Anda di halaman 1dari 32

I.

Memahami dan menjelaskan anatomi pernapasan bagian bawah


I.1. Makroskopik
a.

Trachea

Terdiri dari tulang rawan dan otot yang berbentuk pipa yang terletak di tengah-tengah
leher sampai incissura jugularis di belakang manubrium sternum masuk cavum torax
melalui apertura thoracis superior tepatnya pada mediastinum superior.Dimulai dari
bagian bawah carilago cricoid setinggi cervical VI sampai bercabang menjadi bronchus
dekstra dan sinistra setinggi vertebra thoracal ke IV-V.Percabangan tersebut terkenal
Bifurcario trachea dalam cavum thorax.
Persarafan trachea
Saraf-sarafnya adalah cabang-cabang nervus vagus, nervus laryngeus recurrens, dan
truncus symphaticus. Saraf-saraf ini mengurus otot trachea dan membranmucosa
yang melapisi trachea.

b.

Bronchus
Percabangan trachea setinggi batas vertebra iv-v yang dikenal dengan bifurcatio
trachea memberi cabang 2 buah bronchus, bronchus dekstra dan sinistra.Keduanya
yang disebut bronchus primarius.
Bronchus dalam parun memberikan cabang-cabang ke setiap lobus paru (disebut
bronkus sekunder), yaiut pada paru kanan terdapat 3 buah cabang bronchus
(bronchus lobaris superior, media, dan inferior) sesuai dengan lobus paru, sedangkan
pada paru kiri mempunyai 2 buah cabang bronchus (bronchus lobaris superior, dan
inferior), lobus media kanan dalam perkembangannya menjadi lingual pulmonalis
pada paru kiri.
Bronchus dextra (terdiri dari 10 buah cabang segmen bronchiolus atau Broncho
Pulmonalis Segmen (BPS) sbb ;
1.

Lobus superior mempunyai 3 buah (BPS) : segmen apical, posterior,

2.
3.

anterior
Lobus media mempunyai 3 buah BPS : segmen lateral dan medial
Lobus inferior mempunyai 5 buah BPS : segmen superior, media, lateral,
anterior, dan posterior

Bronchus sinistra (terdiri dari 9 buah cabang segmen bronchiolus)


1. Lobus superior mempunyai 4 buah segmen sbb :cabang atas (2 buah) : apica
posterior dan anterior cabang bawah dikenal dengan segmen lingual (2 buah)
segmen superior dan inferior.
2. Lobus inferior mempunyai 5 buah segmen : segmen superior, mediobasal,
laterobasal, anterobasal, posterobasal.

c.

Pulmo dan pleura


Paru (pulmo) berbentuk kerucut dan diliputi oleh pleura visceralis, dan terdapat
bebas di dalam cavitas pleuralisnya; hanya diletakkan pada mediastinum oleh radix
pulmonis.
Masing-masing paru mempunyai apex pulmonis yang tumpul, yang menonjol ke atas
ke dalam leher sekitar 2,5 cm di atas clavicula. Basis pulmonis yang konkaf

merupakan tempat yang terdapat diaphragma. Facies costalis yang konveks


disebabkan oleh dinding thorax yang konkaf. Facies mediastinalis yang konkaf
merupakan cetakan pericardium dan struktur mediastinum lainnya. Di sekitar
pertengahan facies mediastinalis ini, terdapat hilum pulmonis, yaitu suatu cekungan
tempat masuknya bronchus, pembuluh darah, dan saraf yang membentuk radix
pulmonis masuk dan keluar dari paru.

Margo anterior paru tipis dan meliputi jantung. Pada margo anterior pulmo
sinister, terdapat incisura cardiaca pulmonis sinistri. Pinggir posterior lebih tebal dan
terletak di samping columna vertebralis.
Pulmo dexter sedikit lebih besar dari pulmo sinister dan dibagi oleh fissura
obliqua dan fissura horizontalis pulmonis dextri menjadi tiga lobus: lobus superior,
lobus medius, dan lobus inferior (Gambar 1-2). Fissura obliqua berjalan dari pinggir
inferior ke atas dan ke belakang menyilang permukaan medial dan costalis sampai
memotong pinggir posterior sekitar 6,25 cm di bawah apex pulmonis. Fissura
horizontalis berjalan menyilang permukaan costalis setinggi cartilago costalis IV dan
bertemu dengan fissura obliqua pada linea axillaris media. Lobus medius merupakan
lobus kecil berbentuk segitiga yang dibatasi oleh fissura horizontalis dan fissura
obliqua.

Pulmo sinister dibagi oleh fissura obliqua dengan cara yang sama menjadi dua lobus:
lobus superior dan lobus inferior (Gambar 1-2). Pada pulmo sinister, tidak terdapat
fissura horizontalis.

SEGMENTA BRONCHIOPULMONALIA
Segmenta bronchiopulmonalia merupakan unit paru secara anatomi, fungsi, dan
pembedahan. Setiap bronchus lobaris (sekunder) yang berjalan ke lobus paru
mempercabangkan bronchi segmentales (tertier). Setiap bronchus segmentalis masuk
ke unit paru yang secara struktur dan fungsi adalah independen dan disebut segmenta
bronchiopulmonalia, dan dikelilingi oleh jaringan ikat.
Setelah masuk segmenta bronchopulmonaris, bronchus segmentalis segera
membelah. Pada saat bronchi menjadi lebih kecil, cartilago yang berbentuk huruf C
yang ditemui mulai dari trachea perlahan-lahan diganti oleh cartilago ireguler yang
lebih kecil dan lebih sedikit jumlahnya. Bronchi yang paling kecil membelah dua
menjadi bronchioli, yang diameternya <1 mm. Bronchioli tidak mempunyai cartilago
di dalam dindingnya dan dibatasi oleh epitel silindris bercilia. Jaringan submucosa
mempunyai lapisan serabut otot polos melingkar yang utuh.

Bronchioli kemudian membelah menjadi bronchioli terminales yang mempunyai


kantong-kantong lembut pada dindingnya. Pertukaran gas yang terjadi antara darah
dan udara terjadi pada dinding kantong-kantong tersebut. Oleh karena itu, kantongkantong lembut dinamakan bronchiolus respiratorius. Bronchioli respiratorius
berakhir dengan cabang sebagai ductus alveolaris yang menuju ke arah pembuluhpembuluh membentuk kantong dengan dinding yang tipis, yang disebut saccus
alveolaris. Saccus alveolaris terdiri atas beberapa alveoli yang terbuka ke satu
ruangan. Masing-masing alveolus dikelilingi oleh jaringan kapiler yang padat.
Pertukaran gas terjadi antara udara yang terdapat di dalam lumen alveoli, melalui
dinding alveoli ke dalam darah yang ada di dalam kapiler di sekitarnya.
Radix pulmonis dibentuk oleh alat-alat yang masuk dan keluar paru. Alat-alat
tersebut adalah bronchi, arteriae dan venae pulmonalis, pembuluh limfatik, arteriae
dan venae bronchialis, serta saraf-saraf. Radix pulmonis dikelilingi oleh pleura yang
menghubungkan pleura parietalis pars mediastinalis dengan pleura visceralis yang
membungkus paru.

