Anda di halaman 1dari 16

Kewajiban Pendaftaran (FG 1)

1. What ?
Pengukuhan wajib pajak dan pengusaha kena pajak
2. Who ?
Subjek Pajak ( UU No.36 tahun 2008 pasal 2 ayat 1)
Berdasarkan tempat :

Subjek pajak dalam negeri


Subjek pajak luar negeri

Berdasarkan status :

Orang pribadi
Badan
BUT

3. Why? Mengapa Bayar Pajak :

Sebagai pendapatan pemerintah


Contoh : Pembangunan
Pendidikan
kesehatan
Infrastruktur
Dll

4. How ?
a.
b.
c.
d.
e.

Pendaftaran diri sebagai wajib pajak -> DJP menerbitkan NPWP


Pembukuan (Penghasilan) dilampiri laporan keuangan (Neraca dan laporan laba rugi)
Setor
Reply (Lebih/kurang bayar) -> Berupa SKP & STP
Keberatan -> Pemeriksaan -> Penyidikan

5. When? Pembayaran Pajak

Pasal 9 -> (UU No. 28 tahun 2007)


Ayat 1 : Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaram dan
penyetaraan pajak yang terutang untuk suatu saat/ masa pajak bagi masing masing jenis
pajak paling lama 15 hari setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak

Ayat 2 : Kurang bayar harus dibayar lunas sebelum surat pemberitahuan PPh
disampaikan

Sanksi

Sanksi : Jika terlambat membayar -> Kena denda bunga 2& per bulan dihitung dari
tanggal jatuh tempo pembayaran sampai tanggal pembayaran, bagian dari bulan dihitung
penuh 1 bulan (Pasal 9 ayat 2a)
Pasal 3 ayat 3 -> paling lambat 20 hari setelah maa akhir pajak (surat pemberitahuan
masa)
3 bulan setelah akhir tahun pajak (surat pemberitahuan PPh OP)
4 bulan setelah akhir tahun pajak (surat pemberitahuan PPh badan)

Sanksi Lain :
Jika tidak lapor maka dikenai sanksi administrasi denda :

500.000
100.000

100.000

: Surat pemberitahuan masa PPn


:Surat pemberitahuan masa lainnya
:Surat pemberitahuan tahunan PPh wajib pajak badan
:Surat pemberitahuan tahunan PPh orang pribadi

Pemeriksaan Pajak (FG 2)


Berkas yang dibutuhkan dalam pemeriksaan pajak adalah:
a. Kertas kerja pemeriksaan wajib yang disusun oleh pemeriksa pajak
Bukti bahwa pemeriksaan telah dilakukan sesuai standar
Bahan pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan wajib pajak tentang temuan

pemeriksaan.
Pembuatan laporan hasil pemeriksaan
Sumber data bagi penyelsaian keberatan atau banding yang diajukan wajib pajak.
Referensi untuk pemeriksaan selanjutnya.

b. Kertas kerja pemeriksaan harus memberikan gambaran mengenai:


Prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan
Data,keterangan,dan/bukti yang diperoleh
Pengujian yang telah dilakukan
Simpulan dan hal-hal lain yang dianggap perlu, yang berkaitan dengan pemeriksaan

Jenis pemeriksaan pajak adalah:


a. Pemeriksaan kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal
Pajak.
b. Pemeriksaan lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan, tempat
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. Tempat tinggal wajib pajak, atau tempat lain yang
ditentukan oleh Direktur Jendral Pajak.
Yang melakukan pemeriksaan pajak adalah Direktur Jenderal Pajak (UU Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 29 ayat (1)), pegawai negeri sipil di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, yang
diberi wewenang, tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan.
Dilakukan pemeriksaan pajak karena:
a. Sistem pemungutan pajak di Indonesia adalah self assessment sehingga fiskus perlu
melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakan sesuai dengan KUP
b. Kepentingan perpajakan dalam hubungan dengan negara lain (tax treaty ). Negara-negara
yang mengikat perjanjian tax treaty dengan indonesia membutuhkan informasi
perpajakan tentang salah satu perusahaan di indonesia sehingga fiskus harus melakukan
pemeriksaan untuk mendapatkan informasi tersebut.
Pemeriksaan

pajak

dilakukan

apabila

wajib

pajak

mengajukan

permohonan

pengembalian kelebihan bayar pajak.


