Anda di halaman 1dari 4

Nama :

1. Ahmad Syahid
2. Dea Dwirani

Seorang caleg terpilih meninggal dunia setelah


jalani operasi
Sefnat Besie
Minggu, 11 Mei 2014 23:18 WIB
Sindonews. com - Marsel Sunhaki (56), warga Eban, Timor Tengah Utara Nusa Tenggara
Timur, meregang nyawa, setelah menjalani operasi usus di Rumah Sakit Umum Daerah di
Kabupaten Belu Atambua. Pihak keluarga tak terima dan menuding RSUD Atambuan Belu
sebagai penyebab meninggalnya Marsel, pihak keluarga menuding ada dugaan malpraktik di
RSUD tersebut.
Menurut adik korban, tida ada tanda-tanda yang di rasakan ataupun penyakit yang serius
oleh kakak nya. Korban hanya diketahui, sering mengeluh sakit maag dan darah tinggi sering
kambuh. Dua jenis penyakit itu yang membuat dia ingin cek up, namun pada kenyataannya,
selesai dioperasi bukannya sembuh yang diperoleh tetapi duka yang diterima," ungkap Edy
Tahoni, Adik korban di Kefamenanu, Minggu malam, 11/05/2014.
Kini jasad korban disemayamkan di kampung halamannya di Eban, Kecamatan Miomafo
Barat. Padahal sesuai rencana saat itu, korban sebenarnya hanya ingin mengecek kesehatan
agar bisa tampil beda dalam acara pelantikan dirinya sebagai anggota DPRD TTU yang baru
saja terpilih dalam Pemilu 9 April lalu. Korban sebelumnya terpilih dari partai Kebangkitan
Bangsa, pada daerah Pemilihan dua Di Kabupaten Timor tengah Utara. Sementara itu,hingga
berita ini diturunksn dokter bedah yang menangani korban belum berhasil dikonfirmasi
terkait tudingan keluarga korban yang telah meninggal dunia usai dioperasi.

source:http://daerah.sindonews.com/read/862555/27/seorang-caleg-terpilih-meninggal-duniasetelah-jalani-operasi-1399825076

Nama :
1. Ahmad Syahid
2. Dea Dwirani

Nasib Malang Syamsuddin,


Anaknya Jadi Korban Malpraktik,
Negara Tak Peduli Sedikitpun
Minggu, 15 Juni 2014 , 17:00:07 WIB
JAKARTA, GRESNEWS.COM - Nasib Ide Syamsuddin, warga Riau yang kini tengah
menuntut keadilan di gedung wakil rakyat, Jakarta, memang benar-benar malang. Kabar duka
derita yang dialaminya benar-benar tenggelam oleh hiruk pikuk berita politik terkait
pelaksanaan PIlpres 2014. Para anggota dewan yang diharapkan bersimpati dan membentu
menyelesaikan masalah yan dihadapinya pun jadi tak peduli akan nasib Syamduddin.
Padahal harapan dia, sederhana saja. DPR mau mendengar keluhannya akan sebagai rakyat
yang kini tengah tertindas akibat sikap arogan sebuah institusi rumah sakit yang dia tuding
telah

melakukan

malpraktik

sehingga

anaknya,

Ellyana

Fitri

(10),

kini

menderita. Gresnews.com, bertemu Syamsuddin di Gedung DPR, Jakarta, secara tak sengaja
pada Kamis (12/6) lalu. Saat itu seperti biasa, dia tengah melaksanakan aksi diammnya di
depan gedung DPR-RI. Disela aksinya, Syamsuddin akhirnya mau juga bercerita tentang
kasus yang memaksanya harus mengadu nasib ke Jakarta. Syamsuddin bilang, dia sudah dua
bulan ini melakukan aksi mencoba menarik perhatian dari para anggota dewan agar peduli
pada nasib dia dan keluarga. Harapannya lewat bantuan para anggota dewan, dia bisa
menuntut keadilan bagi anaknya yang menjadi korban malpraktek di Rumah Sakit Indasari,
Riau.
Sayang aksinya selama dua bulan ini belum mendapat respon dari anggota DPR fraksi
manapun, Senayan, Kamis, (12/6). "Mungkin mereka lebih sibuk mengurus kepentingan
politik sendiri, sehingga lupa pada rakyat yang harusnya diwakili mereka," ujar Syamsuddin
kelu.

Kisah pilu ini berawal dari sakit panas yang diderita Ellyana Fitri (10 th) anaknya, pada 29
Juli 2008 silam. Syamsuddin lantas membawa Ellyana ke RS Indrasari, Riau. Disana Ellyana
didiagnosa menderita usus buntu oleh dr. Irwanto Bahar dan disarankan untuk melakukan
operasi

secepatnya,

karena

jika

tidak

bisa

infeksi

dan

timbul

nanah.

