Depresiasi
Bencana
Sabotase
Legalitas
Teknologi
Merupakan cara pencegahan risiko yang dilakukan terhadap kemungkinan risiko yang
terjadi. Biasanya dilakukan pada tahap perencanaan dimana kemungkinan risiko terjadi.
Contoh : memagari dan mengunci BTS agar menghindari risiko hilangnya perangkat atau
kabel-kabel penting yang ada di BTS, menempatkan lokasi fasilitas telekomunikasi di daerah
yang tidak rawan bencana dan aman dari vandalisme
2. Penanggungan atau penahan Risiko (Risk Retention)
Merupakan alternative pengelolaan resiko dengan mempertimbangkan bahwa perusahaan
berani menanggung berbagai kemungkinan risiko. Penahanan risiko terbagi menjadi 3 yaitu
penahanan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan serta pendanaan risiko yang
ditahan. Contoh penahanan direncanakan seperti perusahaan lebih memilih untuk
memperkuat infrastruktur dengan menganggarkan dana untuk memperbaiki bangunan
daripada mengasuransikan bangunan. Pendanaan risiko yang ditahan (retension risk) seperti
PT. Telkom mengalihkan retension risk kepada konsumen dengan menambahkan sejumlah
biaya tertentu dari produk yang dihasilkan perusahaan untuk menutupi biaya risiko. Atau PT.
Telkom membayar sejumlah dana tertentu kepada bagian maintenance yang ditugaskan untuk
mengelola resiko rusaknya gedung (Self Insurance)
3. Pengalihan Risiko (Risk Transfer)
Risk transfer merupakan salah satu alternatif risiko dengan memindahkan risiko ke pihak lain
yang dianggap mempunyai kemampuan lebih baik dalam mengelola risiko. Contoh :
PT.Telkom mengasuransikan satelit komunikasi T3 senilai $185,32 Juta kepada PT Asuransi
Jasa Indonesia. Pada tanggal 7 agustus satelit tersebut ternyata gagal mengorbit sehingga
risiko hilangnya satelit tersebut dialihkan ke pihak asuransi.
(sumber:http://www.bisnis.com/articles/klaim-asuransi-telkom-jasindo-bayar-us$185-32juta-1)
4. Pengendalian Risiko (Risk Control)
Risk Control merupakan salah satu alternative risiko yang bertujuan untuk mengurangi
frekuensi (probabilitas) munculnya kejadian risiko dan untuk mengurangi keseriusan
(severity). Contohnya PT. Telkom melakukan maintenance dan perawatan berjangka untuk
fasilitas pemancar, fasilitas kelistrikan dan gedung untuk memperpanjang masa pakai dan
kelayakan fasilitas disbanding dengan depresiasi
BAB II ANALISIS
2.1 ANALISIS RISIKO ASET BANGUNAN
Berdasarkan identifikasi risiko yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, diperoleh jenisjenis risiko aset bangunan dan fasilitas yang berpotensi memiliki dampak pada PT. Telkom
Indonesia yaitu sebagai berikut :
1. Risiko Depresiasi
Depresiasi merupakan risiko aset bangunan yang tidak dapat dihindari oleh perusahaan
karena setiap bangunan dan fasilitas mempunyai umur ekonomis yang berkurang seiring
dengan berjalannya waktu. Contoh :
PT. Telkom Indonesia membangun Tower BTS dibandung pada bulan Januari 2015 yang
mempunyai masa pakai 10 tahun senilai Rp 100.000.000. biaya depresiasi berdasarkan
garis lurus sebesar 10%.
2. Risiko Bencana
Bencana merupakan risiko bersifat external yang dapat menimpa aset bangunan dan
menimbulkan kerugian bagi perusahaan, risiko bencana contohnya:
a. Tanah longsor
b. Banjir
c. Tsunami
d. Perang
3. Risiko Sabotase
Sabotase merupakan risiko yang dapat timbul oleh ulah manusia dan berpotensi merusak
aset bangunan dan fasilitas, adanya potensi risiko sabotase ini dapat terjadi akibat adanya
kecemburuan persaingan usaha dan ketidakstabilan sosial, contoh dari risiko sabotase
seperti:
a. Vandalism
b. Pencurian barang dan komponen fasilitas
c. Pengrusakan fasilitas
4. Risiko Legalitas
Legalitas merupakan risiko aset bangunan yang dapat timbul sebagai imbas masalah
hukum contohnya:
tinggi,
apabila
kejadian
menyebabkan
kerusakan
berat
namun
tidak
rendah apabila kejadian tersebut hanya menyebabkan kerusakan luar bangunan, tidak
berat dan tidak bersifat structural fasilitas
2. Menerapkan standar tersebut untuk risiko yang telah diidentifikasi
Standar penetapan tingkat frekuensi dan signifikansi ditetapkan sesuai ukuran diatas
dengan standar kejadian local di Indonesia.
Tanah Longsor
Banjir
Tsunami
Perang
Fasilitas tidak
Sengketa lahan
dan bangunan
Lisensi
bermasalah
Frekuensi
dapat
Konflik antar
BUMN
dan komponen
mengadaptasi
Rendah
Sedang
Signifikansi
teknologi baru
Pencurian barang
Tinggi
fasilitas
Pengrusakan
fasilitas
Bangunan tua
Rendah
Sedang
Vandalism
Tinggi