Jangka waktu pemeriksaan pajakberdasarkan peraturan menteri keuangan:
a. Pemeriksaan kantor dilakukan paling lama 3 bulan dan dapat diperpanjang paling lama 6
bulan yang dihitung sejak tanggal wajib pajak datang memenuhi surat panggilan dalam
rangka pemeriksaan kantor sampai dengan tanggal laporan hasil pemeriksaan
b. Pemeriksaan lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 bulan dan dapat
diperpanjang menjadi paling lama 8 bulan yang dihitung sejak tanggal surat perintah
pemeriksaan sampai dengan tanggal laporan hasil pemeriksaan
Proses pemeriksaan pajak
1. Instruksi Pemeriksaan pajak
Pelaksanaan pemeriksaan berada di KPP (Kantor Pelayanan Pajak) atas instruksi dari
Kantor Pusat DJP.
2. Perencanaan Pemeriksaan

Perencanaan pemeriksaan dimulai dengan pembentukan tim pemeriksa pajak.


3. Penerbitan SP2 dan Pemberitahuan ke Wajib Pajak
4. Peminjaman Dokumen
Agar dapat melakukan pemeriksaan pajak diperlukan dokumen pendukung. Itulah
mengapa Wajib Pajak harus menyimpan dengan baik semua dokumen yang menjadi dasar
pembukuan aau pencatatan selama 10 tahun.Permintaan peminjaman dokumen ini wajib
dipenuhi oleh Wajib Pajak dalam jangka waktu 1 bulan sejak terbitnya Surat Permintaan
Peminjaman Dokumen WP. Selama kurun waktu tersebut, terdapat dua kali Surat
Peringatan, yakni Surat Peringatan I terbit 2 minggu setelah terbitnya surat permintaan
peminjaman dokumen, dan Surat Peringatan II terbit 3 minggu setelah terbitnya surat
permintaan peminjaman dokumen Wajib Pajak.
5. Pelaksanaan Pengujian
Kegiatan ini dilakukan oleh tim pemeriksa pajak dengan memperhatikan temuantemuan yang ada selama pemeriksaan berlangsung.
6. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan Tanggapan Tertulis
Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan adalah surat yang berisi tentang hasil
Pemeriksaan yang meliputi pos-pos yang dikoreksi, nilai koreksi, dasar koreksi,
perhitungan sementara jumlah pokok pajak, dan pemberian hak kepada Wajib Pajak untuk
hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Atas penyampaian SPHP tersebut, WP
berhak memberikan tanggapan atas hasil pemeriksaan yang tercantum dalam SPHP dalam
jangka waktu 7 hari kerja setelah SPHP diterima oleh Wajib Pajak dan dapat diperpanjang
3

hari

jika

ada

alasan

tertentu

dengan

mengirimkan

Surat

Pemberitahuan

Perpanjangan.Tanggapan WP tersebut isinya bisa menyetujui, menolak sebagian, atau


menolak seluruhnya hasil pemeriksaan tersebut.
7. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
Dalam jangka waktu 3 hari kerja sejak WP memberikan surat tanggapan atas SPHP
kepada tim pemeriksa pajak, undangan pembahasan akhir hasil pemeriksaan harus
disampaikan kepada wajib pajak.
Ketika WP hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, dalam hal Wajib Pajak
menolak sebagian atau menolak seluruhnya, Wajib Pajak berhak untuk meminta bantuan
tim Quality Assurance untuk menengahi perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan
tim pemeriksa. Namun, apabila Wajib Pajak tidak hadir, maka pembahasan akhir dianggap

