Anda di halaman 1dari 33

Arsip untuk Sedimentasi Kategori

Tentang proses sedimentasi, keuntungan dan kerugiannya.

Pantai (tipe, klasifikasi sederhana, proses)


Ditulis oleh wahyuancol di/pada Desember16, 2008
Secara sederhana, pantai dapat diklasifikasikan berdasarkan material penyusunnya, yaitu
menjadi:
1. Pantai Batu (rocky shore), yaitu pantai yang tersusun oleh batuan induk yang keras
seperti batuan beku atau sedimen yang keras.
2. Beach, yaitu pantai yang tersusun oleh material lepas. Pantai tipe ini dapat dibedakan
menjadi:
1. Sandy beach (pantai pasir), yaitu bila pantai tersusun oleh endapan pasir.
2. Gravely beach (pantai gravel, pantai berbatu), yaitu bila pantai tersusun
oleh gravel atau batuan lepas. Seperti pantai kerakal.
3. Pantai bervegetasi, yaitu pantai yang ditumbuhi oleh vegetasi pantai. Di daerah
tropis, vegetasi pantai yang dijumpai tumbuh di sepanjang garis pantai adalah
mangrove, sehingga dapat disebut Pantai Mangrove.
Bila tipe-tipe pantai di atas kita lihat dari sudut pandang proses yang bekerja membentuknya,
maka pantai dapat dibedakan menjadi:
1. Pantai hasil proses erosi, yaitu pantai yang terbentuk terutama melalui proses erosi
yang bekerja di pantai. Termasuk dalam kategori ini adalah pantai batu (rocky shore).
2. Pantai hasil proses sedimentasi, yaitu pantai yang terbentuk terutama kerena prose
sedimentasi yang bekerja di pantai. Termasuk kategori ini adalah beach. Baik sandy
beach maupun gravely beach.
3. Pantai hasil aktifitas organisme, yaitu pantai yang terbentuk karena aktifitas
organisme tumbuhan yang tumbuh di pantai. Termasuk kategori ini adalah pantai
mangrove.
Kemudian, bila dilihat dari sudut morfologinya, pantai dapat dibedakan menjadi:
1. Pantai bertebing (cliffed coast), yaitu pantai yang memiliki tebing vertikal.
Keberadaan tebing ini menunjukkan bahwa pantai dalam kondisi erosional. Tebing
yang terbentuk dapat berupa tebing pada batuan induk, maupun endapan pasir.
2. Pantai berlereng (non-cliffed coast), yaitu pantai dengan lereng pantai. Pantai
berlereng ini biasanya merupakan pantai pasir.
Ditulis dalam Erosi, P, Pantai, Sedimen, Sedimentasi | Bertanda: Aktifitas organisme, Beach,
Erosi, Klasifikasi pantai, Pantai, pantai berlereng, pantai bertebing, Pantai gravel, Pantai
mangrove, Pantai pasir, Sedimentasi, Tipe pantai | 10 Komentar - komentar

Sedimentasi Sedimen (definisi)


Ditulis oleh wahyuancol di/pada Desember1, 2008
Sedimentasi (geology) adalah proses pengendapan material padat dari kondisi tersuspensi
atau terlarut dalam suatu fluida (biasanya air atau udara).
Definisi yang luas menurut Encyclopeia Britannica ini, selain meliputi endapan yang
diendapkan oleh fluida yang mengalir (aliran air atau aliran udara), juga mencakup endapan
gletser es, dan endapan talus atau akumulasi debris atau fragmen batuan di kaki tebing yang
digerakkan oleh gravitasi.
Secara sederhana, menurut Merriam-Webster Online, sedimentasi adalah proses pembentukan
atau pengendapan sedimen.
Sementara itu, sedimen didefinisikan secara luas sebagai material yang diendapkan di dasar
suatu cairan (air dan udara), atau secara sempit sebagai material yang diendapkan oleh air,
angin, atau gletser / es.
Ditulis dalam S, Sedimen, Sedimentasi | Bertanda: Air, Angin, Es, fluida, gletser, Gravitasi,
Sedimen, Sedimentasi | 7 Komentar - komentar

MBG: Sedimentasi
Ditulis oleh wahyuancol di/pada Juni6, 2008
Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan
tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut. Sedimentasi
yang terjadi di lingkungan pantai menjadi persoalan bila terjadi di lokasi-lokasi yang
terdapat aktifitas manusia yang membutuhkan kondisi perairan yang dalam seperti pelabuhan,
dan alur-alur pelayaran, atau yang membutuhkan kondisi perairan yang jernih seperti tempat
wisata, ekosistem terumbu karang atau padang lamun. Untuk daerah-daerah yang tidak
terdapat kepentingan seperti itu, sedimentasi memberikan keuntungan, karena sedimentasi
menghasilkan pertambahan lahan pesisir ke arah laut.
4.6.1. Pencetus
Sedimentasi di suatu lingkungan pantai terjadi karena terdapat suplai muatan sedimen yang
tinggi di lingkungan pantai tersebut. Suplai muatan sedimen yang sangat tinggi yang
menyebabkan sedimentasi itu hanya dapat berasal dari daratan yang dibawa ke laut melalui
aliran sungai. Pembukaan lahan di daerah aliran sungai yang meningkatkan erosi permukaan
merupakan faktor utama yang meningkatkan suplai muatan sedimen ke laut. Selain itu,
sedimentasi dalam skala yang lebih kecil dapat terjadi karena transportasi sedimen sepanjang
pantai.
4.6.2. Karakter kedatangan atau kejadian
Sedimentasi di perairan pesisir terjadi perlahan dan berlangsung menerus selama suplai
muatan sedimen yang tinggi terus berlangsung. Perubahan laju sedimentasi dapat terjadi bila

terjadi perubahan kondisi lingkungan fisik di daerah aliran sungai terkait. Pembukaan lahan
yang meningkatkan erosi permukaan dapat meningkatkan laju sedimentasi. Sebaliknya,
pembangunan dam atau pengalihan aliran sungai dapat merubah kondisi sedimentasi menjadi
kondisi erosional.
Bila sedimentasi semata-mata karena tranportasi muatan sedimen sepanjang pantai, laju
sedimentasi yang terjadi relatif lebih lambat bila dibandingkan dengan sedimentasi yang
mendapat suplai muatan sedimen dari daratan.
4.6.3. Prediktabilitas
Berkaitan dengan aktifitas manusia, persoalan yang muncul karena sedimentasi dapat
diperhitungkan sejak awal ketika aktifitas tersebut dimulai melalui studi geomorfologi pesisir
dan transportasi sedimen. Demikian pula dengan kemungkinan perubahannya, dapat
diprediksi dengan studi tersebut.
4.6.4. Durasi
Proses sedimentasi berlangsung perlahan dan terus menerus selama suplai muatan sedimen
yang banyak dari daratan masih terus terjadi. Proses sedimentasi berhenti atau berubah
menjadi erosi bila suplai muatan sedimen berkurang karena pembangunan dam atau
pengalihan alur sungai.
4.6.5. Areal terganggu
Areal yang terganggu oleh proses sedimentasi terbatas pada lokasi-lokasi yang terdapat
aktifitas manusia yang membutuhkan perairan yang cukup dalam, seperti pelabuhan dan aluralur pelayaran.
4.6.6. Aktifitas mitigasi
Untuk melindungi pelabuhan dan alur pelabuhan, upaya mitigasi dapat dilakukan dengan
membangun jetty. Sementara itu, tindakan upaya menghentikan atau mengurangi sedimentasi
di suatu kawasan teluk misalnya, dapat dilakukan dengan pengalihan alur sungai yang
diketahui suplai muatan sedimen dari sungai itu mengerah ke teluk tersebut. Dalam skala
yang lebih luas, mitigasi bencana karena sedimentasi dapat dilakukan dengan pengelolaan
DAS (Daerah Aliran Sungai) yang merupakan sumber utama muatan sedimen yang masuk ke
perairan.
Kembali
Ditulis dalam Erosi, PROSES (BENCANA) ALAM, Sedimentasi | Bertanda: Aliran sungai,
Dam, DAS, Erosi, Erosi permukaan, Geomorfologi Pesisir, Muatan sedimen, Sedimentasi,
Tataguna Lahan, Transportasi sepanjang pantai | 10 Komentar - komentar

MENGHADAPI ANCAMAN BAHAYA GEOLOGI di


WILAYAH PESISIR (MBG)
Ditulis oleh wahyuancol di/pada Juni3, 2008

Bencana alam akhir-akhir ini telah menarik perhatian kita semua. Khusus bagi kawasan
pesisir, banjir karena pasang surut atau naiknya air laut ke darat karena gelombang tinggi
menjadi perhatian, terutama di daerah kota besar seperti Jakarta. Tetapi, bahaya geologi di
daerah pesisir tidak hanya itu. Pada kesempatan ini saya mencoba memberikan gambaran apa
saja bahaya geologi di daerah pesisir dan bagaimana kita kita menanggapi ancamannya.
Materi kali ini adalah makalah yang pernah saya presentasikan dalam seminar di Yogyakarta
pada 15 Februari 2008 yang diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Geologi UGM.
Bila ada yang ingin mengutipnya sebagai referensi tulisan ilmiah, penulisan sitasinya adalah
sebagai berikut:
Setyawan, W.B., 2008. Menghadapi ancaman bahaya geologi di Wilayah Pesisir. Dalam: S.
Husein, S.S. Surjono, S.B. Samodra dan D.N.E. Putra (editor), Tantangan dan Strategi
Pendidikan Geologi dalam Pembangunan Nasional, Prosiding Seminar Nasional Ilmu
Kebumian 2008, Jurusan Teknik Geologi FT UGM, Yogyakarta: H2-1 sampai H2-24.

