Trachea
Terdiri dari tulang rawan dan otot yang berbentuk pipa yang terletak di tengah-tengah
leher sampai incissura jugularis di belakang manubrium sternum masuk cavum torax
melalui apertura thoracis superior tepatnya pada mediastinum superior.Dimulai dari
bagian bawah carilago cricoid setinggi cervical VI sampai bercabang menjadi bronchus
dekstra dan sinistra setinggi vertebra thoracal ke IV-V.Percabangan tersebut terkenal
Bifurcario trachea dalam cavum thorax.
Persarafan trachea
Saraf-sarafnya adalah cabang-cabang nervus vagus, nervus laryngeus recurrens, dan
truncus symphaticus. Saraf-saraf ini mengurus otot trachea dan membranmucosa
yang melapisi trachea.
b.
Bronchus
Percabangan trachea setinggi batas vertebra iv-v yang dikenal dengan bifurcatio
trachea memberi cabang 2 buah bronchus, bronchus dekstra dan sinistra.Keduanya
yang disebut bronchus primarius.
Bronchus dalam parun memberikan cabang-cabang ke setiap lobus paru (disebut
bronkus sekunder), yaiut pada paru kanan terdapat 3 buah cabang bronchus
(bronchus lobaris superior, media, dan inferior) sesuai dengan lobus paru, sedangkan
pada paru kiri mempunyai 2 buah cabang bronchus (bronchus lobaris superior, dan
inferior), lobus media kanan dalam perkembangannya menjadi lingual pulmonalis
pada paru kiri.
Bronchus dextra (terdiri dari 10 buah cabang segmen bronchiolus atau Broncho
Pulmonalis Segmen (BPS) sbb ;
1.
2.
3.
anterior
Lobus media mempunyai 3 buah BPS : segmen lateral dan medial
Lobus inferior mempunyai 5 buah BPS : segmen superior, media, lateral,
anterior, dan posterior
c.
Margo anterior paru tipis dan meliputi jantung. Pada margo anterior pulmo
sinister, terdapat incisura cardiaca pulmonis sinistri. Pinggir posterior lebih tebal dan
terletak di samping columna vertebralis.
Pulmo dexter sedikit lebih besar dari pulmo sinister dan dibagi oleh fissura
obliqua dan fissura horizontalis pulmonis dextri menjadi tiga lobus: lobus superior,
lobus medius, dan lobus inferior (Gambar 1-2). Fissura obliqua berjalan dari pinggir
inferior ke atas dan ke belakang menyilang permukaan medial dan costalis sampai
memotong pinggir posterior sekitar 6,25 cm di bawah apex pulmonis. Fissura
horizontalis berjalan menyilang permukaan costalis setinggi cartilago costalis IV dan
bertemu dengan fissura obliqua pada linea axillaris media. Lobus medius merupakan
lobus kecil berbentuk segitiga yang dibatasi oleh fissura horizontalis dan fissura
obliqua.
Pulmo sinister dibagi oleh fissura obliqua dengan cara yang sama menjadi dua lobus:
lobus superior dan lobus inferior (Gambar 1-2). Pada pulmo sinister, tidak terdapat
fissura horizontalis.
SEGMENTA BRONCHIOPULMONALIA
Segmenta bronchiopulmonalia merupakan unit paru secara anatomi, fungsi, dan
pembedahan. Setiap bronchus lobaris (sekunder) yang berjalan ke lobus paru
mempercabangkan bronchi segmentales (tertier). Setiap bronchus segmentalis masuk
ke unit paru yang secara struktur dan fungsi adalah independen dan disebut segmenta
bronchiopulmonalia, dan dikelilingi oleh jaringan ikat.
