: Pendidikan Pancasila
: Wajib / 2 SKS
BAB I PENDAHULUAN
A. Rasionel Pendidikan Pancasila
Pada hakikatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu
masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan
hidup dan kehidupan generasi penerusnya, selaku warga masyarakat,
bangsa dan negara, secara berguna (berkaitan dengan kemampuan spiritual)
dan bermakna (berkaitan dengan kemampuan kognitif dan psikomotorik)
serta mampu mengantisipasi hari depan mereka yang senantiasa berubah
dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, negara dan
hubungan internasionalnya. Pendidikan Tinggi tidak dapat mengabaikan
realita kehidupan yang menglobal yang digambarkan sebagai perubahan
kehidupan yang penuh dengan paradoksal dan ketakterdugaan.
Kemampuan warga negara, suatu negara untuk hidup berguna dan
bermakna serta mampu mengantisipasi perkembangan, perubahan masa
depannya, sangat memerlukan pembekalan iptek dan seni (ipteks) yang
berlandaskan nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-nilai
dasar negara tersebut akan menjadi panduan dan mewarnai keyakinan serta
pegangan hidup warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Sejalan dengan hal tersebut visi dan misi Pendidikan Pancasila
diberikan kepada para mahasiswa sebagai calon ilmuwan warga negara
Republik Indonesia dapat di sampaikan sebagai berikut.
1. Visi dan Misi Matakuliah Pendidikan Pancasila
Visi Pendidikan Pancasila sebagai salah satu kelompok Matakuliah
Pengembangan Kepribadian (di samping Pendidikan Agama dan
Kewarganegaraan) diberikan di Perguruan Tinggi untuk menjadi sumber
nilai dan pedoman bagi penyelenggaraan program studi dalam
mengantarkan mahasiswa mengembangkan kepribadian.
Sedangkan misi Pendidikan Pancasila sebagai Matakuliah
Pengembangan Kepribadian diberikan di Perguruan Tinggi bertujuan
membantu mahasiswa agar mampu mewujudkan nilai dasar, menumbuhkan
kesadaran, sikap dan perilaku yang bersendikan nilai-nilai Pancasila sebagai
warga negara Republik Indonesia yang menguasai Iptek dan seni yang
dikuasainya dengan rasa tanggung jawab kemanusiaan. Kualitas warga
negara (utamanya mahasiswa) tergantung terutama kepada keyakinan dan
pegangan hidup mereka dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di
samping pada tingkat serta mutu penguasaannya tentang iptek dan seni.
Pancasila sebagai dasar negara dan pegangan hidup warga bangsa akan
benar-benar menjadi sikap dan perilaku warga negara bila mereka dapat
c. Landasan Filosofis
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis
bangsa Indonesia. Oleh karena itu sudah merupakan suatu keharusan
moral untuk secara konsisten merealisasikannya dalam setiap aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini
berdasarkan pada suatu kenyataan secara filosofis dan objektif bahwa
bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat dan bernegara
mendasarkan pada nilai-nilai yang tertuang dalam sila-sila Pancasila
yang secara filosofis merupakan filosofi bangsa Indonesia sebelum
mendirikan negara.
d. Landasan Yuridis
UU No. Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39
menetapkan bahwa isi kurikulum setuap jenis, jalur dan jenjang
pendidikan, wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan agama dan
Pendidikan Kewarganegaraa.
SK. Dirjen Dikti Depdikbud No. 356/Dikti/Kep/1995 pasal 1.
PP No. 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi pasal 13 ayat 2.
SK Dirjen Dikti Departemen Pendidikan nasional RI No.
265/Dikti/Kep/2000 pasal 1
2. Tujuan Pendidikan Pancasila
Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik
dengan sikap dan perilaku :
Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Berperikemanusiaan yang adil dan beradab
Mendukung persatuan bangsa
Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan individu maupun golongan
Mendukung upaya untuk mewujudkan suatu keadilan sosial dalam
masyarakat.
Di samping itu melalui Pendidikan Pancasila, warga negara
Republik Indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisis dan
menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya
secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan
nasional dalam Pembukaan UUD 1945.
C. Pembahasan Pancasila Secara Ilmiah
BAB II PANCASILA
A. Pengertian Pancasila
1. Secara Etimologis
Secara etimologis, istilah Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta.
Menurut Muh. Yamin, istilah Pancasila itu mempunyai 2 (dua) macam arti,
yaitu (a) Panca artinya lima, dan Syila artinya dasar atau alas atau sendi.
Jadi Pancasila berarti lima dasar atau lima alas atau lima sendi; (b) Panca
artinya lima, dan Syiila artinya aturan tingkah laku yang baik atau tingkah
laku yang penting atau aturan tingkah laku yang senonoh. Jadi Pancasila
berarti lima aturan tingkah laku yang baik atau lima tingkah laku yang
penting atau lima tingkah laku yang senonoh.
2. Secara Historis
Perkataan Pancasila pada mulanya terdapat dalam kepustakaan
Budha India yang bersumber pada kitab Tri Pitaka. Dalam ajaran Budha
perkataan Pancasila berasal dari ajaran moral yang berarti lima aturan
berupa lima pantangan, yaitu (a) larangan membunuh, (b) larangan
mencuri, (c) larangan berzina, (d) larangan berdusta, (e) larangan minum
minuman keras.