Marine Science Padjadjaran University

Beranda
cErAh (cerita kehidupan)

dear all,,

ANALISIS PROSES SEDIMENTASI


YANG TERJADI AKIBAT ADANYA
BREAKWATER DI PANTAI
BALONGAN INDRAMAYU
April 19, 2010
oleh Darmadi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki wilayah pesisir yang kaya dan beragam
akan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan. Negara kepulauan yang memiliki garis
pantai sepanjang 81.000 km termasuk negara kedua yang memiliki garis pantai terpanjang
setelah Kanada. Luas wilayah laut negeri kita, termasuk didalamnya zona ekonoli ekslusif,
mencakup 5,8 juta kilometer persegi, atau sekitar tiga perempat dari luas keseluruhan wilaya
Indonesia (Dahuri 2002). Dengan kenyataan seperti itu sumber daya pesisir dan lautan
Indonesia merupakan salah satu modal dasar pembangunan Indonesia yang sangat potensial
disamping sumber daya alam darat. Sumber daya wilayah pesisir diprediksi akan semakin
meningkat peranannya dimasa-masa mendatang dalam mendukung pembangunan ekonomi
nasional.
Wilayah pesisir adalah wilayah interaksi antara laut dan daratan yang merupakan 15 %
daratan bumi. Wilayah ini sangat potensial sebagai modal dasar pembangunan Indonesia
sebagai tempat perdagangan dan transportasi, perikanan, budidaya perairan, pertambangan
serta pariwisata. Wilayah pesisir Indonesia sangat potensial pula untuk dikembangkan bagi
tercapainya kesejahteraan umum apabila pengelolaannya dilakukan secara terpadu dan
berkelanjutan, dengan memperhatikan faktor-faktor yang berdampak terhadap lingkungan
pesisir. Dalam wilayah pesisir ada banyak faktor yang berdampak diantaranya: pertumbuhan
penduduk dunia yang besar, kegiatan-kegiatan manusia, pencemaran, sedimentasi,
ketersediaan air bersihdan pemanfaatan sumber daya laut yang berlebihan. Makalah ini
menguraikan faktor-faktor tersebut.

Konsekuensi dari potensi yang besar tersebut kawasan pesisir akan mengalami perkembangan
dengan pertumbuhan yang sangat pesat. Bengen (2002) mengemukakan wilayah pesisir
menyediakan sumber daya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang
mineral dan energi, media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata, Ini berarti
kawasan pesisir merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan
hidupnya di masa dating. Demikian pula menurut Rais (2002), mengatakan bahwa sekitar 50
70 % manusia hidup dan bekerja diwilayah ini walaupun luasnya hanya 8% dari muka
bumi. Wilayah pesisir sangat potensial sebagai penghasil 26 % dari produksi perikanan
global. Oleh Karena itu wilayah pesisir sangat berperanan penting bagi kehidupan manusia
Dengan meningkatnya pemanfaatan wilayah pesisir yang, hal ini menyebabkan daya dukung
wilayah pesisir akan berkurang jika penggunaaannya tidak dilakukan secara terpadu dan
terkendali. Untuk menjaga agar daya dukung wilayah pesisir tidak mengalami penurunan
yang besar maka perlu diperhatikan pula factor-faktor yang brdampak terhadap lingkungan
pesisir.
Beberapa hal yang dapat mempengaruh lingkungan pesisir dapat dikemukakan seperti:
pertambahan jumlah penduduk dunia, kegiatan-kegiatan manusia, pencemaran, sedimentasi,
ketersediaan air bersih, overeksploitasi sumberdaya alam.
1.2.Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai bahan referensi tentang study kasus
sedimentologi yang terjadi di perairan pantai indonesia khususnya pada breakwater serta
sebagai bahan informasi tentang study ilmu sedimentology.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keadaan Topografi Kabupaten Indramayu
Apabila dilihat dari letak geografisnya Kabupaten Indramayu terletak pada 107 52 108
36 Bujur Timur dan 6 15 6 40 Lintang Selatan. Dengan panjang garis pantai seluas
144 km sedangkan berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan dataran atau daerah
landai dengan kemiringan tanahnya rata-rata 0 2 %. Keadaan ini berpengaruh terhadap
drainase, bila curah hujan cukup tinggi, maka di daerah-daerah tertentu akan terjadi genangan
air. Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pulau Jawa dan memiliki 10 kecamatan
dengan 35 desa yang berbatasan langsung dengan laut dengan panjang garis pantai 114,1 Km.

Peta kabupaten indramayu


Letak Kabupaten Indramayu yang membentang sepanjang pesisir pantai utara P.Jawa
membuat suhu udara di kabupaten ini cukup tinggi yaitu Celcius- 28 Celcius. Sementara
rata-rata curahberkisar antara 18 hujan sepanjang tahun 2006 adalah sebesar 61,06 mm.
Adapun curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Kertasemaya kurang lebih sebesar 70 mm
dengan jumlah hari hujan tercatat 2491hari, sedang curah hujan terendah terjadi di
Kecamatan Pasekan kurang lebih sebesar 55 mm dengan jumlah hari hujan tercatat 683 hari.

Proses abrasi yang terjadi di pantai balongan indramayu


(doc. foto: Darmadi 18 april 2010)

Breakwater berbentuk melengkung (foto: Darmadi 18 april 2010)

Breakwater berbentuk T (foto: Darmadi 18 april 2010)


Pantai balongan indramayu merupakan salah satu kecamatan yang terletak di wilayah timur
indramayu yang berbatasan langsung dengan pantai, kecamatan balongan ini merupakan
tempat dimana perusahaan migas terbesar di indonesia itu ada. Tepat di kecamatan ini ada di
bangunnya Unit Pengolahan Minyak VI oleh PT. PERTAMINA. Pantai balongan indramayu
telah mengalami proses abrasi yang cukup signifikan, menurut nelayan setempat di pantai
balongan ini biasa terjadi pasang pada pukul 16.00 00.00 sedangkan surut biasanya terjadi
pada pukul 00.00 16.00, di pantai balongan indramayu ini telah di bangun beberapa
Breakwater (pemecah gelombang) ada dua jenis model Breakwater pada pantai balongan ini.
Terdiri dari 2 Breakwater yang berbentuk lengkungan dan ada 8 buah Breakwater yang
berbentuk huruf T

Breakwater berbentuk T terdiri dari 8 buah

Breakwater berbentuk melengkung terdapat 2 buah


2.1 Pengertian Sedimentologi
Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan (Wadell, 1932).
Sedangkan sedimen atau endapan pada umumnya diartikan sebagai hasil dari proses
pelapukan terhadap suatu tubuh batuan, yang kemudian mengalami erosi, tertansportasi oleh
air, angin, dll, dan pada akhirnya terendapkan atau tersedimentasikan.
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air,
angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Sedangkan batuan sedimen adalah suatu batuan
yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi, baik secara mekanik maupun secara kimia dan
organik.
a. Secara mekanik
Terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dan fragmen-fragmen batuan. Faktor-faktor yang
penting antara lain :
Sumber material batuan sedimen :
Sifat dan komposisi batuan sedimen sangat dipengaruhi oleh material-material asalnya.
Komposisi mineral-mineral batuan sedimen dapat menentukan waktu dan jarak transportasi,
tergantung dari prosentasi mineral-mineral stabil dan nonstabil.
Lingkungan pengendapan :
Secara umum lingkungan pengendapan dibedakan dalam tiga bagian yaitu: Lingkungan
Pengendapan Darat, Transisi dan Laut. Ketiga lingkungan pengendapan ini, dimana batuan
yang dibedakannya masing-masing mempunyai sifat dan ciri-ciri tertentu.
Pengangkutan (transportasi) :