telah selesai dilakukan, itu artinya Wajib Pajak menyetujui hasil pemeriksaan tim
pemeriksa pajak.
8. Pelaporan, penerbitan ketetapan dan Pengembalian Dokumen
Pemeriksa pajak mencantumkan semua informasi mengenai kegiatan pemeriksaan
pajak ke dalam Kertas Kerja Pemeriksaan. Kemudian, KKP tersebut ditelaah oleh
supervisor sebelum dibuat Laporan Hasil Pemeriksaan. Setelah disetujui, barulah dibuat
Laporan Hasil pemeriksaan. Setelah itu, terbitlah nota penghitungan atas kewajiban
perpajakan Wajib Pajak yang seharusnya. Setelah itu, terbitlah surat ketetapan pajak.
Pemeriksa pajak harus mengembalikan buku,catatan, dan dokumen yang dipinjam
dalam rangka pemeriksaan kepada Wajib Pajak. Pengembalian buku,catatan, dan dokumen
tersebut harus dipenuhi dalam jangka waktu 7 hari kerja sejak tanggal terbit Laporan Hasil
pemeriksaan.

Penyidikan Tindak Pidana Dibidang Perpajakan (FG 3)


Penyidikan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang
perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya. Yang berhak melakukan penyidikan
adalah pejabat pegawai negeri di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang
khusus untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.
Dasar Hukum Penyidikan tertuang dalam UU No. 6 Tahun 1983; UU KUP Pasal 44, 44A
dan 44B; UU KUP No. 38 dan 39; serta UU KUP Pasal 1 angka 31 dan angka 32.
Wewenang Penyidik antara lain:
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumendokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap
bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan;
g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang
dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
j. menghentikan penyidikan;
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan menurut ketentuan peraturan peundang-undangan. Penyidik
Pajak tidak berwenang melakukan penahanan dan penangkapan
Penyidikan dihentikan dalam hal:
a.
b.
c.
d.
e.

tidak terdapat cukup bukti;


peristiwa yang disidik bukan merupakan tindak pidana di bidang perpajakan;
peristiwanya telah daluwarsa;
tersangkanya meninggal dunia;
untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan Menteri Keuangan, Jaksa
Agung dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan
dengan syarat Wajib Pajak: melunasi utang pajak yang tidak atau kurang di bayar
atau yang tidak seharusnya dikembalikan ditambah sanksi administrasi berupa
denda sebesar 4 (empat) kali jumlah

Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan Wajib Pajak (WP), sepanjang
menyangkut pelanggaran ketentuan administrasi perpajakan dikenakan sanksi administrasi,
sedangkan yang menyangkut tindak pidana dibidang perpajakan dikenakan sanksi pidana.
Sanksi Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan:

a. Setiap orang yang karena kealpaannya:


- tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT); atau
- menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan

keterangan

yang

isinya

tidak

benar,

sehingga

dapat

menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan pidana


kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling tinggi 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Sanksi tindak pidana di bidang perpajakan terhadap huruf a di atas menjadi pidana
kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun atau denda
paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar.
b. Setiap orang yang dengan sengaja:
- tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan, atau menggunakan tanpa hak
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
-

(PKP); atau
tidak menyampaikan SPT; atau
menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak

lengkap; atau
menolak untuk dilakukan pemeriksaan; atau - memperlihatkan pembukuan,
pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah- olah benar;

atau
tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan

atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lainnya; atau


tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut, sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, di pidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Sanksi tindak pidana di bidang perpajakan terhadap huruf b di atas menjadi

pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan atau paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar.

c. Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum


lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang
dijatuhkan, dikenakan pidana 2 (dua) kali lipat dari ancaman pidana yang diatur
sebagaimana butir b.
d. Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan PKP,
atau menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan
kompensasi pajak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan
denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah restitusi yang dimohon dan atau
kompensasi yang dilakukan oleh Wajib Pajak.
Sanksi tindak pidana di bidang perpajakan terhadap huruf b di atas menjadi
pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan atau paling lama 2 (dua) tahun dan
denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan /atau
kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan paling banyak 4 (empat) kali
jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang
dilakukan.
Sanksi tindak pidana berlaku juga bagi wakil, kuasa, atau pegawai dari Wajib
Pajak, yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan, yang
menganjurkan, atau yang membantu melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan. Daluwarsa Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan Tindak pidana di
bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah lampau waktu sepuluh tahun sejak
saat terutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya Bagian Tahun Pajak,
atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan. Delik Aduan Dan Sanksinya
Setiap pejabat baik petugas pajak maupun mereka yang melakukan tugas di
bidang perpajakan, dilarang mengungkapkan kerahasiaan WP yang menyangkut
masalah perpajakan. Pelanggaran atas larangan mengungkapkan kerahasiaan WP
tersebut dapat diancam sanksi pidana sebagai berikut: a. Pejabat yang karena
kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal kerahasiaan Wajib
Pajak, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp.4.000.000,00 (empat juta rupiah). sanksi tindak pidana di