Semasa jaman kerajaan Majopahit Raya, perkataan Pancasila
masuk dalam kesusastraan Jawa sejak terbitnya buku Negarakertagama
karya Empu Prapanca pada tahun 1365, dan buku Sutasoma karya Empu
Tantular. Menurut Empu Tantular, perkataan Pancasila itu diartikan sebagai
lima batu sendi atau pelaksanaan kesusilaan yang lima, yaitu: (a)
larangan melakukan tindak kekerasan, (b) larangan mencuri, (c) larangan
berhati dengki, (d) larangan berdusta, (e) larangan meminum minuman
keras.
Di kalangan masyarakat Jawa dikenal ajaran moral semacam
Pancasila yang disebut Ma-Lima berupa lima patangan, yaitu: (a)
mateni atau membunuh, (b) maling atau mencuri, (c) main atau berjudi, (d)
madon atau berzina, (e) madat atau mengisap candu.
3. Secara Terminologis
Secara terminologis, istilah Pancasila dipakai untuk memberi
nama dasar filsafat negara Republik Indonesia. Prosesnya sebagai berikut :
(a) tahap pengusulan, dilakukan oleh Ir. Soekarno dalam sidang paripurna
BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, (b) tahap perumusan, dilakukan oleh Panitia
Sembilan dari BPUPKI pada tanggal 22 Juni 1945, tertuang dalam Piagam
Jakarta, (c) tahap penetapan, dilakukan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945, tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, (d) tahap peresmian,
dilakukan oleh MPRS pada tanggal 5 Juli 1966, tertuang di dalam
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966.
10
11
secara langsung dirumuskan menjadi dasar filsafat negara telah ada dan
tercermin dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum
membentuk negara (misalnya: nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai
persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan terkandung dalam pandangan
hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara, yaitu dalam nilai
adat-istiadat, nilai kebudayaan serta nilai-nilai religius yang hidup dalam
kehidupan sehari-hari).
C. Bentuk Susunan Pancasila
1. Sistematis hierarkhis piramidal
Artinya, susunan kelima sila Pancasila menunjukkan suatu
rangkaian urutan yang bertingkat. Urutan lima sila dalam Pancasila itu
menunjukkan rangkaian tingkat dalam luas dan isi sifatnya, yaitu tiaptiap sila dibelakang sila lainnya itu :
a. Lebih sempit luasnya akan tetapi lebih banyak isi sifatnya
b. Merupakan penjelmaan dan pengkhususan dari sila-sila di mukanya.
Dengan kata lain, rumusan hubungan kesatuan sila-sila Pancasila
yang bersifat sistematis hierarkhis piramidal, yaitu sila-sila yang di depan
sila lainnya mendasari, meliputi dan menjiwai sila-sila yang dibelakangnya;
atau sila-sila yang di belakang sila lainnya didasari, diliputi dan dijiwai silasila didepannya.
1 ______________ 2,3,4,5
1 _____________ 2 ______________ 3,4,5
2,1 _____________ 3 ______________ 4,5
3,2,1 _____________ 4 _______________ 5
4,3,2,1 ____________ 5
12
FMN
(Sbg Moral
Neg.)
(Terkandung 3 hukum : hukum Tuhan,
13
Kerakyatan, Permusyawaratan
Perwakilan (3)
(Sila IV)
Sebagai Sistem Negara
Pokok Pikiran
Keadilan Sosial (2)
(Sila V)
Sbg. Tujuan
14
15
Susunan
kodrat
Jasmani
(tubuh)
: unsur anorganis
unsur vegetatif
unsur animal
Jiwa
: akal
rasa
karsa
Monodualis
M
o
Makhluk Individu
Hakikat
Manusia
Sifat
kodrat
n
o
Monodualis
p
Makhluk Sosial
l
u
Kedudukan
kodrat
Monodualis
Makhluk Tuhan
i
s
16
Sosio-historis
Dalil Objektif:
- Bahwa penjajahan tidak sesuai
dengan perikemanusiaan & perikeadilan
- Bahwa semua bangsa di dunia
harus dapat menjalankan hak
hukum
asasinya yaitu hak untuk merdeka.
Yuridis
Dasar hukum dari pembentukan negara Republik
Indonesia
Bahwa berdasarkan
alam adalah hak asasi setiap bangsa untuk
memperoleh kemerdekaan.
Pernyataan Subjektif:
Aspirasi bangsa Indonesia untuk
membebaskan diri dari penjajahan.
Landasan Pokok Politik Luar Negeri:
- Melawan setiap bentuk penjajahan,
mendukung kemerdekaan setiap bgs
- Menentang setiap hal atau sifat yang
tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan.
Alinea 2
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat
Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Sosio-historis
Alinea ini menunjukkan ketajaman
penilaian :
Yuridis
Alinea ini menunjukkan unsurunsur negara merdeka, menurut
17
anggapan bangsa
indonesia,yaitu:
- Bahwa perjuangan pergerakan di
Indonesia telah sampai pada tingkat yang menentukan.
Merdeka
Bersatu
- Bahwa momentun yang telah dicapai tersebut harus dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan.