Setelah masuk segmenta bronchopulmonaris, bronchus segmentalis segera
membelah. Pada saat bronchi menjadi lebih kecil, cartilago yang berbentuk huruf C
yang ditemui mulai dari trachea perlahan-lahan diganti oleh cartilago ireguler yang
lebih kecil dan lebih sedikit jumlahnya. Bronchi yang paling kecil membelah dua
menjadi bronchioli, yang diameternya <1 mm. Bronchioli tidak mempunyai cartilago
di dalam dindingnya dan dibatasi oleh epitel silindris bercilia. Jaringan submucosa
mempunyai lapisan serabut otot polos melingkar yang utuh.
Pendarahan Paru
Bronchi, jaringan ikat paru, dan pleura visceralis menerima darah dari arteriae
bronchiales yang merupakan cabang aorta ascendens. Venae bronchiales (yang
berhubungan dengan venae pulmonales) mengalirkan darahnya ke vena azygos
dan vena hemiazygos.
Alveoli menerima darah terdeoksigenasi dari cabang-cabang terminal arteriae
pulmonales. Darah yang teroksigenasi meninggalkan kapiler-kapiler alveoli
masuk ke cabang-cabang venae pulmonales yang mengikuti jaringan ikat septa
intersegmentalis ke radix pulmonis. Dua venae pulmonales meninggalkan setiap
radix pulmonis untuk bermuara ke dalam atrium sinistrum cor.
Persarafan Paru
Pada radix setiap paru terdapat plexus pulmonalis yang terdiri atas serabut eferen
dan aferen saraf otonom. Plexus ini dibentuk dari cabang-cabang truncus
symphaticus dan menerima serabut-serabut parasimpatis dari nervus vagus.
Serabut-serabut eferen simpatis mengakibatkan bronchodilatasi dan
vasokonstriksi.
Serabut-serabut
eferen
parasimpatis
mengakibatkan
bronchokonstrinksi, vasodilatasi, dan peningkatan sekresi kelenjar.
Impuls aferen yang berasal dari mucosa bronchus dan dari reseptor regang pada
dinding alveoli berjalan ke susunan saraf pusat dalam saraf simpatis dan
parasimpatis.
b.
Bronchus
usunan bronchi ekstrapulmonar sangat mirip trachea dan hanya berbeda dalam
garis tengahnya yang lebih kecil. Pada bronchi principalis, cincin tulang
rawan juga tidak sempurna, celah pada bagian posterior ditempati oleh otot
polos.
c.
Bronchiolus
Bronchiolus mempunyai ciri tidak mengandung tulang rawan, kelenjar, dan kelenjar
limfe; hanya terdapat adventisia tipis yang terdiri dari jaringan ikat. Lamina propria
terutama tersusun oleh berkas otot polos yang cukup mencolok serta serat-serat
elastis. Epitel yang membatasi bronchiolus besar merupakan epitel silindris bercilia
dengan sedikit sel goblet; dan pada bronchiolus kecil (kira-kira 0,3 mm), sel goblet
hilang dan sel bersilia merupakan sel kubis atau silindris rendah. Di antara sel-sel itu,
tersebar sejumlah sel silindris berbentuk kubah, tak bercilia, bagian puncaknya
menonjol ke dalam lumen. Sel-sel ini disebut sel bronchiolar atau sel Clara. Sel ini
bersifat sebagai sel sekresi dengan retikulum bergranula di basal, aparatus Golgi di
atas inti dan di dalam sitoplasma apikal terdapat granula-granula sekret serta
retikulum agranula yang mencolok. Fungsi sel ini tidak diketahui, tetapi diduga ikut
berperan terhadap pembentukan cairan bronchiolar, yang mengandung protein,
glikoprotein, dan kolesterol. Sel-sel ini juga mengeluarkan sejumlah kecil surfaktan
yang terdapat di dalam sekret bronchiolar. Di bronchiolus terminalis, epitelnya juga
memiliki sejumlah sel sensorik (berbentuk sikat) dan sel neuroendokrin bergranula
kecil.
Bronchiolus Respiratorius
Bronchiolus respiratorius merupakan saluran pendek, bercabang-cabang, panjangnya
1-4 mm, biasanya bergaris tengah <0,5 mm, berasal dari bronchiolus terminalis.