Media transportasi dapat berupa air, angin maupun es, namun yang memiliki peranan yang
paling besar dalam sedimentasi adalah media air. Selama transportasi berlangsung, terjadi
perubahan terutama sifat fisik material-material sedimen seperti ukuran bentuk dan
roundness. Dengan adanya pemilahan dan pengikisan terhadap butir-butir sedimen akan
memberi berbagai macam bentuk dan sifat terhadap batuam sedimen.
Pengendapan :
Pengendapan terjadi bilamana arus/gaya mulai menurun hingga berada di bawah titik daya
angkutnya. Ini biasa terjadi pada cekungan-cekungan, laut, muara sungai, dll.
Kompaksi :
Kompaksi terjadi karena adanya gaya berat/grafitasi dari material-material sedimen sendiri,
sehingga volume menjadi berkurang dan cairan yang mengisi pori-pori akan bermigrasi ke
atas.
Lithifikasi dan Sementasi :
Bila kompaksi meningkat terus menerus akan terjadi pengerasan terhadap material-material
sedimen. Sehingga meningkat ke proses pembatuan (lithifikasi), yang disertai dengan
sementasi dimana material-material semen terikat oleh unsur-unsur/mineral yang mengisi
pori-pori antara butir sedimen.
Replacement dan Rekristalisasi :
Proses replacement adalah proses penggantian mineral oleh pelarutan-pelarutan kimia hingga
terjadi mineral baru. Rekristalisasi adalah perubahan atau pengkristalan kembali mineralmineral dalam batuan sedimen, akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang relatif rendah.
Diagenesis :
Diagenesis adalah perubahan yang terjadi setelah pengendapan berlangsung, baik tekstur
maupun komposisi mineral sedimen yang disebabkan oleh kimia dan fisika.
b. Secara Kimia dan Organik
Terbentuk oleh proses-proses kimia dan kegiatan organisme atau akumulasi dari sisa skeleton
organisme. Sedimen kimia dan organik dapat terjadi pada kondisi darat, transisi, dan lautan,
seperti halnya dengan sedimen mekanik.
Masing-masing lingkungan sedimen dicirikan oleh paket tertentu fisik, kimia, dan biologis
parameter yang beroperasi untuk menghasilkan tubuh tertentu sedimemen dicirikan oleh
tekstur, struktur, dan komposisi properti. Kita mengacu kepada badan-badan khusus seperti
endapan dari batuan sedimen sebagai bentuk. Istilah bentuk mengacu pada unit stratigrafik
dibedakan oleh lithologic, struktural, dan karakteristik organik terdeteksi di lapangan. Sebuah
bentuk sedimen dengan demikian unit batu itu, karena deposisi dalam lingkungan tertentu,
memiliki pengaturan karakteristik properti. Lithofacies dibedakan oleh ciri-ciri fisik seperti
warna, lithology, tekstur, dan struktur sedimen. Biogfacies didefinisikan pada karakteristik
palentologic dasar. Inti penekanan adalah bahwa lingkungan depositional menghasilkan

bentuk sedimen. Karakteristik properti dari bentuk sedimen yang pada gilirannya merupakan
refleksi dari kondisi lingkungan deposional.
Stratigrafi adalah studi batuan untuk menentukan urutan dan waktu kejadian dalam sejarah
bumi. Dua subjek yang dapat dibahas untuk membentuk rangkaian kesatuan skala
pengamatan dan interpretasi. Studi proses dan produk sedimen memperkenankan kita
menginterpretasi dinamika lingkungan pengendapan. Rekaman-rekaman proses ini di dalam
batuan sedimen memperkenankan kita menginterpretasikan batuan ke dalam lingkungan
tertentu. Untuk menentukan perubahan lateral dan temporer di dalam lingkungan masa
lampau ini, diperlukan kerangka kerja kronologi.
Ilmu bumi secara tradisional telah dibagi kedalam sub-disiplin ilmu yang terfokus pada
aspek-aspek geologi seperti paleontologi, geofisika, mineralogi, petrologi, geokimia, dan
sebagainya. Di dalam tiap sub-disiplin ilmu ini, ilmu pengetahuan telah dikembangkan
sebagai teknik analitik baru yang telah diaplikasikan dan dikembangkannya teori-teori
inovatif. Diwaktu yang sama karena kemajuan-kemajuan di lapangan, maka
diperkenalkannya integrasi kombinasi ide-ide dan keahlian dari berbagai disiplin ilmu yang
berbeda-beda. Geologi adalah ilmu multidisiplin yang sangat baik dipahami jika aspek-aspek
berbeda terlihat berhubungan antara satu dengan lainnya. Sedimentologi perhatiannya tertuju
pada pembentukan batuan sedimen. Kemudian batuan sedimen dibahas hubungan waktu dan
ruangnya dalam rangkaian stratigrafi di dalam cekungan-cekungan sedimen. Tektonik
lempeng, petrologi dan paleontologi adalah topik tambahan.
Metode-metode yang digunakan oleh sedimentologists untuk mengumpulkan data dan bukti
pada sifat dan kondisi depositional batuan sedimen meliputi;

Mengukur dan menggambarkan singkapan dan distribusi unit batu;


o Menggambarkan formasi batuan, proses formal mendokumentasikan
ketebalan, lithology, singkapan, distribusi, hubungan kontak formasi lain
o

Pemetaan distribusi unit batu, atau unit

Deskripsi batuan inti (dibor dan diambil dari sumur eksplorasi selama hidrokarbon)

Sequence stratigraphy
o

Menggambarkan lithology dari batu;


o

Menjelaskan perkembangan unit batu dalam baskom

Petrologi dan petrography; khususnya pengukuran tekstur, ukuran butir,


bentuk butiran (kebulatan, pembulatan, dll), pemilahan dan komposisi
sedimen

Menganalisis geokimia dari batu

Geokimia isotop, termasuk penggunaan penanggalan radiometrik, untuk menentukan usia


batu, dan kemiripan dengan daerah sumber.
Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber yang menurut
Reinick (Dalam Kennet, 1992) dibedakan menjadi empat yaitu :

1. Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil erosi
daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses mekanik, yaitu
tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan jika energi
tertransforkan telah melemah.
2. Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup
seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami
dekomposisi.
3. Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam
air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke
dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit.
4. Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan masuk ke laut
melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa,
aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa angin. Material yang berasal
dari luar angkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di laut.
Sedimen yang berasal dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus berupa debu
volkanik, atau berupa fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen yang berasal dari
partikel di darat dan terbawa angin banyak terjadi pada daerah kering dimana proses eolian
dominan namun demikian dapat juga terjadi pada daerah subtropis saat musim kering dan
angin bertiup kuat. Dalam hal ini umumnya sedimen tidak dalam jumlah yang dominan
dibandingkan sumber-sumber yang lain. (Sugeng Widada)
Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir menjadi sedimen.
Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia yang terjadi sepanjang
kedalaman laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi sedimen, zat tersebut melayanglayang di dalam laut. Setelah mencapai dasar lautpun, sedimen tidak diam tetapi sedimen
akan terganggu ketika hewan laut dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami erosi
dan tersuspensi kembali oleh arus bawah sebelum kemudian jatuh kembali dan tertimbun.
Terjadi reaksi kimia antara butir-butir mineral dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar laut
dan reaksi tetap berlangsung penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap di antara butiran
mineral. (Agus Supangat dan Umi muawanah)
Era oseanografi secara sistematis telah dimulai ketika HMS Challenger kembali ke Inggris
pada tanggal 24 Mei 1876 membawa sampel, laporan, dan hasil pengukuran selama ekspedisi
laut yang memakan waktu tiga tahun sembilan bulan. Anggota ilmuan yang selalu
menyakinkan dunia tentang kemajuan ilmiah Challenger adalah John Murray, warga Kanada
kelahiran Skotlandia. Sampel-sampel yang dikumpulkan oleh Murray merupakan
penyelidikan awal tentang sedimen laut dalam.
Distribusi Sedimen Laut :
Sedimen yang masuk ke dalam laut dapat terdistribusi pada :
1. Daerah perairan dangkal, seperti endapan yang terjadi pada paparan benua (Continental
Shelf) dan lereng benua (Continental Slope).
Dijelaskan oleh Hutabarat (1985) dan Bhatt (1978) bahwa Continental Shelf adalah suatu
daerah yang mempunyai lereng landai kurang lebih 0,4% dan berbatasan langsung dengan

daerah daratan, lebar dari pantai 50 70 km, kedalaman maksimum dari lautan yang ada di
atasnya di antara 100 200 meter.
Continental Slope adalah daerah yang mempunyai lereng lebih terjal dari continental shelf,
kemiringannya anatara 3 6 %.
2. Daerah perairan dalam, seperti endapan yang terjadi pada laut dalam.
Endapan Sedimen pada Perairan Dangkal :
Pada umumnya Glacial Continental Shelf dicirikan dengan susunan utamanya campuran
antara pasir, kerikil, dan batu kerikil. Sedangkan Non Glacial Continental Shelf
endapannya biasanya mengandung lumpur yang berasal dari sungai. Di tempat lain
(continental shelf) dimana pada dasar laut gelombang dan arus cukup kuat, sehingga material
batuan kasar dan kerikil biasanya akan diendapkan.
Sebagian besar pada Continental slope kemiringannya lebih terjal sehingga sedimen tidak
akan terendapkan dengan ketebalan yang cukup tebal. Daerah yang miring pada
permukaannya dicirikan berupa batuan dasar (bedrock) dan dilapisi dengan lapisan lanau
halus dan lumpur. Kadang permukaan batuan dasarnya tertutupi juga oleh kerikil dan pasir.
Endapan Sedimen pada Perairan Laut Dalam
Sedimen laut dalam dapat dibagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis dan Sedimen
Biogenik Pelagis.
1. Sedimen Biogenik Pelagis
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas berbagai
struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan
zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi
suatu bentuk hujan sisa-sisa organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinue di dalam
kolam air untuk membentuk lapisan sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada
beberapa faktor lokal seperti kimia air dan kedalaman serta jumlah produksi primer di
permukaan air laut. Jadi, keberadan mikrofil dalam sedimen laut dapat digunakan untuk
menentukan kedalaman air dan produktifitas permukaan laut pada zaman dulu.
2. Sedimen Terigen Pelagis
Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang
berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama
dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi
glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang
mengapung, bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang
berjarak beberapa ratus kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya.
Angin merupakan alat transportasi penting untuk memindahkan materi langsung ke laut.
Lempung pelagis yang ada di laut dibawa terutama oleh tiupan angin (aeolian). Ukuran
lempung ini