Berdaulat
Adil
Makmur
Alinea 3
Atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Sosio-historis
- Pengukuhan dari Proklamasi Kemerperjanjidekaan.
perjanjian
Yuridis
- Menunjukkan adanya
an masyarakat atau
membentuk negara.
18
supaya berkehidupan
an yang bebas.
Alinea 4
Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UndangUndang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam ssuatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan
kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilabn, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sosio-historis
Tujuan perjuangan :
Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi tujuanPemerintah
nya, yaitu :
- Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
Indonesia :
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Yuridis
Dirumuskan adanya :
Unsur-unsur --Negara
(Teori klasik)
Bangsa
Wilayah
Tujuan Negara
- Nasional
- Internasional
Sistem Hukum Dasar
kita :
Undang-undang Dasar
NePrinsip Dasar :
- Menyusun kemerdekaan kebangsaan
19
Pancasila.
20
ini adalah bahwa sistem negara yang terbentuk dalam UUD harus
berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan permusyawaratan perwakilan.
21
22
23
24
Hukum Kodrat
Sumber
Hukum Etis
Alinea II
Cita-cita Kemerdekaan
dan
Alinea III
Hukum Tuhan
Hukum Etis
Sumber
Nilai
Alinea IV
Bentuk
Hukum Filosofis
(Pancasila)
Pelaksanaan
Negara
Indonesia
Hukum Positif
dan
Pelaksanaannya
Sumber
dan Sifat
Pelaksana
Negara
Indonesia
25
26
27
28
29
30
dijabarkan
Peraturan-peraturan Hukum dan atau Peraturan Perundangan lainnya,
seperti: TAP MPR, UU. PERPU, PP, KEPPRES, PERDA dan peraturanperaturan pelaksana lainnya yang bersifat operasional.
3. Pancasila Sebagai Ideologi Negara (Nasional)
a. Pengertian Ideologi
Secara etimologis (ditinjau dari arti kata) :
Istilah ideologi berasal dari kata eidos = ide atau cita-cita atau
gagasan; dan logos = ilmu. Jadi ideologi dapat diartikan ilmu tentang
cita-cita, gagasan atau buah pikiran.
Secara terminologis :
Ideologi diartikan sebagai pemikiran yang mengandung
pemikiran-pemikiran besar mengenai sejarah, manusia,
masyarakat dan negara (ideologi : Weltanschauung).
Ideologi diartikan sebagai pemikiran yang tidak memperhatikan
kebenaran internal dan kenyataan empiris, ditujukan dan
tumbuh berdasarkan pertimbangan kepentingan, mengarah pada
tindakan; dan karena itu ideologi cenderung bersifat tertutup.
Ideologi merupakan suatu belief system dan karena itu
berbeda dengan ilmu, filsafat atau teologi yang secara formal
31
bersifat refleksif,
32
d. Fungsi Ideologi :
Distorsi (pada Karl Marx)
Legitimasi (pada Max Weber)
Integrasi dan identitas (pada Geertz)
Orientasi dasar
Membentuk identitas
Solidarity making (mengatasi konflik atau ketegangan sosial)
Futuristik
e. Ideologi Negara Pancasila
Ideologi sebagai
pandangan hidup bangsa yang dikembangkan
berdasarkan kepentingan tertentu mempunyai nilai-nilai bersifat tetap
dan juga mampu berkembang secara dinamis. Jadi ideologi negara
Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia yang
dikembangkan berdasarkan kepentingan tertentu negara Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi negara atau nasional ada yang bersifat
tertutup (mempunyai nilai-nilai bersifat tetap) dan terbuka (bersifat
dinamis).
Nilai-nilai yang bersifat tetap disebut nilai-nilai dasar, antara
lain berupa: asas, cita-cita, tujuan.
Nilai-nilai yang bersifat dinamis disebut nilai-nilai
instrumental, antara lain berupa : arahan, kebijakan, strategi
sasaran dan pelaksanaan.
Kegiatan ideologi dapat meliputi beberapa bidang/aspek kehidupan
bangsa dan negara, yaitu :
Bidang politik/kenegaraan
Bidang keagamaan dan kepercayaan
Bidang ekonomi
Bidang sosial-budaya
33
itu tentu tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai dasarnya. Sifat dinamis
dan inovatif nilai-nilai instrumental memungkinkan Pancasila dapat
senantiasa adaptasi dan mengikuti perkembangan jaman tanpa
meninggalkan prinsip-prinsip dasarnya.
f. Kajian Perbandingan Ideologi-ideologi Negara
1) Liberalisme
Nilai tertinggi manusia adalah perkembangan dan kebahagiaan individu
------- individualisme
Kebebasan individu adalah nilai tertinggi
Masyarakat semata-mata merupakan sarana bagi individu untuk
mencapai tujuannya. Masyarakat sekedar melayani individu
Mengharapkan bahwa kebudayaan dan kesejahteraan masyarakat akan
maju bila bakat-bakat dan tenaga individu semakin dibiarkan
berkembang dengan bebas
Negara harus melindungi kebebasan individu-individu dan kelompokkelompok dalam masyarakat. Kekuasaan negara harus dibatasi secara
ketat
Di bidang ekonomi, liberalisme melahirkan sistem kapitalisme yang
berdasarkan pada kebebasan untuk berusaha dan bersaing satu sama
lain.
