UNIVERSITAS
ISLAM
INDONESIA
FAKULTAS
KEDOKTERAN
Nama Dokter Muda
NIM
Tanggal Ujian
Rumah sakit
Gelombang Periode
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Alamat
Agama
Bangsal
Pekerjaan
Tanggal Masuk
Nomor RM
II.
Tanda Tangan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Tn. B
Laki-laki
42 tahun
Selakambang, Kaligondang, Purbalingga
Islam
Flamboyan
Swasta
25 Juli 2015
617767
ANAMNESIS
Diberikan oleh : Pasien
Keluhan Utama
: Demam
menggigil
dan
dirasakan
terutama
malam
hari.
Pasien
mengeluhkan mual (+), muntah (+), nyeri kepala (+), BAK (+) normal,
BAB (+) normal. Pasien sudah berobat ke dokter praktek dan dikatakan
tifoid. Keluhan membaik dengan obat-obat yang diberikan oleh dokter,
namun ketika obat habis, keluhan dirasakan kembali.
2 hari sebelum masuk RS, demam tinggi masih dirasakan, namun kali ini
demam dirasakan sepanjang hari. Mual (+), muntah (+), nyeri kepala (+),
BAB cair+ampas (+), lendir-darah (-). Karena keluhan dirasa memberat,
pasien kemudian datang ke rumah sakit.
Saat di rumah sakit, pasien mengeluhkan demam (+) semalam menggigil,
mual (+), muntah (+), nyeri kepala (+), nyeri perut (+), dan BAB
kehitaman (+).
1
III.
IV.
: 120/70 mmHg
: 80 kali/menit
: 24 kali/menit
: 39,6 C
(Gambarkan pada skema di atas jika ada kelainan lokal dan berikan
keterangan secukupnya)
B. Pemeriksaan Kepala
1. Mata
: Konjungtiva anemis
: (-)
2
2. Hidung
3. Telinga
4. Mulut
Sklera ikterik
: (-)
: Discharge
: (-/-)
Epistaksis
: (-/-)
Deviasi
: (-)
Nyeri tekan hidung
: (-/-)
Nyeri tekan sinus paranasal : (-/-)
: Kelainan bentuk telinga
: (-/-)
Discharge
: (-/-)
Benjolan
: (-/-)
Pembesaran limfonodi
: (-/-)
Nyeri tekan
: (-/-)
: Bentuk bibir
: normal
Pucat
: (-)
C. Pemeriksaan Leher
1. Inspeksi : Benjolan/ massa
Pembesaran limfonodi
Vena jugularis
2. Palpasi
: Benjolan/ massa
Nyeri tekan
3. Pemeriksaan Trakea
Deviasi trakea
4. Pemeriksaan Kelenjar Tiroid
Pembesaran kelenjar tiroid
Pemeriksaan sudut tangensial
Ikut bergerak saat menelan
Konsistensi
Nyeri tekan
Bruit
5. Pemeriksaan Tekanan Vena Sentral
: (-)
: (-)
: (tidak dilakukan)
: (tidak dilakukan)
: (tidak dilakukan)
: (tidak dilakukan)
: (tidak dilakukan)
: (tidak dilakukan)
: (tidak dilakukan)
: (tidak dilakukan)
: (tidak dilakukan)
: (tidak dilakukan)
: (tidak dilakukan)
D. Pemeriksaan Thoraks
Jantung
Inspeksi : Sianosis sentral
: (-)
Pulsasi ictus cordis : tidak tampak
Palpasi
: Pulsasi ictus cordis : di SIC V linea midclavicularis
Perkusi
sinistra
Auskultasi : S1-S2 reguler, bising (-)
Interpretasi : jantung dalam batas normal
Paru
3
Inspeksi
Ren
Xyphoideus
: Hepar
Lien
Massa abdomen
Nyeri tekan
hingga hypogastrium sinistra
Spasme otot
: Nyeri ketok ginjal
: (-)
: (-)
: dalam batas normal
: dalam batas normal
: (+)
: (-)
: tak tampak
: tak tampak
: (+) normal
: (+)
: SIC V linea midclavicularis
: 2 cm di bawah processus
: tidak teraba
: tidak teraba
: (-)
: (+) di regio epigastrium
: (-)
: (-/-)
F. Pemeriksaan Ekstremitas
Lengan
: teraba panas (+/+)
Tangan
: teraba panas (+/+)
Kaki
: teraba panas (+/+), pulsasi arteri dorsum pedis (+/+)
V.
