiva anemis

: (-)
2

2. Hidung

3. Telinga

4. Mulut

Sklera ikterik
: (-)
: Discharge
: (-/-)
Epistaksis
: (-/-)
Deviasi
: (-)
Nyeri tekan hidung
: (-/-)
Nyeri tekan sinus paranasal : (-/-)
: Kelainan bentuk telinga
: (-/-)
Discharge
: (-/-)
Benjolan
: (-/-)
Pembesaran limfonodi
: (-/-)
Nyeri tekan
: (-/-)
: Bentuk bibir
: normal
Pucat
: (-)

C. Pemeriksaan Leher
1. Inspeksi : Benjolan/ massa
Pembesaran limfonodi
Vena jugularis
2. Palpasi
: Benjolan/ massa
Nyeri tekan
3. Pemeriksaan Trakea
Deviasi trakea
4. Pemeriksaan Kelenjar Tiroid
Pembesaran kelenjar tiroid
Pemeriksaan sudut tangensial
Ikut bergerak saat menelan
Konsistensi
Nyeri tekan
Bruit
5. Pemeriksaan Tekanan Vena Sentral

: (-)
: (-)
: (tidak dilakukan)
: (tidak dilakukan)
: (tidak dilakukan)
: (tidak dilakukan)
: (tidak dilakukan)
: (tidak dilakukan)
: (tidak dilakukan)
: (tidak dilakukan)
: (tidak dilakukan)
: (tidak dilakukan)
: (tidak dilakukan)

D. Pemeriksaan Thoraks
Jantung
Inspeksi : Sianosis sentral
: (-)
Pulsasi ictus cordis : tidak tampak
Palpasi
: Pulsasi ictus cordis : di SIC V linea midclavicularis
Perkusi

sinistra, tidak kuat angkat


: Batas jantung kanan di SIC IV linea sternalis dextra
Batas jantung kiri di SIC V linea midclavicularis sinistra
Batas jantung atas di SIC II linea sternalis sinistra
Batas pinggang jantung di SIC III linea parasternalis

sinistra
Auskultasi : S1-S2 reguler, bising (-)
Interpretasi : jantung dalam batas normal

Paru
3

Inspeksi

: Deformitas dinding dada : (-)


Barrel chest
: (-)
Deviasi tulang belakang
: (-)
Retraksi dinding dada
: (-)
Ketinggalan gerak
: (-)
Spatium intercostal
: dalam batas normal
Palpasi
: Vocal fremitus
: (+/+) simetris
Nyeri tekan
: (-/-)
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+) , RBK (-/-) , Wheezing (-/-)
Interpretasi : paru dalam batas normal
E. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
: Pelebaran vena
Caput medusa
Umbilicus
Bentuk dinding abdomen
Simetrisitas
Benjolan
Peristaltic
Pulsasi aorta
Auskultasi
: Peristaltik
Perkusi
: Dominan timpani
Batas kanan atas hepar
dextra
Batas lobus hepar kiri
Palpasi

Ren

Xyphoideus
: Hepar
Lien
Massa abdomen
Nyeri tekan
hingga hypogastrium sinistra
Spasme otot
: Nyeri ketok ginjal

: (-)
: (-)
: dalam batas normal
: dalam batas normal
: (+)
: (-)
: tak tampak
: tak tampak
: (+) normal
: (+)
: SIC V linea midclavicularis
: 2 cm di bawah processus
: tidak teraba
: tidak teraba
: (-)
: (+) di regio epigastrium
: (-)
: (-/-)

F. Pemeriksaan Ekstremitas
Lengan
: teraba panas (+/+)
Tangan
: teraba panas (+/+)
Kaki
: teraba panas (+/+), pulsasi arteri dorsum pedis (+/+)

V.

RESUME PEMERIKSAAN FISIK


Dari pemeriksaan fisik Tn. B, 42 tahun, didapatkan keadaan umum cukup,
tampak berkeringat, nyeri tekan epigastrium hingga hypogastrium sinistra (+),
dan kedua ekstremitas atas dan bawah teraba panas (+/+).