Pendarahan Paru
Bronchi, jaringan ikat paru, dan pleura visceralis menerima darah dari arteriae
bronchiales yang merupakan cabang aorta ascendens. Venae bronchiales (yang
berhubungan dengan venae pulmonales) mengalirkan darahnya ke vena azygos
dan vena hemiazygos.
Alveoli menerima darah terdeoksigenasi dari cabang-cabang terminal arteriae
pulmonales. Darah yang teroksigenasi meninggalkan kapiler-kapiler alveoli
masuk ke cabang-cabang venae pulmonales yang mengikuti jaringan ikat septa
intersegmentalis ke radix pulmonis. Dua venae pulmonales meninggalkan setiap
radix pulmonis untuk bermuara ke dalam atrium sinistrum cor.

Persarafan Paru
Pada radix setiap paru terdapat plexus pulmonalis yang terdiri atas serabut eferen
dan aferen saraf otonom. Plexus ini dibentuk dari cabang-cabang truncus
symphaticus dan menerima serabut-serabut parasimpatis dari nervus vagus.
Serabut-serabut eferen simpatis mengakibatkan bronchodilatasi dan
vasokonstriksi.
Serabut-serabut
eferen
parasimpatis
mengakibatkan
bronchokonstrinksi, vasodilatasi, dan peningkatan sekresi kelenjar.

Impuls aferen yang berasal dari mucosa bronchus dan dari reseptor regang pada
dinding alveoli berjalan ke susunan saraf pusat dalam saraf simpatis dan
parasimpatis.

1.2 MIKROSKOPIK ORGAN SALURAN NAPAS BAWAH


a. Trachea
rachea mempunyai dinding yang relatif tipis, lentur, dan berkemampuan
untuk memanjang saat bernapas dan gerakan badan. Tetap terbukanya
trachea disebabkan oleh tunjangan serangkaian cartilago berbentuk huruf C
yang berjumlah kira-kira 20, yang tak beraturan, tersusun dari atas ke bawah dengan
bagian terbuka mengarah ke belakang.

Trachea dilapisi oleh


suatu membran mucosa yang
terdiri dari epitel bertingkat
silindris bercilia dan bersel
goblet, yang terletak pada
lamina basal dan ditunjang
oleh lamina propria. Yang
paling banyak adalah sel
silindris tinggi yang bercilia
di mana cilianya meyapu ke
atas ke arah pharynx, dan sel
goblet (mucus). Terdapat pula
sel silindris tanpa cilia; di
antaranya merupakan sel
sikat (kaveola), mirip dengan
sel yang terdapat di dalam
epitel usus dengan mikrovili
panjang-lurus
dan
memperlihatkan
sinaps
dendrit di permukaan basalnya.

b.

Bronchus

usunan bronchi ekstrapulmonar sangat mirip trachea dan hanya berbeda dalam
garis tengahnya yang lebih kecil. Pada bronchi principalis, cincin tulang
rawan juga tidak sempurna, celah pada bagian posterior ditempati oleh otot

polos.

Bronchus intrapulmonar berbeda dari bronchus ekstrapulmonar dalam beberapa


gambaran dasar. Bronchus intrapulmonar tampak bulat dan tidak memperlihatkan
bagian posterior yang rata seperti yang terlihat pada trachea atau bronchus
ekstrapulmonar. Hal ini disebabkan oleh tidak terdapatnya cincin cartilago yang
berbentuk huruf C, melainkan terdiri dari lempeng-lempeng cartilago hyaline yang
bentuknya tidak beraturan dan sebagian melingkari lumen secara lengkap. Lempeng
cartilago hyaline dikitari oleh jaringan ikat padat fibrosa yang banyak mengandung
serat elastin. Pada perbatasan antara submucosa dengan mucosa, pemadatan jaringan
elastin seperti pada trachea dan bronchi ekstrapulmonar, diperkuat oleh suatu
selubung luar yang terdiri dari serat-serat otot polos. Serat-serat ini tidak menyusun
lapisan-lapisan yang nyata seperti misalnya pada saluran pencernaan, tetapi
membentuk berkas serat-serat yang terputus-putus yang tersusun sebagai spiral
terbuka mengelilingi bronchus; beberapa membelit ke kiri, lainnya membelit ke
kanan.
Bronchus menjadi lebih kecil dengan percabangannya, namun susunan dasarnya
tetap tidak berubah seperti yang telah diuraikan. Sekalipun demikian, bronchus yang
terkecil mengandung lebih sedikit tulang rawan dan tidak lagi membentuk cincin
yang sempurna. Epitel yang membatasinya adalah epitel silindris bercilia, bersel
goblet, dan kurang tebal bila dibandingkan dengan epitel bertingkat silindris bercilia
yang melapisi bronchus besar.

c.

Bronchiolus
Bronchiolus mempunyai ciri tidak mengandung tulang rawan, kelenjar, dan kelenjar
limfe; hanya terdapat adventisia tipis yang terdiri dari jaringan ikat. Lamina propria
terutama tersusun oleh berkas otot polos yang cukup mencolok serta serat-serat
elastis. Epitel yang membatasi bronchiolus besar merupakan epitel silindris bercilia
dengan sedikit sel goblet; dan pada bronchiolus kecil (kira-kira 0,3 mm), sel goblet
hilang dan sel bersilia merupakan sel kubis atau silindris rendah. Di antara sel-sel itu,
tersebar sejumlah sel silindris berbentuk kubah, tak bercilia, bagian puncaknya
menonjol ke dalam lumen. Sel-sel ini disebut sel bronchiolar atau sel Clara. Sel ini
bersifat sebagai sel sekresi dengan retikulum bergranula di basal, aparatus Golgi di
atas inti dan di dalam sitoplasma apikal terdapat granula-granula sekret serta
retikulum agranula yang mencolok. Fungsi sel ini tidak diketahui, tetapi diduga ikut
berperan terhadap pembentukan cairan bronchiolar, yang mengandung protein,

glikoprotein, dan kolesterol. Sel-sel ini juga mengeluarkan sejumlah kecil surfaktan
yang terdapat di dalam sekret bronchiolar. Di bronchiolus terminalis, epitelnya juga
memiliki sejumlah sel sensorik (berbentuk sikat) dan sel neuroendokrin bergranula
kecil.