Perbedaan dari bronchiolus terminalis adalah bahwa dinding bronchiolus
respiratorius diselingi oleh kantung-kantung (alveoli) tempat terjadinya pertukaran
gas. Bronchiolus respiratorius yang lebih besar dilapisi oleh epitel kubis bercilia yang
akan menjadi epitel selapis kubis pada saluran yang lebih kecil dan dilanjutkan
dengan epitel selapis gepeng yang membatasi alveolus pada muara alveolus. Di luar
lamina epitel, dindingnya disusun oleh anyaman berkas otot polos dan jaringan ikat
fibro-elastis. Bronchiolus respiratorius melanjutkan diri ke ductus alveolaris.
d.
Ductus Alveolaris
Ductus alveolaris adalah saluran berdinding tipis, berbentuk kerucut, dilapisi oleh
epitel selapis gepeng. Lapisan ini sangat tipis sehingga dengan mikroskop cahaya
sulit ditentukan. Di luar epitel, dindingnya dibentuk oleh jaringan fibroelastis. Di
sekeliling muara ductus alveolaris terdapat banyak alveolari tunggal dan saccus
alveolaris (sekelompok alveoli). Serat-serat otot polos tampak mencolok, terutama
pada muara alveoli dan saccus alveolaris. Sesungguhnya, muara alveoli pada ductus
alveolaris sedemikian banyaknya sehingga sulit untuk dapat melihat dinding ductus
alveolaris; walaupun ada potongan tebal, hal ini lebih jelas dan dapat dilihat berkasberkas serat elastis, kolagen, dan serat otot berselang-seling di antara muara alveoli
di sepanjang dinding ductus alveolaris.
e.
2. Fisiologi Pernapasan
2 kuneiformis
dan plika vokalis (bawah)
Laring disebur juga kotak suara
Epiglottis melindungi saluran nafas ketika makan.
Ketika sesorang mengeluarkan suara, maka pita suara akan merapat.
Trakea:
Komposisinya keras tapi bersifat fleksibel terletak di anterior esophagus, trakea melekat
pada kartilago cricoid (C6) dan berakhir dimediastinum dia bercabang (T5). Akhir ujung
trakea disebur karina dan menjadi bronkus. Trakea dilapisi epitel respirasi.
Bronkus:
Membentuk bronkus primer dan bronkus sekunder(3 dekstra, 2 sinistra) kemudian
menjadi brokus segmental (10 dekstra, 8 sinistra)
3. Mekanisme
Inspirasi merupakan proses aktif ,akan terjadi kontraksi otot otot ,inspirasi akan
meningkatkan volume intratorakal,tekanan intrapleura di bagian basis paru akan turun dari
normal sekitar -2,5 mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) pada awal inspirasi menjadi
6 mm Hg.jaringan paru semangkin tegang ,tekanan di dalam saluran udara menjadi
sedikit lebih negatif dan udara mengalir kedalam paru.pada akhir inspirasi daya rekoil paru
mulai menarik dinding dada kembali ke kedudukan ekspirasi ,sampai tercapai
keseimbangan kembali antara daya rekoil jaringan paru dan dinding dada.tekanan didalam
saluran udara menjadi sedikit positif dan udara mengalir meninggalkan paru,selama
pernapasan tenang,ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot
untuk menurunkan volume inratorakal,namun pada awal ekspirasi masih terdapat kontraksi
ringan otot inspirasi,kontraksi ini berfungsi sebagai peredam daya rekoil paru dan
memperlambat ekspirasi.
Kerja Nafas
Sistem respirasi secara fisiologis meliputi : pernafasan luar dan pernafasan dalam.
a
b
1
2
Pernafasan luar (eksternal) : pertukaran O2 CO2 antar sel-sel tubuh dengan udara luar.
Pernafasan dalam (internal) : respirasi sel didalam mitokondria intrasel, dimana
metabolisme ini membutuhkan O2 dari kapiler jaringan dan menyuplai metabolit CO2 ke
kapiler.
