STATUS PASIEN
Umur
: 33 tahun
Umur
: 38 Tahun
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: Buruh
Alamat
: Babakan Cangklek
Alamat
: Babakan Cangklek
Tanggal Masuk
ANAMNESIS
Autoanamnesis
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit Sekarang : Ibu dengan G4P3A0, merasa hamil 2 bulan, mengeluh
keluar darah warna merah dari jalan lahir sejak pukul 12.00
WIB, darah yang keluar sedikit, Gerak janin (-). Ibu merasa
mules mulai pukul 15.00 WIB. Merasa pusing disangkal,
pandangan berkunang-kunang disangkal dan keluar air-air
disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Pengobatan
Riwayat Psikososial
RIWAYAT OBSTETRI
Riwayat Kehamilan
: G4P3A0
HPHT
: 28 Februari 2015
TP
: 7 Desember 2015
KB
: suntik 3 bulan
Th.
Tempat
Umur
Partus
Partus
1999
Dirumah
2004 Dirumah
2008 Dirumah
Jenis
Penolong
Penyulit
Tidak
Tidak
Tidak
BB/
Kel
3000 g
3000 g
3000 g
Anak
P
L
P
Riwayat Menstruasi
Riwayat Pernikahan
Menarche
: 12 Tahun
Pernikahan ke-
:1
Siklus Haid
: 28 hari
: 17 tahun
Lama Haid
: 7 hari
Usia suami
: 38 tahun
Lama Menikah
: 16 tahun
Dismenorrhea : Disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
: Sakit Sedang
Kesadaran
: ComposMentis
:-T
: 150/90 mmHg
-N
-R
-S
: 85 kali/menit
: 24 kali/menit
: Afebris
Antropometri
: BB: 70 kg
TB : 155 cm
STATUS GENERALIS
STATUS OBSTETRI
Kepala : Normocephal
Inspeksi
2
- Wajah
- Thorax
: Mammae simetris
- Abdomen
: Datar lembut
Isokor ka=ki
Palpasi
Gerak Simetris
Paru-Paru
- TFU
: VF Simetris (+/+)
: Tidak teraba
Vesikular (+/+)
Ronkhi (-/-)
- Vulva/ Vagina
: t.a.k
Wheezing (-/-)
- Perineum
: t.a.k
Jantung
Abdomen
- Vagina
: t.a.k
Ekstremitas
- Portio
: tebal-lunak
nyeri goyang (-)
- Pembukaan : 1-2 cm
- Pendarahan : +
- Stosel
:+
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Haemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Tes Kehamilan
Hasil
12.1
35.8
4.42
10.6
259
Nilai Rujukan
12 16
37 47
4.2 - 5.4
4.8 - 10.8
150 - 450
(+)
Satuan
g/dL
%
106/L
103/L
10s/L
RESUME
Seorang wanita mengaku hamil 2 bulan. Keluar darah sejak jam 12.00 WIB
sedikit, darah kemerahan. Gerak janin (-). Ibu merasa mules mulai pukul 15.00 WIB.
3
Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Status generalis dalam batas normal,
pemeriksaan lainnya dalam batas normal. Status obstetri ditemukan pada Pemeriksaan
dalam vagina dan vulva tidak ada keluhan, portio tebal lunak, pembukaan 1-2 cm
perdarahan (+) sedikit, stosel (+)
Test kehamilan positif, hemoglobin 12.1 g/dL, hematokrit 35,8 %, eritrosit 4,42
106/L. PP test (+)
DIAGNOSIS
G4P3A0 gravida 8 minggu dengan abortus inkomplit
PLANNING
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Informed concent
Cek laboratorium darah rutin PP Test
Infus Rl
Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
Rencana USG
Rencana Kuretase
LAPORAN TINDAKAN
Tanggal Tindakan
: 09 Juni 2015
: Abortus Inkomplit
: Kuretase
Uraian Tindakan
Kuretase dilakukan tanggal 09 Juni 2015 pukul 10.15 WIB
Tanggal
Keadaan umum
Kesadaran
Nadi
Tekanan darah
Suhu tubuh
5. Pernapasan
: 10 Juni 2015
: Baik
: Compos Mentis
: 76 kali permenit
: 110/80 mmHg
: 36,8 OC
: Baik
FOLLOW UP RUANGAN
Tanggal/
Catatan
Instruksi
Jam
09.06.2015 S: Perdarahan + sedikit
- Observasi KU, T, N, R, S,
O:
KU : Baik
Perdarahan
- Bed Rest
5
Kesadaran :
CM
T : 110/80 mmHg
R : 18 x/mnt
N : 84 x/mnt
S : Afebris
Perdarahan : + Sedikit
A: Abortus Incomplete
10.06.2015 S: t.a.k
- Observasi KU, T, N, R, S,
O:
Perdarahan
- cefadroxil 2x1
KU : Baik
Kesadaran :
CM
- pospargin 3x1
T : 110/80 mmHg
R : 18 x/mnt
N : 76 x/mnt
S : 36,8 C
Perdarahan : + Sedikit
BAK : + normal
BAB : A: post kuretase
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Abortus adalah hasil pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin hidup diluar
kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.
Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan sedangkan yang
terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus provokatus. Abortus provokatus
terbagi 2 abortus provokatus terapeutik dan abortus provokatus kriminalis. Disebut abortus
terapeutik karena didasarkan pada pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu. Disini
pertimbangan dilakukan oleh minimal 3 dokter yaitu spesialis kebidanan dan kandungan,
spesialis penyakit dalam, dan spesialis jiwa. Bisa juga ditambah oleh pertimbangan tokoh
agama terkait. Setelah dilakukan terminasi kehamilan harus juga diperhatikan agar ibu dan
suami tidak terkena trauma psikis dikemudian hari.
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus jarang dilaporkan
kecuali jika terjadi komplikasi. Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian studi
menyatakan kejadian abortus spontan antara 15-20% dari semua kehamilan. Kalau dikaji
lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%. Hal ini dikarenakan karena
tingginya angka chemical pregnancy loss yang tidak bisa diketahui dalam 2-4 minggu
setelah konsepsi. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan kegagalam gamet
(misalnya sperma dan disfungsi oosit).
KLASIFIKASI
Berdasarkan jenis tindakan, abortus dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :
1. Abortus spontan : abortus yang berlangsung tanpa tindakan. Kata lain
adalah keguguran.
2. Abortus provokatus : pengakhiran kehamailan sebelum 20 minggu
akibat suatu tindakan.
Abortus provokatus dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Abortus provokatus terapeutik : merupakan terminasi kehamilan secara
medis atau bedah sebelum janin mampu hidup (viabel). Indikasi untuk
abortus provokatus terapeutik adalah dekompensasi kordis dan penyakit
vaskuler hipertensi tahap lanjut, karsinoma serviks invasif. American
College Obstetricians and Gynecologist (!987) menetapkan petunjuk
untuk abortus terapeutik :
6. Abortus habitualis : abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
Penderita abortus habitualis umumnya tidak sulit untuk hamil kembali tetapi
kehamilannya berakhir dengan abortus secara berturut-turut.
7. Abortus infeksiosa, abortus septik : abortus yang disertai infeksi genitalia,
sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat disertai penyebaran
kuman atau toksin kedalam peredaran darah atau peritonium.
8. Kehamilan anembrionik (blighted ovum) : kehamilan patologik dimana
mudigoh tidak terbentuk sejak awal walaupun kantong gestasi tetap terbentuk.
Disamping mudigah kantong kuning telur juga tidak terbentuk. Kelainan ini
dapat terdeteksi dengan menggunakan USG. Bila tidak dilakukan tindakan
kehamilan ini akan berkembang terus walaupun tanpa ada janin didalamnya.
Biasanya sampai sekitar 14-16 minggu akan terjadi abortus spontan.
10
Blighted ovum
ETIOLOGI
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah.
Sebaliknya pada kehamilan lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup.
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah
pada kehamilan muda. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan ialah
sebagai berikut :
1. Kelainan kromosom
Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi, poliploidi, dan
kemungkinan kelainan kromosom seks.
2. Lingkungan kurang sempurna
Bila lingkungan di endometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga
pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
3. Pengaruh dari luar
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi
maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh
teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.
11
meningkatkan
resiko
terjadinya
menyebabkan
peningkatan
abortus
insidensi
dimana
abortus
autoantibodi
walaupun
tidak
tiroid
terjadi
PATOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh
nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian
atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena vili koriales belum menembus desidua lebih dalam sehingga hasil
konsepsi mudah dilepaskan, meskipun ada sebgaian dari hasil konsepsi masih tertahan
dalam cavum uteri. Perdarahan pervaginam terjadi saat pengeluaran hasil konsepsi.
12
Pada kehamilan 8 samapi 14 minggu vili koriales menembus desidua lebih dalam
sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak
perdarahan.
Pada kehamilan 14 minggu keatas umunya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah
adalah janin disusul dengan plasenta. Perdarahan jumlahnya tidak banyak jika plasenta
segera terlepas dengan lengkap.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Bisa dalam
bentuk kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang
jelas (blighted ovum) atau janin telah mati dalam waktu yang lama (missed abortion).
