Anda di halaman 1dari 5

DUKUNGAN SOSIAL

Pengertian Dukungan Sosial


Menurut Dimatteo (1991), dukungan sosial adalah dukungan atau bantuan yang
berasal dari orang lain seperti teman, keluarga, tetangga, rekan kerja dan orang lain.
Sarason, Sarason & Pierce (dalam Baron & Byrne, 2000) mendefinisikan dukungan
sosial sebagai kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman-teman dan
anggota keluarga.
Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam
bentuk lainnya yang diterimanya individu dari orang lain ataupun dari kelompok (Sarafino,
2002).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dukungan sosial adalah
kenyamanan fisik dan psikologis, perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam bentuk
yang lainnya yang diterima individu dari orang lain ataupun dari kelompok.

Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial


Menurut Sarafino (2002), ada lima bentuk dukungan sosial, yaitu:
a. Dukungan emosional
Terdiri dari ekspresi seperti perhatian, empati, dan turut prihatin kepada seseorang.
Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan merasa nyaman, tentram
kembali, merasa dimiliki dan dicintai ketika dia mengalami stres, memberi bantuan
dalam bentuk semangat, kehangatan personal, dan cinta
b. Dukungan penghargaan
Dukungan ini ada ketika seseorang memberikan penghargaan positif kepada orang yang
sedang stres, dorongan atau persetujuan terhadap ide ataupun perasaan individu,
ataupun melakukan perbandingan positif antara individu dengan orang lain. Dukungan
ini dapat menyebabkan individu yang menerima dukungan membangun rasa
menghargai dirinya, percaya diri, dan merasa bernilai. Dukungan jenis ini akan sangat
berguna ketika individu mengalami stres karena tuntutan tugas yang lebih besar
daripada kemampuan yang dimilikinya.
c. Dukungan instrumental
Merupakan dukungan yang paling sederhana untuk didefinisikan, yaitu dukungan yang
berupa bantuan secara langsung dan nyata seperti memberi atau meminjamkan uang
atau membantu meringankan tugas orang yang sedang stres.
d. Dukungan informasi

Orang-orang yang berada di sekitar individu akan memberikan dukungan informasi


dengan cara menyarankan beberapa pilihan tindakan yang dapat dilakukan individu
dalam mengatasi masalah yang membuatnya stres (DiMatteo, 1991). Terdiri dari
nasehat, arahan, saran ataupun penilaian tentang bagaimana individu melakukan
sesuatu. Misalnya individu mendapatkan informasi dari dokter tentang bagaimana
mencegah penyakitnya kambuh lagi.
e. Dukungan kelompok
Merupakan dukungan yang dapat menyebabkan individu merasa bahwa dirinya
merupakan agian dari suatu kelompok dimana anggota-anggotanya dapat saling
berbagi. Misalnya menemani orang yang sedang stres ketika beristirahat atau
berekreasi.
Sumber Dukungan Sosial
Kahn &

Antonoucci (dalam Orford, 1992) membagi sumber-sumber dukungan sosial

menjadi 3 kategori, yaitu


a. Sumber dukungan sosial yang berasal dari orang-orang yang selalu ada sepanjang
hidupnya, yang selalu bersama dengannya dan mendukungnya. Misalnya: keluarga
dekat, pasangan (suami atau istri), atau teman dekat.
b. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit berperan dalam
hidupnya dan cenderung mengalami perubahan sesuai dengan waktu. Sumber
dukungan ini meliputi teman kerja, sanak keluarga, dan teman sepergaulan.
c. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat jarang memberi
dukungan dan memiliki peran yang sangat cepat berubah. Meliputi dokter atau tenaga
ahli atau profesional, keluarga jauh.
Dukungan sosial yang diterima oleh janda dapat berasal dari siapa saja, namun yang
lebih sering memberi dukungan adalah keluarga dan temannya yang juga telah
menjanda (Lemme, 1995).