Proses pernafasan luar meliputi beberapa tahapan :
Ventilasi : pertukaran udara luar dengan alveol paru. Terdiri dari inspirasi dan ekspirasi.
Difusi : pertukaran O2 CO2 antara udara alveol dengan kapiler paru.
- Fase gas : pertukaran gas antara udara luar dengan udara alveol. Semakin berat
molekul gas, semakin cepat proses difusinya. (O2> CO2)
- Fase membran : pertukaran O2 CO2 antara alveol dengan darah dalam kapiler paru
melewati membran kapiler. Semakin tipis membran, semakin cepat difusinya.
Fase cairan : pertukaran O2 CO2 dalam sirkulasi darah dengan hemoglobin dalam
eritrosit. Semakin mudah larut, difusi semakin cepat. (CO 2>O2 , karena daya larut CO2
24,3x > O2)
3 Perfusi : pengangkutan O2 dan CO2 oleh pembuluh darah paru ke kapiler jaringan atau
sebaliknya.
4 Pertukaran O2 CO2 antara darah di kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan.
Pengaturan pernafasan
Pengaturan
Tiga pusat pengaturan pernapasan normal yaitu:
1) Pusat Respirasi
Terletak pada formatio retikularis medula oblongata sebelah kaudal.Pusat respirasi
ini terdiri atas pusat inspirasi dan pusat ekspirasi.
2) Pusat Apneustik
Terletak pada pons bagian bawah.Mempunyai pengaruh tonik terhadap pusat
inspirasi.Pusat apneustik ini dihambat oleh pusat pneumotaksis dan impuls aferen
vagus dari reseptor paru-paru.Bila pengaruh pneumotaksis dan vagus dihilangkan,
maka terjadi apneustik.
3) Pusat Pneumotaksis
Terletak pada pons bagian atas.Bersama-sama vagus menghambat pusat apneustik
secara periodik.Pada hiperpnea, pusat pneumostaksis ini merangsang pusat respirasi.
Aktivitas pernapasan diatur secara kimia dan non-kimia.penurunan PO2 , peningkatan
PCO2 atau konsentrasi ion H darah akan meningkatkan aktivitas pusat respirasi.
Perubahan yang berlawanan mempunyai efek hambatan terhadap aktivitas respirasi.
Secara non-kimia, pengaturan aktivitas pernapasan adalah melalui suhu tubuh dan
aktivitas fisik.Peningkatan suhu tubuh dapat meningkatkan aktivitas pernafasan.
4.
5. Bakteri Mycobacterium Tuberculosis
Definisi, Klasifikasi dan Morfologi Mycobacterium Tuberculosis
Mycobacterium Tuberculosis adalah Bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit
Tuberculosis. Mycobacterium Tuberculosis pertama kali dideskripsikan pada 24 Maret 1882 oleh
Ilmuwan berkebangsaan Jerman yang bernama Robert Koch. 1 Mycobacterium Tuberculosis termasuk
dalam bakteri kompleks Mycobacterium Tuberculosis.
: Actinobacteria
Ordo
: Actinomycetales
: Mycobacteriaceae
Genus
: Mycobacterium
Spesies
: Mycobacterium Tuberculosis
berkapsul. Sifat pertumbuhan kuman tuberculosis adalah aerob, sukar tumbuh pada media biasa, dan
memerlukan pembenihan istimewa (mengandung telur). Suhu optimum 37 C, pH optimum
pembenihan antara 6,0-8,0 dan pH optimum antara 6,5-6,8. Keistimewaan kuman ini adalah sekali
menangkap zat warna maka sukar terlepaskannya, tahan terhadap asam dan mineral. Oleh karena itu
dikenal dengan sebutan Acid Fast Staining atau Bakteri Tahan Asam (BTA).
