Anda di halaman 1dari 10

RENCANA PERAWATAN ODONTEKTOMI GIGI MOLAR

KETIGA BAWAH KIRI DENGAN POSISI MESIOANGULAR,


KELAS II, LEVEL A

Operator:
Nastiti Diwanti Putri
091611101010

Instruktur :
drg. Winny Adriatmoko., M.Kes

LABORATORIUM BEDAH MULUT RSGM


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2014

1. Identitas Penderita
Nama

: Satya Luhur Wicaksono

Umur

: 22 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Pekerjaan

: Mahasiswa Ekonomi Universitas Jember

Alamat

: Jalan Sumatera 104B Jember

2. Anamnesa
Gigi bungsu belakang bawah kanan tumbuh sejak 2 tahun lalu dan
tidak nyaman bila digunakan makan. Terkadang sakit saat digunakan untuk
mengunyah. Seminggu yang lalu sakit dan bengkak lalu pasien minum
obat asam mefenamat. Bengkak hilang beberapa hari kemudian. Keadaan
sekarang tidak sakit.
3. Kajian Rontgenologis
Gambar:

Klasifikasi
A. Hubungan gigi impaksi terhadap ramus mandibula dengan gigi M2
Klas II : ruang antara ramus dan sisi distal M2 lebih sempit dari
pada lebar mesiodistal mahkota gigi M3
B. Kedalaman relatif di dalam tulang rahang
Posisi A: bagian yang paling tinggi dari mahkota gigi impaksi
berada pada ketinggian yang sama atau diatas garis oklusal

C. Posisi sumbu panjang gigi impaksi terhadap sumbu panjang gigi


M2 adalah posisi mesioangular.
D. Jumlah dan bentuk akar gigi impaksi
Akar ganda dengan bentuk akar lurus ke arah apikal.
E. Indeks kesulitan
Hubungan dengan ramus

Nilai

Klas II

Kedalaman

Level A

Posisi terhadap sumbu gigi

mesioangular

Skor tingkat kesulitan adalah 4 yang termasuk tingkat kesulitan


minimal.
4. Diagnosa
Impaksi sebagian pada 48 dengan posisi mesioangular, kedalaman
level A, relasi terhadap ramus mandibula dan distal molar dua kelas II.
5. Metode
Metode

yang

digunakan

adalah

odontektomi,

yaitu

metode

pengambilan gigi yang tidak erupsi atau erupsi sebagian dengan terlebih
dahulu menghilangkan jaringan penghambat dan gigi dikeluarkan secara
utuh. Jika tidak memungkinkan, maka dilakukan odontotomi, yaitu
pengambilan gigi impaksi dengan terlebih dahulu memotong atau
membelah gigi tersebut.
6. Alat dan Bahan
6.1 Alat yang digunakan:
- Alat dasar kedokteran gigi :
Kaca mulut, sonde, eskavator, pinset kedokteran gigi.

- Alat anastesi :
Disposible syringe 2,5 ml.
- Alat pembuatan flap :
Handle dan scalpel, rasparatorium (Periosteal elevator), pinset anatomis.
- Alat untuk membuang jaringan penghambat :
Contra high speed, diamond bur gigi bentuk long shank bur, diamond
bur tulang bentuk ulir, chisel dan hammer.
- Alat pengungkit :
Bein lurus (besar dan kecil), bein bengkok dan cryer.
- Alat pencabutan :
Tang mahkota gigi molar rahang bawah, tang sisa akar rahang bawah
dan tang trismus.
- Alat penjahitan :
Needle holder, needle cutting edge, gunting dan pinset cirrurgis.
- Alat lain :
Neirbeken, cheek retraktor, knable tang, water syringe, tempat alkohol,
kain penutup wajah, lap dada, bone file, kuret, duck clamp, petridish,
suction, cotton roll, deppen glass dan arteri clamp.
6.2 Bahan yang digunakan :
Betadine antiseptik, pehacain, vaselin, alkohol 70%,

larutan PZ, aquadest

steril, adrenalin, benang non absorbable (silk), cotton pellet dan tampon.
7. Tahap Pelaksanaan
I. Persiapan penderita meliputi :
Persiapan fisik (tidur yang cukup dan telah makan), persiapan
psikis (cemas) dan mental, memotivasi pasien.
Informed Consent merupakan persetujuan pasien terhadap
tindakan operasi setelah diberi penjelasan tentang kemungkinan
komplikasi operasi, yaitu :
a. Terjadinya trismus sementara (sulit membuka mulut)
b. Terjadinya bengkak ektraoral sementara

c. Terjadinya parestesi
d. Terjadinya fraktur mandibula
Pemeriksaan

tanda-tanda

vital

pre-operasi,

meliputi

pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi, dan trismus pre-operasi


II. Persiapan alat dan bahan operasi
III. Persiapan operator dan bahan operasi
a. Assisten Operator 1 :
- Membantu operator saat operasi berlangsung
- Memegang suction dan cheek retractor
b. Assisten Operator 2 :
- Mempersiapkan alat-alat operasi
- Mengulaskan betadine dan vaselin di sekitar mulut pasien
- Membantu mengambilkan alat pada saat operasi berlangsung
c. Assisten Operator 3 :
- Melaporkan semua tahapan dan kegiatan operasi kepada
instruktur
- Persiapan penderita sebelum dan sesudah operasi
- Mencatat waktu tahapan-tahapan operasi
- Memasang foto rontgent
- Memegang dan mengatur posisi lampu
IV. Tahap pelaksanaan operasi.
a. Asisten operasi 3 mendudukkan pasien dengan posisi tegak
b. Operator melakukan asepsis daerah kerja area anestesi dengan
betadine antiseptic
c. Operator melakukan anestesi local dengan menggunakan pehacaine
-