Ciri-ciri Ideologi Liberal :
Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik.
Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk
kebebasan berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan pers.
Pemerintahan hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas.
Keputusan yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat
dapat belajar membuat keputusan untuk diri sendiri.
Kekuasaan seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk.
Oleh karena itu, pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga
penyalahgunaan kekuasaan dapat dicegah. Pendek kata, kekuasaan
dicurigai sebagai cenderung disalahgunakan, dan karena itu sejauh
mungkin dibatasi.
Suatu masyarakat dapat dikatakan berbahagia apabila setiap individu
atau sebagian terbesar individu berbahagia. Kalau masyarakat secara
keseluruhan berbahagia, kebahagiaan besar individu belum tentu
maksimal.
34
2) Konservatisme
Konservatisme adalah ideologi yang muncul sebagai reaksi atas paham
liberal. paham ini muncul dipelopori oleh golongan feodal untuk
menghadapi kekuasaan persuasive liberalisme (karena liberalisme
dipandang menggoncangkan struktur masyarakat feodal yang mapan).
Menurut paham konservatif, liberalisme merupakan paham yang terlalu
individualistis karena memandang masyarakat terdiri atas individu atau
gabungan individu.
Menurut paham konservatif, masyarakat dan kelompok masyarakat
yang lain tidak sekadar penjumlahan unsur-unsurnya; dan suatu
kelompok lebih dapat menciptakan kebahagiaan yang lebih besar
daripada yang dapat diciptakan oleh anggota masyarakat secara
individual.
Menurut penilaian paham konservatif, liberalisme cenderung
menimbulkan sejumlah individu yang hidupnya lebih baik tetapi tidak
peduli pada keadaan sekitarnya.
Gejala-gejala yang Menandai Paham Konservatif :
Masyarakat yang terbaik adalah masyarakat yang tertata dan stabil.
Untuk menciptakan masyarakat yang tertata dan stabil diperlukan suatu
pemerintah yang memiliki kekuasaan yang mengikat tetapi
bertanggungjawab.
Paham ini menekankan tanggung jawab pada pihak penguasa dalam
masyarakat untuk membantu pihak yang lemah. Posisi ini bertentangan
dengan paham liberal yang berpandangan pihak yang lemah harus
bertanggungjawab atas urusan dan hidupnya. Sisi konservatif inilah
yang menimbulkan untuk pertama kali negara kesejahteraan
(welfare-state) dengan program-program jaminan sosial bagi yang
berpenghasilan rendah.
3) Sosialisme dan Komunisme
Sosialisme muncul merupakan reaksi terhadap liberalisme, revolusi
industri dan akibat-akibatnya. Awal sosialisme yang muncul pada paruh
pertama abad XIX dikenal sebagai sosialis utopia. Sosialisme ini lebih
didasarkan pada pandangan kemanusiaan (humanitarian), dan meyakini
kesempurnaan watak manusia. Sosialisme awal ini (tokohnya sosialis
utopis, antara lain: Saint Simon, Lassalle) bertujuan meningkatkan,
memperbaiki kesejahteraan rakyat, atau memperbaiki nasib rakyat
35
36
4) Fasisme
Sebenarnya lebih merupakan gaya politik daripada ideologi sebagai
seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama.
Merupakan tipe nasionalisme yang romantis dengan segala kemegahan
upacara dan simbol-simbol yang mendukungnya untuk mencapai
kebesaran negara.
Seorang pemimpin kharismatis sebagai simbol kebesaran negara yang
didukung oleh massa rakyat.
Dukungan massa yang fanatik tercipta berkat indoktrinasi, sloganslogan dan simbol-simbol yang ditanamkan sang pemimpin besar dan
aparatnya.
Fasisme pernah diterapkan di Jerman, Jepang, Italia dan Spanyol, tetapi
penerapan paham ini sangat bervariasi di antara negara-negara tersebut.
4. Pancasila Sebagai Etika Politik di Indonesia
Artinya, Pancasila adalah sumber prinsip-prinsip moral yang mendasari
penataan kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan sebagai
keseluruhan di Indonesia.
Fungsi etika politik dalam masyarakat pada penyediaan alat-alat teoritis
untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara
bertanggung jawab. Jadi tidak berdasarkan emosi, prasangka, dan
apriori, melainkan secara rasional, objektif dan argumentatif. Tugas
etika politik adalah subsidier: membantu agar pembahasan masalahmasalah ideologis dapat dijalankan secara objektif, artinya berdasarkan
argumen-argumen yang dapat dipahami dan ditanggapi oleh semua
yang mengerti permasalahan. Etika politik dapat memberikan patokanpatokan orientasi dan pegangan-pegangan normatif bagi mereka yang
memang mau menilai kualitas tatanan dan kehidupan politik dengan
tolok ukur martabat manusia (sejalan dengan landasan antropologi
yang diyakini). Secara khusus di Indonnesia, kualitas tatanan dan
kehiupan politik politik dengan tolok ukur : martabat manusia yang
sesuai dengan gambaran manusia sebagai makhluk monopluralis .