Komponen utama debu yang terbawa angin adalah kuarsa dan mineral lempung. Pada skala
global, jumlah masuknya materi Vulkanologi ke sedimen laut dalam adalah kecil. Letusan
besar dapat mengeluarkan abu dan debu dalam jumlah yang banyak dengan ketinggian 15-50
km, dan partikel terkecil berukuran 1-<1m>
Selain pengertian sedimen di atas ada pengertian lain tentang sedimen yaitu batuan sedimen
adalah batuan yang terbentuk oleh proses sedimentasi. Sedangkan sedimentasi adalah proses
pengendapan sediemen oleh media air, angin, atau es pada suatu cekungan pengendapan pada
kondisi P dan T tertentu.
Dalam batuan sedimen dikenal dengan istillah tekstur dan struktur. Tekstur adalah suatu
kenampakn yang berhubungan erat dengan ukuran, bentuk butir, dan susunan kompone
mineral-mineral penyusunnya. Studi tekstur paling bagus dilakukan pada contoh batuan yang
kecil atau asahan tipis.
Struktur merupakan suatu kenampakan yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan
keadaan energi pembentuknya. Pembentukannya dapat pada waktu atau sesaat setelah
pengendapan. Struktur berhubungan dengan kenampakan batuan yang lebih besar, paling
bagus diamati di lapangan misal pada perlapisan batuan. (Sugeng Widada : 2002)
2.2 Pengertian Breakwater (Pemecah Ombak)
Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe pertama banyak digunakan pada
perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap
erosi. Secara umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe pertama
perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi di sepanjang pemecah gelombang,
seperti halnya pada perencanaan groin dan jetty. Penjelasan lebih rinci mengenai pemecah
gelombang sambung pantai lebih cenderung berkaitan dengan palabuhan dan bukan dengan
perlindungan pantai terhadap erosi. Selanjutnya dalam tinjauan lebih difokuskan pada
pemecah gelombang lepas pantai.
Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang dibuat
sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Pemecah gelombang dibangun
sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi
gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang bangunan.
Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen sepanjang pantai.
Seperti disebutkan diatas bahwa pemecah gelombang lepas pantai dibuat sejajar pantai dan
berada pada jarak tertentu dari garis pantai, maka tergantung pada panjang pantai yang
dilindungi, pemecah gelombang lepas pantai dapat dibuat dari satu pemecah gelombang atau
suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa ruas pemecah gelombang yang dipisahkan
oleh celah.
1. Fungsi Breakwater
Bangunan ini berfungsi untuk melindungi pantai yang terletak dibelakangnya dari serangan
gelombang yang dapat mengakibatkan erosi pada pantai. Perlindungan oleh pemecahan
gelombang lepas pantai terjadi karena berkurangnya energi gelombang yang sampai di
perairan di belakang bangunan. Karena pemecah gelombang ini dibuat terpisah ke arah lepas

pantai, tetapi masih di dalam zona gelombang pecah (breaking zone). Maka bagian sisi luar
pemecah gelombang memberikan perlindungan dengan meredam energi gelombang sehingga
gelombang dan arus di belakangnya dapat dikurangi.
Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang sebagian energinya
akan dipantulkan (refleksi), sebagian diteruskan (transmisi) dan sebagian dihancurkan
(dissipasi) melalui pecahnya gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya.
Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan diteruskan
tergantung karakteristik gelombang datang (periode, tinggi, kedalaman air), tipe bangunan
peredam gelombang (permukaan halus dan kasar, lulus air dan tidak lulus air) dan geometrik
bangunan peredam (kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan)
Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi pengiriman sedimen
di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di
sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. Pantai di belakang struktur akan stabil
dengan terbentuknya endapan sediment tersebut.
1. Material Dalam Pembuatan Breakwater
Untuk material yang digunakan tergantung dari tipe bangunan itu sendiri. Seperti halnya
bangunan pantai kebanyakan, pemecah gelombang lepas pantai dilihat dari bentuk
strukturnya bisa dibedakan menjadi dua tipe yaitu: sisi tegak dan sisi miring.
Untuk tipe sisi tegak pemecah gelombang bisa dibuat dari material-material seperti pasangan
batu, sel turap baja yang didalamnya di isi tanah atau batu, tumpukan buis beton, dinding
turap baja atau beton, kaison beton dan lain sebagainya.
Dari beberapa jenis tersebut, kaison beton merupakan material yang paling umum di jumpai
pada konstruksi bangunan pantai sisi tegak. Kaison beton pada pemecah gelombang lepas
pantai adalah konstruksi berbentuk kotak dari beton bertulang yang didalamnya diisi pasir
atau batu. Pada pemecah gelombang sisi tegak kaison beton diletakkan diatas tumpukan batu
yang berfungsi sebagai fondasi. Untuk menanggulangi gerusan pada pondasi maka dibuat
perlindungan kaki yang terbuat dari batu atau blok beton :
Sementara untuk tipe bangunan sisi miring, pemecah gelombang lepas pantai bisa dibuat dari
beberapa lapisan material yang di tumpuk dan di bentuk sedemikian rupa (pada umumnya
apabila dilihat potongan melintangnya membentuk trapesium) sehingga terlihat seperti
sebuah gundukan besar batu, Dengan lapisan terluar dari material dengan ukuran butiran
sangat besar.
Dalam Breakwater konstruksi terdiri dari beberapa lapisan yaitu:
1. Inti(core) pada umumnya terdiri dari agregat galian kasar, tanpa partikel-partikel halus
dari debu dan pasir.
2. Lapisan bawah pertama(under layer) disebut juga lapisan penyaring (filter layer) yang
melindungi bagian inti(core) terhadap penghanyutan material, biasanya terdiri dari
potongan-potongan tunggal batu dengan berat bervariasi dari 500 kg sampai dengan 1
ton.

3. Lapisan pelindung utama (main armor layer) seperti namanya, merupakan pertahanan
utama dari pemecah gelombang terhadap serangan gelombang pada lapisan inilah
biasanya batu-batuan ukuran besar dengan berat antara 1-3 ton atau bisa juga
menggunakan batu buatan dari beton dengan bentuk khusus dan ukuran yang sangat
besar seperti tetrapod, quadripod, dolos, tribar, xbloc accropode dan lain-lain
Secara umum, batu buatan dibuat dari beton tidak bertulang konvensional kecuali beberapa
unit dengan banyak lubang yang menggunakan perkuatan serat baja. Untuk unit-unit yang
lebih kecil, seperti Dolos dengan rasio keliling kecil, berbagai tipe dari beton berkekuatan
tinggi dan beton bertulang (tulangan konvensional, prategang, fiber, besi, profil-profil baja)
telah dipertimbangkan sebagai solusi untuk meningkatkan kekuatan struktur unit-unit batu
buatan ini. Tetapi solusi-solusi ini secara umum kurang hemat biaya, dan jarang digunakan.
Seiring perkembangan jaman dalam konstruksi pemecah gelombang lepas pantai juga
mengalami perkembangan. Belakangan juga dikenal konstruksi pemecah gelombang
komposit. Yaitu dengan menggabungkan bangunan sisi tegak dan bangunan sisi miring.
Dalam penggunaan matrial pun dikombinasikan misalnya antara kaison beton dengan batubatuan sebagai pondasinya.
BAB III
ISI
3.1. Proses Sedimentasi Pada Breakwater di Pantai Balongan Indramayu
Kegiatan pembangunan, industri dan aktivitas manusia serta pengaruh faktor alam pada
umumnya telah memberikan pengaruh negatif pada kestabilan kawasan pantai. Faktor alam
yang berpengaruh tehadap kondisi pantai antara lain timbulnya gelombang dan arus,
terjadinya pasang surut, terjadinya sedimentasi dan abrasi yang berpengaruh pada berubahnya
garis pantai serta kondisi sungai yang bermuara di perairan tersebut.
Aktivitas manusia yang berpengaruh terhadap kondisi pantai antara lain adalah
pembangunan, reklamasi dan pengerukan dasar perairan untuk tujuan komersial yang
berlebihan. Berkembangnya wisata bahari dibeberapa daerah pantai juga mendorong
terjadinya perubahan kondisi alam menjadi lingkungan buatan dengan dibangunnya beberapa
fasilitas penunjang yang diperlukan.
Saat ini beberapa kawasan pantai di Indonesia telah mengalami kerusakan. Pengamatan di
beberapa stasiun penelitian di Jawa menunjukan adanya kenaikan muka air laut dan
mengakibatkan berkurangnya kawasan pantai. Gelombang laut yang datang ke pantai dengan
energi yang cukup besar serta erosi dapat menambah kerusakan kawasan pantai. Tingkat
kerusakan akan relatif rendah apabila perlindungan alami pantai tetap terjaga. Banyaknya
kawasan pantai yang dihuni maka apabila terjadi kerusakan akan memberikan kerugian yang
cukup besar. Usaha mengatasi kerusakan fisik dalam skala bangunan maupun lingkungan
sudah banyak dilakukan.
Pantai mundur merupakan akibat proses erosi pantai (abrasi) sehingga garis pantai menjadi
mundur jauh dari garis pantai lama. Garis pantai secara alami berubah dari waktu ke waktu
sejalan dengan perubahan alam seperti adanya aktivitas gelombang, angin, pasang surut dan
arus serta sedimentasi daerah delta sungai. Namun perubahan garis pantai dapat meningkat

