Disusun Oleh
Novida Ana Arista
(2061210021)
Pembimbing Lapangan :
dr. Nur Rochmah, MMRS
Dosen Pembimbing :
dr. Hj. Farida Rusnianah, MARS
dr. Hj. Erna Sulistyowati, M.Kes
PUSKESMAS DONOMULYO
LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN
KEDOKTERAN KELUARGA
FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2012
1
No. RM
:
Nama pasien : Ny.W
Nama KK
: Tn.R
: Salam rejo 38
Bentuk Keluarga
: extended family
No
Pasien
Klinik
Ket
SMP
Pekerja
Pabrik
IRT
68 th
SD
Petani
CVA
14 th
SMP
Pelajar
6 th
SD
Pelajar
Nama
Status
L/P
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Tn.R
Ayah
46 th
SMP
Ny N
Ibu
44 th
Ny. W
Ibu
An. D
Cucu
An.R
Cucu
BAB I
STATUS PENDERITA
I.
Pendahuluan
Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita
Identitas
Nama
: Ny. W
Umur
: 68 tahun
: Islam
Alamat
: Salamrejo 38
Pekerjaan
: Tidak Bekerja
Status
: Menikah
Tgl Masuk
: 14 agustus 2012
III. Anamnesa
A.
B.
tangan dan kaki sebelah kanan lemas. Tangan dan kaki kanan lemas dan sulit
digerakkan tiba-tiba saat bangun tidur sekitar jam 6 pagi. Satu jam kemudian
keluarga langsung membawa pasien ke puskesmas. Selain lemas pasien juga
bicaranya pelo, namun tidak ada nyeri kepala, mual , muntah, kejang, demam (-)
dan pasien masih sadar. BAB dan BAK lancar, saat makan dan minum tidak
tersedak. Saat di UGD pasien dimotivasi untuk rujuk namun pasien dan keluarga
menolak.
C.
D.
E.
: disangkal
Riwayat Trauma
: disangkal
: (+) 2 tahun
: disangkal
Riwayat kolesterol
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat Asma
: disangkal
Riwayat Mondok
: (-)
: disangkal
: (+) ayah
: disangkal
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat trauma
: disangkal
F.
: disangkal
: disangkal
: (+)
IV.
PEMERIKSAAN FISIK
A.
Status Generalis
Tanda Vital
T = 160/ 90
N = 96 x/menit,
RR = 20 x/ menit
t = 36,5 0C
Mata
Telinga
Mulut : kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), stomatitis (-)
Thorax : Normochest, simetris, retraksi (-), spider nevi (-), venectasi (-),
pernafasan tipe thorakoabdominal.
-
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor / sonor
Auskultasi
Trunk
Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis(-)
Palpasi
Perkusi
Tanda Patrick/Fabere
: (-/-)
: (-/-)
Tanda Laseque/SLR
: (-/-)
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: tympani
Palpasi
Ekstremitas
Oedem
Akral dingin
B.
Status Psikiatri
Penampilan
Kesadaran
Afek
Psikomotor
Proses pikir
Insight
C. Status Neurologis
1.
Kesadaran
: GCS E4V2M6
2.
3.
Fungsi Vegetatif :
4.