VI.

DAFTAR

MASALAH

PASIEN

(BERDASARKAN

DATA

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK)


A. Masalah Aktif : demam menggigil, mual, muntah, nyeri kepala, nyeri
perut, BAB kehitaman.
B. Masalah Pasif :

VII.

DIAGNOSIS

VIII.

DIAGNOSIS BANDING

IX.

Malaria
Observasi melena ec. suspek Gastritis Erosif

Febris Tifoid
Demam Berdarah Dengue
Kolesistitis
Gastritis Erosif
Ulkus Gaster

RENCANA TINDAKAN
A. Tindakan Terapi (di IGD)
- Infus RL 30 tpm
- Infus Paracetamol 500 mg iv (ekstra)
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g (skintest)
- Inj. Ranitidine 2 x I amp iv
- Inj. Ondansentron 2 x I amp iv
- Inj. Ketorolac I amp (ekstra)
- Tab. Paracetamol 500 mg 3 x I tab pc
- Tab. Curcuma 3 x I tab pc
- Syr. Antacid 3 x II Cth ac
B. Tindakan Terapi (di Bangsal)
- Hidrasi Infus RL 30 tpm
- Antipiretik Infus Sanmol 2 x I iv
- Steroid Inj. Dexamethason 3 x I amp iv
- Antiperdarahan Inj. Asam Tranexamat 3 x I amp iv
- Antibiotik Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g iv
- PPI Caps. Lansoprazol 1-0-1
- Pelindung mukosa lambung Syr.. episan 3 x II Cth
- Antimalarial Tab. Arteroquin 1 x IV tab & Tab. Primaquin 1 x I tab
C. Rencana Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium Darah
- Rontgen Thorax

X.

HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Darah (25 Juli 2015)


Darah Rutin
Hemoglobin
Leukosit
Hematocrit
Eritrosit
Trombosit
MCH
MCHC
MCV
Diff Count
Eosinophil
Basophil
Netrofil segmen
Limfosit
Monosit

14.6
12.8
40
4.9
44
30
36
82

mg/dL
x 103 / L
%
x 106 / L
x 103 / L
pg
g/dL
fL

0
0
82
10
8

%
%
%
%
%

Sero Imunologi
Widal
S. Thypi O
S. Thypi H
S. Parathypi A-H

Negative
Negative
Positif 1/160

- 26 Juli 2015 Darah Rutin


Hemoglobin
Leukosit
Hematocrit
Eritrosit
Trombosit
MCH
MCHC
MCV
Diff Count
Eosinophil
Basophil
Netrofil segmen
Limfosit
Monosit
Kimia Klinik
SGOT

12.4
12.3
36
4.2
58
30
35
86

mg/dL
x 103 / L
%
x 106 / L
x 103 / L
pg
g/dL
fL

1
0
69
14
15

%
%
%
%
%

50.4

U/L

SGPT

60.5

U/L

10.6
10.9
29
3.5
67
30
37
82

mg/dL
x 103 / L
%
x 106 / L
x 103 / L
pg
g/dL
fL

0
0
75
16
9

%
%
%
%
%

11.8
12.3
30
3.7
66
30
37
82

mg/dL
x 103 / L
%
x 106 / L
x 103 / L
pg
g/dL
fL

0
0
78
13
9

%
%
%
%
%

- 27 Juli 2015 Darah Rutin


Hemoglobin
Leukosit
Hematocrit
Eritrosit
Trombosit
MCH
MCHC
MCV
Diff Count
Eosinophil
Basophil
Netrofil segmen
Limfosit
Monosit
- 28 Juli 2015 Darah Rutin
Hemoglobin
Leukosit
Hematocrit
Eritrosit
Trombosit
MCH
MCHC
MCV
Diff Count
Eosinophil
Basophil
Netrofil segmen
Limfosit
Monosit

Malaria QBC
+ / Positif
Kesimpulan :
Malaria Post Vivax dan Falciparum

Rontgen Thorax Pulmo dalam batas normal.


Kardiomegali.