Bronchiolus Respiratorius
Bronchiolus respiratorius merupakan saluran pendek, bercabang-cabang, panjangnya
1-4 mm, biasanya bergaris tengah <0,5 mm, berasal dari bronchiolus terminalis.
Perbedaan dari bronchiolus terminalis adalah bahwa dinding bronchiolus
respiratorius diselingi oleh kantung-kantung (alveoli) tempat terjadinya pertukaran
gas. Bronchiolus respiratorius yang lebih besar dilapisi oleh epitel kubis bercilia yang
akan menjadi epitel selapis kubis pada saluran yang lebih kecil dan dilanjutkan
dengan epitel selapis gepeng yang membatasi alveolus pada muara alveolus. Di luar
lamina epitel, dindingnya disusun oleh anyaman berkas otot polos dan jaringan ikat
fibro-elastis. Bronchiolus respiratorius melanjutkan diri ke ductus alveolaris.

d.

Ductus Alveolaris
Ductus alveolaris adalah saluran berdinding tipis, berbentuk kerucut, dilapisi oleh
epitel selapis gepeng. Lapisan ini sangat tipis sehingga dengan mikroskop cahaya
sulit ditentukan. Di luar epitel, dindingnya dibentuk oleh jaringan fibroelastis. Di
sekeliling muara ductus alveolaris terdapat banyak alveolari tunggal dan saccus
alveolaris (sekelompok alveoli). Serat-serat otot polos tampak mencolok, terutama
pada muara alveoli dan saccus alveolaris. Sesungguhnya, muara alveoli pada ductus
alveolaris sedemikian banyaknya sehingga sulit untuk dapat melihat dinding ductus

alveolaris; walaupun ada potongan tebal, hal ini lebih jelas dan dapat dilihat berkasberkas serat elastis, kolagen, dan serat otot berselang-seling di antara muara alveoli
di sepanjang dinding ductus alveolaris.

e.

Atria, Saccus Alveolaris, dan Alveoli


Ductus alveolaris bermuara ke dalam atria, yaitu suatu ruang tak teratur atau
gelembung tempat alveoli dan saccus alveolaris bermuara. Biasanya dua atau lebih
saccus alveolaris muncul dari tiap atria. Saccus alveolaris adalah multikular, yaitu
sekelompok alveoli yang bermuara ke dalam suatu ruangan pusat sedikit lebih besar.
Masing-masing alveolus dilapisi oleh epitel gepeng yang sangat halus tapi sempurna.
Pada potongan tipis, dapat dilihat adanya celah pada septum interalveolaris sehingga
memungkinkan hubungan antara dua alveoli yang saling berdampingan. Celah ini
disebut porus alveolaris. Septum interalveolaris dibungkus pada masing-masing

2. Fisiologi Pernapasan

Struktur system respirasi dibagi menjadi dua:


1.
2.

Sistem pernapasan bagian atas (hidung, nasofaring, orofaring, laring)


Sistem pernapasan bagian bawah (laring, trakea, bronkus, bronkiolus, alveoli)
Jadi, jalur aliran udara pada traktus repiratorius:

Rongga hidung Faring (NAso, oro, laring) laring TrakeaBronkus


(primer, sekunder/lobar, tersier/segmental bronkiolus bronkiolus

terminalis bronkiolus repiratoriusduktis respialveoli

Saluran pernapasan bawah:


Laring: dibentuk oleh 9 tulang kartilago:
1 tyroidea berfungsi untuk melindungi bagian anterior & lateral saluran
1 kartilago cricoid
2 aritenoid
2 kornikulata
Ketiganya melekat pada plika vestibularis (atas)

2 kuneiformis
dan plika vokalis (bawah)
Laring disebur juga kotak suara
Epiglottis melindungi saluran nafas ketika makan.
Ketika sesorang mengeluarkan suara, maka pita suara akan merapat.
Trakea:
Komposisinya keras tapi bersifat fleksibel terletak di anterior esophagus, trakea melekat
pada kartilago cricoid (C6) dan berakhir dimediastinum dia bercabang (T5). Akhir ujung
trakea disebur karina dan menjadi bronkus. Trakea dilapisi epitel respirasi.
Bronkus:
Membentuk bronkus primer dan bronkus sekunder(3 dekstra, 2 sinistra) kemudian
menjadi brokus segmental (10 dekstra, 8 sinistra)
3. Mekanisme
Inspirasi merupakan proses aktif ,akan terjadi kontraksi otot otot ,inspirasi akan
meningkatkan volume intratorakal,tekanan intrapleura di bagian basis paru akan turun dari
normal sekitar -2,5 mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) pada awal inspirasi menjadi
6 mm Hg.jaringan paru semangkin tegang ,tekanan di dalam saluran udara menjadi
sedikit lebih negatif dan udara mengalir kedalam paru.pada akhir inspirasi daya rekoil paru
mulai menarik dinding dada kembali ke kedudukan ekspirasi ,sampai tercapai
keseimbangan kembali antara daya rekoil jaringan paru dan dinding dada.tekanan didalam
saluran udara menjadi sedikit positif dan udara mengalir meninggalkan paru,selama
pernapasan tenang,ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot
untuk menurunkan volume inratorakal,namun pada awal ekspirasi masih terdapat kontraksi
ringan otot inspirasi,kontraksi ini berfungsi sebagai peredam daya rekoil paru dan
memperlambat ekspirasi.

Kerja Nafas
Sistem respirasi secara fisiologis meliputi : pernafasan luar dan pernafasan dalam.
a
b

1
2

Pernafasan luar (eksternal) : pertukaran O2 CO2 antar sel-sel tubuh dengan udara luar.
Pernafasan dalam (internal) : respirasi sel didalam mitokondria intrasel, dimana
metabolisme ini membutuhkan O2 dari kapiler jaringan dan menyuplai metabolit CO2 ke
kapiler.
Proses pernafasan luar meliputi beberapa tahapan :
Ventilasi : pertukaran udara luar dengan alveol paru. Terdiri dari inspirasi dan ekspirasi.
Difusi : pertukaran O2 CO2 antara udara alveol dengan kapiler paru.
- Fase gas : pertukaran gas antara udara luar dengan udara alveol. Semakin berat
molekul gas, semakin cepat proses difusinya. (O2> CO2)
- Fase membran : pertukaran O2 CO2 antara alveol dengan darah dalam kapiler paru
melewati membran kapiler. Semakin tipis membran, semakin cepat difusinya.