Fungsi Sensorik :
- Rasa Ekseteroseptik
Lengan
Tungkai
Suhu
(+/+)
(+/+)
Nyeri
(+/+)
(+/+)
Rabaan
(+/+ )
(+ / +)
- Rasa Propioseptik
Lengan
Tungkai
Rasa Getar
(+/+)
(+/+)
Rasa Posisi
(+/+)
(+/+)
(+/+)
(+/+)
(+/+)
(+/+)
Rasa Kortikal
Stereognosis
normal
Barognosis
normal
5. Reflek
-
Reflek Fisiologis
Reflek Biseps
+2/+2
Reflek Triseps
+2/+2
Reflek Patella
+2/+2
Reflek Achilles
+2/+2
Reflek Patologis
Reflek Hoffman
-/-
Reflek Tromner
-/-
Reflek Babinsky
-/-
Reflek Chaddock
-/-
Reflek Oppenheim
-/-
Reflek Schaeffer
-/-
Reflek Rosolimo
-/-
6. Nervus Cranialis
Lesi N. VII : N. XII
:-
Pergerakan Sendi
Pergerakan
ROM
Tubuh
Neck
Trunk
Shoulder
Kekuatan Otot
Otot
MMT
Fleksi
Full/Full
Fleksor
5/5
Ekstensi
Full/Full
Ekstensor
5/5
Fleksi Lateral
Full/Full
Fleksor lateral
5/5
Rotasi
Fleksi
Full/Full
Full/Full
Rotator
Fleksor
5/5
5/5
Ekstensi
Full/Full
Ekstensor
5/5
Fleksi Lateral
Full/Full
Fleksor lateral
5/5
Rotasi
Fleksi
Full/Full
Full / Terbatas
Rotator
Fleksor
5/5
5/2
Ekstensi
Full / Terbatas
Ekstensor
5/2
Elbow
Wrist
Fingers
Hip
Knee
Ankle
Toes
V.
Abduksi
Full / Terbatas
Abduktor
5/2
Adduksi
Full / Terbatas
Adduktor
5/2
Internal Rotasi
Full / Terbatas
Int. Rotator
5/2
Eksternal Rotasi
Fleksi
Full / Terbatas
Full / Terbatas
Eks. Rotator
Fleksor
5/2
5/2
Ekstensi
Full / Terbatas
Ekstensor
5/2
Pronasi
Full / Terbatas
Pronator
5/2
Supinasi
Fleksi
Full / Terbatas
Full / Terbatas
Supinator
Fleksor
5/2
5/2
Ekstensi
Full / Terbatas
Ekstensor
5/2
Radial Deviasi
Full / Terbatas
Radial Deviator
5/2
Ulnar Deviasi
Fleksi
Full / Terbatas
Full / Terbatas
Ulnar Deviator
Fleksor
5/2
5/2
Ekstensi
Full / Terbatas
Ekstensor
5/2
Abduksi
Full / Terbatas
Abduktor
5/2
Adduksi
Fleksi
Full / Terbatas
Full / Terbatas
Adduktor
Fleksor
5/2
5/3
Ekstensi
Full / Terbatas
Ekstensor
5/3
Abduksi
Full / Terbatas
Abduktor
5/3
Adduksi
Full / Terbatas
Adduktor
5/3
Internal Rotasi
Full / Terbatas
Int. Rotator
5/3
Eksternal Rotasi
Fleksi
Full / Terbatas
Full / Terbatas
Eks. Rotator
Fleksor
5/3
5/3
Ekstensi
Dorsofleksi
Full / Terbatas
Full / Terbatas
Ekstensor
Dorsofleksor
5/3
5/3
Plantarfleksi
Full / Terbatas
Plantarfleksor
5/3
Eversi
Full / Terbatas
Evertor
5/3
Inversi
Fleksi
Full / Terbatas
Full / Terbatas
Invertor
Fleksor
5/3
5/3
Ekstensi
Full / Terbatas
Ekstensor
5/3
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah tanggal 14-08-2012
Jenis pemeriksaan
Hb
Hitung Leukosit
Hitung Trombosit
PCV/HCT
Hasil
14,1
5.700
349.000
43,8
Nilai normal
12-16 g/dL
4-10 ribu m3
150-400 ribu/mm3
37- 48 %
Hitung eritrosit
MCV/MCH/MCHC
GDS
Cholesterol
481.000.000
91.1/29.3/32.
142
259
4,5-6,5 juta/cmm
80-97 fL/27-31 pg/32-36 %
< 70-115 mg/dL
< 200 g/dL
Planing Diagnosa
1.
CT Scan
2.
ECG
3.
X-Ray Thorax
IX.
PROGNOSIS
Dubia ad Malam
X.