VI.
DAFTAR
MASALAH
PASIEN
(BERDASARKAN
DATA
VII.
DIAGNOSIS
VIII.
DIAGNOSIS BANDING
IX.
Malaria
Observasi melena ec. suspek Gastritis Erosif
Febris Tifoid
Demam Berdarah Dengue
Kolesistitis
Gastritis Erosif
Ulkus Gaster
RENCANA TINDAKAN
A. Tindakan Terapi (di IGD)
- Infus RL 30 tpm
- Infus Paracetamol 500 mg iv (ekstra)
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g (skintest)
- Inj. Ranitidine 2 x I amp iv
- Inj. Ondansentron 2 x I amp iv
- Inj. Ketorolac I amp (ekstra)
- Tab. Paracetamol 500 mg 3 x I tab pc
- Tab. Curcuma 3 x I tab pc
- Syr. Antacid 3 x II Cth ac
B. Tindakan Terapi (di Bangsal)
- Hidrasi Infus RL 30 tpm
- Antipiretik Infus Sanmol 2 x I iv
- Steroid Inj. Dexamethason 3 x I amp iv
- Antiperdarahan Inj. Asam Tranexamat 3 x I amp iv
- Antibiotik Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g iv
- PPI Caps. Lansoprazol 1-0-1
- Pelindung mukosa lambung Syr.. episan 3 x II Cth
- Antimalarial Tab. Arteroquin 1 x IV tab & Tab. Primaquin 1 x I tab
C. Rencana Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium Darah
- Rontgen Thorax
X.
14.6
12.8
40
4.9
44
30
36
82
mg/dL
x 103 / L
%
x 106 / L
x 103 / L
pg
g/dL
fL
0
0
82
10
8
%
%
%
%
%
Sero Imunologi
Widal
S. Thypi O
S. Thypi H
S. Parathypi A-H
Negative
Negative
Positif 1/160
12.4
12.3
36
4.2
58
30
35
86
mg/dL
x 103 / L
%
x 106 / L
x 103 / L
pg
g/dL
fL
1
0
69
14
15
%
%
%
%
%
50.4
U/L
SGPT
60.5
U/L
10.6
10.9
29
3.5
67
30
37
82
mg/dL
x 103 / L
%
x 106 / L
x 103 / L
pg
g/dL
fL
0
0
75
16
9
%
%
%
%
%
11.8
12.3
30
3.7
66
30
37
82
mg/dL
x 103 / L
%
x 106 / L
x 103 / L
pg
g/dL
fL
0
0
78
13
9
%
%
%
%
%
Malaria QBC
+ / Positif
Kesimpulan :
Malaria Post Vivax dan Falciparum
MALARIA
A. DEFINISI
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasite
Plasmodium melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles spp.,
yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual
di dalam darah.
B. ETIOLOGI
manusia),
Agent
(penyebab
penyakit)
dan
Environment
(lingkungan).
Faktor Host
Penyakit malaria mempunyai keunikan karena ada 2 macam host yakni
manusia sebagai host intermediate (dimana siklus aseksual parasit terjadi)
dan nyamuk anopheles betina sebagai host definitive (tempat siklus
seksual parasit berlangsung).
a. Manusia (Host Intermediate)
Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang
dapat terkena malaria. Setiap orang rentan terhadap penularan kecuali
pada mereka yang mempunyai galur genetika spesifik. Toleransi atau
daya tahan terhadap munculnya gejala klinis ditemukan pada
penduduk dewasa yang tinggal di daerah endemis dimana gigitan
nyamuk anopheles berlangsung bertahun-tahun. Faktor-faktor yang
berpengaruh
pada
manusia
ialah:
(1)
Kekebalan/Imunitas,
plasmodium
yang
masuk
atau
membatasi
Faktor Agent
Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae
dan ordo coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam
parasit malaria, yaitu: Plasmodium vivax, Plasmodium malariae,
Plasmodium ovale, Plasmodium falciparum.
