BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bilangan Reynolds yang terlalu tinggi, laju alir fluida juga akan tinggi, yang akan
menyebabkan perpindahan panas tidak efektif.
Penukar panas (Heat Exchanger) adalah alat yang digunakan untuk
mempertukarkan panas secara kontinu dari suatu medium ke medium lainnya
dengan membawa energi panas. Secara umum ada 2 tipe penukar panas, yaitu:
1) Direct heat exchanger
Kedua medium penukar panas saling kontak satu sama lain. Yang tergolong
Direct heat exchanger adalah cooling tower dimana operasi perpindahan
panasnya terjadi akibat adanaya pengontakan langsung antara air dan udara.
2) Indirect heat exchanger
Dimana kedua media penukar panas dipisahkan oleh sekat/dinding dan
panas yang berpindah juga melewatinya.
Menurut Bell (1959) ada beberapa tipe aliran fluida dalam pelat heat
exchanger, yaitu :
1) Seri
Pola ini digunakan untuk fluida yang laju alirnya rendah dan beda
temperaturnya tinggi.
2) Paralel
Pola ini digunakan untuk fluida yang laju alirnya lebih besar dan beda
temperaturnya rendah.
3) Seri parallel
Pola ini digunakan untuk fluida yang laju alir dan beda temperaurnya tidak
terlalu tinggi (menengah).
Penukar panas jenis pelat terdiri atas pelat-pelat tegak lurus yang dipisahkan
sekat-sekat berukuran antara 2 sampai 5 mm. Pelat-pelat ini berbentuk empat
persegi panjang dengan tiap sudutnya terdapat lubang. Melalui dua di antara
lubang-lubang ini fluida yang satu dialirkan masuk dan keluar pada satu sisi,
sedangkan fluida yang lain karena adanya sekat mengalir melalui ruang antara di
sebelahnya. Struktur umum penukar panas jenis pelat yang dipublikasikan
Marriot, 1971 dapat dilihat pada gambar 1 berikut:
2)
pertukaran panas pada penukar panas jenis ini secara sederhana mirip dengan
proses pertukaran panas pada penukar panas pipa ganda (double pipe heat
exchanger). Perbedaannya terletak pada bentuk alur laluan fluida. Pada pipa
ganda alur laluan fluida pendinginnya sejajar dengan alur laluan fluida panasnya.
Baik fluida dingin maupun panas memiliki alur aliran yang lurus (smooth).
Sedangkan pada penukar panas pelat beraliran jamak alur laluan fluida dingin
membentuk huruf U dan sejajar dengan alur laluan fluida panas.
Gambar 2.5. Alat penukar panas jenis pelat saluran jamak untuk sisi udara
Gambar 2.6. Alat penukar panas jenis pelat saluran jamak untuk sisi flue gas
2) Alat Penukar Panas Berlawanan Arah (Counter Current Plate Heat
Exchanger)
Pada alat penukar panas berlawanan arah, kedua fluida, flue gas dan udara
pendingin mengalir masuk ke penukar panas dalam arah berlawanan dan keluar
sistem dalam arah yang berlawanan juga. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.7
dan gambar 2.8. pada gambar skema alat dapat dilihat udara pendingin yang
mengalir masuk ke penukar panas secara counter current dengan udara panas
yang keluar dari arah berlawanan pada alat penukar panas. Catatan bahwa,
perpindahan udara atau fluida panas dan dingin berada didalam alat. Dengan
skema peralatan tersebut diharapkan hasil yang diperoleh dapat memenuhi rentang
bilangan Reynolds antara 10-400 seperti yang ditekankan Marriot (1971).
Gambar 2.7. Alat penukar panas jenis pelat berlawanan arah untuk sisi
udara
hc
1
dAc
dAh
hh
1
dAh
dAc
xw
1
1
U h = hh +
dAw
dAh
xw
1
1
U c = hc +
dAw
dAc
...... (2.1)
...... (2.2)
Dimana :
1
Uh
1
Uc
hh
hc
xw
= tebal pelat
= konduktivitas pelat
... (2.3)
dQ
dA
Th Tw,h
... (2.4)
hh =
hc =
dQ
dA
Tw,c Tc
... (2.5)
Dimana :
dQ/dA= fluks panas per unit perpindahan panas di mana perbedaan temperature
(Th -Tc)
U
Tw
sebagai perbandingan antara gaya inersia terhadap gaya viscous dalam system
aliran fluida. Secara matematis dapat dirumuskan:
.D.v
NRE =
...... (2.6)
Dimana :
= densitas fluida (kg/m3)
v = laju alir fluida (m/s2)
= viskositas fluida (ms2/kg)
D = diameter (m)
2.5. Neraca Massa dan Energi pada Sistem Alat Perpindahan Panas
Karakteristik alat perpindahan panas ditentukan oleh beberapa faktor, antara
lain:
1)
2)
3)
4)
bahwa dalam penukar kalor tidak terjadi kerja poros, sedang energi mekanik,
energi potensial, dan nergi kinetik semuanya kecil dibandingkan dengan suku lain
dalam persamaan neraca energi. Maka, untuk satu arus dalam penukar kalor:
Q= m ( Hb - Ha )
...... (2.7)
Dimana,
m
Q
= t = laju perpindahan kalor ke dalam arus
Ha & Hb = entalpi per satuan massa arus pada waktu masuk dan pada waktu
keluar.
Perpindahan kalor dari atau ke udara sekitar dibuat sekecil mungkin dengan
isolasi yang baik sehingga kehilangan kalor tersebut diabaikan terhadap
perpindahan kalor yang melalui dinding tabung yang memisahkan udara panas
dan udara dingin.
2.6. Hukum Fourier
Hubungan dasar yang mengenai aliran kalor melalui konduksi ialah berupa
kesebandingan yang ada antara laju aliran kalor melintas permukaan isotermal dan
gradien suhu yang terdapat pada permukaan itu. Hubungan umum ini disebut
hukum fourier. Hukum Fourier menyatakan bahwa k tak bergantung pada
gradient suhu tetapi tidak selalu demikian halnya dengan suhu itu sendiri. Termal
konduktivitas adalah proses untuk memindahkan energi dari bagian yang panas
kebagian yang dingin dari substansi oleh interaksi molekuler. Konduktivitas
termal k ialah suatu konstanta (tetapan) yang ditentukan dari eksperimen dengan
medium itu. Satuan k adalah Btu/hr ft oF atau W/m K. Hukum Fourier dapat
dituliskan sebagai :
dq
T
dA = -k n
...... (2.8)
Dimana :
A
= suhu
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Power Supply
Stavolt
Heat conduction apparatus
Linier module dan radial module
Pompa
Ember
3.1.2. Bahan
1) Air pendingin
2) Material sample [Kuningan besar (A), kuningan kecil (B) dan stainless stell
(C)]
3.2. Prosedur Percobaan
1) Rangkailah alat.
2) Hidupkan power supply.
3) Atur watt meter sesuai yang dikehendaki (untuk sistem linier dan radial).
4) Catat temperatur masuk air pendingin seketika setelah power supply
dihidupkan.
5) Catatlah harga-harga temperatur yang terbaca untuk T1, T2, sampai dengan T9
untuk sistem linier dan T1, T2, T3, T7, T8 dan T9 untuk sistem radial, apabila
harga watt meter stabil seperti yang dikehendaki.
Catatan :
Pembacaan temperatut T1 samapi T9 dilakukan dengan memutar temperatur
selector switch. Lakukan langkah 1 sampai 5 terhadap masing-masing jenis logam
A, B dan C untuk setiap variasi sistem.