Follow Up
Nama
: Ny.W
Subyektif
Tangan dan
kaki kanan
lemah, sulit
digerakkan
Pelo (+)
Sakit kepala(-)
Obyektif
- T:140/80 mmHg
N: 76 x/menit
RR:20 x/menit
S : 36 oC
- motorik :
Upper extremity
- shoulder
- elbow
2/5 F/T
- wrist
Lower extremity
- hip
- knee
3/5 F/T
- ankle
- sensorik :
Assesment
Therapy
Plannning doagnosa:
CT scan, Ro Thorax, ECG
Planning therapy
1. O2 2 L/h
2. Infus RL20 tpm
3. Injeksi Piraetam 4x3gr
4. Injeksi neurobion 1x1
5. Injeksi Ulsikur 1amp/12
jam
6. Simvastatin 0-0-1
7. Aspilet 1x1
100
100
100
100
2+
2+
2+
2+
- reflek fisiologis
- reflek patologis (-)
- N Cranialis : dbn
Tgl
Subyektif
Obyektif
10
Assesment
Therapy
16/08/12.
Tangan dan
kaki kanan
lemah, sulit
digerakkan
Pelo (+)
Sakit kepala(-)
- T:160/80 mmHg
N: 80 x/menit
RR:20 x/menit
S : 363 oC
- motorik :
Upper extremity
- shoulder
- elbow
2/5 F/T
- wrist
Lower extremity
- hip
- knee
3/5 F/T
- ankle
- sensorik :
Plannning doagnosa:
CT scan, Ro Thorax, ECG
Planning therapy
O2 2 L/h
1. Infus RL 20 tpm
2. Injeksi Piraetam 4x3gr
3.Injeksi neurobion 1
amp/24 jam
4.
Injeksi Ulsikur 1
amp/12 jam
5.
Simvastatin 0-0-1
6.
Aspilet 1x1
100
100
100
100
2+
2+
2+
2+
- reflek fisiologis
- reflek patologis
17/08/12.
Tangan dan
kaki kanan
lemah
Pelo (-)
18/08/20
12
Tangan dan
kaki kanan
lemah
Pelo (-)
- N
Cranialis : dalam batas
normal
- T:180/90 mmHg
N: 88 x/menit
RR:20 x/menit
S : 36 oC
- motorik :
Upper extremity
- shoulder
- elbow
2/5 F/T
- wrist
Lower extremity
- hip
- knee
3/5 F/T
- ankle
- sensorik :
100
100
100
100
reflek fisiologis
-
2+
2+
2+
2+
reflek patologis
- N
11
Plannning doagnosa:
CT scan, Ro Thorax, ECG
Planning therapy
1. O2 2 L/h
2.Infus RL 20 tpm
3. Injeksi Piraetam 4x3gr
4.Injeksi neurobion 1
amp/24 jam
5. Injeksi Ulsikur 1 amp/12
jam
6. Simvastatin 0-0-1
7. Aspilet 1x1
Plannning doagnosa:
CT scan, Ro Thorax,
ECG
Planning therapy
1. O2 2 L/h
2. Infus RL 20 tpm
3. Injeksi Piracetam
4x3gr
4. Injeksi neurobion 1
amp/24 jam
5. Injeksi Ulsikur 1
amp/12 jam
6. Simvastatin 0-0-1
7. Aspilet 1x1
normal
19/08/12.
Tangan dan
kaki kanan
kesemutan
Pelo (-)
Sakit kepala(-)
Plannning doagnosa:
CT scan, Ro Thorax,
ECG
Planning therapy
1. Infus RL 20 tpm
2. Injeksi Piracetam 4x
3 gr
3. Injeksi neurobion
1amp/24 jam
4. Injeksi Ulsikur 1
amp/12 jam
5. Simvastatin 0-0-1
6. Aspilet 1x1
- T:150/90 mmHg
N: 75 x/menit
RR:20 x/menit
S : 365 oC
- motorik :
Upper extremity
- shoulder
- elbow
3/5 F/T
- wrist
Lower extremity
- hip
- knee
3/5 F/T
- ankle
- sensorik :
ref
100
100
fisiologis
100
100
lek
2+
2+
2+
2+
reflek patologis
-
N
Cranialis : dalam batas
normal
Tgl
Subyektif
Obyektif
12
Assesment
Therapy
20/08/12.