MALARIA
A. DEFINISI
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasite
Plasmodium melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles spp.,
yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual
di dalam darah.
B. ETIOLOGI

Penyebab malaria adalah genus Plasmodia, family Plasmodiidae, dan


ordo Coccidiidae. Ada empat jenis parasite malaria, yaitu:
Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria falciparum atau malaria tertian yang maligna
(ganas) atau dikenal dengan nama lain sebagai malaria tropika yang

menyebabkan demam setiap hari.


Plasmodium vivax
Menyebabkan malaria vivax atau disebut juga malaria tertian benigna
(jinak).
Plasmodium malariae
Menyebabkan malaria malariae atau malaria kuartana.
Plasmodium ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik
Barat, menyebabkan malaria ovale.
Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis

plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection).


Biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara P.
falciparum dengan P. vivax atau P. malariae. Kadang-kadang dijumpai tiga
jenis parasit sekaligus, meskipun hal ini jarang sekali terjadi. Infeksi campuran
biasanya terdapat di daerah yang tinggi angka penularannya.
Masa inkubasi malaria atau waktu antara gigitan nyamuk dan munculnya
gejala klinis sekitar 7-14 hari untuk P. falciparum, 8-14 hari untuk P. vivax dan
P. ovale, dan 7-30 hari untuk P. malariae. Masa inkubasi ini dapat memanjang
antara 8- 10 bulan terutama pada beberapa strain P. vivax di daerah tropis.
Pada infeksi melalui transfusi darah, masa inkubasi tergantung pada jumlah
parasit yang masuk dan biasanya singkat tetapi mungkin sampai 2 bulan.
Dosis pengobatan yang tidak adekuat seperti pemberian profilaksis yang tidak
tepat dapat menyebabkan memanjangnya masa inkubasi. P. falciparum, salah
satu organisme penyebab malaria, merupakan jenis yang paling berbahaya
dibandingkan dengan jenis plasmodium lain yang menginfeksi manusia, yaitu
P. vivax, P. malariae, dan P. ovale. Saat ini, P. falciparum merupakan salah
satu spesies penyebab malaria yang paling banyak diteliti. Hal tersebut karena
spesies ini banyak menyebabkan angka kesakitan dan kematian pada manusia.
C. EPIDEMIOLOGI

Dalam epidemiologi selalu ada 3 faktor yang diselidiki, yaitu Host


(umumnya

manusia),

Agent

(penyebab

penyakit)

dan

Environment

(lingkungan).
Faktor Host
Penyakit malaria mempunyai keunikan karena ada 2 macam host yakni
manusia sebagai host intermediate (dimana siklus aseksual parasit terjadi)
dan nyamuk anopheles betina sebagai host definitive (tempat siklus
seksual parasit berlangsung).
a. Manusia (Host Intermediate)
Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang
dapat terkena malaria. Setiap orang rentan terhadap penularan kecuali
pada mereka yang mempunyai galur genetika spesifik. Toleransi atau
daya tahan terhadap munculnya gejala klinis ditemukan pada
penduduk dewasa yang tinggal di daerah endemis dimana gigitan
nyamuk anopheles berlangsung bertahun-tahun. Faktor-faktor yang
berpengaruh

pada

manusia

ialah:

(1)

Kekebalan/Imunitas,

didefinisikan sebagai adanya kemampuan tubuh manusia untuk


menghancurkan

plasmodium

yang

masuk

atau

membatasi

perkembangbiakannya. Ada dua macam kekebalan, yaitu kekebalan


alamiah dan kekebalan yang didapat. Kekebalan alamiah timbul tanpa
memerlukan infeksi lebih dahulu. Kekebalan yang didapat ada yang
merupakan kekebalan aktif sebagai akibat dari infeksi sebelumnya
atau vaksinasi, dan ada juga kekebalan pasif didapat melalui
pemindahan antibodi dari ibu kepada anak atau pemberian serum dari
seseorang yang kebal penyakit. Faktor imunitas berperan penting
menentukan beratnya infeksi. Hal tersebut dibuktikan pada penduduk
di daerah endemis. Pada penduduk di daerah endemis ditemukan
parasitemia berat namun asimtomatik, sebaliknya pasien non-imun
dari daerah non-endemis lebih mudah mengalami malaria berat. Hal
ini mungkin dikarenakan pada individu di daerah endemis imun sudah
terbentuk antibody protektif yang dapat membunuh parasit atau
menetralkan toksin parasit. (2) Umur dan Jenis Kelamin, perbedaan
angka kesakitan malaria pada laki-laki dan wanita atau pada berbagai
kelompok umur sebenarnya disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti
10