Fase cairan : pertukaran O2 CO2 dalam sirkulasi darah dengan hemoglobin dalam
eritrosit. Semakin mudah larut, difusi semakin cepat. (CO 2>O2 , karena daya larut CO2
24,3x > O2)
3 Perfusi : pengangkutan O2 dan CO2 oleh pembuluh darah paru ke kapiler jaringan atau
sebaliknya.
4 Pertukaran O2 CO2 antara darah di kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan.
Pengaturan pernafasan
Pengaturan
Tiga pusat pengaturan pernapasan normal yaitu:
1) Pusat Respirasi
Terletak pada formatio retikularis medula oblongata sebelah kaudal.Pusat respirasi
ini terdiri atas pusat inspirasi dan pusat ekspirasi.
2) Pusat Apneustik
Terletak pada pons bagian bawah.Mempunyai pengaruh tonik terhadap pusat
inspirasi.Pusat apneustik ini dihambat oleh pusat pneumotaksis dan impuls aferen
vagus dari reseptor paru-paru.Bila pengaruh pneumotaksis dan vagus dihilangkan,
maka terjadi apneustik.
3) Pusat Pneumotaksis
Terletak pada pons bagian atas.Bersama-sama vagus menghambat pusat apneustik
secara periodik.Pada hiperpnea, pusat pneumostaksis ini merangsang pusat respirasi.
Aktivitas pernapasan diatur secara kimia dan non-kimia.penurunan PO2 , peningkatan
PCO2 atau konsentrasi ion H darah akan meningkatkan aktivitas pusat respirasi.
Perubahan yang berlawanan mempunyai efek hambatan terhadap aktivitas respirasi.
Secara non-kimia, pengaturan aktivitas pernapasan adalah melalui suhu tubuh dan
aktivitas fisik.Peningkatan suhu tubuh dapat meningkatkan aktivitas pernafasan.
4.
5. Bakteri Mycobacterium Tuberculosis
Definisi, Klasifikasi dan Morfologi Mycobacterium Tuberculosis
Mycobacterium Tuberculosis adalah Bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit
Tuberculosis. Mycobacterium Tuberculosis pertama kali dideskripsikan pada 24 Maret 1882 oleh
Ilmuwan berkebangsaan Jerman yang bernama Robert Koch. 1 Mycobacterium Tuberculosis termasuk
dalam bakteri kompleks Mycobacterium Tuberculosis.

Gambar. Koloni bakteri M. Tuberculosis


Klasifikasi Ilmiah dari Mycobacterium Tuberculosis diantaranya 1 :
Kingdom : Bacteria
Filum

: Actinobacteria

Ordo

: Actinomycetales

Sub ordo : Corynebacterineae


Famili

: Mycobacteriaceae

Genus

: Mycobacterium

Spesies

: Mycobacterium Tuberculosis

Mycobacterium Tuberculosis dapat diklasifikasikan sebagai bakteri parasit fakultatif


intraseluler yang ditransfer melalui udara, TBC muncul di paru-paru bagian atas pertama (Quast
2006). M. is gram-positive and nonspore-forming (North 2004).Tuberculosis adalah bakteri gram
positif dan nonspore pembentuk (North 2004). 2
Sifat-sifat pertumbuhan kuman tersebut secara bakteriologik adalah:
- Tidak membentuk spora dan tidak bergerak
- Berbentuk coccoid dan seperti benang
- Gram positif staf (sulit diwarnai dengan gram, memerlukan waktu lama)
- Tahan asam dan alkohol, berwarna merah dengan pulasan Ziehl-Nellsen
- Tumbuh lambat pada media buatan (6-8 minggu)
Morfologi kuman adalah berbentuk langsing seperti silinder, akan tetapi bisa juga berbentuk
benang. Pertumbuhan pada media kultur yang tua tampak bercabang karena pengaruh obat-obatan,
dan dapat juga berubah bentuk involusi, karena kuman tidak berspora tidak bergerak dan tidak

berkapsul. Sifat pertumbuhan kuman tuberculosis adalah aerob, sukar tumbuh pada media biasa, dan
memerlukan pembenihan istimewa (mengandung telur). Suhu optimum 37 C, pH optimum
pembenihan antara 6,0-8,0 dan pH optimum antara 6,5-6,8. Keistimewaan kuman ini adalah sekali
menangkap zat warna maka sukar terlepaskannya, tahan terhadap asam dan mineral. Oleh karena itu
dikenal dengan sebutan Acid Fast Staining atau Bakteri Tahan Asam (BTA).
Beberapa tipe dari tuberculosis adalah:
1. M. tuberculosis type human: dapat menyebabkan penyakit TBC pada manusia
2. M. tuberculosis type bovine: dapat menyebabkan penyakit TBC pada hewan (sapi)
3. M. tuberculosis type avium: menyebabkan penyakit TBC pada burung
4. M. tuberculosis type murine: menyebabkan penyakit TBC pada tikus
M. tuberculosis dinamakan juga Basil Koch karena pertama sekali ditemukan oleh Robert Koch
pada tahun 1882, sedangkan M. leprae yang bentuk kumannya serupa ditemukan oleh Hansen pada
tahun 1868, dan kuman ini juga disebut basil Hansen. Untuk kelangsungan hidup dan
perkembangbiakan Mycobacterium dipengaruhi oleh lingkungan tempat kehidupannya, penanganan,
dan pengenalan koloni sangat diperlukan, karena tiap koloni mempunyai sifat kehidupan yang
berbeda satu sama lainnya.
Penyakit TBC pada manusia disebabkan oleh kuman type human, sedangkan type bovine pada
sapi dapat juga menular ke manusia yaitu melalui perantaraan susu sapi. Tuberculosis adalah kuman
penyebab penyakit TBC kronis (menahun) dan paling sering menyerang paru dan merusak jaringan
dan pembuluh darah di paru, akibatnya terjadi pendarahan dan darah ini sering keluar bersama-sama
dengan dahak, darah yang keluar dari paru umumnya berwarna merah jernih, oleh sebab itu orang
yang mengeluarkan kuman

tuberculosis melalui dahaknya adalah merupakan sumber potensial

sebagai penyebaran penyakit TB-paru di masyarakat.


6. Memahami dan menjelaskan Tuberculosis Paru
6.1 Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis
complex.
Penyakit yang disebabkan karena infeksi Mycobacterium Tuberculosis atau Basal tahan asam
adalah penyakit TBC. Penyakit TBC terutama menyerang pada daerah parenkim paru-paru. 4 TBC
juga disebabkan oleh bakteri kompleks Mycobacterium Tuberculosis, Bakteri kompleks
Mycobacterium Tuberculosis meliputi Mycobacterium Tuberculosis, Mycobacterium bovis,
Mycobacterium africanum, Mycobacterium microti, dan Mycobacterium canettii. 5

Selain merusak paru-paru, Mycobacterium Tuberculosis dapat mengenai sistem saraf sentral atau
meningitis, sistem lympatic, sistem sirkulasi atau miliary tuberculosis, sistem genitourinary,
tulang dan sendi (Arif Mansjoer, 2003). Penderia penyakit Tuberculosis paru akan mengalami
malnutrisi dengan berat badan hanya sekitar 30 sampai 50 kg terutama pada orang dewasa.
Kondisi daya tahan tubuh yang sangat rendah pada penderita Tuberculosis paru akan
menimbulkan Mycobacterium Tuberculosis berkembang biak (Depkes, RI 2001:6).