Tanpa sepengetahuan Syamsuddin dan tanpa pemeriksaan lebih lanjut, Ellyana mendapatkan
operasi pertamanya pada tanggal 29 Juli 2008 dengan menghilangkan 8 cm ususnya.
"Diagnosa dokter hanya dengan cara memegang perut, dan tidak ada surat persetujuan saya,"
ujarnya kepada Gresnews.com. Pasca operasi, sesuatu yang janggal terjadi pada diri Ellyana.
Dua minggu lamanya pasca operasi, Ellyana tidak dapat melakukan buang air besar dan
buang angin. Selama itu pula dokter sama sekali tidak melakukan kunjungan pasien. Bahkan
perut Ellyana terlihat membuncit seperti sedang mengandung. Ketika melapor, dokter hanya
mengatakan tidak ada masalah. "Namun ketika itu langsung dirujuk ke RS Arifin Rahmat,
Pekanbaru.
Kejadian yang hampir serupa terjadi di rumah sakit ini, setelah dilakukan pemeriksaan dalam
melalui foto rontgen sebanyak empat kali, tanpa ada diagnosa dari dokter yang bersangkutan,
Ellyana didiagnosa menderita usus buntu. Ketidakjelasan soal penyakit anaknya inilah yang
kemudian membuat Syamsuddin pergi ke Rumah Sakit Awal Bros, Pekanbaru, untuk mencari
pendapat dan diagnosa pembanding. Disana dari hasil USG dan ronsen usus Ellyana
didiagnosa sudah infeksi berat. "Ini kenapa bisa sampai infeksi? Sebelumnya ditangani oleh
siapa?" ucap Syamsuddin menirukan perkataan Dr Zulasdi yang memeriksa Ellyana di Awal
Bros.
Maka hari itu pula, Ellyana kembali mendapatkan operasi keduanya pada tanggal 12 Agustus
2008 dan kehilangan 22 cm ususnya. Tanggal 11 September 2008 dilakukan operasi ketiga
untuk menyempurnakan dan ia kembali kehilangan 6 cm dari ususnya. Total selama 45 hari
Ellyana

mengalami

tiga

kali

operasi

dan

kehilangan

35

cm

ususnya.

Dua bulan setelahnya, kejang dan koma kerap dialami Ellyana. Melihat keadaan anaknya
yang seperti itu, Ide meminta pertanggungjawaban Dr Irwanto dan RS Indrasari. Namun lagilagi hanya ketidakjelasan yang didapatkannya. "Hingga kini, saya kerap kali muntah hingga
17 kali sehari, setelah muntah saya amnesia," ungkap Ellyana kepada Gresnews.com. Ia

mengaku pernah mendapatkan terapi syaraf pasca operasi. Berbagai macam cara telah
dilakukan Syamsuddin untuk menuntut keadilan, mulai dari mendatangi Komisi
Perlindungaan Anak Indonesia (KPAI) Daerah, Bupati, Ketua DPRD, Ikatan Dokter
Indonesia (IDI), Kemenkes, Mabes Polri, Komnas HAM, Ombudsman, bahkan pelataran
Istana Negara pernah juga ia diami selama 111 hari.
Namun hasilnya nihil. Padahal uang dan rumah senilai Rp150 juta sudah raib untuk
membiayai itu semua. Bahkan saat di Istana Negara, Syamsuddin mengaku pernah
mendapatkan perlakuan kasar berupa pengeroyokan oleh tujuh orang oknum polisi yang tidak
diketahui apa penyebabnya. Ketika dikonfimasi Gresnews.com, dr. Irwanto Bahar seperti
enggan berlama-lama menanggapi kasus ini. Dia hanya mengatakan bahwa segala yang
dituduhkan tidak benar dan merupakan perbuatan tidak menyenangkan. "Semua berkas sudah
sesuai prosedur, bisa dicek ke Kementerian Kesehatan dan MK," ucapnya, Minggu, (15/6).
Syamsuddin sendiri masih akan melanjutkan aksinya menuntut keadilan walaupun harus
diterpa hujan, angin dan panas. Ditemani istri dan anaknya Ellyana, di dalam gubuk beralas
kardus beratap terpal ia hanya berharap ditemui oleh wakil rakyat asal Riau di DPR dan
didengarkan suaranya.
"Jika memang kami yang salah tolong tunjukkan bukti diagnosa dan bukti persetujuan
operasi. Jika saya benar tolong tunjukkan, jangan sampai ada Ellyana-Ellyana yang lain
setelah ini," tuturnya sendu
http://www.gresnews.com/berita/Sosial/170156-nasib-malang-syamsuddin-anaknya-jadikorban-malpraktik-negara-tak-peduli-sedikitpun/#sthash.ndTe4GsG.dpuf

Anda mungkin juga menyukai