Tanga lemas
dan sulit
menggenggam
Kaki lebih kuat
Pelo (-)
- T:150/110 mmHg
N: 76 x/menit
RR:20 x/menit
S : 36 oC
- motorik :
Upper extremity
- shoulder
- elbow
3/5 F/T
- wrist
Lower extremity
- hip
- knee
4/5 F/T
- ankle
- sensorik :
Plannning doagnosa:
CT scan, Ro Thorax, ECG
Planning therapy
1. Infus RL 20 tpm
2. Injeksi Piracetam 4x 3
gr
3. Injeksi neurobion
1amp/24 jam
4. Injeksi Ulsikur 1
amp/12 jam
5. Simvastatin 0-0-1
6. Aspilet 1x1
100
100
100
100
2+
2+
2+
2+
- reflek fisiologis
- reflek patologis
21/08/12.
Tangan sulit
menggenggam
Pelo (-)
- N
Cranialis : dalam batas
normal
- T:220/110 mmHg
N: 88 x/menit
RR:20 x/menit
S : 363 oC
- motorik :
Upper extremity
- shoulder
- elbow
4/5 F/T
- wrist
Lower extremity
- hip
- knee
4/5 F/T
- ankle
Plannning doagnosa:
CT scan, Ro Thorax, ECG
Planning therapy
1. O2 2 L/h
2. Infus RL 20 tpm
3. Injeksi Piracetam 4x3 gr /
24 jam
4. Injeksi neurobion 1x1
5. Injeksi Ulsikur 1
amp/12 jam
6. Simvastatin 0-0-1
7. Aspilet 1x1
BLPL
Setelah pulang dari PKM, penderita biasanya kontrol ke PKM namun bila tidak
ada kendaraan biasanya kontrol ke perawat di dekat rumahnya secara teratur. Ny. W
biasanya diantar oleh Ny.N untuk kontrol kesehatan.
2.1.4 Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga selama ini cukup untuk biaya hidup sehari-hari dan
biaya sekolah cucunya, yang berasal dari penghasilan suami Ny.N (anak kedua
Ny.W) dan dari sawah yang dikerjakan oleh suami Ny.W.
Kesimpulan :
Dari poin satu sampai empat dari fungsi holistik, fungsi psikologis dan
fungsi sosial ekonomi keluarga Ny.W cukup baik.
2.2 Fungsi Fisiologis (APGAR SCORE)
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R SCORE
dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R
SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan
kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara
keseluruhan. Nilai rata-rata 1-4 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik.
Tabel 1. APGAR Ny. W terhadap keluarga
APGAR Ny. W Terhadap Keluarga
Sering/
Kadang-
selalu
kadang
Jarang/tidak
saya
Total poin = 4
Sering/
Kadang-
selalu
kadang
Jarang/tidak
saya
Total poin = 4
Sering/
Kadang-
selalu
kadang
Jarang/tidak
saya
Total poin = 5
Alamat lengkap
Dsn. SalamRejo 38
Bentuk Keluarga
Nuclear Family
Ny,
W
Kesimpulan :
Dari genogram di atas dapat disimpulkan bahwa Hipertensi yang diderita oleh
Ny. W merupakan penyakit yang diturunkan dari anggota keluarga yang lain.
