PENDAHULUAN
pada tahun 2007 berasal dari biodiesel minyak kelapa sawit (CPO) dan minyak
jarak (Hasan, 2012).
2.3 Proses pengolahan biodiesel
Proses pembuatan biodiesel
secara
konvensional
pada
umumnya
jam. Katalis yang telah dialsinasi lalu dianalisa dengan X-ray Diffraction
dan XRD.
b. Proses trasterifikasi
Proses Transesterifikasi dilakukan dalam sebuah reaktor fluidized bed
yang dilapisi dengan elemen pemanas. Katalis yang telah aktif dimasukkan
ke dalam reaktor yang sebelumnya dibagian bawah dan atas reaktor
dipasang glass woll agar katalis tidak kembali ke umpan reaktan atau
terikut bersama produk. Setelah itu mengaduk umpan yang berisi minyak
kelapa sawit RBD dan metanol dengan molar rasio 1:36 hingga homogen.
Kemudian mensetting suhu reaktor pada 175 C dan laju alir 10 ml/menit.
Jika suhu reaktor sudah sesuai dan umpan telah homogen, maka umpan
siap dialirkan melalui bagian bawah reaktor. Setelah didapat variabel
massa katalis terbaik untuk variabel katalis 4, 7, 10, 13, 16 gram kemudian
proses transesterifikasi divariabelkan ke laju alir reaktan dan suhu reaktor.
Variabel Laju alir reaktan adalah 4, 7, 10, 13, 16 ml/menit dan suhu reaktor
125 C, 150 C, 175 C, 200 C, 225 C.
2. Produksi biodiesel dari CPO dengan proses esterifikasi dengan katalis H2SO4
dan transesterifikasi dengan katalis CaO.
a. Pemurnian CPO
Pada penelitian ini minyak kelapa sawit mentah terlebih dahulu
disaring untuk memisahkan kotorannya sebelum dilakukan proses
esterifikasi.
b. Penentuan ALB dari CPO
Penentuan ALB dari CPO yaitu dengan cara menimbang 20 g CPO
dan dipanaskan pada suhu 60oC di dalam Erlenmeyer 250 mL. Sampel
CPO yang telah dipanaskan kemudian ditambahkan 50 mL isopropil
alkohol yang telah dipanaskan pada suhu 50-60 oC ke dalam erlenmeyer
tersebut. Campuran dikocok dan ditambahkan 2-3 tetes indikator
fenolftalein hingga homogen. Setelah itu titrasi dengan larutan KOH 0,1 N
(yang telah distandarisasi) sampai berwarna merah muda. Volume titran
yang terpakai dicatat (V mL).
c. Penentuan kandungan air pada CPO
selama 6 jam dan biodiesel dipisahkan dari gliserol, katalis lalu dicuci dengan
aquades dengan perbandingan 1:1, temperature aquades 50-60 oC untuk
memisahkan sabun dari crude biodiesel. Pencucian dilakukan di corong pisah
selama 2 kali dan biodiesel dikeringkan pada oven laboratorium dengan
temperature 90o C selama 6 jam untuk menghilangkan kadar air. Dari hasil
uji biodiesel akan didapatkan perolehan yield biodiesel, FFA hasil
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu:
1. Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang dihasilkan oleh reaksi kimia
antara minyak nabati atau lemak hewani dengan alkohol rantai pendek
(reaksi transesterifikasi).
2. Bahan baku untuk memproduksi biodiesel biasanya berasal dari minyak
nabati. Minyak nabati yang sering digunakan seperti minyak kelapa sawit,
minyak jarak, minyak kedelai serta minyak nyamplung.
3. Proses pembuatan biodiesel secara konvensional pada umumnya
menggunakan proses transesterifikasi minyak tumbuhan dengan alkohol
rantai pendek, menggunakan katalis homogen asam atau basa, misalnya
H2SO4, NaOH, dan KOH.
4. Biodiesel memiliki beberapa keuntungan antara lain termasuk bahan bakar
yang dapat diperbaharui, tidak memerlukan modifikasi mesin diesel yang
telah ada, tidak memperparah efek rumah kaca karena siklus karbon yang
terlibat pendek, kandungan energi yang hampir sama dengan kandungan
energi petroleum diesel, penggunaan biodiesel dapat memperpanjang usia
mesin diesel karena memberikan lubrikasi lebih daripada bahan bakar
petroleum, memiliki flash point yang tinggi, yaitu sekitar 200 OC,
sedangkan bahan bakar petroleum diesel flash pointnya hanya 70 OC,
bilangan setana (cetane number) yang lebih tinggi daripada petroleum
diesel, biodiesel dapat mereduksi penggunaan bahan bakar fosil.
DAFTAR PUSTAKA
Arita .R.S, K. Attaso, Septian R. 2013. Pembuatan biodiesel dari minyak kelapa
sawit dengan katalis CaO disinari dengan gelombang mikro. Palembang:
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Devi, Nurhayati, Linggawati. 2015. Produksi biodiesel dari CPO dengan proses
esterifikasi dengan katalis H2SO4 dan transesterifikasi dengan katalis CaO.
Pekanbaru: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Riau.
Furuta, S., Hiromi, M., Kazushi, R. (2006), Green Disel Fuel Production with
Solid Amorphous-Zirconia Catalyst in Fixed Bed Reactor, J Biomass And
Bioenergy, Vol. 30, hal. 870-873.
Hambali, E. dkk. 2007. Teknologi Bioenergi. Agro Media Pustaka. Jakarta
Hasan, M.H., Mahlia, T.M.I., Nur, H. (2012). A Review on Energy Scenario and
Sustainable Energy in Indonesia, Renewable and Sustainable Energy
Reviews, 16, hal. 2316 2328.
Julianti NK, Wardani TK, Gunardi I, Roesyadi A. 2014. Pembuatan Biodiesel dari
Minyak Kelapa Sawit RBD dengan Menggunakan Katalis Berpromotor
Ganda Berpenyangga -Alumina (CaO/MgO/ -Al2O3) dalam Reaktor
Fluidized Bed. Surabaya: Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi
Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Lam, M. K., Lee, K. T., Mohamed, A.R. (2010). Homogeneous, Heterogeneous
and Enzymatic Catalysis for Transesterification of High Free Fatty Acid Oil
(Waste Cooking Oil) to Biodiesel: A Review, Biotechnology Advances, 28,
hal. 500518.
Maceiras,R., Rodriguez, M., Cancela, A., Urrejola, S., Sanchez, A. (2011).
Macroalgae: Raw Material for Biodiesel Production, Applied Energy, 88,
hal. 33183323.