Blok N. Alveolaris Inferior

cc

Blok N. Lingualis

0,5

cc

Infiltrasi N. Buccalis

0,5

cc

d. Asisten operasi 2 melakukan asepsis ekstraoral dengan betadine


searah jarum jam dan mengulas sudut mulut penderita dengan

vaselin (agar bibir tidak kering dan terluka), kemudian menutup


muka penderita dengan kain penutup steril dan dijepit duck clamp.
e. Pembuatan flap
- Tipe

: Mukoperiosteal flap

- Bentuk

: Trapezoid

- Syarat insisi :
a. Harus di jaringan yang sehat
b. Harus berlandaskan tulang agar gerakan insisi terkontrol dan
saat penjahitan flap tidak mudah putus
c. Gerakan satu arah sampai menembus periapikal hingga
menggores tulang
d. Dasar flap harus harus cukup lebar untuk suplai pembuluh
darah
- Teknik pembuatan flap

Insisi mukoperiosteum menggunakan scalpel no. 12 dimulai


dari insisi vertikal sebelah lingual dari linea oblique externa
dari ramus ascenden sepanjang 1-2 cm sebelah distal gigi
impaksi, diarahkan pada pertengahan sisi distal gigi tersebut.
Insisi diteruskan pada sebelah bukal mengelilingi garis servikal
M3 sampai daerah interproksimal antara M2 dan M3 rahang
bawah. Dilanjutkan ke arah mucobukal fold dengan sudut 45
derajat, kemudian dipisahkan dengan rasparatorium hingga
tulang alveolar tampak.
Gambar:

f. Menghilangkan jaringan penghambat dilakukan dengan memotong


tulang alveolar pada sisi bukal gigi impaksi sehingga kelengkungan
terbesar gigi terbebaskan.
Tujuan : Menghilangkan jaringan penghambat
Memberikan lapang pandang
Sebagai tempat tumpuan
Gambar :

g. Apabila jaringan penghambat bagian bukal sudah dihilangkan,


kemudian dilakukan pemotongan akar gigi (split) dengan menggunakan
bur gigi. Bur digerakkan dari pertengahan oklusal sejajar sumbu gigi
sampai ke bifurkasi. Setelah mahkota gigi terpotong menjadi dua
bagian kemudian gigi bagian mesial diambil terlebih dahulu dengan
menggunakan bein dan tang. Selanjutnya dilakukan pengambilan gigi
bagian distal.
Gambar :

h. Menghaluskan tulang yang tajam dengan bone file.

i. Debridement, dapat dilakukan dengan :


- Curettage pada soket dengan menggunakan alat kuret untuk
mengangkat serpihan tulang.
- Irigasi dengan larutan PZ atau aquadest steril untuk
menghilangkan serbuk gigi dan tulang sisa pengeburan.
j. Kontrol perdarahan:
-

perdarahan normal, druk dengan tampon, langsung dilakukan


penjahitan

perdarahan

abnormal,

druk

dengan

tampon+adrenalin,

pemberian vitamin.
k. Menutup luka operasi:
Melakukan penjahitan 3 simpul yaitu:
- 2 simpul di daerah oklusal gigi impaksi
- 1 simpul didaerah bukal
Gambar:

V. Tahap pelaksanaan post operasi


a. Instruksi post odontektomi
- Penderita diinstruksikan menggigit tampon selama 30-60 menit.
- Penderita diberitahu kadang-kadang setelah tampon dilepas darah
masih merembes, maka sebaiknya dikompres dengan air es.
- Daerah luka tidak boleh dimainkan dengan lidah dan dihisaphisap
- Tidak boleh kumur keras-keras setelah operasi
- Selama 24 jam setelah operasi tidak boleh makan dan minum
yang panas

- Jika ada pembengkakan setelah 24 jam disarankan kumur-kumur


air garam hangat
- Disarankan untuk banyak istirahat
- Disarankan untuk meningkatkan kebersihan mulut
- Apabila masih terjadi perdarahan disarankan kontrol setelah
operasi
- Disarankan untuk minum obat secara teratur sesuai resep yang
diberikan
b. Pemberian Resep
R/ Amoxycillin tabs 500 mg No.XII
3 dd 1
R/ Asam mefenamat tabs 500 mg No. XII
p. r. n. 1
c. Kontrol post operasi
I.

24 jam post odontektomi bertujuan untuk kontrol perdarahan,


keradangan, kebersihan daerah operasi dan kontrol jahitan.

II. 3 hari post odontektomi bertujuan untuk mengetahui proses radang


reda atau belum, kontrol kebersihan daerah operasi.
III. 7 hari post odontektomi bertujuan untuk mengetahui penyembuhan
tulang dan membuka jahitan.

Pencatatan Prosedur Pelaksaan Operasi Odontektomi

No.

Tindakan

Waktu
Mulai

Anestesi lokal
- Blok N. Alveolaris
Inferior dan N. Lingualis
- Infiltrasi N. Bukalis

longus
Membuka flap

Menghilangkan jaringan
penghambat

Memotong gigi menjadi 2


bagian

Mengeluarkan / mengungkit
gigi

Menghaluskan tulang yang


tajam dengan bone file,
debridement, irigasi

Healing / penjahitan

Usai

Anda mungkin juga menyukai