6.2 Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini.
Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai
Global Emergency . Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru
tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif.
Setiap detik ada satu orang yang terinfeksi tuberkulosis di dunia ini, dan sepertiga penduduk
dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. Jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara
yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah pendduduk, terdapat
182 kasus per 100.000 penduduk.Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu
350 per 100.000 pendduduk Diperkirakan terdapat 2 juta kematian akibat tuberkulosis
pada tahun 2002. Jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu
625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka
mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi
HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul.
Di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001
didapatkan bahwa penyakit pada sistem pernapasan merupakan penyebab kematian kedua setelah
sistem sirkulasi. Pada SKRT 1992 disebutkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian
kedua, sementara SKRT 2001 menyebutkan bahwa tuberkulosis adalah penyebab kematian
pertama pada golongan penyakit infeksi.
6.3 Klasifikasi
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura
(selaput paru)
1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)
TB paru dibagi dalam :
a. Tuberkulosis Paru BTA (+)
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan
radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif
b. Tuberkulosis Paru BTA (-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan
kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif serta tidak respons dengan pemberian
antibiotik spektrum luas
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
M.tuberculosis positif
Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa
2. Berdasarkan Tipe Penderita
Tipe penderita ditentukan

berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe

penderita yaitu :
a. Kasus baru
Adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian)

b. Kasus kambuh (relaps)


Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian
kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
Bila hanya menunjukkan perubahan pada gambaran radiologik sehingga dicurigai lesi
aktif kembali, harus dipikirkan beberapa kemungkinan :
Infeksi sekunder
Infeksi jamur
TB paru kambuh
c. Kasus pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapatkan pengobatan

di suatu kabupaten dan

kemudian pindah berobat ke kabupaten lain. Penderita pindahan tersebut harus


membawa surat rujukan/pindah
d. Kasus lalai berobat
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 minggu
atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.

B. TUBERKULOSIS EKSTRA PARU


Batasan : Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput
otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dll. Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur spesimen positif, atau
histologi,

atau

bukti klinis kuat konsisten dengan TB ekstraparu aktif, yang selanjutnya

dipertimbangkan oleh klinisi untuk diberikan obat anti tuberkulosis siklus penuh. TB di luar paru
dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakit, yaitu :
1. TB di luar paru ringan
Misalnya : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang
belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
2. TB diluar paru berat
Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral,
TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.
Catatan :
Yang dimaksud dengan TB paru adalah TB pada parenkim paru. Sebab itu TB
pada pleura atau TB pada kelenjar hilus tanpa ada kelainan radiologik paru,
dianggap sebagai penderita TB di luar paru.
Bila seorang penderita TB paru juga mempunyai TB di luar paru, maka untuk
kepentingan pencatatan penderita tersebut harus dicatat sebagai penderita TB paru.
Bila seorang penderita ekstra paru pada beberapa organ, maka dicatat sebagai ekstra
paru pada organ yang penyakitnya paling berat.

6.4 Patofisologi
A. TUBERKULOSIS PRIMER
Kuman tuberkulosis yang
masuk melalui saluran napas akan
bersarang di jaringan paru, dimana ia
akan membentuk suatu sarang
pneumonik, yang disebut sarang
primer atau afek primer. Sarang
primer ini mugkin timbul di bagian
mana saja dalam paru, berbeda
dengan sarang reaktivasi. Dari sarang
primer akan kelihatan peradangan
saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis
lokal).
Peradangan
tersebut diikuti oleh pembesaran
kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai
kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali
(restitution ad integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik,
sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar kesekitarnya Salah satu contoh adalah
epituberkulosis, yaitu suatu kejadian dimana terdapat penekanan bronkus, biasanya
bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan
obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat atelektasis. Kuman
tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang
atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut, yang
dikenal sebagai epituberkulosis.
b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru
bersangkutan maupun ke paru sebelahnya. Penyebaran ini juga terjadi ke dalam usus
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Kejadian penyebaran ini sangat
bersangkutan dengan daya tahantubuh, jumlah dan virulensi basil. Sarang yang
ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetapi bila tidak terdapat imuniti yang
adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis
milier, meningitis tuberkulosa, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat
menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal,
genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin

berakhir dengan :
Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan terbelakang
pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau
Meninggal
Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis
primer.
B. TUBERKULOSIS POST-PRIMER
Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian tuberkulosis
post-primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post primer mempunyai nama
yang bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis,
tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama
menjadi problem kesehatan rakyat, karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis
post-primer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal dari
lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang
pneumonik kecil.
Nasib sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
1.
2.

3.

Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat


Sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan dengan
penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri menjadi lebih keras,
terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran Sebaliknya dapat juga
sarang tersebut menjadi aktif kembali, membentuk jaringan keju dan menimbulkan
kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar.
Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti akan
muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis,
kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik). Nasib kaviti ini :
Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru. Sarang
pneumonik ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan diatas
Dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan disebut
tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tapi mungkin pula
aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi
Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open healed
cavity, atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri, akhirnya mengecil.
Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus, dan menciut sehingga
kelihatan seperti
bintang (stellate shaped).

6.5 Manifestasi
TB paru sering menimbulkan gejala klinis yang dapat dibagi menjadi 2 yaitu gejala
respiratorik dan gejala sistematik.
Gejala respiratorik seperti batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, sedangkan
gejala sistemik seperti demam, keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan dan
malaise.

Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala
yang cukup berat tergantung dari luasnya lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat
medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka mungkin
pasien tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi akibat adanya iritasi bronkus,
dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak keluar.Pada awal
perkembangan penyakit sangat sulit menemukan kelainan pada pemeriksaan
fisik.Kelainan yang dijumpai tergantung dari organ yang terlibat.Kelainan paru pada
umumnya terletak di daerah lobus superior terutama di daerah apeks dan segmen
posterior. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai antara lain suara napas bronkial,
amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru,
diapragma dan mediastinum.
6.6 Diagnosis dan diagnosis banding

A. Pemeriksaan Fisik
Ditemukan kelainan struktur paru, umumnya terletak pada daerah apex dan segmenpoterior,
serta daerah apex lobus inferior.
PF: suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda2 penarikan
paru, diafragma dan mediastinum.
Pleuritis tuberkulosa: terdapat cairan pada rongga pleura. Perkusi ditemukan pekak,
auskultasi napas melemah-tidak tedengar pada bagian yg terisi cairan.