bidang perpajakan terhadap huruf a di atas menjadi pidana kurungan paling lama
1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp.25.000.000,00 (dua puluh lima juta
rupiah). b. Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau
seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). sanksi tindak pidana di bidang
perpajakan terhadap huruf b di atas menjadi pidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun dan denda paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Keterlibatan dan Sanksi bagi Pihak ketiga - Setiap orang yang menurut ketentuan
wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta tetapi dengan sengaja tidak
memberi keterangan atau bukti atau memberi keterangan atau bukti yang tidak
benar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). sanksi tindak pidana di
bidang perpajakan di atas menjadi pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan
denda paling banyak Rp.25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah). - Setiap
orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan tindak
pidana perpajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). sanksi tindak pidana
di bidang perpajakan di atas menjadi pidana kurungan paling lama 3 (tiga) tahun
dan denda paling banyak Rp.75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).
Ketentuan ini berlaku juga bagi yang menyuruh melakukan , yang menganjurkan
atau membantu melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.

KUP: Penyidikan dan Penagihan (FG 4)


Penyidikan
What
Merupakan tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan
bukti sehingga dapat menemukan tersangkanya
Why
Untuk mengetahui apakah Wajib Pajak melakukan tindak kriminal atau tidak
How
1. Tahap Pengamatan

Memastikan apakah dugaan sesuai dengan kenyataan, mengembangkan informasi,


data, /atau laporan yang sudah terkumpul guna memberi petunjuka apakah telah
terjadi tindak pidana.
2. Pemeriksaan Bukti Permulaan
Merupakan proses untuk mendapatkan bukti pidana. Setelah bukti terkumpul, batu
dilakukan pemeriksaan bukti yang pada dasarnya adalah pemeriksaan apakah tata
cara dan pedoman yang dilakukan pelanggar tetap mengacu pada ketentuan yang
berlaku pada peraturan perpajakan atau tidak. Setelah pemeriksaan bukti, selanjutnya
dilakukan pembuatan Laporan Bukti Permulaan yang dilengkapi dengan kesimpulan
dan usul tindak lanjutnya kepada pejabat berwenang.
3. Tahap Penyidikan termasuk Pembuatan Berita Acara dan Pemberkasan
Setelah pemeriksaan bukti di tindak lanjuti, maka atasan pajak mengusulkan kepada
Direktur Jenderal Pajak untuk melakukan penyidikan melalui Direktur Pemeriksaan
Pajak. setelah DJP mempelajari dan menimbang usul dari Direktur Pemeriksaan
Pajak, selanjutnya baru dilakukan penyidikan. Penyidikan harus dilakukan setalah
Surat Perintah Penyidikan ditandatangani oleh DJP. Surat perintah tersebut harus
disampaikan segera kepada Penyidik sehingga Penyidik dapat menginformasikan
dimulainya penyidikan kepada Jaksa/Penuntut Umum melalui Penyidik Polri.
When
Setelah dilakukan pemeriksaan dan dicurigai Wajib Pajak melakukan tindak pidana
Where
Di tempat Wajib Pajak melakukan pelanggaran.