Etika politik dapat membantu usaha masyarakat untuk
mengejawantahkan ideologi negara yang luhur ke dalam realitas politik
yang nyata. Misalnya dengan mereflesikan apa inti keadilan sosial, apa
dasar etis kerakyatan, bagaimana kekuasaan harus ditangani supaya
sesuai dengan martabat manusia, dan sebagainya. Dalam kancah
37
Normatif :
Sikap yang
Terkait :
Moralitas
Sumber motivasi
Sumber Etos
Religi
Ideologi
Adat-istiadat
P
a
n
c
a
s
i
l
a
b. B u d a y a :
38
Kebudayaan Nasional
Kebudayaan Global
Saling Mengandaikan
39
Kebudayaan Nasional
Kebudayaan Daerah
Kebutuhan Jangka
Identitas Diri
Keunikan
Unsur Kesesuaian-Ciri Khas
Rumusan Kepribadian
Bangsa
Mendasari
Komunikasi
Kesadaran Politik
- Indische Partai
Pedoman
Berrelasi
Buah interaksi
Way of life
Kesadaran Ideologis
Konggres Pemuda
- P. N. I
40
41
42
43
4. Kedudukan UUD :
Pada prinsipnya setiap UUD dimaksudkan untuk dipakai sepanjang
masa kehidupan bangsa dan negara yang bersangkutan, jadi mempunyai
kedudukan yang bersifat tetap sepanjang masa.
Namun perubahan terhadap UUD dapat saja dilakukan jika dipandang
perlu, untuk disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan jaman.
Perubahan UUD dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam : (a)
dipandang dari sudut badan yang merubahnya: (1) badan perundangundangan biasa atau (2) badan yang secara khusus dibentuk untuk
merubah UUD; dan (b) dipandang dari sudut caranya merubah: (1)
secara langsung, yaitu teks lama yang ingin diubah langsung dihapus
dan digantikan dengan teks baru, (2) tidak langsung, yaitu teks lama
masih tetap utuh, sedang teks baru penggantinya dilampirkan pada
naskah UUD tersebut.
5. Hukum Dasar yang tertulis Mempunyai Sifat-sifat atau Ciri-ciri
sebagai berikut :
Merupakan peraturan perundangan yang tertinggi dalam negara
Mengikat pemerintah, lembaga-lembaga kenegaraan, lembaga-lembaga
kemasyarakatan, warga negara dan penduduk
Menjadi dasar dan sumber hukum bagi segala peraturan hukum dan
peraturan perundangan bawahan
Menjadi alat pengontrol dan alat pengecek, apakah peraturan hukum
dan peraturan perundangan bawahan sesuai dengan ketentuan UUD.
B. Hukum Dasar Yang Tidak tertulis
Hukum dasar yang Tidak tertulis adalah aturan-aturan dasar
yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara.
Hukum Dasar yang Tidak terulis disebut juga Konvensi. Contoh :
pengambilan putusan secara musyawarah untuk mencapai mufakat; laporan
pertanggungjawaban Presiden kepada MPR atas pelaksanaan tugas dan
penggunaan wewenang yang dilimpahkannya; pidato kenegaraan Presiden
di depan sidang paripurna DPR setiap tanggal 16 Agustus.
Hukum Dasar Yang tidak tertulis mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut :
Merupakan aturan-aturan dasar sebagai komplementasi bagi UUD
Tidak bertentangan dengan UUD
44
45
Negara hukum menurut UUD 1945 : negara hukum dalam arti luas,
yaitu negara hukum dalam arti material, bukannya negara hukum dalam
arti formal. Artinya, setiap tindakan negara harus mempertimbangkan
dua aspek: (1) aspek kegunaannya (doelmatigheid), dan (2) aspek
landasan hukumnya (rechtsmatigheid).
DAF TAR
PUSTAKA
46
47
BAHAN AJAR
48
PENDIDIKAN PANCASILA
PENYUSUN :
Drs. Dwi Siswanto, M. Hum.
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan atas
berkat dan rahmat-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga penyusunan
bahan ajar mata kuliah Pendidikan Pancasila sebagai salah satu mata kuliah
pengembangan kepribadian bagi mahasiswa sebagai calon ilmuwan dapat
terwujudkan.
Penyusunan bahan ajar mata kuliah Pendidikan Pancasila ini dapat
terselesaikan bukan semata-mata merupakan karya pribadi, tetapi juga atas
bantuan, dorongan dari berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu
49
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA
...............................................................................
ii
DAFTAR ISI
...............................................................................
iii
DESKRIPSI SINGKAT MATA AJARAN
.....................................
1
BAB
I PENDAHULUAN
.........................................................
3
50
...................................
3
1. Visi dan misi Pendidikan Pancasila
........................
3
2. Kompetensi Pendidikan Pancasila ...........................
4
3. Tugas dan peranan ilmuwan
...................................
4
B. Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila .................
5
1. Landasan Pendidikan Pancasila
..............................
5
a. Landasan historis .................................................
5
b. Landasan kultural
................................................
6
c. Landasan filosofis ................................................
6
2. Tujuan Pendidikan Pancasila
.................................
7
C. Pembahasan Pancasila Secara Ilmiah
..........................