OPTIMISME

Seligman (1991) mendeflnisikan sikap optimis sebagai suatu sikap yang


mengharapkan hasil yang positif dalam menghadapi masalah, dan berharap untuk mengatasi
stress dan tantangan sehari-hari secara efektif.
Optimisme adalah suatu rencana atau tindakan untuk menggali yang
terbaik dari diri sendiri, bertanggung jawab penuh atas hidup, membangun cinta
kasih dalam hidup dan menjaga agar antusiasme tetap tinggi (Mc. Ginnis, 1995).
Bersikap optimis mcnurut Vaughan (2002) diartikan sebagai sikap percaya
diri bahwa individu mempunyai kemampuan menghasilkan sesuatu yang baik.
Optimisme sebenarnya adalah kemampuan memperkirakan kebahagian yang
mungkin terjadi berdasarkan reaksi individu terhadap suatu situasi, dengan kata
lain, belajar memandang hidup ini sebagai akibat dari tindakan individu sendiri.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas pengerlian optimisme adalah
berpikir secara positif dan mengharapkan hasil yang positif, mempunyai
kepercayaan diri, serta berusaha menggali yang terbaik dalam dirinya sendiri
dan mengharapkan hasil yang terbaik dari suatu situasi.
Menurut Seligman (1991), gaya penjelasan seseorang terdiri dari tiga aspek
yaitu :
a. Permanensi,
merupakan gaya penjelasan masalah yang berkaitan dengan waktu, yaitu
temporer

dan

permanen.

Orang

yang

pesimis

akan

menjelaskan

kegagalan atau kejadian yang menekan dengan cara menghadapi


peristiwa yang tidak menyenangkan dengan kata-kata "selalu", dan "tidak
pernah", sebaliknya orang yang optimis akan melihat peristiwa yang tidak
menyenangkan sebagai sesuatu yang terjadi secara temporer, yangterjadi
dengan

kata-kata

"kadang-kadang",

dan

melihat

sesuatu

yang

menyenangkan sebagai sesuatu yang permanen atau tetap.


b. Pervasivitas,
adalah gaya penjelasan yang berkaitan dengan dimensi ruang lingkup,
dibedakan menjadi spesifik dan universal, orang yang pesimis akan
mengungkap

pola

menyenangkan
mengungkap

pikir

dengan

pola

pikir

dalam
cara

menghadapi

universal.

dalam

Orang

menghadapi

peristiwa
yang

yang

tidak

pesimis

akan

peristiwa

yang

tidak

menyenangkan dengan cara universal, sedangkan orang yang optimis


dengan cara spesifik. Dalam menghadapi peristiwa yang menyenangkan,
orang yang optimis melihatnya secara universal atau keseluruhan,

sedangkan orang yang pesimis memandang peristiwa menyenangkan


disebabkan oleh faktor-faktor tertentu.
c. Personalisasi,
yaitu gaya penjelasan yang berkaitan dengan sumber penyebab, intenal
dan eksternal. Orang yang optimis memandang masalah-masalah yang
menekan dari sisi masalah lingkungan (eksternal) dan memandang
peristiwa yang menyenangkan berasal dari dalam dirinya (internal).
Sebaliknya, orang yang pesimis memandang masalah-masalah yang
menekan bersumber dan dalam dirinya (internal) dan menganggap
keberhasilan sebagai akibat dari situasi diluar dirinya (eksternal).

MOTIVASI
Indriyo Gito Sudarmo dan I Nyoman Sudito (Marjono, 2007:10) mengatakan bahwa
motivasi adalah faktor -faktor yang ada pada diri seseorang yang menggerakkan perilakunya
untuk memenuhi berbagai tujuan tertentu.
Bernson dan Skinner (Marjono, 2007:10) mengatakan bahwa motivasi adalah
dorongan kerja yang timbul dari diri seseorang untuk berperilaku dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
E. J. Donal (Komaruddin, 1983:100) membagi motivasi dalam dua jenis :
a. Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang. Motivasi ini
sering disebut motivasi murni misalnya , kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan
akan perasaan diterima,
b. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datang dari luar diri seseorang. misalnya,
kenaikan pangkat, pujian, hadiah dan sebagainya.
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa
seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya,
sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya
motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:

a. Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas


b. Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam
melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu)
c. Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau
negatif.Motivasi

tinggi

jika

usaha

menghasilkan

sesuatu

yang

melebihi

harapanMotivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan

Anda mungkin juga menyukai