dengan adanya gangguan ekosistim pantai seperti hutan bakau sebagai penyangga pantai
banyak dirubah fungsinya untuk dijadikan sebagai daerah pertambakan, hunian, industri dan
daerah reklamasi kemudian pembuatan tanggul dan kanal serta bangunan-bangunan yang ada
di sekitar pantai.
Untuk melindungi daerah pantai dari serangan gelombang, suatu pantai memerlukan
bangunan peredam gelombang. Peredam gelombang adalah suatu bangunan yang bertujuan
untuk mereduksi atau menghancurkan energi gelombang.
Di pantai balongan indramayu telah terjadi proses abrasi yang sangat signifikan proses
majunya garis pantai (abrasi) semakin tahun di pantai balongan indramayu ini semakin maju,
garis bibir pantai semakin berkurang akibat dari abrasi tersebut. Pada awalnya pemerintah
indramayu untuk mengatasi abrasi pantai ini hanya menggunakan karung berisi pasir untuk
menahan ombak lalu hal ini gagal terus di buatlah batu batu pengahalang ombak yang
berbebtuk tripod yang dipasang menjorok ke laut, hal demikian pula gagal karena jumlah
batu pemecah ombak itu hanya sedikit dan tidak sebanding dengan luas wilayah pantai
balongan indramayu dan kini batu itu habis tergerus oleh ombak atau geloimbang pantai.
Mulai tahun 2007 telah direncanakan untuk pembuatan Breakwater, pada awalnya pembuatan
Breakwater itu rampung pada akhir tahun 2008 yang berbentuk melengkung, lalu pada tahun
2009 dibuat lagi breakwater berbentuk melengkung dan berbentuk T di sepanjang bibir
pantai balongan indramayu untuk mengatasi hal abrasi ini.
Proses terjadinya sedimentasi pada breakwater ini bermuladari arah arus gelombang yang
ditahan lalu terpecahkan oleh breakwater ini arah arus dibelokan kedalam sisi breakwater
sehingga sedimentasi yang terjadi terkumpul pada sisi bagian breakwater itu sendiri dan
akibatnya terjadi pendangkalan di bagian sisi tersebut. Arus membawa berbagai macam
partikel partikel yang menyebabkan sedimentasi itu terjadi, berikut merupakan gambar
ilustrasi sedimentasi yang terjadi pada Breakwater di pantai balongan indramayu :

Proses sedimentasi pada breakwater berbentuk melengkung

Proses sedimentasi pada breakwater berbentuk T

Terjadi pendangkalan pada sisi bagian Breakwater


(foto: Darmadi 18 april 2010)

foto satelit pantai balongan indramayu sebelum ada breakwater

foto satelit pantai balongan indramayu sebelum ada breakwater


Pengaruh pemecah gelombang lepas pantai terhadap perubahan bentuk garis pantai dapat
dijelaskan sebagai berikut. Apabila garis puncak gelombang pecah sejajar dengan garis pantai
asli, terjadi difraksi di daerah terlindung di belakang bangunan, di mana garis puncak
gelombang membelok dan berbentuk busur lingkaran. Perambatan gelombang yang
terdifraksi tersebut disertai dengan angkutan sedimen menuju ke daerah terlindung dan
diendapkan di perairan di belakang bangunan. Pengendapan sedimen tersebut menyebabkan
terbentuknya cuspate dibelakang bangunan.
Proses tersebut akan berlanjut sampai garis pantai yang terjadi sejajar dengan garis puncak
gelombang yang terdifraksi. Pada keadaan tersebut transport sedimen sepanjang pantai
menjadi nol. Seperti terlihat pada gambar 1-14, dimana arah gelombang dominan hampir
tegak lurus garis pantai asli, garis puncak gelombang dari sisi kiri dan kanan pemecah
berpotongan di titik A. Puncak cuspate akan terjadi pada titik A. Dengan demikian
pembentukan tombolo tergantung pada panjang pemecah gelombang lepas pantai dan jarak
antara bangunan dengan garis pantai. Biasanya tombolo tidak terbentuk apabila panjang
pemecah gelombang lebih kecil dari jaraknya terhadap garis pantai. Jika bangunan menjadi
lebih panjang dari pada jaraknya terhadap garis pantai maka kemungkinan terjadinya tombolo
semakin tinggi.
Apabila gelombang datang membentuk sudut dengan garis pantai maka laju transport
sedimen sepanjang pantai akan berkurang, yang menyebabkan pengendapan sedimen dan
terbentuknya cuspate. Pengendapan berlanjut sehingga pembentukan cuspate terus
berkembang hingga akhirnya terbentuk tombolo. Tombolo yang terbentuk akan

merintangi/menangkap transport sedimen sepanjang pantai. Sehingga suplai sedimen


kedaerah hilir terhenti yang dapat berakibat terjadinya erosi pantai di hilir bangunan.
Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang sebagian energinya
akan dipantulkan (refleksi), sebagian diteruskan (transmisi) dan sebagian dihancurkan
(dissipasi) mela-lui pecahnya gelombang, ke-kentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya.
Pembagian besamya energi gelombang yang dipantulkan, dihancur-kan dan diteruskan tergantung karakteristik gelom-bang datang (periode, tinggi, kedalaman air), tipe bangunan
peredam gelombang (permukaan halus dan kasar)
Setelah dibuatnya breakwater pada sepanjang pantai balongan indramayu selain bermanfaat
guna menanggulangi proses abrasi serta sedimentasi, bagi warga sekitar pantai dengan
adanya Breakwater ini dijadikan sebagai tempat wisata serta tempat memancing hal itu dapat
kita kunjungi disana ada wisata pantai balongan indramayu serta wisata pantai balongan
indah baru sebagai salah satu tempat wisata bahari di indramayu yang dikelola oleh
perkumpulan karang taruna sekitar dari swadaya warganya.
BAB IV
KESIMPULAN
Dalam kasus seperti ini breakwater sangat berpengaruh guna menghambat proses sedimentasi
serta abrasi oleh ombak dari lautan oleh karena itu pembuatan breakwater di daerah pinggiran
laut telah dilaksanakan karena dampaknya sangat positif sekali jika dibuat serta ditangani
oleh para ahlinya.
Salah satu fungsi dari breakwater yaitu jika berkurangnya energi gelombang di daerah
terlindung akan mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman
sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang
bangunan. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya endapan sediment
tersebut
Dalam pembuatan breakwater di pantai balongan indramayu ini dilakukan guna mengurangi
dampak dari abrasi yang terjadi, disamping itu pula pembangunan breakwater ini dapat
dijadikan tempat sebagai tempat wisata dan tempat area memancing, tempat ini wisata ini
dikelola oleh warga setempat, diantaranya ada tempat wisata pantai balongan indramayu.
Kondisi abrasi ini perlu ditangani bersama antara instansi-instansi terkait guna mencegah
akibat yang berkelanjutan dan jika mungkin mengembalikan (merehabilitasi/merestorasi)
fungsi pantai sebagai kawasan umum, wisata, dan prasarana social-religius masyarakat.
Dalam hal ini pemerintah memiliki peranan sangat besar yakni dalam usaha membangun
pengaman pantai. Pengaman pantai bertujuan untuk mencegah erosi pantai dan
penggenangan daerah pantai akibat limpasan gelombang (overtopping).
DAFTAR PUSTAKA
http://www.indramayukab.go.id/geografi.html
http://alfonsussimalango.blogspot.com/2010/02/sedimentologi.html

http://disfaslanal.wordpress.com
http://spaceboyz-aidysz.blogspot.com/2009/10/sedimen-dasar-laut.html
http://aspsipilump.wordpress.com/
http://www.tnial.mil.id/Majalah/Cakrawala/ArtikelCakrawala/tabid/125/articleType/ArticleV
iew/ articleId/1441/Upaya-Mengatasi-Kerusakan-Pantai.aspx

Pantai
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari

Pantai di Australia
Pantai adalah sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir, dan terdapat di daerah pesisir
laut. Daerah pantai menjadi batas antara daratan dan perairan laut. Panjang garis pantai ini
diukur mengeliling seluruh pantai yang merupakan daerah teritorial suatu negara.
Indonesia merupakan negara berpantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Panjang
garis pantai Indonesia tercatat sebesar 81.000 km.