Penagihan
What
Surat penagihan pajak secara paksa
Why
Penegakan keadilan, pemberiam

perlindungan

hukum,

law

enforcement,

dan

memerhatikan peraturan pemerintsh pusat dan daerah


How
Dengan ada pejabat penagihan pajak dengan cara mengangkat juru sita pajak dan
menerbitkan surat-surat terkait seperti surat penagihan seketika dan sekaligus, surat
paksa, dan lain-lain. Juru sita pajak diutus untuk melakukan penagihan dan penyitaan.
Juru sita juga memiliki kewenangan dan hal-hal yang membatalkan wewenangnya. Suratsurat yang terkait dengan penagihan ada surat penagihan seketika dan sekaligus dan

diikuti dengan penyitaan dan lelang jika surat pertama tidak diindahkan. Dilakukan juga
pencegahan dan penyanderaan pajak jika pajak tidak dibayarkan. Negara juga
memerlukan hak mendahulu dalam menagih piutang pajak pada wajib pajak.
When
Penagihan pajak dilaksanakan secara terjadwal yaitu:
1. Penagihan pajak dengan cara penerbitan surat teguran (setelah 7 hari sejak tempo
pembayaran)
2. Penerbitan surat paksa, setelah lewat 21 hari surat teguran tidak diindahkan
3. Penerbitan SPMP, setelah lewat 2 x 24 jam sejak surat paksa
Where
Surat paksa diberitahukan kepada WPOP, Badan di tempat tinggal (domisili) masingmasing.
Who
Yang dikenai surat penagihan pajak adalah. WPOP, dan Badan

Sanksi
What
Ada dua macam sanksi dalam perpajakan. Sanksi tersebut adalah sanksi administratif dan
pidana. Sanksi administratif dibagi menjadi tiga, yaitu sanksi denda, sanksi bunga, dan
sanksi kenaikan tarif.
Why
Untuk menciptakan kepatuhan wajib pajak dan mengetahui hukum dari apa yang
dilakukan.
When
Saat melanggar ketentuan pajak
Where
Di dalam daerah pabean
How
Beberapa contoh sanksi dalam perpajakan1:
a. SPT tidak disampaikan sesuai atas waktu penyampaianatau batas waktu perpanjangan
penyampaian SPT. Dikenai denda Rp500.000,- untuk SPT Masa PPN, Rp100.000,untuk SPT Masa lainnya, Rp1.000.000,00,- untuk SPT Tahunan PPh Wajib Pajak
Badan, Rp100.000,- untuk SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi (Pasal 7 ayat
1, UU KUP)

1 http://konsultanpajak-aaa.com/mengenal-sanksi-pajak.htm

b. Setiap orang yang dengan sengaja tidak memberikan data dan informasi yang diminta
oleh Dirjen Pajak. Dikenai denda paling banyak Rp800.000.000,- atau dipidana
kurungan paling lama 10 (sepuluh) bulan (Pasal 41 C ayat 3, UU KUP).
c. Setiap orang dengan sengaja menyalahgunakan data dan informasi perpajakan
sehingga menimbulkan kerugian pada negara. Dikenai denda paling banyak
Rp500.000.000,- atau dipidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun (Pasal 41 C ayat
4, UU KUP).

Keberatan, Banding, Gugatan dan PK (FG 5)


What
Keberatan adalah cara yang ditempuh oleh Wajib Pajak jika merasa tidak puas atau kurang puas
atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas pemotongan / pemungutan oleh
pihak ketiga.
Banding adalah upaya hukum terhadap suatu keputusan pejabat yang berwenang sepanjang
diatur dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan.
Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung Pajak
terhadap pelaksanaan penagihan Pajak atau terhadap keputusan yang dapat diajukan Gugatan
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku
Peninjauan Kembali adalah saat wajib pajak belum puas dengan putusan banding
Perbedaan Banding dan Gugatan:
Banding
- Dasar hukum Pasal 27 UU KUP;
- Yang disengketakan adalah adalah Surat

Gugatan
- Dasar hukum pasal 23 UU KUP;
- Yang disengketakan prosedur pelaksanaan

Keputusan Keberatan;
- Surat balasan dari permohonan Banding

dan penerbitan surat-surat keputusan;


- Surat balasan dari pengajuan Gugatan

adalah Surat Uraian Banding;


- Jangka waktu menyelesaikan Surat

adalah Surat Tanggapan;


- Jangka waktu menyelesaikan Surat

Uraian Banding adalah 3 (tiga) bulan);