17
Sumber
Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya
Menggunakan adat-istiadat jawa dalam kehidupan sehari-hari
Anggota keluarga menjalankan sholat 5 waktu di rumah
Penghasilan keluarga yang relatif tidak stabil
Tingkat pendidikan tergolong rendah
Dalam mencari pelayanan kesehatan, kel. Ny.W pergi ke
Patologis
+
-
Kesimpulan:
Keluarga Ny. W memiliki satu fungsi patologi yaitu dalam bidang pendidikan
Informasi Pola Interaksi Keluarga
Diagram 2. Pola interaksi keluarga Ny.W
Ny.N, 44
th
An. D, 14 th
An. R, 6 th
Ny. W,
68 th
Keterangan :
Hubungan baik
ini tidak pernah terjadi konflik atau hubungan buruk antar anggota keluarga.
dari
segi
ekonomi,
keluarga
ini
termasuk
keluarga
Pengetahuan :
Keluarga kurang
mengetahui penyakit
penderita
Sikap:
Cukup perhatian
keluarga terhadap
penyakit penderita
Keluarga Ny. W
Tindakan:
Keluarga
mengantarkan Ny.W
untuk periksa ke
dokter:
Keturunan:
Ada faktor keturunan
Pelayanan Kesehatan:
Jika sakit Ny. W berobat ke
puskesmas
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
19
Sumber
air
untuk
kebutuhan
sehari-harinya
keluarga
ini
Dapur
Kamar tidur
Kamar tidur
Ruang tamu
Kesimpulan : Lingkungan rumah kurang memenuhi syarat kesehatan.
B. DAFTAR MASALAH
1. MASALAH MEDIS :
20
a.
b.
Pusing
Faktor genetik
Ny.W
D. MATRIKULASI MASALAH
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996)
Tabel 5. Matrikulasi masalah
No
Daftar Masalah
.
pengetahuan
1. Tingkat
2.
3
4
5
P
5
I
S
4
SB
4
Mn
3
5760
3888
6912
972
Keterangan :
I
21
R
Mo Ma
3
5
Jumlah
IxTxR
14.400
SB
Mn
Mo
Ma
Kriteria penilaian :
1
: tidak penting
: agak penting
: cukup penting
: penting
: sangat penting
DIAGNOSA HOLISTIK
1.
Aspek Personal :
2.
22
4.
5.
Aspek Fungsional:
Pasien terbaring dan tidak dapat melaukan aktifitasnya sendiri (derajat 5)
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
1.
Promotif :
Ny.W dan keluarga perlu diberikan penjelasan mengenai Stroke perjalanan
penyakit dan komplikasinya.
Konseling kepada penderita agar lebih terbuka kepada keluarga bila ada
permasalahan
Menciptakan kondisi rumah yang aman: lantai tidak licin, penerangan
lebih baik
2.
Preventif :
Anjuran pola makan yang sehat, yakni hindari makanan bersantan dan
asin (konsumsi garam setengah sendok perhari).
Kontrol tekanan darah
3.
Kuratif :
Segera pergi ke puskesmas bila ada serangan stroke yang kedua konsumsi
obat sesuai dengan petunjuk dokter.
Perlu dijelaskan bahwa pengobatan darah tinggi rutin untuk kontrol tek
darah
4.
Rehabilitatif :
Penderita dianjurkan untuk tetap aktif sesuai kemampuan meskipun
dengan keterbatasan karena kelemahan anggota gerak.
Perlu dijelaskan kepada keluarga bahwa kemungkinan kecil penderita
dapat pulih seperti semula
Perlu dijelaskan tentang latihan rutin anggota gerak,
Anjuran Olahraga ringan (jogging selama 15 menit tiap pagi)
BAB III
23
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Stroke adalah sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi
otak secara fokal maupun global, yang dapat menimbulkan kematian atau
kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali
gangguan vascular (WHO 1983). Sementara itu definisi stroke menurut EUSI
(2003) adalah defisit neurologis yang mendadak dari susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh peristiwa iskemik atau hemoragik
II. ETIOLOGI
Berdasarkan etiologinya, stroke dibedakan menjadi: (Hadinoto S,
Setiawan, 1992)
1. Stroke perdarahan atau stroke hemoragik
a.
kesadaran
yang
berat
sampai
koma
disertai
24
25
III.
IV.
V.