pekerjaan, pendidikan, perumahan, migrasi penduduk, kekebalan dan


lain-lain. (3) Status Gizi, faktor nutrisi mungkin berperan terhadap
malaria berat.
b. Nyamuk
(1) Perilaku nyamuk yang penting, yaitu tempat hinggap atau istirahat
(di luar atau dalam rumah), tempat menggigit (di luar atau dalam
rumah), objek yang digigit (manusia atau manusia). Nyamuk
Anopheles hanya mengigit satu orang setiap kali mengisap darah,
berbeda dengan nyamuk aedes yang bisa menggigit banyak orang saat
mengisap darah. (2) Umur nyamuk (longevity), diperlukan waktu
untuk perkembangbiakan gametosit dalam tubuh nyamuk menjadi
sporozoit yakni bentuk parasit yang siap menginfeksi manusia sehat.
Apabila umur nyamuk lebih pendek dari proses sporogoni, yakni
replikasi parasit dalam tubuh nyamuk (sekitar 5 hingga 10 hari), maka
dapat dipastikan nyamuk tersebut tidak dapat menjadi vektor. (3)
Kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit, nyamuk yang terlalu
banyak parasit dalam perutnya tentu bisa melebihi kapasitas perut
nyamuk itu sendiri. Perut bisa meletus dan mati karenanya. (4)
Frekuensi menggigit manusia, semakin sering seekor nyamuk yang
membawa sporozoit dalam kelenjar ludahnya, semakin besar
kemungkinan nyamuk berperan sebagai vektor penular penyakit
malaria. (5) Siklus gonotrofik, waktu yang diperlukan untuk
matangnya telur sebagai indikator untuk mengukur interval menggigit
nyamuk pada objek yang digigit (manusia).

Faktor Agent
Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae
dan ordo coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam
parasit malaria, yaitu: Plasmodium vivax, Plasmodium malariae,
Plasmodium ovale, Plasmodium falciparum.

Faktor Environment
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan dimana manusia
dan nyamuk berada, lingkungan tersebut terbagi atas lingkungan fisik,
lingkungan kimia, lingkungan biologik dan lingkungan sosial budaya.
11

Lingkungan fisik meliputi:


- Suhu udara, sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus
sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu (sampai
-

batas tertentu) makin pendek masa inkubasi ekstrinsik.


Kelembaban udara, kelembaban yang rendah memperpendek umur

nyamuk.
Hujan, hujan yang diselingi oleh panas akan memperbesar

kemungkinan berkembangbiakan Anopheles.


Angin, jarak terbang nyamuk dapat diperpendek arau diperpanjang

tergantung kepada arah angin.


Sinar matahari, pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva

nyamuk berbeda-beda.
Arus air, An. barbirostris menyukai tempat perindukan denga air
yang statsi atau mengalir sedikit, sedangkan An. minimus menyukai
aliran air cukup deras.

Lingkungan kimiawi, dari lingkungan ini yang baru diketahui


pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat perindukan.
Lingkungan biologik, tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai
jenis tumbuh-tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva
nyamuk karena dapat menghalangi sinar matahari yang masuk atau
melindungi dari serangan makhluk hidup lain.
Lingkungan sosial budaya, kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai
larut malam, di mana vektornya lebih bersifat eksofilik (lebih suka
hinggap/ istirahat di luar rumah) dan eksofagik (lebih suka menggigit di
luar rumah) akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk, penggunaan
kelambu, kawat kasa dan repellent akan mempengaruhi angka kesakitan
malaria dan pembukaan lahan dapat menimbulkan tempat perindukan
buatan manusia sendiri (man made breeding places).
D. PATOGENESIS
Setelah melalui jaringan hepar, P. falciparum melepaskan 18-24
merozoit ke dalam sirkulasi. Merozoit yang dilepaskan akan masuk kedalam
sel RES di limpa dan mengalami fagositosis serta filtrasi. Merozoit yang lolos
dari filtrasi dan fagositosis di limpa akan menginvasi eritrosit. Selanjutnya
parasite berkembang biak secara aseksual dalam eritrosit. Bentuk aseksual