7
1. Jenis pengetahuan ....................................................
7
2. Syarat-syarat pengetahuan ilmiah
...........................
8
3. Tingkat pengetahuan ilmiah
....................................
8
4. Pancasila sebagai pengetahuan ilmiah ....................
8
5. Penerapan jenis-jenis pengetahuan ilmiah
terhadap Pancasila .................................................
8
BAB
10
II
PANCASILA
................................................................
A. Pengertian Pancasila
.................................................
1. Secara etimologis
.................................................
10
10
2. Secara historis
.....................................................
10
51
3. Secara terminologis
.............................................
10
4. Secara Yuridis .....................................................
B. Asal Mula Pancasila .................................................
11
1. Asal mula yang langsung Pancasila
......................
11
2. Asal mula yang tidak langsung Pancasila ..............
12
C. Bentuk Susunan Pancasila
.........................................
12
1. Sistematis hierarkhis piramidal
............................
12
2. Kesatuan majemuk tunggal bersifat organis
..........
12
3. Susunan yang saling mengkualifikasi .....................
14
D. Landasan Antropologi Pancasila
.............................
14
BAB III
17
..........................................
...........
17
B. Pokok-pokok Pikiran Yang Terkandung Dalam
Pembukaan UUD 1945
...........................................
19
C. Hakikat Pembukaan UUD 1945
................................
21
1. Pembukaan UUD 1945 sebagai tertib hukum atau
legaal order (tertinggi) di Indonesia .....................
21
2. Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah fundamental negara atau staatsfundamentalnorm .........
22
3. Pembukaan UUD 1945 tetap terlekat pada kelangsungan hidup negara (RI) 17 Agustus 1945
.........
23
D. Kedudukan dan Fungsi Pembukaan UUD 1945 ........
24
1. Kedudukan Pembukaan UUD 1945
....................
24
52
...........................
25
E. Tujuan Pembukaan UUD 1945
................................
25
F. Hubungan Pembukaan UUD 1945 Dengan Proklamasi
Kemerdekaan Negara RI 17 Agustus 1945 ..............
26
G. Hubungan Pembukaan UUD 1945 Dengan Dasar Negara
26
H. Hubungan Pembukaan UUD 1945 Dengan Negara RI
26
I. Hubungan Pembukaan UUD 1945 Dengan UUD 1945
26
BAB
27
................................................
27
B. Fungsi dan Peranan Pancasila
...................................
27
1. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
..........
27
2. Pancasila sebagai dasar filsafat negara
.................
28
3. Pancasila sebagai ideologi negara (nasional) ........
30
4. Pancasila sebagai etika politik ............................
4. Pancasila sebagai etos budaya .............................
36
5. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan
nasional
...............................................................
39
C. Implementasi Pancasila
..........................................
39
1. Implementasi atau aktualisasi Pancasila yang
objektif .................................................................
39
2. Implementasi atau aktualisasi Pancasila yang
subjektif ...............................................................
40
53
BAB
41
.........................
.......................
41
1. Cara timbulnya UUD
.........................................
41
2. Motivasi timbulnya UUD
...................................
41
3. Fungsi UUD
...................................................
42
4. Kedudukan UUD
..............................................
42
5. Sifat-sifat atau ciri-ciri hukum dasar yang tertulis
.................................................................
42
B. Hukum Dasar Yang Tidak Tertulis
.......................
42
C. Arti Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) ....
43
1. Peranan UUD 1945
.......................................
43
2. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia menurut
UUD 1945
....................................................
43
DAFTAR
45
PUSTAKA
...................................................
54
BAB I PENDAHULUAN
A. Rasionel Pendidikan Pancasila
Pada hakikatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu
masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan
hidup dan kehidupan generasi penerusnya, selaku warga masyarakat,
bangsa dan negara, secara berguna (berkaitan dengan kemampuan spiritual)
dan bermakna (berkaitan dengan kemampuan kognitif dan psikomotorik)
serta mampu mengantisipasi hari depan mereka yang senantiasa berubah
dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, negara dan
hubungan internasionalnya. Pendidikan Tinggi tidak dapat mengabaikan
realita kehidupan yang menglobal yang digambarkan sebagai perubahan
kehidupan yang penuh dengan paradoksal dan ketakterdugaan.
Kemampuan warga negara, suatu negara untuk hidup berguna dan
bermakna serta mampu mengantisipasi perkembangan, perubahan masa
depannya, sangat memerlukan pembekalan iptek dan seni (ipteks) yang
berlandaskan nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-nilai
dasar negara tersebut akan menjadi panduan dan mewarnai keyakinan serta
pegangan hidup warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Sejalan dengan hal tersebut visi dan misi Pendidikan Pancasila
diberikan kepada para mahasiswa sebagai calon ilmuwan warga negara
Republik Indonesia dapat di sampaikan sebagai berikut.
55
56
57
58
59
60
BAB II PANCASILA
A. Pengertian Pancasila
1. Secara Etimologis
2. Secara Historis
3. Secara Terminologis
61
______________ 2,3,4,5
62
63
FMN
(Sbg Moral
Neg.)