[sunting] Garis pantai

Garis pantai adalah batas pertemuan antara bagian laut dan daratan pada saat terjadi air laut
pasang tertinggi. Garis laut dapat berubah karena adanya abrasi, yaitu pengikisan pantai oleh
hantaman gelombang laut yang menyebabkan berkurangnya areal daratan.
Ada beberapa langkah penting yang bisa dilakukan dalam mengamankan garis pantai seperti
pemecah gelombang dan pengembangan vegetasi di pantai.
Untuk mengatasi abrasi/penggerusan garis pantai dari gelombang/ombak dapat digunakan
pemecah gelombang yang berfungsi untuk memantulkan kembali energi gelombang.
Berbagai cara yang ditempuh untuk memecahkan gelombang diantaranya dengan
menggunakan tumpukan tetrapod yang terbuat dari beton pada jarak tertentu dari garis pantai.
Hutan bakau dapat membantu mengatasi gelombang serta sekaligus bermanfaat untuk
kehidupan binatang serta tempat berkembang biak ikan-ikan tertentu. Hutan bakau disebagian
besar pantai Utara sudah hilang karena ulah manusia, yang pada gilirannya akan menggerus
pantai.
Terumbu karang juga merupakan pemecah gelombang alami, sehingga sangat perlu untuk
dilestarikan dan dikembangkan dalam mempertahankan garis pantai.

KATA PENGANTAR
Geologi Kelautan (marine geology) adalah geologi yang mengkaji bagian bumi yang tertutup
air laut. Arti laut sendiri adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang
menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau-pulau. Bagian bumi yang tertutup
air laut tersebut dapat berupa samudera (ocean), laut (sea), selat (strait), teluk (bay, gulj),
muara (estuanJ), laguna (lagoon), perairan pesisir (coastal waters), dan lain-Iainnya. Luas
wilayah kelautan Indonesia (termasuk wilayah Zone Ekonomi Ekslusif) mencakup hampir 6
juta km persegi, sedangkan panjang seluruh garis pantainya mencapai hampir 81.000 km.
Pusat Pengembangan Geologi Kelautan (PPGL) sejak 6 Maret 1984 telah ditugasi tanggung
jawab oleh pemerintah untuk mengelola wilayah kelautan Indonesia dari segala aspek
geologinya, termasuk kawasan pesisirnya (coastal area). Sejak PPGL didirikan,
perkembangan geologi kelautan Indonesia tampak maju dengan cepat. Akan tetapi,
perkembangan yang demikian itu telah menghadapkan para tenaga geologi di PPGL kepada
kelangkaan kamus istilah geologi kelautan dalam bahasa Indonesia. Untuk mengatasi hal itu,
pertama penyusun menghimpun padanan istilah geologi kelautan dalam bahasa Indonesia dari
berbagai istilah geologi yang telah ada dan telah dipakai selama ini, termasuk pula
menghimpun berbagai padanan istilah dari ilmu pengetahuan dan keteknikan yang erat
kaitannya dengan geologi kelautan (seperti oseanografi, hidrografi, pelayaran, dan
perkapalan). Setelah menyelesaikan "Kumpulan Padanan Istilah Geologi Kelautan"
(InggrisIndonesia), selanjutnya penyusun membuat "Kamus Istilah Geologi Kelautan"
denganmengacu kepada kumpulan padanan tersebut dan tambahan padanan yang diperoleh
kemudian. Penyusun sangat menghargai dan berterima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dan mendukung tersusunnya baik kumpulan padanan maupun kamus istilah
geologi kelautan ini. Terimakasih khusus disampaikan kepada Drs. A. Yasin (Kepala PPGL),

B. Dwiyanto, M.5c. (Kepala Bidang Geologi), Ir. D. Kadarisman (Kepala Bidang Manajemen
Informasi) dan Ir.Tjoek A. Soeprapto, M.5c. (Kepala Seksi Sistem Informasi).
*Geologiwan, mantan Kepala PPGL (1989-1995), dan pensiun 1995.

Berbicara mengenai pantai, kita dihadapkan pada beberapa istilah seperti pesisir (coast), pantai(shore),
dan gisik (beach) yang terkadang pengertian dari istilah-istilah tersebut sering disamakan,padahal satu
sma lain mempunyai pengertian yang berbeda.

Pesisir merupakan daerah yang sejalur dengan tempat pertemuan daratan dengan dengan laut mulai dari
batas muka air laut pada waktu surut terendah menuju ke arah darat sampai batas tertinggi yang
mendapat pengaruh gelombang ada waktu badai. Hal ini sejalan dengan hasil rapat koordinasi
BAKOSURTANAL (1990) dalam Sutikno (1999: 1) dijelaskan bahwa batas wilayah pesisir arah ke darat
tersebut ditentukan oleh:
a)

Pengaruh sifat-sifat fisik air alut, yang ditentukan berdasarkan seberapa jauh pengaruh pasang air laut,
seberapa jauh flora yang suka akan air akibat pasang tumbuh (water loving vegetation) dan seberapa jauh
pengaruh air laut ke dalam air tanah.

b) Pengaruh kegiatan bahari (sosial), seberapa jauh konsentarasi ekonomi bahari (desa nelayan) sampai arah
ke daratan.

Berdasarkan pada batasan wilayah pesisir, maka pesisir merupakan daerah yang mempunyai daerah yang
terluas dari ketiga istilah di atas, sebab pesisir mencakup wilayah darat. sejauh masih mendapat pengaruh
laut dan sejauh mana wilayah laut masih mendapat pengaruh dari darat (aliran air tawar dan sedimen).
Untuk memperjelas terminology kepantaian dan kepesisiran dapat diperhatikan dari Gambar

Judul

: Pendahuluan Geomorfologi Pantai Kuantitatif

Penulis

: A. Sulaiman dan I. Soehardi

Keterangan : bidang

- kelautan untuk jenjang lanjut

bahasa - Indonesia

Penerbit

tebal

- 265 halaman

tahun

- 2008

: BUKU-e LIPI

Deskripsi singkat :
Pantai adalah suatu tempat dimana interaksi antara lautan dan daratan terjadi. Gelombang
laut yang menerpa pantai akan memberikan energi baik berupa energi kinetik maupun energi
panas. Daratan memberikan respon terhadap energi yang datang berupa berubahnya bentuk

pantai. Jika daratan memberikan material ke laut maka lautpun akan memberikan respon
yaitu berubahnya besar dan arah gelombang datang. Perubahan bentuk pantai baik akibat
pengaruh dari laut ke darat ataupun dari darat ke laut berupa sedimentasi dan erosi.
Bagaimana dan mengapa terjadi perubahan bentuk pantai dipelajari dalam disiplin ilmu
geomorfologi pantai. Buku ini adalah buku geomorfologi kuantitatif dimana segala proses
dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan matematika. Tidak semua masalah dapat
dirumuskan dalam matematika tetapi ternyata dalam keperluan praktis banyak sekali
prosesproses morfologi mengikuti bentuk bentuk matematika yang sederhana. Pendekatan ini
yang dikenal dengan nama pendekatan semi-empirik, sangat membantu untuk
mengkuantisasi proses morfologi pantai. Proses utama perubahan morfologi pantai
diakibatkan oleh gelombang maka pada bagian pertama akan dibahas dinamika gelombang
laut. Selain transfer energi maka gelombang akan memberikan transfer massa berupa arus
dipantai. Topik ini akan dibahas pada bab ke tiga. Gaya pengerak lain adalah pasang surut
laut, yang akan dibahas pada bab selanjutnya. Setelah kita membahas gaya pengerak
dinamika pantai yaitu gelombang dan pasang surut maka akan dibahas materi penyusun
pantai yaitu sedimen. Sedimen adalah rekaman alamiah proses dinamika yang terjadi di
pantai. Dengan mempelajari sedimennya maka kita dapat merunut proses dinamika apa saja
yang terjadi pada pantai tersebut. Klasifikasi pantai ditentukan oleh jenis sedimennya. Pada
bab selanjutnya akan dibahas salah satu jenis pantai yang tersusun atas sedimen berupa
pasir. Pantai dengan bentuk semacam ini dinamakan beach. Segala sesuatu yang berkaitan
dengan morfologinya KATA PENGANTAR 4 seperti arus sejajar pantai, arus tegak lurus
pantai, perpindahan sedimen serta perubahan garis pantai akan dibahas secara mendalam.
Pantai jenis beach mempunyai gaya pengerak lain disamping gelombang dan pasang surut
yaitu angin. Perubahan morfologi akibat angin akan membentuk apa yang dinamakan dengan
gumuk pasir. Pembahan tentang morfologi gumuk pasir dan model matematikanya akan
diberikan pada bab tujuh. Bagian selanjutnya akan dibahas tentang estuaria yaitu suatu
daerah yang paling banyak manusianya dibandingkan jenis pantai yang lain. Pembahasan
meliputi morfologi, sirkulasi arus serta proses transport yang terjadi. Pada bab sembilan
dibahas suatu bentuk khusus pantai yaitu dataran lumpur dan rawa. Suatu fenomena yang
merubah secara drastis bentuk pantai akan dibahas dalam bab sepuluh. Fenomena ini yang
dinamakan tsunami, meskipun jarang terjadi tetapi sangat penting karena bersifat merusak.
Bagaimana proses pembangkitan, penjalaran dan disipasi akan diberikan secara ringkas.
Pada bagian terakhir akan diberikan suatu penerapan ilmu morfologi pantai untuk
pengelolaan pantai yaitu konsep sel sedimen dan rekayasa lunak. Buku ini dapat digunakan
sebagai buku daras kuliah pendahuluan geomorfologi pantai satu semester dengan bobot 3
sks. Tidak ada prasyarat geologi ataupun oseanografi tetapi hanya kalkulus dan pendahuluan
hidrodinamika. Buku ini juga di desain bagi pembaca yang ingin mempelajari geomorfologi
pantai secara otodidak. Jika ilmu geomorfologi pantai di ibaratkan sebagai sapi maka kami
adalah pemerah susu, sedangkan buku ini adalah susunya. Lesat atau tidaknya susu ini
tergantung dari bagaimana anda menikmatinya.