12

parasite dalam eritrosit (EP) inilah yang bertanggungjawab dalam patogenesis


terjadinya malaria pada manusia. Patogenesis malaria yang disebabkan oleh P.
falciparum.
Patogenesis malaria falciparum dipengaruhi oleh faktor parasite dan
faktor pejamu (host). Yang termasuk dalam faktor parasite adalah intensitas
transmisi, densitas parasit dan virulensi parasite. Sedangkan yang termasuk
dalam faktor pejamu adalah tingkat endemisitas daerah tempat tinggal,
genetic, usia, status nutrisi, dan status imunologi. Parasite dalam eritrosit (EP)
secara garis besar mengalami dua stadium, yaitu stadium cincin pada 24 jam
pertama dan stadium matur pada 24 jam kedua. Permukaan EP stadium cincin
akan menampilkan antigen RESA (Ring Erythrocyte Surface Antigen) yang
menghilang setelah parasite masuk stadium matur. Permukaan membrane EP
stadium matur akan mengalami penonjolan dan membentuk knob dengan
Histidin Rich Protein-1 (HRP-1) sebagai komponen utamanya. Selanjutnya
bila EP tersebut mengalami merogoni, akan dilepaskan toksin malaria berupa
GP1 yaitu glikosilfosfatidilinositol yang merangsang pelepasan TNF- dan
interleukin-1 (IL-1) dari makrofag.
Sitoadherensi adalah perlekatan antara EP stadium matur pada
permukaan endotel vaskuler. Perlekatan terjadi dengan cara molekul adhesive
yang terletak di permukaan knob EP melekat dengan molekul-molekul
adhesive yang terletak di permukaan endotel vascular.
Sekuestrasi. Sitoadheren menyebabkan EP matur tidak beredar kembali
dalam sirkulasi. Parasite dalam eritrosit matur yang tinggal dalam jaringan
mikrovaskuler disebut EP matur yang mengalami sekuestrasi. Hanya P.
falciparum yang mengalami sekuestrasi, karena pada plasmodium lainnya
seluruh siklus terjadi pada pembuluh darah perifer. Sekuestrasi terjadi pada
organ-organ vital dan hampir semua jaringan dalam tubuh. Sekuestrasi
tertinggi terjadi di otak, diikuti dengan hepar dan ginjal, paru, jantung, usus,
dan kulit. Sekuestrasi ini diduga memegang peranan utama dalam
patofisiologi malaria berat.
Resetting adalah berkelompoknya EP matur yang diselubungi 10 atau
lebih eritrosit yang nonparasit. Plasmodium yang dapat melakukan
sitoadherensi juga yang dapat melakukan resetting. Resetting menyebabkan

13

obstruksi aliran darah lokal/dalam jaringan sehingga mempermudah terjadinya


sitoadheren.
Sitokin terbentuk dari sel endotel, monosit dan makrofag setelah
mendapat stimulasi dari malaria toksin (LPS, GPI). Sitokin ini antara lain
TNF-, IL1, IL-6, IL-3, LT, dan INF-. Dari beberapa penelitian, dibuktikan
bahwa penderita malaria serebral yang meninggal dengan komplikasi berat
seperti hipoglikemia mempunyai kadar TNF- yang tinggi.
Nitrit oksida berperan dalam menumbuhkan malaria berat, terutama
malaria serebral. Diduga produksi NO lokal di organ terutama otak yang
berlebihan, dapat mengganggu fungsi organ tersebut. Sebaliknya pendapat lain
menyatakan bahwa kadar NO yang tepat memberikan perlindungan terhadap
malaria berat. Peran sitokin proinflamasi dan NO pada pathogenesis malaria
berat masih kontroversial.