Faktor Environment
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan dimana manusia
dan nyamuk berada, lingkungan tersebut terbagi atas lingkungan fisik,
lingkungan kimia, lingkungan biologik dan lingkungan sosial budaya.
11
nyamuk.
Hujan, hujan yang diselingi oleh panas akan memperbesar
nyamuk berbeda-beda.
Arus air, An. barbirostris menyukai tempat perindukan denga air
yang statsi atau mengalir sedikit, sedangkan An. minimus menyukai
aliran air cukup deras.
12
13
14
satu daerah dengan daerah lainnya. Terdapat lebih dari 15 spesies nyamuk
Anopheles yang dilaporkan merupakan vektor malaria di Indonesia. Penularan
malaria dapat juga terjadi dengan masuknya parasit bentuk aseksual
(tropozoit) melalui transfusi darah, suntikan atau melalui plasenta (malaria
kongenital).
Dikenal adanya berbagai cara penularan malaria, yaitu:
lain.
Penularan yang tidak alamiah
i.
Malaria bawaan (congenital)
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita
malaria. Disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta
sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang
ii.
dikandungnya.
Secara mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum
suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para
pecandu obat bius yang menggunakan jarum suntik yang tidak
iii.
steril.
Secara oral (melalui mulut)
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.
gallinasium) burung dara (P. relection) dan monyet (P. knowlesi).
Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah
manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa
gejala klinis. Malaria, baik yang disebabkan oleh P. falciparum, P.
vivax, P. malariae dan P. ovale, semuanya ditularkan oleh nyamuk
Anopheles. Nyamuk yang menjadi vektor penular malaria adalah
Anopheles sundaicus, Anopheles aconitus, Anopheles barbirostris,
Anopheles subpictus, dan sebagainya.
15
E. GEJALA KLINIS
Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan
demam dengan interval tertentu yang diselingi oleh suatu periode di mana
penderita bebas sama sekali dari demam. Gejala klinis malaria antara lain
sebagai berikut:
i.
Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan
ii.
iii.
iv.
berkeringat.
Nafsu makan menurun.
Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.
Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan
v.
P. falciparum.
Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran
vi.
limpa.
Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan
vii.
penurunan.
Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi
yang menonjol adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan
darah (anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari
daerah malaria.
Serangan malaria biasanya berlangsung selama 6-10 jam dan terdiri dari tiga
tingkatan, yaitu:
Stadium dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin.
Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala
macam pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir
dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita
mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini
berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
16
Stadium Demam
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan.
Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit
kepala dan muntah sering terjadi, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya
penderita merasa sangat haus dan suhu badan dapat meningkat sampai
41C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Demam
disebabkan oleh pecahnya skizon darah yang telah matang dan masuknya
merozoit darah ke dalam aliran darah. Pada P. vivax dan P. ovale, skizonskizon dari setiap generasi menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga
demam timbul setiap tiga hari terhitung dari serangan demam
sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber dari fenomena ini. Pada P.
malaria, fenomena tersebut 72 jam sehingga disebut malaria P. vivax/P.
ovale, hanya interval demamnya tidak jelas. Serangan demam diikuti oleh
periode laten yang lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit
17
endemis malaria
Riwayat tinggal di daerah endemis malaria
Riwayat sakit malaria
Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir
Riwayat mendapat transfusi darah
Pemeriksaan Laboratorium:
Pemeriksaan mikroskopis
18
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita,
meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit,
eritrosit dan trombosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia darah,
pemeriksaan foto toraks, EKG (Electrokardiograff), dan pemeriksaan lainnya.