DIAGNOSIS
Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan pervaginam setelah mengalami keterlambatan haid. Kecurigaan tersebut
diperkuat dengan dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan
dengan tes kehamilan secara biologis (Gali Mainini) atau imunologik (Pregnoticon,
Gravindex).
Diagnosis lain yang harus dipikirkan adalah kehamilan ektopik terganggu, mola
hidatidosa, atau kehamilan dengan kelainan pada serviks. Kehamilan ektopik terganggu
dengan hematokel retrouterina kadang sulit dibedakan dengan abortus dimana uterus posisi
retroversi. Pada ke-2 nya ditemukan amenoreae disertai perdarahan pervaginam, rasa nyeri
pada perut bagian bawah. Tetapi keluhan nyeri pada kehamilan ektopik lebih hebat. Untuk
memastikan
kehamilan
ektopik
terganggu
bisa
dilakukan
kuldosintesis.
Pada
molahidatidosa uterus biasanya lebih besar daripada lamanya amenore dan muntah lebih
sering. Untuk memastikan molahidatidosa bisa dilakukan pemeriksaan USG. Karsinoma
serviks uteri dapat menyertai kehamilan. Perdarahan dari kelainan ini dapat menyerupai
abortus. Pemeriksaan dengan spekulum, pemeriksaan sitologik, dan biopsi dapat
menentukan diagnosis pasti.
1. Abortus imminens
Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan
pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh mulas
sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali. Ostium uteri masih tertutup besarnya uterus
13
masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes kehamilan urin masih positif. Untuk
menentukan prognosis abortus iminens dapat dilakukan dengan melihat kadar hormon hCG
pada urin dengan melakukan tes urin. Jika hasilnya masih positif maka prognosisnya baik,
bila negatif maka prognosisnya dubia ad malam.
2. Abortus insipiens
Diagnosis abortus insipiens ditentukan karena adanya perdarahan melalui
ostium uteri eksternum, penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan
kuat, perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur
kehamilan. Besar uterus masih sesuai usia kehamilan dengan tes urin kehamilan masih
positif. Pada pemeriksaan dalam ostium uteri terbuka, buah kehamilan masih di dalam
uterus, serta ketuban masih utuh dan dapat menonjol. Pada kehamilan lebih dari 12
minggu biasanya perdarahan tidak banyak dan bahaya perforasi pada dinding uterus akan
lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infus oksitosin.
3. Abortus inkomplit
Diagnosis abortus inkomplit ditentukan karena adanya perdarahan melalui
ostium uteri eksternum, disertai mules atau adanya kontraksi uterus. Sebagian jaringan
hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis
servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium
uteri eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit
bergantung pada jaringan yang tersisa. Pasien dapat mengalami anemia atau syok
hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan. Abortus inkomplit sering
berhubungan dengan aborsi yang tidak aman, oleh karena itu periksa tanda-tanda
komplikasi yang mungkin terjadi akibat abortus provokatus seperti perforasi dan tandatanda infeksi atau sepsis.
4. Abortus komplit
Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah menutup, uterus
sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai dengan umur
kehamilan.Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis sudah
memadai. Pada pemeriksaan tes urin biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah
abortus.
14
15
Uterine anomalies : A. Uterus duplex unicollis. B. Uterus duplex with double vagina. C.
Uterus didelphys. D. Uterus septus with single vagina. E. Uterus subseptus. F. Uterus
arcuatus. G. Uterus unicornis with rudimentary contralateral hemiuterus.
6. Faktor infeksi5%
Lysteria
Monocytogenes,
Urealyticum,
Toxoplasma
Mycoplasma
Gondii
dan
Hominis,
Virus
Ureaplasma
(herpes
simplex,
Toksin
Merokok
Alkohol
Kopi
18
DIAGNOSIS BANDING
95% peradarahan uterus pada kehamilan muda disebabkan oleh abortus, namun
perlu diingat diagnosis banding dari perdarahan pervaginam kehamilan muda yaitu :
1. Kehamilan ektopik terganggu
2. Molahidatidosa
3. Perdarahan servik akibat epitel servik mengalami eversi atau erosi
4. Polip endoservik
5. Karsinoma servik uteri
19
Tes kehamilan
-
Penurunan atau level plasma yang rendah dari -hCG adalah prediktif,
terjadinya kehamilan abnormal (blighted ovum, abortus spontan, dan
kehamilan ektopik terganggu).
2. Pemeriksaan USG
USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4-5 minggu.