Malaria ditularkan ke penderita dengan masuknya sporozoit plasmodium


melalui gigitan nyamuk betina Anopheles yang spesiesnya dapat berbeda dari

14

satu daerah dengan daerah lainnya. Terdapat lebih dari 15 spesies nyamuk
Anopheles yang dilaporkan merupakan vektor malaria di Indonesia. Penularan
malaria dapat juga terjadi dengan masuknya parasit bentuk aseksual
(tropozoit) melalui transfusi darah, suntikan atau melalui plasenta (malaria
kongenital).
Dikenal adanya berbagai cara penularan malaria, yaitu:

Penularan secara alamiah (natural infection)


Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang
infektif. Nyamuk menggigit orang sakit malaria maka parasit akan ikut
terhisap bersama darah penderita malaria. Di dalam tubuh nyamuk parasit
akan berkembang dan bertambah banyak, kemudian nyamuk menggigit
orang sehat, maka melalui gigitan tersebut parasit ditularkan ke orang

lain.
Penularan yang tidak alamiah
i.
Malaria bawaan (congenital)
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita
malaria. Disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta
sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang
ii.

dikandungnya.
Secara mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum
suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para
pecandu obat bius yang menggunakan jarum suntik yang tidak

iii.

steril.
Secara oral (melalui mulut)
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.
gallinasium) burung dara (P. relection) dan monyet (P. knowlesi).
Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah
manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa
gejala klinis. Malaria, baik yang disebabkan oleh P. falciparum, P.
vivax, P. malariae dan P. ovale, semuanya ditularkan oleh nyamuk
Anopheles. Nyamuk yang menjadi vektor penular malaria adalah
Anopheles sundaicus, Anopheles aconitus, Anopheles barbirostris,
Anopheles subpictus, dan sebagainya.
15

E. GEJALA KLINIS
Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan
demam dengan interval tertentu yang diselingi oleh suatu periode di mana
penderita bebas sama sekali dari demam. Gejala klinis malaria antara lain
sebagai berikut:
i.
Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan
ii.
iii.
iv.

berkeringat.
Nafsu makan menurun.
Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.
Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan

v.

P. falciparum.
Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran

vi.

limpa.
Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan

vii.

penurunan.
Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi
yang menonjol adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan
darah (anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari
daerah malaria.

Malaria menunjukkan gejala-gejala yang khas, yaitu:


i.
ii.
iii.

Demam berulang yang terdiri dari tiga stadium: stadium kedinginan,


stadium panas, dan stadium berkeringat
Splenomegali (pembengkakan limpa)
Anemia yang disertai malaise

Serangan malaria biasanya berlangsung selama 6-10 jam dan terdiri dari tiga
tingkatan, yaitu:
Stadium dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin.
Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala
macam pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir
dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita
mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini
berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
16

Stadium Demam
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan.
Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit
kepala dan muntah sering terjadi, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya
penderita merasa sangat haus dan suhu badan dapat meningkat sampai
41C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Demam
disebabkan oleh pecahnya skizon darah yang telah matang dan masuknya
merozoit darah ke dalam aliran darah. Pada P. vivax dan P. ovale, skizonskizon dari setiap generasi menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga
demam timbul setiap tiga hari terhitung dari serangan demam
sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber dari fenomena ini. Pada P.
malaria, fenomena tersebut 72 jam sehingga disebut malaria P. vivax/P.
ovale, hanya interval demamnya tidak jelas. Serangan demam diikuti oleh
periode laten yang lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit

dan tingkat kekebalan yang kemudian timbul pada penderita.