Limfadenitis Tuberkulosa: Pembesaran KGB sering di daerah leher (kemungkinan


metastasis tumor kemungkinan) kadang di daerah ketiak. Pembesaran KGB disebut cold
abcess.
B. Pemeriksaan Bakteriologik
- Bahan pemeriksaan
Bahan untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura,
liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolarm(bronchoalveolar lavage/BAL), urin,faeces dan jaringan biopsy
(termasuk biopsi jarum halus/BJH)
-

Cara pengambilan dahak


Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturutturut atau dengan cara:
Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Dahak Pagi ( keesokan harinya )
Sewaktu/spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairandikumpulkan/ditampung dalam pot
yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudah
pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasiliti, spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus
pada gelas objek (difiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium.
Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di gelas objek atau
untuk kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml
sebelum dikirim ke laboratorium. Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas
objek dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus
dipastikan telah tertulis identitas penderita yang sesuai dengan formulir permohonan
pemeriksaan laboratorium.

Cara pemeriksaan dahak dan Bahan lain


Pemeriksaan bakteriologik dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura, liquor
cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (BAL), urin,
faeces dan jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat dilakukandengan cara:
Mikroskopik
biakan
Pemeriksaan mikroskopik:
Mikroskopik biasa
:
pewarnaan Ziehl-Nielsen
pewarnaan Kinyoun Gabbett
Mikroskopik fluoresens:
pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk
screening)

Pemeriksaan biakan kuman:


Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode konvensional ialah dengan cara :
Egg base media (Lowenstein-Jensen, Ogawa, Kudoh)
Agar base media : Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti, dan dapat
mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan jugaMycobacterium other than tuberculosis
(MOTT). Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara, baik dengan melihat

cepatnya pertumbuhan, menggunakan uji nikotinamid, uji niasin maupun pencampuran


dengan cyanogen bromide serta melihat pigmen yang timbul.
C. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral. Pemeriksaan lain
atas indikasi : foto apiko-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks,tuberkulosis
dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform). Gambaran radiologik yang
dicurigai sebagai lesi TB aktif :
Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen
superior lobus bawah
Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular
Bayangan bercak milier
Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang) Gambaran radiologik yang
dicurigai lesi TB inaktif
Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas
Kalsifikasi atau fibrotik
Kompleks ranke
Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura
Luluh Paru (Destroyed Lung ) :
Gambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya
secara klinis disebut luluh paru .Gambaran radiologik luluh paru terdiri dari atelektasis,
multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya
berdasarkan gambaran radiologik tersebut.
Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan aktiviti proses penyakit
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat
dinyatakan sbb (terutama pada kasus BTA dahak negatif) :
Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak
lebih dari volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction dari iga kedua depan
dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5 (sela iga 2)
dan tidak dijumpai kaviti
Lesi luas
Bila proses lebih luas dari lesi minimal.
D. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Darah
1.
Laju endap darah (LED)
2.
Pemeriksaan serologi:
a. Enzym linked immunosorbent assay ( ELISA)
b. Mycodot
c. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Pemeriksaan lain
a. analisis cairan pleura & uji Rivalta pada penderita efusi pleura Rivalta positif dan
kesan cairan eksudat
b. Polymerase chain reastion (PCR)
Uji tuberkulin

Pemeriksaan ini masih banyak digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis TB, terutama
pada anak-anak/balita. Biasanya dipakai tes Mantoux, yakni dengan menyutikkan 0,1 cc
tuberkulin P.P.D (Purified Protein Derivative) intrakutan berkekuatan 5 T.U (intermediate
strength). Bila ditakutkan reaksi hebat dengan 5 T.U, dapat dberikan dulu 1 atau 2 T.U (first
strength). Kadang-kadang, bila dengan 5 T.U masih memberikan hasil negatif, dapat diulangi
dengan 250 T.U (second strength). Bila dengan 250 T.U masih memberikan hasil negatif, berarti
TB dapat disingkirkan. Umumnya, tes Mantoux dengan 5 T.U saja sudah cukup berarti.
Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang sedang atau pernah mengalami infeksi M.
tuberculosis, M. bovis, vaksinasi BCG, dan Mycobacteria patogen lainnya. Dasar tes tuberkulin
ini adalah reaksi alergi tipe lambat. Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi
berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit, yakni reaksi persenyawaan antara
antibodi selular dengan antigen tuberkulin. Banyak-sedikitnya persenyawaan antibodi selular
dengan antigen tuberkulin amat dipengaruhi oleh antibodi humoral: makin besar pengaruh
antibodi humoral, makin kecil indurasi yang ditimbulkan.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, hasil tes Mantoux ini dibagi dalam:

Indurasi dengan diameter 0-5 mm Mantoux negatif = golongan no sensitivity. Di sini


peran antibodi humoral paling menonjol. Untuk pasien dengan HIV positif, tes Mantoux + 5
mm, dinilai positif.
Indurasi berdiameter 6-9 mm hasil meragukan = golongan low grade sensitivity. Di sini
peran antibodi humoral masih menonjol.
Indurasi berdiameter 10-15 mm Mantoux positif = golongan normal sensitivity. Di sini
peran kedua antibodi seimbang.
Indurasi dengan diameter >15 mm Mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity. Di
sini peran antibodi selular paling menonjol.
4.6 Diagnosis banding
Pneumonia, ditemukan ronki, durasi gejala nya lebih cepat. Pada pemeriksan sputum
ditemukan bakteri selain tuberculosis dan for a normal
tumor/keganasan paru
jamur paru
penyakit paru, akibat kerja

4.7 Penatalaksanaan
A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Obat yang dipakai:
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
Rifampisin
INH

Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination) Kombinasi dosis tetap ini terdiri
dari :
Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid
75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg dan
Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75
mg dan pirazinamid. 400 mg
3. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
Kanamisin
Kuinolon
Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid,

amoksilin + asam klavulanat


Derivat rifampisin dan INH
4.8 Komplikasi

enyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi:
komplikasi dini dan komplikasi lanjut.

Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus, Poncets


arthropathy
Komplikasi lanjut: obstruksi jalan napas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis), kerusakan parenkim hebat SOPT/fibrosis paru, corpulmonal,
amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi TB
milier dan cavitas TB.