III.PATOFISIOLOGI
Pengaliran Darah ke Otak dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu (Anonim, 2007)
1. Tekanan Perfusi.
Tekanan untuk memompa darah ke otak disebut tekanan perfusi
(TP). Otak mempunyai kemampuan autoregulasi yaitu kemampuan otak
untuk mengatur agar aliran darahnya tetap konstan. Kemampuan mengatur
arteriola untuk menguncup bila tekanan darah sistemik naik dan untuk
dilatasi bila tekanan darah sistemik menurun (pada tekanan darah 50-150
mmHg). Hal lain yang mempengaruhi tekanan perfusi adalah Cardiac
Output (CO) atau curah jantung.
2. Keadaan Pembuluh Darah
Bila ada arteriosklerosis, trombosis, dan emboli, penampang
pembuluh darah akan menyempit, bahkan menjadi tersumbat. Ini disebut
sebagai tahanan pembuluh darah otak atau resistensi jaringan (RJ).
26
27
dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri
yang lebih kecil.
Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta
percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal
dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini
disebut emboli serebral (emboli = sumbatan, serebral = pembuluh darah otak)
yang paling sering terjadi pada penderita yang baru menjalani pembedahan
jantung dan penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung
(terutama fibrilasi atrium).
Emboli lemak jarang menyebabkan Stroke. Emboli lemak terbentuk
jika lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah
dan akhirnya bergabung di dalam sebuah arteri.
Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi
menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang menuju ke otak. Obatobatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga bisa mempersempit pembuluh
darah di otak dan menyebabkan Stroke.
Penurunan
tekanan
darah
yang
tiba-tiba
bisa
menyebabkan
28
b. Diabetes Melitus
c. Penyakit Jantung
d. Riwayat TIA/ stroke sebelumnya
e. Merokok
f. Kolesterol tinggi
g. Darah kental
h. Obesitas
i. Obat-obatan (kokain, amfetamin, extasy, heroin, dll)
V. GEJALA
Gejala utama Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) iskemik akibat
trombosis serebri ialah timbulnya defisit neurologik secara mendadak/subakut,
didahului gejala prodromal, Terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan
kesadaran biasanya tak menurun. Biasanya terjadi pada usia lebih dari 50
tahun. Pada pungsi lumbal, liquor serebrospinalis jernih, tekanan normal, dan
eritrosit kurang dari 500. Pemeriksaan CT Scan dapat dilihat adanya daerah
hipodens yang menunjukkan infark/iskemik dan edema. (Aliah A, 2003)
GPDO akibat emboli serebri didapatkan pada usia lebih muda,
mendadak dan pada waktu aktif. Sumber emboli berasal dari berbagai tempat
yakni kelainan jantung atau ateroma yang terlepas. Kesadaran dapat menurun
bila embolus cukup besar. Likuor serebrospinalis adalah normal. (Aliah A,
2003)
Pendarahan otak dilayani oleh 2 sistem yaitu sistem karotis dan sistem
vertebrobasilar. Gangguan pada sistem karotis menyebabkan ( Hadinoto S,
Setiawan, 1992):
1. Gangguan penglihatan
2. Gangguan bicara, disfasia atau afasia
3. Gangguan motorik, hemiplegi/hemiparese kontralateral
4. Gangguan sensorik
29
30
(V, VI, VII, dan VIII di pons), (IX, X, XI, XII di medulla)
4. Lesi di medulla spinalis
Neuron motorik bawah di daerah lesi, sesisi
Neuron motorik atas di bawah lesi, berlawanan letak lesi
Gangguan sensoris
(Martono & Kuswardani, 2006)
VI. KOMPLIKASI
Komplikasi stroke meliputi :
1. Herniasi transtentorial dapat terjadi pada infark yang luas ataupun
perdarahan luas
subarachnoid
2. Hipoksia serebral
3. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokord/ fibrilasi atrium /
dapat berasal dari katup jantung protetik.