Stadium Berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai
tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadangkadang sampai dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur
nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala
lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Gejala-gejala yang
disebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap penderita, tergantung pada
spesies parasit dan umur dari penderita, gejala klinis yang berat biasanya
terjadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh P. falciparum. Hal ini
disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit (bentuk trofozoit dan
skizon) untuk berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh seperti otak,
hati dan ginjal sehingga menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah
pada organ-organ tubuh tersebut. Gejala berupa koma/pingsan, kejangkejang sampai tidak berfungsinya ginjal. Kematian paling banyak
disebabkan oleh jenis malaria ini. Kadangkadang gejalanya mirip kolera
atau disentri. Black water fever yang merupakan gejala berat adalah
munculnya hemoglobin pada air seni yang menyebabkan warna air seni
menjadi merah tua atau hitam. Gejala lain dari black water fever adalah

17

ikterus dan muntahmuntah yang warnanya sama dengan warna empedu,


black water fever biasanya dijumpai pada mereka yang menderita infeksi
P. falcifarum yang berulang -ulang dan infeksi yang cukup berat. Secara
klasik demam terjadi setiap dua hari untuk parasit tertiana (P. falciparum,
P. vivax, dan P. ovale) dan setiap tiga hari untuk parasit quartan (P.
malariae). CDC (2004) dalam Sembel (2009) mengemukakan bahwa
karakteristik parasit malaria dapat mempengaruhi adanya malaria dan
dampaknya terhadap populasi manusia. P. falciparum lebih menonjol di
Afrika bagian selatan Sahara dengan jumlah penderita yang lebih banyak,
demikian juga yang meninggal dibandingkan dengan daerah-daerah
tempat parasit yang lain lebih menonjol. P. vivax dan P. ovale memiliki
tingkatan hipnozoites yang dapat tetap dorman dalam sel hati untuk
jangka waktu tertentu (bulan atau tahun) sebelum direaktivasi dan
menginvasi darah. P. falciparum dan P. vivax kemungkinan mampu
mengembangkan ketahanannya terhadap obat antimalaria.
F. DIAGNOSIS
Diagnosis malaria memerlukan anamnesis yang tepat dari penderita tentang:
Keluhan utama (demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit

kepala, mual, muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal-pegal)


Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah

endemis malaria
Riwayat tinggal di daerah endemis malaria
Riwayat sakit malaria
Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir
Riwayat mendapat transfusi darah

Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik berupa:

Demam (pengukuran dengan termometer 37.5 C)


Anemia
Pembesaran limpa (splenomegali) atau hepar (hepatomegali)

Pemeriksaan Laboratorium:

Pemeriksaan mikroskopis

18

Tes Diagnostik Cepat (RDT, Rapid Diagnostic Test)

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita,
meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit,
eritrosit dan trombosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia darah,
pemeriksaan foto toraks, EKG (Electrokardiograff), dan pemeriksaan lainnya.
G. PENGOBATAN
Prinsip pengobatan malaria adalah:
1) Penderita tergolong malaria biasa (tanpa komplikasi) atau penderita
malaria berat/ dengan komplikasi. Penderita dengan komplikasi/ malaria
berat memakai obat parenteral, malaria biasa dengan obat per oral.
2) Penderita malaria harus mendapatkan pengobatan yang efektif, tidak
terjadi kegagalan pengobatan dan mencegah terjadinya transmisi yaitu
dengan pengobatan ACT.
3) Pemberian pengobatan ACT harus berdasarkan hasil pemeriksaan malaria
yang positif dan dilakukan monitoring respon pengobatan.
4) Pengobatan malaria klinis/ tanpa hasil pemeriksaan malaria memakai obat
non-ACT.
Secara global, WHO telah menetapkan dipakainya obat antimalarial
dengan ACT (Artemisinin base Combination Therapy). Golongan artemisinin
(ART) telah dipakai sebagai obat utama karena efektif dalam mengatasi
plasmodium yang resisten terhadap pengobatan. Selain itu artemisinin bekerja
membunuh plasmodium dalam semua stadium, termasuk gametosit, juga
efektif terhadap semua spesies plasmodium.
Golongan Artemisinin (ART)
Berasal dari tanaman Artemisia annua yang disebut dalam bahasa Cina
sebagai Qinghaosu. Obat ini termasuk kelompok seskuiterpen lakton yang
mempunyai beberapa formula, seperti artemisinin, artemeter, arte-eter,
artesunat, asam artelinik, dan dihidroartemisinin. Obat ini bekerja sangat cepat