(Terkandung 3 hukum : hukum Tuhan,
hukum kodrat, hukum etik)
Menjiwai
(4)
Fundamen Politik Negara
(FPN)
Pokok Pikiran
Persatuan (1)
(Sila I)
Sbg. Dasar
Negara
Negara
Kerakyatan, Permusyawaratan
Perwakilan (3)
(Sila IV)
Sebagai Sistem Negara
Pokok Pikiran
Keadilan Sosial (2)
(Sila V)
Sbg. Tujuan
64
65
transenden dan menunjukkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata
lain, Pancasila adalah filsafat tentang kodrat manusia. Dalam Pancasila
tersimpul hal yang asasi tentang manusia yang merupakan keluhuran harkat
dan martabatnya. Pancasila memperoleh dasarnya pada eksistensi manusia
sebagai manusia, lepas dari kehidupan tertentu. Drijarkara menyebut,
bahwa Pancasila adalah inheren (melekat) pada kodrat manusia sebagai
qua-talis (sebagai manusia). Sebab itu Pancasila mencerminkan nilai
kodrat yang fundamental sifatnya, dan bukan sekadar perwujudan konkrit
yang mengungkapkan kode atau kebiasaan sehari-hari. Dengan kata lain,
Pancasila merupakan eksplisitasi pribadi, harkat dan martabat manusia
secara total yang mengandung berbagai unsur dalam dirinya antara
individualitas dan sosialitas, materialitas dan spiritualitas, transendensi dan
immanensi, otonomi dan korelasi. Pancasila memandang, bahwa berbagai
aspek itu tidak dipandang secara sektoral dalam salah satu kehidupan,
tetapi secara integral dipandang sebagai keseluruhan hal yang membentuk
keutuhan pribadi manusia.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa manusia
seutuhnya merupakan kata kunci untuk dapat memahami arti-makna
Pancasila sebagai ideologi pembangunan serta tujuan jangka panjang yang
hendak dicapai bersama. Ideologi pembangunan yang mengandung corak
antroposentrik dalam arti manusia yang berada pada tempat yang sentral
sebagi subjek dan sekaligus objek pembangunan.
Gambaran hakikat manusia monopluralis dari Notonagoro :
Susunan
kodrat
Jasmani
(tubuh)
: unsur anorganis
unsur vegetatif
unsur animal
Jiwa
: akal
rasa
karsa
Monodualis
M
o
Makhluk Individu
Hakikat
Manusia
Sifat
kodrat
n
o
Monodualis
Makhluk Sosial
p
l
u
66
Kedudukan
kodrat
Monodualis
Makhluk Tuhan
i
s
Pokok pikiran
pokok pikiran ini, negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pokok pikiran I, II, III dalam satu kesatuan merupakan fondamen
politik negara. Sedang pokok pikiran IV merupakan Fondamen moral
67
68
69
pembentuk negara, untuk menjadikan hal-hal tertentu sebagai dasardasar bagi negara yang dibentuknya.
b. Dari segi isinya : memuat dasar-dasar negara yang dibentuknya
meliputi dasar kerokhanian negara, dasar politik negara, dasar tujuan
negara, cita-cita abadi kenegaraan dan kebangsaan, bentuk negara, dan
ketentuan diadakannya undang-undang dasar negara.
70
71
Alinea I
Hukum
Hukum Kodrat
Sumber
Hukum Etis
Alinea II
Cita-cita Kemerdekaan
dan
Alinea III
Hukum Tuhan
Hukum Etis
Sumber
Nilai
Alinea IV
Bentuk
Hukum Filosofis
(Pancasila)
Pelaksanaan
Negara
Indonesia
Hukum Positif
dan
Pelaksanaannya
Sumber
dan Sifat
Pelaksana
Negara
Indonesia
72
73
74
75
76
77
dijabarkan
Peraturan-peraturan Hukum dan atau Peraturan Perundangan lainnya,
seperti: TAP MPR, UU. PERPU, PP, KEPPRES, PERDA dan peraturanperaturan pelaksana lainnya yang bersifat operasional.
Secara terminologis :
78
bersifat refleksif,
79
c. Dimensi-dimensi Ideologi :
Dimensi realita, idealisme, dan fleksibelitas (menurut Alfian).
Dimensi teleologis, etis, dan integral-integratif (menurut Soerjanto
Poespowardojo).
d. Fungsi Ideologi :
Distorsi (pada Karl Marx)
Legitimasi (pada Max Weber)
Integrasi dan identitas (pada Geertz)
Orientasi dasar
Membentuk identitas
Solidarity making (mengatasi konflik atau ketegangan sosial)
Futuristik
e. Ideologi Negara Pancasila
Ideologi sebagai
pandangan hidup bangsa yang dikembangkan
berdasarkan kepentingan tertentu mempunyai nilai-nilai bersifat tetap
dan juga mampu berkembang secara dinamis. Jadi ideologi negara
Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia yang
dikembangkan berdasarkan kepentingan tertentu negara Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi negara atau nasional ada yang bersifat
tertutup (mempunyai nilai-nilai bersifat tetap) dan terbuka (bersifat
dinamis).
Nilai-nilai yang bersifat tetap disebut nilai-nilai dasar, antara
lain berupa: asas, cita-cita, tujuan.