4.9 Pencegahan dapat dilakuka dengan cara :


Terapi pencegahan
Diagnosis dan pengobatan TB paru BTA positif untuk mencegah
penularan
Terapi pencegahan :
Kemoprofilaksis diberikan kepada penderita HIV atau AIDS. Obat yang
digunakan pada kemoprofilaksis adalah Isoniazid (INH) dengan dosis 5
mg / kg BB (tidak lebih dari 300 mg ) sheari selama minimal 6 bulan.
4.10 Prognosis

Prognosis umumnya baik jika infeksi terbatas di paru dan pengobatan yang teratur
serta disiplin, kecuali jika infeksi disebabkan oleh strain resisten obat atau terjadi pada
pasien berusia lanjut, dengan debilitas, atau mengalami gangguan kekebalan yang
berisiko tinggi menderita tuberkulosis milier.
Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi TB Paru & Riwayat
Alamiah, Perjalanan TB Paru dan Program P2M
LO.6.1. Faktor Predisposisi, Prevalensi dan Penyebaran
1. Faktor Agent ( Mycobacterium tuberculosis)
Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia
atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang
lama. Pada Host, daya infeksi dan kemampuan tinggal sementara Mycobacterium Tuberculosis
sangat tinggi. Patogenesis hampir rendah dan daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan
kondisi Host.
2. Faktor Lingkungan
Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar
dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola sekuler tanpa
dipengaruhi musim dan letak geografis.Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada

kasus TBC. Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik, penggangguran dan tidak adanya
pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan pencetus peningkatan
epidemi penyakit ini.

3. Periode Pathogenesis (Interaksi Host-Agent)


Interaksi terutama terjadi akibat masuknya Agent ke dalam saluran respirasi dan
pencernaan Host.Contohnya

Mycobacterium

melewati

barrier

plasenta,

kemudian

berdormansisepanjang hidup individu, sehingga tidak selalu berarti penyakit klinis.Infeksi


berikutseluruhnya bergantung pada pengaruh interaksi dari Agent, Host dan Lingkungan.
LO.6.2. Tindakan Preventif & Promotif
a. Upaya Promotif
Peningkatan

pengetahuan

pekerja

tentang

penanggulangan

TBC

di

tempat

kerja

melaluipendidikan & pelatihan petugas pemberi pelayanan kesehatan di tempat kerja,


penyuluhan,penyebarluasan informasi, peningkatan kebugaran jasmani, peningkatan kepuasan
kerja,peningkatan gizi kerja
b. Upaya preventif
Adalah upaya untuk mencegah timbulnya penyakit atau kondisi yang memperberat penyakit TB.
1.Pencegahan Primer : Pencegahan primer merupakan upaya yang dilaksanakan untuk mencegah
timbulnya penyakitpada populasi yang sehat.
Pengendalian melalui perundang-undangan (legislative control) :
Undang-Undang No. 14 tahun 1969 Tentang ketentuan-ketentuan pokok tenaga kerja.
Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja
Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang hygiene dan saniasi lingkungan
Pengendalian melalui administrasi/organisasi (administrative control):

Pesyaratan penerimaan tenaga kerja


Pencatatan pelaporan
Monitoring dan evaluasi
Pengendalian secara teknis (engineering control), antara lain :
Sistem ventilasi yang baik
Pengendalian lingkungan keja
Pengendalian melalui jalur kesehatan (medical control), antara lain

: Pendidikan

kesehatan : kebersihan perorangan, gizi kerja, kebersihan lingkungan, caraminum obat


dll.
Pemeriksaan

kesehatan

awal,

berkala

&

khusus

(anamnesis,

pemeriksaan

fisik,pemeriksaan laboratorium rutin, tuberculin test) Peningkatan gizi pekerja


2.Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk menemukan penyakit TBC sedini
mungkinmencegah meluasnya penyakit, mengurangi bertambah beratnya penyakit,
diantaranya:
Pengawasan dan penyuluhan untuk mendorong pasien TBC bertahan pada pengobatanyang
diberikan (tingkat kepatuhan) dilaksanakan oleh seorang Pengawas Obat atau juru TBC
Pengamatan langsung mengenai perawatan pasien TBC di tempat kerja Case-finding secara aktif, mencakup identifikasi TBC pada orang yang dicurigai
danrujukan pemeriksaan dahak dengan mikroskopis secara berkala.
Membuat Peta TBC, sehingga ada gambaran lokasi tempat kerja yang perluprioritas
penanggulangan TBC bagi pekerja
c. Pengelolaan logistic Upaya Promotif
Peningkatan

pengetahuan

pekerja

tentang

penanggulangan

TBC

di

tempat

kerja

melaluipendidikan & pelatihan petugas pemberi pelayanan kesehatan di tempat kerja,


penyuluhan,penyebarluasan informasi, peningkatan kebugaran jasmani, peningkatan kepuasan
kerja,peningkatan gizi kerja
d. Upaya preventif

Adalah upaya untuk mencegah timbulnya penyakit atau kondisi yang memperberat penyakit TB.
1.Pencegahan Primer : Pencegahan primer merupakan upaya yang dilaksanakan untuk mencegah
timbulnya penyakitpada populasi yang sehat.
Pengendalian melalui perundang-undangan (legislative control) :
Undang-Undang No. 14 tahun 1969 Tentang ketentuan-ketentuan pokok tenaga kerja.
Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja
Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang hygiene dan saniasi lingkungan
Pengendalian melalui administrasi/organisasi (administrative control):
Pesyaratan penerimaan tenaga kerja
Pencatatan pelaporan
Monitoring dan evaluasi
Pengendalian secara teknis (engineering control), antara lain :
Sistem ventilasi yang baik
Pengendalian lingkungan keja
Pengendalian melalui jalur kesehatan (medical control), antara lain

: Pendidikan

kesehatan : kebersihan perorangan, gizi kerja, kebersihan lingkungan, caraminum obat


dll.
Pemeriksaan

kesehatan

awal,

berkala

&

khusus

(anamnesis,

pemeriksaan

fisik,pemeriksaan laboratorium rutin, tuberculin test) Peningkatan gizi pekerja


2.Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk menemukan penyakit TBC sedini
mungkinmencegah meluasnya penyakit, mengurangi bertambah beratnya penyakit,
diantaranya:

Pengawasan dan penyuluhan untuk mendorong pasien TBC bertahan pada pengobatanyang
diberikan (tingkat kepatuhan) dilaksanakan oleh seorang Pengawas Obat atau juru TBC
Pengamatan langsung mengenai perawatan pasien TBC di tempat kerja Case-finding secara aktif, mencakup identifikasi TBC pada orang yang dicurigai
danrujukan pemeriksaan dahak dengan mikroskopis secara berkala.
Membuat Peta TBC, sehingga ada gambaran lokasi tempat kerja yang perluprioritas
penanggulangan TBC bagi pekerja
Pengelolaan logistic
LO.6.3. Sumber dan Cara Penularan
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.Pada waktu batuk atau bersin,
pasien menyebarkan kuman keudara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei).Sekali
batuk dapat

menghasilkan sekitar 3000

percikan

dahak.

terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang

Umumnya

penularan

lama.Ventilasi

dapat

mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh


kuman.Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh

banyaknya

kuman

yang

dikeluarkan

dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifanhasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien
tersebut. Faktor yang memungkinkanseseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi
percikan dalam udara danlamaya meng
hirup udara tersebut.