19

dengan paruk waktu kira-kira 2 jam, larut dalam air, dan bekerja sebagai obat
sizontocidal darah.
Pengobatan ACT (Artemisinin base Combination Therapy)
Penggunaan golongan artemisinin secara monoterapi akan mengakibatkan
terjadinya rekurensi. WHO memberikan petunjuk penggunaan artemisinin
dengan mengkombinasikan dengan obat antimalarial yang lain. Kombinasi
obat ini dapat berupa kombinasi dosis tetap atau kombinasi tidak tetap.
Kombinasi dosis tetap lebih memudahkan pemberian pengobatan. Contohnya
adalah Co-Artem yaitu kombinasi artemeter (20 mg) + lumefantrine (120
mg). Dosis Co-Artem 2 x 4 tablet sehari selama 3 hari. Kombinasi dosis tetap
yang lain yaitu Artekin (dihidroartemisinin 40 mg + piperakuin 320 mg)
dengan dosis awal 2 tablet, 8 jam kemudian 2 tablet, 24 dan 32 jam kemudian
masing-masing 2 tablet.
Kombinasi ACT yang tidak tetap misalnya:
-

Artesunat + Meflokuin
Artesunat + Amodiakuin
Artesunat + Klorokuin
Artesunat + Sulfadoksin-Pirimetamin
Artesunat + Pironaridin
Artesunat + Chlorproguanil-Dapson
Dihidroartemisinin + Piperakuin + Trimethoprim
Artecom + Primakuin
Dihidroartemisinin + Naptokuin

Dari kombinasi di atas, yang tersedia di Indonesia adalah artesunat +


amodiakuin dengan nama Artesdiaquine atau Artesumoon.
Dosis untuk orang dewasa adalah artesunat (50 mg/tablet) 200 mg pada hari IIII (4 tablet), amodiakuin (200 mg/tablet) 3 tablet pada hari I-II dan 1 tablet
pada hari III. Artesumoon adalah kombinasi yang dikemas dengan blister
dengan aturan pakai tiap blister/hari yang diminum selama 3 hari.
Dosis amodiakuin adalah 25-30 mg/kg BB selama 3 hari.
Obat Non-ACT
-

Klorokuin Difosfat/Sulfat, 250 mg garam (150 mg basa), dosis 25 mg


basa/kg BB untuk 3 hari, terbagi 10 mg/kg BB (4 tablet) hari I dan II, 5

20

mg/kg BB (2 tablet) pada hari III. Dipakai untuk P. falciparum dan P.


-

vivax.
Sulfadoksin-Pirimetamin (500 mg sulfadoksin + 25 mg pirimetamin),
dosis orang dewasa 3 tablet dosis tunggal (1 kali). Obat ini hanya dipakai

untuk P. falciparum.
Kina Sulfat (1 tablet = 220 mg), dengan dosis 3 x 10 mg/kg BB selama 7

hari. Dipakai untuk P. falciparum dan P. vivax.


Primakuin (1 tablet = 15 mg), dipakai sebagai obat pelengkap terhadap P.
falciparum maupun P. vivax. Dosisnya 45 mg dosis tunggal (untuk
membunuh gamet) pada P. falciparum dan 15 mg/hari selama 14 hari
(untuk membunuh gamet dan hipnozoit [anti-relaps]) pada P. vivax.

Kombinasi Obat Non-ACT


Apabila pola resistensi masih rendah dan belum tersedia golongan artemisinin,
dapat menggunakan obat standar yang dikombinasikan, contohnya:
-

Klorokuin + Sulfadoksin-Pirimetamin
Sulfadoksin-Pirimetamin + Kina
Klorokuin + Doksisiklin/Tetrasiklin
Sulfadoksin-Pirimetamin + Doksisiklin/Tetrasiklin
Kina + Doksisiklin/Tetrasiklin
Kina + Klindamisin

21

Anda mungkin juga menyukai