Nilai-nilai yang bersifat dinamis disebut nilai-nilai
instrumental, antara lain berupa : arahan, kebijakan, strategi
sasaran dan pelaksanaan.
Kegiatan ideologi dapat meliputi beberapa bidang/aspek kehidupan
bangsa dan negara, yaitu :
Bidang politik/kenegaraan
Bidang keagamaan dan kepercayaan
Bidang ekonomi
Bidang sosial-budaya
80
81
2) Konservatisme
Konservatisme adalah ideologi yang muncul sebagai reaksi atas paham
liberal. paham ini muncul dipelopori oleh golongan feodal untuk
menghadapi kekuasaan persuasive liberalisme (karena liberalisme
dipandang menggoncangkan struktur masyarakat feodal yang mapan).
Menurut paham konservatif, liberalisme merupakan paham yang terlalu
individualistis karena memandang masyarakat terdiri atas individu atau
gabungan individu.
Menurut paham konservatif, masyarakat dan kelompok masyarakat
yang lain tidak sekadar penjumlahan unsur-unsurnya; dan suatu
kelompok lebih dapat menciptakan kebahagiaan yang lebih besar
daripada yang dapat diciptakan oleh anggota masyarakat secara
individual.
Menurut penilaian paham konservatif, liberalisme cenderung
menimbulkan sejumlah individu yang hidupnya lebih baik tetapi tidak
peduli pada keadaan sekitarnya.
Gejala-gejala yang Menandai Paham Konservatif :
Masyarakat yang terbaik adalah masyarakat yang tertata dan stabil.
Untuk menciptakan masyarakat yang tertata dan stabil diperlukan suatu
pemerintah yang memiliki kekuasaan yang mengikat tetapi
bertanggungjawab.
Paham ini menekankan tanggung jawab pada pihak penguasa dalam
masyarakat untuk membantu pihak yang lemah. Posisi ini bertentangan
dengan paham liberal yang berpandangan pihak yang lemah harus
bertanggungjawab atas urusan dan hidupnya. Sisi konservatif inilah
yang menimbulkan untuk pertama kali negara kesejahteraan
(welfare-state) dengan program-program jaminan sosial bagi yang
berpenghasilan rendah.
3) Sosialisme dan Komunisme
Sosialisme muncul merupakan reaksi terhadap liberalisme, revolusi
industri dan akibat-akibatnya. Awal sosialisme yang muncul pada paruh
pertama abad XIX dikenal sebagai sosialis utopia. Sosialisme ini lebih
didasarkan pada pandangan kemanusiaan (humanitarian), dan meyakini
kesempurnaan watak manusia. Sosialisme awal ini (tokohnya sosialis
utopis, antara lain: Saint Simon, Lassalle) bertujuan meningkatkan,
82
83
4) Fasisme
Sebenarnya lebih merupakan gaya politik daripada ideologi sebagai
seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama.
Merupakan tipe nasionalisme yang romantis dengan segala kemegahan
upacara dan simbol-simbol yang mendukungnya untuk mencapai
kebesaran negara.
Seorang pemimpin kharismatis sebagai simbol kebesaran negara yang
didukung oleh massa rakyat.
Dukungan massa yang fanatik tercipta berkat indoktrinasi, sloganslogan dan simbol-simbol yang ditanamkan sang pemimpin besar dan
aparatnya.
Fasisme pernah diterapkan di Jerman, Jepang, Italia dan Spanyol, tetapi
penerapan paham ini sangat bervariasi di antara negara-negara tersebut.
4. Pancasila Sebagai Etika Politik di Indonesia
Artinya, Pancasila adalah sumber prinsip-prinsip moral yang mendasari
penataan kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan sebagai
keseluruhan di Indonesia.
84
Normatif :
85
Menggambarkan sikap
dituntut
mental
Sikap yang
Terkait :
Moralitas
Sumber motivasi
Sumber Etos
Religi
Ideologi
Adat-istiadat
P
a
n
c
a
s
i
l
a
b. B u d a y a :
Perkembangan Pengertian Kebudayaan
(1) Pembudayaan Cultivora
(2) Abad XVI Pembudayaan
Akal Pikir
86
Kebudayaan Nasional
Kebudayaan Global
Saling Mengandaikan
Kebudayaan Nasional
Kebudayaan Daerah
87
Kebutuhan Jangka
Identitas Diri
Keunikan
Unsur Kesesuaian-Ciri Khas
Rumusan Kepribadian
Bangsa
Mendasari
Komunikasi
Kesadaran Politik
- Indische Partai
Pedoman
Berrelasi
Buah interaksi
Way of life
Kesadaran Ideologis
Konggres Pemuda
- P. N. I
88
C. Implementasi Pancasila
Implementasi atau aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas 2
(dua) macam, yaitu :
89
90
3. Fungsi UUD :
4. Kedudukan UUD :
91
92
93
Negara hukum menurut UUD 1945 : negara hukum dalam arti luas,
yaitu negara hukum dalam arti material, bukannya negara hukum dalam
arti formal. Artinya, setiap tindakan negara harus mempertimbangkan
dua aspek: (1) aspek kegunaannya (doelmatigheid), dan (2) aspek
landasan hukumnya (rechtsmatigheid).
94