Beberapa tipe dari tuberculosis adalah:
1. M. tuberculosis type human: dapat menyebabkan penyakit TBC pada manusia
2. M. tuberculosis type bovine: dapat menyebabkan penyakit TBC pada hewan (sapi)
3. M. tuberculosis type avium: menyebabkan penyakit TBC pada burung
4. M. tuberculosis type murine: menyebabkan penyakit TBC pada tikus
M. tuberculosis dinamakan juga Basil Koch karena pertama sekali ditemukan oleh Robert Koch
pada tahun 1882, sedangkan M. leprae yang bentuk kumannya serupa ditemukan oleh Hansen pada
tahun 1868, dan kuman ini juga disebut basil Hansen. Untuk kelangsungan hidup dan
perkembangbiakan Mycobacterium dipengaruhi oleh lingkungan tempat kehidupannya, penanganan,
dan pengenalan koloni sangat diperlukan, karena tiap koloni mempunyai sifat kehidupan yang
berbeda satu sama lainnya.
Penyakit TBC pada manusia disebabkan oleh kuman type human, sedangkan type bovine pada
sapi dapat juga menular ke manusia yaitu melalui perantaraan susu sapi. Tuberculosis adalah kuman
penyebab penyakit TBC kronis (menahun) dan paling sering menyerang paru dan merusak jaringan
dan pembuluh darah di paru, akibatnya terjadi pendarahan dan darah ini sering keluar bersama-sama
dengan dahak, darah yang keluar dari paru umumnya berwarna merah jernih, oleh sebab itu orang
yang mengeluarkan kuman
Selain merusak paru-paru, Mycobacterium Tuberculosis dapat mengenai sistem saraf sentral atau
meningitis, sistem lympatic, sistem sirkulasi atau miliary tuberculosis, sistem genitourinary,
tulang dan sendi (Arif Mansjoer, 2003). Penderia penyakit Tuberculosis paru akan mengalami
malnutrisi dengan berat badan hanya sekitar 30 sampai 50 kg terutama pada orang dewasa.
Kondisi daya tahan tubuh yang sangat rendah pada penderita Tuberculosis paru akan
menimbulkan Mycobacterium Tuberculosis berkembang biak (Depkes, RI 2001:6).
6.2 Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini.
Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai
Global Emergency . Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru
tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif.
Setiap detik ada satu orang yang terinfeksi tuberkulosis di dunia ini, dan sepertiga penduduk
dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. Jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara
yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah pendduduk, terdapat
182 kasus per 100.000 penduduk.Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu
350 per 100.000 pendduduk Diperkirakan terdapat 2 juta kematian akibat tuberkulosis
pada tahun 2002. Jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu
625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka
mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi
HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul.
Di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001
didapatkan bahwa penyakit pada sistem pernapasan merupakan penyebab kematian kedua setelah
sistem sirkulasi. Pada SKRT 1992 disebutkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian
kedua, sementara SKRT 2001 menyebutkan bahwa tuberkulosis adalah penyebab kematian
pertama pada golongan penyakit infeksi.
6.3 Klasifikasi
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura
(selaput paru)
1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)
TB paru dibagi dalam :
a. Tuberkulosis Paru BTA (+)
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan
radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif
b. Tuberkulosis Paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan
kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif serta tidak respons dengan pemberian
antibiotik spektrum luas
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
M.tuberculosis positif
Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa
2. Berdasarkan Tipe Penderita
Tipe penderita ditentukan
penderita yaitu :
a. Kasus baru
Adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian)
atau
dipertimbangkan oleh klinisi untuk diberikan obat anti tuberkulosis siklus penuh. TB di luar paru
dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakit, yaitu :
1. TB di luar paru ringan
Misalnya : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang
belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
2. TB diluar paru berat
Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral,
TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.
Catatan :
Yang dimaksud dengan TB paru adalah TB pada parenkim paru. Sebab itu TB
pada pleura atau TB pada kelenjar hilus tanpa ada kelainan radiologik paru,
dianggap sebagai penderita TB di luar paru.
Bila seorang penderita TB paru juga mempunyai TB di luar paru, maka untuk
kepentingan pencatatan penderita tersebut harus dicatat sebagai penderita TB paru.