G. PENGOBATAN
Prinsip pengobatan malaria adalah:
1) Penderita tergolong malaria biasa (tanpa komplikasi) atau penderita
malaria berat/ dengan komplikasi. Penderita dengan komplikasi/ malaria
berat memakai obat parenteral, malaria biasa dengan obat per oral.
2) Penderita malaria harus mendapatkan pengobatan yang efektif, tidak
terjadi kegagalan pengobatan dan mencegah terjadinya transmisi yaitu
dengan pengobatan ACT.
3) Pemberian pengobatan ACT harus berdasarkan hasil pemeriksaan malaria
yang positif dan dilakukan monitoring respon pengobatan.
4) Pengobatan malaria klinis/ tanpa hasil pemeriksaan malaria memakai obat
non-ACT.
Secara global, WHO telah menetapkan dipakainya obat antimalarial
dengan ACT (Artemisinin base Combination Therapy). Golongan artemisinin
(ART) telah dipakai sebagai obat utama karena efektif dalam mengatasi
plasmodium yang resisten terhadap pengobatan. Selain itu artemisinin bekerja
membunuh plasmodium dalam semua stadium, termasuk gametosit, juga
efektif terhadap semua spesies plasmodium.
Golongan Artemisinin (ART)
Berasal dari tanaman Artemisia annua yang disebut dalam bahasa Cina
sebagai Qinghaosu. Obat ini termasuk kelompok seskuiterpen lakton yang
mempunyai beberapa formula, seperti artemisinin, artemeter, arte-eter,
artesunat, asam artelinik, dan dihidroartemisinin. Obat ini bekerja sangat cepat
19
dengan paruk waktu kira-kira 2 jam, larut dalam air, dan bekerja sebagai obat
sizontocidal darah.
Pengobatan ACT (Artemisinin base Combination Therapy)
Penggunaan golongan artemisinin secara monoterapi akan mengakibatkan
terjadinya rekurensi. WHO memberikan petunjuk penggunaan artemisinin
dengan mengkombinasikan dengan obat antimalarial yang lain. Kombinasi
obat ini dapat berupa kombinasi dosis tetap atau kombinasi tidak tetap.
Kombinasi dosis tetap lebih memudahkan pemberian pengobatan. Contohnya
adalah Co-Artem yaitu kombinasi artemeter (20 mg) + lumefantrine (120
mg). Dosis Co-Artem 2 x 4 tablet sehari selama 3 hari. Kombinasi dosis tetap
yang lain yaitu Artekin (dihidroartemisinin 40 mg + piperakuin 320 mg)
dengan dosis awal 2 tablet, 8 jam kemudian 2 tablet, 24 dan 32 jam kemudian
masing-masing 2 tablet.
Kombinasi ACT yang tidak tetap misalnya:
-
Artesunat + Meflokuin
Artesunat + Amodiakuin
Artesunat + Klorokuin
Artesunat + Sulfadoksin-Pirimetamin
Artesunat + Pironaridin
Artesunat + Chlorproguanil-Dapson
Dihidroartemisinin + Piperakuin + Trimethoprim
Artecom + Primakuin
Dihidroartemisinin + Naptokuin
20
vivax.
Sulfadoksin-Pirimetamin (500 mg sulfadoksin + 25 mg pirimetamin),
dosis orang dewasa 3 tablet dosis tunggal (1 kali). Obat ini hanya dipakai
untuk P. falciparum.
Kina Sulfat (1 tablet = 220 mg), dengan dosis 3 x 10 mg/kg BB selama 7
Klorokuin + Sulfadoksin-Pirimetamin
Sulfadoksin-Pirimetamin + Kina
Klorokuin + Doksisiklin/Tetrasiklin
Sulfadoksin-Pirimetamin + Doksisiklin/Tetrasiklin
Kina + Doksisiklin/Tetrasiklin
Kina + Klindamisin
21