LO.6.4. Prinsip Dasar P2M di PUSKESMAS


a) Pelaksana program adalah Kelompok Puskesmas Pelaksana yang terdiri dari Puskesmas Rujukan
Mikroskopis (PRM) dan Puskesmas Satelit (PS). Diagnosis hanya dilakukan di PRM, PS hanya
membuat slide serta memfiksasi saja.
b) Pencarian penderita dilakukan secara pasif di sarana kesehatan. Diagnosis BTA secara
mikroskopis
bila
ditemukan
kuman
dengan
3
kali
pemeriksaan
dahak yang berbeda (dahak sewaktu, pagi dan sewaktu) dan paling sedikit 2 kali positif disebut
kasus BTA(+).
c) Kasus BTA() bila 3 kali pemeriksaan dahak hasilnya semua Negative tapi pada pemeriksaan
Rntgen terdapat tanda TB aktif di parunya.
d) Pengecatan dengan Ziehl Neelsen dan pemeriksaan kuman dengan mikroskop binokuler.

e) Tipe kasus dibedakan kasus banu, kasus kambuh/gagal, kasus BTA() tapiRontgen
f) Follow up pengobatan dilakukan secara ketat pada akhir fase intensif dan
dua bulan sebelum akhir pengobatan dan akhir pengobatan, setiap follow up pemeriksaan dahak
dilakukan dua kali (dahak sewaktu dari pagi).
g) Supervisi pelaksanaan program dilakukan oleh petugas tingkat II secara ketat (3 bulan sekali).
h) Pengawasan langsung keteraturan berobat (DOTS : Directly ObservedTreatment Short- Course)
oleh petugas kesehatan atau keluarganya.
LO.6.5. Cara Menemukan TB Paru
Kegiatan penemuan penderita terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis,
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita. Penemuan penderita merupakan
langkah pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB.
Penjaringan tersangka penderita dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung dengan
penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan
cakupan penemuan tersangka penderita TB. Pemeriksaan terhadap kontak penderita TB,
terutama mereka yang BTA positif dan pada keluarga anak yang menderita TB yang
menunjukkan gejala sama, harus diperiksa dahaknya. Probabilitas terjadinya resistensi obat TB
lebih tinggi di rumah sakit dan sektor swasta yang belum terlibat dalam program pengendalian
TB nasional sebagai akibat dari tingginya ketidakpatuhan dan tingkat drop out pengobatan
karena tidak diterapkannya strategi DOTS yang tinggi.

LO.6.6. Tugas dan Peran PMO


Peran seorang PMO adalah mengawasi pasien tuberkulosis agar menelan obat secara teratur
sampai selesai pengobatan, memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat secara teratur,
mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan, dan member
penyuluhan pada anggota keluarga pasien tuberkulosis yang mempunyai gejala-gejala
mencurigakan tuberkulosis untuk segera memeriksakan diri ke rumah sakit atau unit pelayanan
kesehatan.
Menurut Hapsari (2010) tugas PMO bagi penderita tuberkulosis paru adalah :
a) Bersedia mendapat penjelasan di poliklinik.
b) Melakukan pengawasan terhadap pasien dalam hal minum obat.
c)

Mengingatkan pasien untuk pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan.

d)

Memberikan dorongan terhadap pasien untuk berobat secara teratur hingga selesai.

e) Mengenali efek samping ringan obat, dan menasehati pasien agar tetap mau menelan obat.
f) Merujuk pasien bila efek samping semakin berat.
g) Melakukan kunjungan rumah
h) Memberikan penyuluhan pada anggota keluarga penderita tuberculosis yang mempunyai gejalagejala tersangka tuberkulosis untuk segera memeriksakan diri kepada petugas kesehatan.

LO.6.7. Tujuan Kunjungan Petugas PUSKESMAS


Kunjungan Rumah (Home Visit) kepada pasien TB yang tidak memeriksakan diri pada waktu
yang telah ditentukan. Tujuannya adalah untuk memantau keberadaan pasien D.O (DropOut/putus pengobatan), melihat kelanjutan pengobatan dan mengetahui kendala pasien
menghentikan pengobatan.

LI.8. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Etika Batuk Dalam Islam
Cara batuk yang benar
Langkah 1 Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar anda dan tutup hidung dan mulut anda dengan
menggunakan tissue atau saputangan atau lengan dalam baju anda setiap kali anda merasakan dorongan
untuk batuk atau bersin.
atau saputangan atau lengan dalam baju anda setiap kali anda merasakan dorongan untuk batuk atau
bersin.
Langkah 2 Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah.
Langkah 3 Tinggalkan ruangan/tempat anda berada dengan sopan dan mengambil kesempatan untuk pergi
cuci tangan di kamar kecil terdekat atau menggunakan gel pembersih tangan.
Langkah 4
- Gunakan masker
- Bersin pada lengan baju bagian dalam adalah cara penting untuk membantu mengurangi
penyebaran penyakit udara di seluruh dunia.
Jika menggunakan tissue, itu hanya boleh digunakan sekali dan diikuti segera dengan mencuci
tangan dan membuang tissue pada tempat sampah.

Anda mungkin juga menyukai

  • Isi Status Ujian Jiwa
    Isi Status Ujian Jiwa
    Dokumen15 halaman
    Isi Status Ujian Jiwa
    Rizka Kurnia Gemilang
    Belum ada peringkat
  • Tugas Radonk
    Tugas Radonk
    Dokumen11 halaman
    Tugas Radonk
    Rizka Kurnia Gemilang
    Belum ada peringkat
  • Fishbone
    Fishbone
    Dokumen2 halaman
    Fishbone
    Rizka Kurnia Gemilang
    Belum ada peringkat
  • KUNLAP
    KUNLAP
    Dokumen22 halaman
    KUNLAP
    Rizka Kurnia Gemilang
    Belum ada peringkat
  • Jurding 2
    Jurding 2
    Dokumen11 halaman
    Jurding 2
    Rizka Kurnia Gemilang
    Belum ada peringkat
  • Wrap Up SK 1 Ked-Kel
    Wrap Up SK 1 Ked-Kel
    Dokumen24 halaman
    Wrap Up SK 1 Ked-Kel
    Rizka Kurnia Gemilang
    Belum ada peringkat
  • Sejarah Kerajaan Sriwijaya
    Sejarah Kerajaan Sriwijaya
    Dokumen10 halaman
    Sejarah Kerajaan Sriwijaya
    Rizka Kurnia Gemilang
    Belum ada peringkat
  • Wrap Up Edema b9
    Wrap Up Edema b9
    Dokumen22 halaman
    Wrap Up Edema b9
    Rizka Kurnia Gemilang
    100% (1)