Bila seorang penderita ekstra paru pada beberapa organ, maka dicatat sebagai ekstra
paru pada organ yang penyakitnya paling berat.
6.4 Patofisologi
A. TUBERKULOSIS PRIMER
Kuman tuberkulosis yang
masuk melalui saluran napas akan
bersarang di jaringan paru, dimana ia
akan membentuk suatu sarang
pneumonik, yang disebut sarang
primer atau afek primer. Sarang
primer ini mugkin timbul di bagian
mana saja dalam paru, berbeda
dengan sarang reaktivasi. Dari sarang
primer akan kelihatan peradangan
saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis
lokal).
Peradangan
tersebut diikuti oleh pembesaran
kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai
kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali
(restitution ad integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik,
sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar kesekitarnya Salah satu contoh adalah
epituberkulosis, yaitu suatu kejadian dimana terdapat penekanan bronkus, biasanya
bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan
obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat atelektasis. Kuman
tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang
atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut, yang
dikenal sebagai epituberkulosis.
b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru
bersangkutan maupun ke paru sebelahnya. Penyebaran ini juga terjadi ke dalam usus
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Kejadian penyebaran ini sangat
bersangkutan dengan daya tahantubuh, jumlah dan virulensi basil. Sarang yang
ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetapi bila tidak terdapat imuniti yang
adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis
milier, meningitis tuberkulosa, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat
menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal,
genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin
berakhir dengan :
Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan terbelakang
pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau
Meninggal
Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis
primer.
B. TUBERKULOSIS POST-PRIMER
Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian tuberkulosis
post-primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post primer mempunyai nama
yang bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis,
tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama
menjadi problem kesehatan rakyat, karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis
post-primer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal dari
lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang
pneumonik kecil.
Nasib sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
1.
2.
3.
6.5 Manifestasi
TB paru sering menimbulkan gejala klinis yang dapat dibagi menjadi 2 yaitu gejala
respiratorik dan gejala sistematik.
Gejala respiratorik seperti batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, sedangkan
gejala sistemik seperti demam, keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan dan
malaise.
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala
yang cukup berat tergantung dari luasnya lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat
medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka mungkin
pasien tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi akibat adanya iritasi bronkus,
dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak keluar.Pada awal
perkembangan penyakit sangat sulit menemukan kelainan pada pemeriksaan
fisik.Kelainan yang dijumpai tergantung dari organ yang terlibat.Kelainan paru pada
umumnya terletak di daerah lobus superior terutama di daerah apeks dan segmen
posterior. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai antara lain suara napas bronkial,
amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru,
diapragma dan mediastinum.
6.6 Diagnosis dan diagnosis banding
A. Pemeriksaan Fisik
Ditemukan kelainan struktur paru, umumnya terletak pada daerah apex dan segmenpoterior,
serta daerah apex lobus inferior.
PF: suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda2 penarikan
paru, diafragma dan mediastinum.
Pleuritis tuberkulosa: terdapat cairan pada rongga pleura. Perkusi ditemukan pekak,
auskultasi napas melemah-tidak tedengar pada bagian yg terisi cairan.
Pemeriksaan Darah
1.
Laju endap darah (LED)
2.
Pemeriksaan serologi:
a. Enzym linked immunosorbent assay ( ELISA)
b. Mycodot
c. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Pemeriksaan lain
a. analisis cairan pleura & uji Rivalta pada penderita efusi pleura Rivalta positif dan
kesan cairan eksudat
b. Polymerase chain reastion (PCR)
Uji tuberkulin
Pemeriksaan ini masih banyak digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis TB, terutama
pada anak-anak/balita. Biasanya dipakai tes Mantoux, yakni dengan menyutikkan 0,1 cc
tuberkulin P.P.D (Purified Protein Derivative) intrakutan berkekuatan 5 T.U (intermediate
strength). Bila ditakutkan reaksi hebat dengan 5 T.U, dapat dberikan dulu 1 atau 2 T.U (first
strength). Kadang-kadang, bila dengan 5 T.U masih memberikan hasil negatif, dapat diulangi
dengan 250 T.U (second strength). Bila dengan 250 T.U masih memberikan hasil negatif, berarti
TB dapat disingkirkan. Umumnya, tes Mantoux dengan 5 T.U saja sudah cukup berarti.
Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang sedang atau pernah mengalami infeksi M.
tuberculosis, M. bovis, vaksinasi BCG, dan Mycobacteria patogen lainnya. Dasar tes tuberkulin
ini adalah reaksi alergi tipe lambat. Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi
berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit, yakni reaksi persenyawaan antara
antibodi selular dengan antigen tuberkulin. Banyak-sedikitnya persenyawaan antibodi selular
dengan antigen tuberkulin amat dipengaruhi oleh antibodi humoral: makin besar pengaruh
antibodi humoral, makin kecil indurasi yang ditimbulkan.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, hasil tes Mantoux ini dibagi dalam:
4.7 Penatalaksanaan
A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Obat yang dipakai:
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
Rifampisin
INH
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination) Kombinasi dosis tetap ini terdiri
dari :
Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid
75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg dan
Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75
mg dan pirazinamid. 400 mg
3. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
Kanamisin
Kuinolon
Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid,
enyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi:
komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
Prognosis umumnya baik jika infeksi terbatas di paru dan pengobatan yang teratur
serta disiplin, kecuali jika infeksi disebabkan oleh strain resisten obat atau terjadi pada
pasien berusia lanjut, dengan debilitas, atau mengalami gangguan kekebalan yang
berisiko tinggi menderita tuberkulosis milier.
Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi TB Paru & Riwayat
Alamiah, Perjalanan TB Paru dan Program P2M
LO.6.1. Faktor Predisposisi, Prevalensi dan Penyebaran
1. Faktor Agent ( Mycobacterium tuberculosis)
Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia
atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang
lama. Pada Host, daya infeksi dan kemampuan tinggal sementara Mycobacterium Tuberculosis
sangat tinggi. Patogenesis hampir rendah dan daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan
kondisi Host.
2. Faktor Lingkungan
Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar
dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola sekuler tanpa
dipengaruhi musim dan letak geografis.Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada
kasus TBC. Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik, penggangguran dan tidak adanya
pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan pencetus peningkatan
epidemi penyakit ini.
Mycobacterium
melewati
barrier
plasenta,
kemudian
pengetahuan
pekerja
tentang
penanggulangan
TBC
di
tempat
kerja
: Pendidikan
kesehatan
awal,
berkala
&
khusus
(anamnesis,
pemeriksaan
pengetahuan
pekerja
tentang
penanggulangan
TBC
di
tempat
kerja
Adalah upaya untuk mencegah timbulnya penyakit atau kondisi yang memperberat penyakit TB.
1.Pencegahan Primer : Pencegahan primer merupakan upaya yang dilaksanakan untuk mencegah
timbulnya penyakitpada populasi yang sehat.
Pengendalian melalui perundang-undangan (legislative control) :
Undang-Undang No. 14 tahun 1969 Tentang ketentuan-ketentuan pokok tenaga kerja.
Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja
Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang hygiene dan saniasi lingkungan
Pengendalian melalui administrasi/organisasi (administrative control):
Pesyaratan penerimaan tenaga kerja
Pencatatan pelaporan
Monitoring dan evaluasi
Pengendalian secara teknis (engineering control), antara lain :
Sistem ventilasi yang baik
Pengendalian lingkungan keja
Pengendalian melalui jalur kesehatan (medical control), antara lain
: Pendidikan
kesehatan
awal,
berkala
&
khusus
(anamnesis,
pemeriksaan
Pengawasan dan penyuluhan untuk mendorong pasien TBC bertahan pada pengobatanyang
diberikan (tingkat kepatuhan) dilaksanakan oleh seorang Pengawas Obat atau juru TBC
Pengamatan langsung mengenai perawatan pasien TBC di tempat kerja Case-finding secara aktif, mencakup identifikasi TBC pada orang yang dicurigai
danrujukan pemeriksaan dahak dengan mikroskopis secara berkala.