Vegetasi Pantai

Posted by eckoeffendi on July 31, 2009


Sejak revolusi industri dimulai pada abad ke 17, suhu di permukaan bumi mengalami
kenaikan rata-rata sebesar 1,4C 4C akibat meningkatnya konsentrasi zat karbon di
atmosfir. Hal ini memicu terjadinya perubahan iklim secara drastis. Naiknya suhu
menyebabkan timbulnya perbedaan tekanan udara yang besar di beberapa daerah sehingga
memicu terjadinya badai serta ombak yang ekstrim. Pemanasan global diketahui juga
menyebabkan cairnya es di daerah kutub hingga menimbulkan kenaikan rata-rata permukaan
air laut di seluruh dunia (Wikipedia).
Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau.
Sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari perairan dan pulau-pulau kecil dengan ukuran
kurang dari 200 km2. Sebagian besar pulau-pulau tersebut bahkan berukuran sangat kecil atau
kurang dari 20 km2 dengan ketinggian elevasi kurang dari 3 meter sehingga rawan terhadap
abrasi (Kompas, 3 Desember 2007).
Akibat perubahan iklim dan naiknya permukaan air laut, maka diperkirakan sekitar 2000
pulau di Indonesia pada tahun 2030 akan tenggelam. Dari hasil pemantauan tinggi permukaan
laut antara tahun 1925-1989, rata-rata tinggi muka air laut di Indonesia mengalami
peningkatan. Di Jakarta, kenaikan muka air laut diperkirakan sekitar 4,38 mm/tahun,
Semarang 9,27 mm/tahun dan Surabaya sebesar 4,38 mm/tahun. Tenggelamnya pulau-pulau
kecil tersebut akan sangat merugikan, terutama jika pulau-pulau tersebut dijadikan sebagai
tapal batas wilayah terluar dari negara RI (Kompas, Kamis 17 Januari 2008).
Ekosistem terumbu karang, padang lamun, mangrove dan vegetasi pantai lainnya merupakan
pertahanan alami yang efektif mereduksi kecepatan dan energi gelombang laut sehingga
dapat mencegah terjadinya abrasi pantai. Jika abrasi pantai terjadi pada pulau-pulau kecil
yang berada di laut terbuka, maka proses penenggelaman pulau akan berlangsung lebih cepat
(Dahdouh-Guebass, et al, 2005).
Vegetasi Pantai
Vegetasi pantai merupakan kelompok tumbuhan yang menempati daerah intertidal mulai dari
daerah pasang surut hingga daerah di bagian dalam pulau atau daratan dimana masih terdapat
pengaruh laut. Secara umum kelompok tumbuhan darat yang tumbuh di daerah intertidal atau
daerah dekat laut yang memiliki salinitas cukup tinggi, dapat dibagi menjadi 3 (Noor et al,
1999) :
1. Mangrove Sejati : adalah merupakan kelompok tumbuhan yang secara
morfologis, anatomis dan fisiologis telah menyesuaikan diri untuk hidup di
daerah sekitar pantai. Mangrove tumbuh pada substrat berpasir, berbatu
dan terutama berlumpur. Ciri khas dari kelompok tumbuhan ini adalah
adanya modifikasi akar yang sangat spesifik untuk mengatasi kekurangan
oksigen, sebagai penopang pada substrat yang labil, memiliki kelenjar
khusus untuk mengeluarkan kelebihan garam serta memiliki daun
berkutikula tebal untuk mengurangi penguapan. Jenis tumbuhan ini
didominasi oleh genera Rhizophora, Avicenia, Brugueira, Sonneratia.
2. Mangrove Ikutan (Associated Mangrove) : adalah kelompok tumbuhan
yang ditemukan tumbuh bersama-sama dengan komunitas mangrove,
tetapi tidak termasuk mangrove karena tumbuhan ini bersifat lebih
kosmopolit dan memiliki kisaran toleransi yang besar terhadap perubahan

faktor fisik lingkungan seperti suhu, salinitas dan substrat . Jenis


tumbuhan yang tergolong mangrove ikutan misalnya : waru laut, pandan,
ketapang, jeruju dan lain-lain.
3. Vegetasi pantai Non Mangrove : vegetasi pantai non mangrove umumnya
banyak ditemukan pada daerah pantai dengan substrat yang didominasi
oleh pasir. Kelompok tumbuhan ini dicirikan oleh adanya zonasi bentuk
pertumbuhan (habitus) secara horizontal dari daerah intertidal ke arah
darat yang terdiri dari : tumbuhan menjalar, semak, perdu dan pohon.
Semakin ke darat, keragaman jenis dan habitus pohon akan semakin
besar. Jenis vegetasi pantai non mangrove umumnya terdiri dari : tapak
kambing, rumput angin, santigi, ketapang, cemara laut dan kelapa.
Tumbuhan ini membentuk zonasi yang khas.

Di daerah pasang surut, vegetasi didominasi oleh tumbuhan perintis yang menjalar atau
rumput-rumputan tertentu dan dikenal sebagai Formasi Pes-Caprae. Dinamakan
demikian karena mengacu pada tumbuhan menjalar tapak kambing (Ipomoea pes-caprae)
yang sangat dominan di daerah tersebut. Kelompok tumbuhan ini diikuti oleh kelompok
tumbuhan semak dan perdu yang berukuran lebih besar dan berada di belakang vegetasi
perintis (ke arah darat). Kelompok tumbuhan ini disebut formasi Barringtonia yang
penamaannya juga mengacu pada salah satu jenis tumbuhan yang umum ditemukan di di
daerah ini, yaitu : Barringtonia asiatica.

Gelombang merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
ekosistem yang berada di daerah pesisir pantai dan laut. Pengertian gelombang sesungguhnya
sangat sulit untuk didefenisikan, mengingat begitu kompleksnya proses-proses yang
berlangsung dan begitu banyaknya faktor lingkungan yang terlibat. Namun secara sangat
sederhana dapat dikatakan bahwa gelombang adalah merupakan rambatan atau perpindahan
energi melalui badan air.

Gelombang laut memiliki kekuatan besar yang dapat menyebabkan abrasi di tepi pantai,
terutama Tsunami. Secara ekologi gelombang laut tidak selamanya bersifat merugikan
karena gelombang laut memiliki peran yang sangat penting untuk menyebarkan
biji/buah/benih tumbuhan pantai seperti benih kelapa, buah mangrove, buah pandan dan lainlain. Besar kecilnya gelombang di suatu daaerah/pulau, selain ditentukan oleh bentuk dan
topografi pantai juga ditentukan oleh posisi pulau atau daerah tersebut. Daerah yang secara
langsung berada di tengah lautan terbuka atau ditepi samudera yang besar akan memiliki
ombak yang lebih kuat. Sedangkan pulau yang berada dekat daratan utama atau di daerah
bagian dalam kepulauan seperti laut Jawa akan memiliki ombak yang lebih tenang.
Abrasi
Abrasi di laut adalah merupakan proses terjadinya pengikisan daratan (erosi) oleh gelombang
sehingga menyebabkan hanyutnya substrat dan berkurangnya luas daratan. Jika proses erosi
berlangsung di pulau-pulau yang relatif kecil dengan vegetasi yang terbatas, maka
menyebabkan pulau tersebut tenggelam.
Indikasi terjadinya abrasi dan penciutan luas pulau-pulau kecil dapat ditemukan di Kepulauan
Spermonde Sulawesi Selatan. Kepulauan Spermonde terdiri dari 207 pulau-pulau kecil yang
terletak di Pantai Barat Kota Makassar. Luas wilayah diperkirakan sekitar 14.000 km2.
Hutchinson (1945) dalam MCRMP 2006 menyatakan bahwa wilayah Kepulauan Spermonde
dapat dibagi menjadi 4 zona, yaitu : zona dalam (inner zone), zona tengah bagian dalam (inter
middle zone), zona tengah bagian luar (outer middle zone) dan zona luar (outer zone). Zona
dalam didominasi oleh substrat berlumpur, banyak run off air tawar dan sedimentasi dari
daratan. Pada zona ini umumnya didominasi oleh mangrove terutama dari genus Rhizophora.
Zona tengah umumnya memiliki substrat campuran antara pasir dan lumpur, sehingga
mangrove masih dapat ditemukan dalam jumlah sedikit. Sedangkan Zona luar terdiri dari
substrat pasir putih yang didominasi oleh vegetasi pantai. Pada zona ini jenis mangrove tidak
ditemukan (MCRMP, 2006).