- Ada sanksi administrasi berupa denda

Tanggapan adalah 1 (satu) bulan;


-Tidak ada sanksi;

sebesar 100% dari jumlah pajak

berdasarkan putusan banding apapun


keputusannya;

Why
Keberatan : karena tidak sesuai
Banding :

karena isi keputusan keberatan tidak sesuai

Gugatan : karena prosedur pelaksaan dan penerbitan surat-surat keputusan, bisa keputusan
penyitaan
PK :

masih tidak setuju atas keputusan banding

When
Keberatan : Ketika tidak sependapat dengan pajak yang dikenakan
Dirjen pajak harus menyelesaikan keberatan yang diajukan wajib pajak dalam jangka waktu
paling lama 12 bulan
Banding : 3 bulan sejak surat keputusan keberatan diterbitkan
Gugatan : Diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal dikirimnya skp
PK : Jangka waktu 3 bulan terhitung sejak diketahuinya kebohongan/tipu muslihat atau sejak
putusan hakim pengadilan pidana memperoleh kekuaran hukum tetap atau
ditemukannya bukti tertulis baru atau sejak putusan banding dikirim

Where
Keberatan : Dirjen Pajak (Kantor pelayanan pajak)
Banding : Badan peradilan pajak
Gugatan : Dirjen Pajak
PK

MA

How
A. Diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia; b.menyebutkan jumlah pajak yang
terutang/dipotong/ dipungut/rugi menurut Anda disertai alasan yang menjadi dasar
B. Penghitungan;c. 1 (satu) keberatan untuk 1(satu) SKP per jenis pajak, 1(satu)
C. Pemotongan pajak, atau 1(satu) pemungutan pajak;
D. Telah melunasi pajak yang harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah Anda setujui
dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan (syarat ini tidak berlaku untuk Tahun Pajak 2007
dan sebelumnya);
E.

Diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim SKP atau sejak tanggal
pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga kecuali Anda dapat menunjukan
bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan Anda
(force majeur);

F. Surat keberatan ditandatangani oleh Anda, dan dalam hal surat keberatan ditandatangani
oleh bukan Wajib Pajak, surat keberatan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus;
dan
G. Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 UndangUndang KUP, yaitu:1. pengurangan, penghapusan, atau pembatalan sanksi administrasi;
a. Pengurangan atau pembatalan skp yg tidak benar; atau
b. Pembatalan SKP dari hasil Pemeriksaan/Verifikasi yang dilaksanakan tanpa penyampaian
surat pemberitahuan hasil pemeriksaan atau pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan
Wajib Pajak.
Landasan Hukum
Keberatan:
1. Pasal 25, 26, dan 26A Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Undang-Undang KUP);

2. Pasal 28, 30, 31, dan 33 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Hak Dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2013 tentang Tata Cara dan Penyelesaian
Keberatan.
Banding:
1. Pasal 27 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009;
2. Pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak
Dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan;
3. Pasal 35, 36, 37, 38, dan 39 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak.
Peninjauan Kembali:
1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (Undang-Undang PP)
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 (UndangUndang MA).

Referensi
http://miftahudinisme.blogspot.co.id
http://www.pajak.go.id/dmdocuments/PENYIDIKAN.pdf
Dokumentasi kerja kelompok FG KUP Penyidikan, Penagihan, dan Sanksi Perpajakan
oleh Kelompok Nurul, Nadiza, Mentari, Dila, dan Damar pada 7 September
2015.
Mengenal Sanksi Pajak. Diakses pada 7 September 2015 dari: http://konsultanpajakaaa.com/mengenal-sanksi-pajak.htm

Taroreh, Junisa Angelia. (2013). Pemeriksaan dan Penyidikan terhadap Pelanggaran


Pajak. Diakses pada 7 September 2015 dari:
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexcrimen/article/viewFile/1576/1268
UU no. 26 Pasal 1 (31) dan UU KUP Bab 9 Pasal 44
UU KUP
UU no. 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
UU Perpajakan
http://www.blogkeuangan.com/2011/07/perbedaan-banding-dan-gugatan-dalam.html
http://www.pajak.go.id/

Anda mungkin juga menyukai