Membuat Peta TBC, sehingga ada gambaran lokasi tempat kerja yang perluprioritas
penanggulangan TBC bagi pekerja
Pengelolaan logistic
LO.6.3. Sumber dan Cara Penularan
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.Pada waktu batuk atau bersin,
pasien menyebarkan kuman keudara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei).Sekali
batuk dapat
percikan
dahak.
terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang
Umumnya
penularan
lama.Ventilasi
dapat
banyaknya
kuman
yang
dikeluarkan
dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifanhasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien
tersebut. Faktor yang memungkinkanseseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi
percikan dalam udara danlamaya meng
hirup udara tersebut.
e) Tipe kasus dibedakan kasus banu, kasus kambuh/gagal, kasus BTA() tapiRontgen
f) Follow up pengobatan dilakukan secara ketat pada akhir fase intensif dan
dua bulan sebelum akhir pengobatan dan akhir pengobatan, setiap follow up pemeriksaan dahak
dilakukan dua kali (dahak sewaktu dari pagi).
g) Supervisi pelaksanaan program dilakukan oleh petugas tingkat II secara ketat (3 bulan sekali).
h) Pengawasan langsung keteraturan berobat (DOTS : Directly ObservedTreatment Short- Course)
oleh petugas kesehatan atau keluarganya.
LO.6.5. Cara Menemukan TB Paru
Kegiatan penemuan penderita terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis,
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita. Penemuan penderita merupakan
langkah pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB.
Penjaringan tersangka penderita dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan
penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan
cakupan penemuan tersangka penderita TB. Pemeriksaan terhadap kontak penderita TB,
terutama mereka yang BTA positif dan pada keluarga anak yang menderita TB yang
menunjukkan gejala sama, harus diperiksa dahaknya. Probabilitas terjadinya resistensi obat TB
lebih tinggi di rumah sakit dan sektor swasta yang belum terlibat dalam program pengendalian
TB nasional sebagai akibat dari tingginya ketidakpatuhan dan tingkat drop out pengobatan
karena tidak diterapkannya strategi DOTS yang tinggi.
Mengingatkan pasien untuk pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan.
d)
Memberikan dorongan terhadap pasien untuk berobat secara teratur hingga selesai.
e) Mengenali efek samping ringan obat, dan menasehati pasien agar tetap mau menelan obat.
f) Merujuk pasien bila efek samping semakin berat.
g) Melakukan kunjungan rumah
h) Memberikan penyuluhan pada anggota keluarga penderita tuberculosis yang mempunyai gejalagejala tersangka tuberkulosis untuk segera memeriksakan diri kepada petugas kesehatan.
LI.8. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Etika Batuk Dalam Islam
Cara batuk yang benar
Langkah 1 Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar anda dan tutup hidung dan mulut anda dengan
menggunakan tissue atau saputangan atau lengan dalam baju anda setiap kali anda merasakan dorongan
untuk batuk atau bersin.
atau saputangan atau lengan dalam baju anda setiap kali anda merasakan dorongan untuk batuk atau
bersin.
Langkah 2 Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah.
Langkah 3 Tinggalkan ruangan/tempat anda berada dengan sopan dan mengambil kesempatan untuk pergi
cuci tangan di kamar kecil terdekat atau menggunakan gel pembersih tangan.
Langkah 4
- Gunakan masker
- Bersin pada lengan baju bagian dalam adalah cara penting untuk membantu mengurangi
penyebaran penyakit udara di seluruh dunia.
Jika menggunakan tissue, itu hanya boleh digunakan sekali dan diikuti segera dengan mencuci
tangan dan membuang tissue pada tempat sampah.