Ombak besar sering terjadi di daerah zona luar, terutama pada saat musim Barat dan

seringkali menyebabkan
tumbangnya pohonpohon yang cukup besar ditepi pantai, terutama pohon kelapa dan cemara laut . Aktivitas
penduduk yang menebang vegetasi pantai untuk kayu bakar, bahan bangunan dan lain-lain
menyebabkan hilangnya tumbuhan pelindung di daerah pesisir. Penduduk di Kepulauan
Spermonde umumnya membangun rumah di tepi pantai dan memarkir perahu tempel di
daerah pasang surut. Akibatnya, jenis vegetasi perintis seperti Ipomoea pes-caprae dan jenis
lainnya hilang karena tertimpa lunas perahu dan terinjak-injak nelayan. Jika vegetasi perintis
tumbuh, maka nelayan akan segera menyingkirkannya karena menganggap vegetasi pantai
sebagai tanaman liar yang tidak berguna. Padatnya populasi penduduk seringkali juga
menyebabkan hilangnya vegetasi pantai sehingga pulau-pulau kecil tersebut amat rentan
terhadap abrasi akibat naiknya paras air laut dan tingginya gelombang pada musim Barat.
Satu-satunya tempat yang paling hijau dan padat dengan vegetasi di daerah pulau-pulau kecil
yang memiliki banyak penduduk adalah tempat pemakaman (MCRMP, 2006).
Peran Vegetasi Pantai Sebagai Peredam Gelombang
Vegetasi pantai memiliki peran yang sangat penting sebagai pencegah abrasi. Tumbuhan
pantai umumnya memiliki akar yang panjang dan kuat sehingga mampu menahan substrat
dari hempasan gelombang (Desai, 2000). Demikian pula saat timbulnya tsunami, vegetasi
pantai memiliki kemampuan untuk meredam energi gelombang yang sangat besar. Efektifitas
peredaman energi gelombang oleh vegetasi pantai sifatnya relatif dan ditentukan oleh banyak
faktor. Kerapatan vegetasi, ketebalan vegetasi dari pantai ke arah darat, topografi pantai,
karakteristik substrat serta kondisi ekosistem terumbu karang dan lamun sangat menentukan
efektifitas vegetasi pantai dalam meredam gelombang. Efektifitas peredaman energi
gelombang oleh vegetasi pantai umumnya berkisar antara 0 30 % . Namun pada daerah
pantai yang sama sekali tidak terjamah oleh manusia (alami) dengan kondisi ekosistem
terumbu karang, lamun dan tutupan vegetasi pantai yang sangat baik maka efektifitas
peredaman energi gelombang dapat mencapai 90 %. Efektifitas peredaman energi
gelombang oleh vegetasi pantai juga bergantung pada kemampuan vegetasi pantai untuk
mereduksi energi angin. Pada kondisi alami, zonasi yang utuh dari vegetasi pantai memiliki
kemampuan untuk membelokkan arah angin ke atas, sehingga mencegah tumbangnya pohon
besar yang berada di tengah pulau. Dengan demikian, bentuk zonasi vegetasi pantai yang
utuh juga memiliki peran secara tidak langsung dalam mencegah abrasi (Desai, 2000). Selain
sebagai peredam abrasi, vegetasi pantai juga memiliki fungsi sebagai penahan intrusi air laut,
penjebak zat hara, mereduksi energi angin dan badai
Usaha untuk melindungi daerah pantai dari ancaman gelombang dilakukan dengan
pembangunan fisik seperti pembuatan pondasi, talut, tembok penahan ombak, seawall,
groins, jetties dan breakwater. Upaya ini, selain membutuhkan biaya pembangunan yang

sangat tinggi, juga membutuhkan waktu yang relatif lama serta kontrol dan pemeliharaan
yang ketat sehingga tidak dapat diterapkan untuk negara berkembang seperti di Indonesia.
Selain itu, pembangunan fisik ini juga berakibat pada berubahnya morfologi garis pantai yang
secara langsung mempengaruhi ekosistem yang ada di daerah tersebut (Mimura N, 1999).
Upaya untuk melindungi daerah pantai dari ancaman abrasi atau untuk merehabilitasi pantai
akibat tsunami seperti di Aceh dapat dilakukan dengan penanaman vegetasi pantai. Untuk
kondisi lingkungan yang sesuai, penanaman mangrove dapat dilakukan seperti pada substrat
berlumpur. Namun untuk daerah pesisir yang memiliki substrat berpasir, penanaman dengan
vegetasi pantai sangat dianjurkan karena vegetasi pantai memiliki pertumbuhan yang sangat
cepat, murah dan mudah diperoleh serta memiliki kemampuan yang cepat untuk pulih
kembali apabila terjadi bencana.
Salah satu hal yang menyebabkan belum diliriknya vegetasi pantai sebagai pelindung pantai
adalah karena vegetasi pantai dianggap tidak memiliki nilai ekonomi sehingga masyarakat
dan pemerintah setempat enggan melakukan penanaman. Penelitian lebih lanjut dan
sosialisasi terhadap potensi ekonomi dari vegetasi pantai perlu dilakukan untuk meyakinkan
masyarakat dan pemerintah daerah setempat tentang manfaat ekonomi yang dapat diperoleh
dari vegetasi pantai.

Jenis Vegetasi

Manfaat Ekonomi

KelapaCocos nucifera Virgin Coconut Oil, Nata De Coco, Minyak Goreng,


GulaKelapa, Arang, Atap, Sapu Lidi, Keset kaki dan lainlain
Ketapang Terminalia
catappa

Biji dimakan, tanin untuk menyamak kulit, obat rematik

Tapak Kambing
Ipomoea pes-caprae

Biji untuk obat sakit perut, kram dan reumatik (obat luar)

Babandotan Ageratum Obat diare, disentri dan penguat syaraf


conizoides
Sesuvium
portulacastrum

Daun dapat dimakan untuk sayur

Kacang Laut Canavalia Buah seperti kacang polong dapat dimakan untuk sayur
maritima
Cemara Laut
Biofuel (resin), kayu untuk bangunan, bonsai taman
Casuarina equisetifolia
Sukun Artocarpus
communis

Bahan makanan, kayu bakar, pengikat air tawar

Petai Cina Leucaena


glauca

Bahan makanan, makanan ternak, pupuk

Vitex negundo

Obat cacing dan sakit kepala

Zornia diphylla

Bahan makanan ternak

Eragrostis unioloides

Bahan makanan ternak

Vitex pubescens

Kayu untuk bahan baku pembuatan perahu

Mete Anacardium
occidentale

Aneka makanan olahan, getah untuk bahan pernis dan


tinta

Pandan Pandanus
tectorius

Pewarna, penyedap makanan, pembungkus makanan,


tikar

Seruni Wedelia biflora Air perasan daun untuk obat sakit perut dan ibu bersalin
Jarong
Stachytarpheta
jamaicensis

Obat batu ginjal, bersih darah, rematik, infeksi

Buah Nona Morinda


citrifolia

Akar sebagai bahan pewarna, buah sebagai obat dll

Waru Laut Hibiscus


tiliaceus

Akar untuk obat demam, kayu untuk bagian tertentu


perahu

Putat Barringtonia
asiatica

Buah untuk racun ikan, tanaman hias dan peneduh jalan

Jarak Ricinus
communis

Miyak castor yang mahal, sebagai bahan obat kulit dan


infeksi

Daftar Pustaka
1. Dahdouh-Guebas, F., L. P. Jayatissa, D. Dinitto, J. O. Bosire, D. Lo Seens and
N. Koedam. 2005. How effective were mangroves as a defence agains the
recent tsunami. Cuurent Biology Vol. 15 (12) : 443-446.
2. Desai, K. N. 2000. Dune vegetation : need for reappraisal. Coastin. A
Coastal Policy Research Newsletter. No. 3 September : 2000.
3. Harian Kompas. Edisi Kamis 17 Januari 2008. Penerbit PT. Kompas Media
Nusantara.
4. Marine and Coastal Resources Management Project (MCRMP) 2006.
Laporan Akhir Survei dan Pemetaan Detail Lokasi Terpilih Pulau
Kapoposang.
5. Mimura, N. 1999. Vulnerability of Island Countries in The South Pasific to
Sea Level Rise and Climate Change. Climate Research Vol. 12 : 137-143.

6. Noor, Y. R., M. Khazali dan I. N. N. Suryadiputra. 1999. Panduan


Pengenalan Mangrove di Indonesia. Ditjen PKA dan Wetlands
International. Indonesia Programme.
7. Wikipedia. http://en.wikipedia.org/wiki/Breakwater_(structure). Diakses
tanggal 20 Januari 2008.

Anda mungkin juga menyukai