Detak jantung janin terlhat pada usia kehamilan 5-6 minggu. Dengan melakukan
dan menginterpretasi dengan cermat, pemeriksaan USG dapat digunakan untuk
menentukan apakah kehamilan viabel atau non-viabel. Pada abortus imminen,
mungkin terlihat adanya kantung gestasi dan embrio yang normal.
Prognosis buruk bila dijumpai :
PENATALAKSANAAN
Penilaian awal
Untuk penangan yang memadai, segera lakukan penilaian dari :
a. Keadaan umum pasien
20
b. Tanda-tanda syok seperti pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik <90
mmHg, nadi >112 x/menit
c. Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan
bebas dalam cavum pelvis pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu.
d. Tanda-tanda infeksi atau sepsis seperti demma tinggi, sekret berbau pervaginam,
nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang portio, dehidrasi, gelisah,
atau pingsan.
e. Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat ditatalaksana pada fasilitas
kesehatan setempat atau dirujuk (setelah dilakukan stabilisasi).
Penangan spesifik
Abortus inkomplit
Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum dan
mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi untuk kemudian disiapkan untuk tindakan
kuretase. Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila kita ragu dengan diagnosis secara klinis.
Besar uterus sudah lebih kecil dari umur kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit
dikenali, di kavum uteri tampak massa hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan.
Bila terjadi perdarahan hebat dianjurkan segera mengeluarkan sisa hasil konsepsi
secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera
dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti.
Selanjutnya dilakukan kuretase. Tindakan kuretase harus dilakukan secara hati-hati sesuai
dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus. Pasca tindakan perlu diberikan uterotonika
parenteral ataupun per oral dan antibiotika.
Hasil konsepsi yang terperangkap dalam serviks yang disertai perdarahan hingga
ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam ovum, setelah itu
evaluasi perdarahan :
Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau
misoprostol 400 mg per oral.
21
Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotik profilaksis (Ampisilin 500 mg
atau doksisiklin 100 mg per oral).
Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 gr dan metronidazole 500 mg setiap 8 jam.
Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16 minggu segera lakukan
evakuasi dengan AVM.
Bila pasien tampak anemis berikan sulfas ferosus 600 mg perhari selama 2
minggu (anemia sedang) dan bisa transfusi darah (anemia berat).
Pada beberapa kasus abortus inkomplit erat kaitannya dengan abortus tidak aman, oleh
sebab itu perhatikan hal-hal berikut :
Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis, perforasi uterus, atau cidera
intra abdomen (mual/muntah, nyeri punggung, demam, perut kembung, nyeri
perut bawah, dinding perut tegang, nyeri ulang lepas).
Berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada dinding
vagina atau kanalis servikalis dan pasien pernah diimunisasi.
Bila riwayat pemberiaan imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus (ATS)
1500 unit IM diikuti dengan pemberian tetanus toksoid 0,5 ml setelah 3
minggu.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan
syok.
a. Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlu diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
22
b. Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperetrofleksi. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi dan
tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau jika perlu
lakukan histerektomi.
c. Infeksi dapat diberikan atibiotik berspektrum luas.
d. Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat (syok endospetik).
BAB IV
23
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN KASUS
Berdasarkan analisa kasus, maka dapat ditegakkan diagnosis Abortus inkomplit
manifestasi klinis :
1. Wanita 33 tahun
2. G4P3A0, hamil 2 bulan
3. Keluhan keluar darah dari jalan lahir
4. Pada status ginekologi ditemukan pada pemeriksaan dalam portio tebal lunak,
pembukaan 1-2 cm, perdarahan (+) sedikit, stosel (+)
5. Interpretasi USG menujukkan terdapat sisa konsepsi pada cavum uteri
6. Kesan Abortus inkomplit
B. KESIMPULAN TINJAUAN PUSTAKA
1. Abortus inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri dan masih ada yang tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada
umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
(Prawirorahardjo, 2009)
2. Insiden abortus inkomplit belum diketahui secara pasti, namun demikian
disebutkan sekitar 60% dari wanita hamil dirawat dirumah sakit dengan
perdarahan akibat mengalami abortus inkomplit. Inisiden abortus spontan
secara
umum
disebutkan
sebesar
10%
dari
seluruh
kehamilan
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, Gary. F. 2010. Williams Obstetry. Edisi 23 Cetakan Pertama. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Eeden, S., 2005. Ectopic Pregnancy Rate and Treatment Utilization in a Large Managed
Care Organization. California 1997-2000. Jurnal Obstetrics and Gynecology, vol
105, hal 1052-1057.
24
Wiknjosastro, H., 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat Cetakan Ketiga, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
Wiknjosastro, H., 2011. Ilmu Bedah Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, Jakarta.
25