4. Hidrosefalus
menandakan
adanya
ketidak
seimbangan
antara
31
Keterangan :
2. MRI
Ledih sensitif dari CT Scan dalam mendeteksi infark serebri dini dan
infark bang otak
3. Siriraj Skoring
Bila tidak ada peralatan tersebut, bisa digunakan Siriraj Skorring dengan
rumus: (2,5 x DK) + (2 X MT) + (2 X NK) + (0,1 X TD) (3 X TA) 12
Keterangan:
DK : derajat kesadaran, 0=sadar
1=mengantuk
2=semi koma/koma
MT : muntah, 0=tidak muntah
1=muntah
NK : nyeri kepala, 0=tidak nyeri
1=nyeri
TD : tekanan darah diastolik
TA : tanda aterom, seperti DM, angina, penyakit pembuluh darah perifer.
0=tidak ada
1=ada
32
33
nafas
-
2. Brain
Udem otak dan kejang-kejang harus dicegah dan diatasi. Bila terjadi udem
otak, dapat dilihat dari keadaan penderita yang mengantuk, adanya
bradikardi atau dengan pemeriksaan funduskopi, dapat diberikan manitol.
Untuk
mengatasi
kejang-kejang
yag
timbul
dapat
diberikan
34
yang
terlalu
tinggi,
dapat
menimbulkan
infark
hemoragik
dan
Terapi
Tidak diberikan insulin
80-150
150-200
2 unit
201-250
4 unit
251-300
6 unit
301-350
8 unit
351-400
10 unit
>400
12 unit
4. Bowel
35
Aksi
Inaktifasi
Efek/reaksi
Mencegah
parenteral
dari
Antikoagulan Warfarin
pembekuan
Menurunkan Mencegah
oral
faktor
Obat
Aspirinobat
antiplatelet
stroke
Obat
bagus
rtPAmanfaat
trombolitik
paling
dpt
pembekuan
Mengurangi
yang agregasi
platelet
Fibrinolisis
besar,
Mencegah
trombosis
arteri
Menghancurkan
thrombus
diberikan
ketika
stroke
baru
tjdharus
diberikan sblm
3 jam
(Suroto, 2008)
X. REHABILITASI
Pemantauan tanda vital dan status neurologik harus sering dilakukan
dalam 24 jam setelah pasien masuk rumah sakit. Umumnya pasien yang
dirawat dianjurkan untuk tirah baring, akan tetapi mobilisasi sebaiknya
36
Terapi
a. Bed side
1-3
b. Positioning
c. Kurangi tekanan pada daerah yang tertekan
d. PROM dan AROM
a. Evaluasi ambulasi
3-5
b. Evaluasi ST/ OT
c. Berikan sling jika terjadi subluksasi bahu
37
a. Aktivitas berpindah
7-10
b. Aktivitas sebalum berjalan
c. Latihan ADL
d. Evaluasi psikologi
e. Latihan berkomunikasi
f. Latihan menelan
a. Team/ family planning
2-3 minggu
b. Terapeutik home evaluation
a. Home program
3-6 minggu
Independent ADL dan transfer dan mobility
a. Follow up
b.
10-12 minggu
b. Review funcyional abilities
c. Discuss of Rehabilitation Team and family
(Garrison, 2001)
4. Masalah-masalah khusus post stroke
a. Positioning
b. Turning
Merubah posisi pasien tiap 2 jam untuk menghindari ulkus dekubitus
c. ROM excersice: pasif dan aktif
d. Disfagia
Penanganan disfagia meliputi terapi untuk memperbaiki
kendali motorik oral dan merangsang penelanan (rangsangan suhu),
serta modifikasi diet. Cairan yang diperkental dan konsistensi makanan
yang diubah mungkin dapat membantu. Pemberian makanan melalui
pipa nasogastrik dianjurkan pada pasien yang beresiko tinggi
38
mengalami
aspirasi.
Untuk
mereka
yang
penyembuhannya
39
Terdapat
ketidakmampuan
menghasilkan
suara
yang
40
Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh halhal sebagai berikut
1. Disatria (kesulitan berbicara akibat kasus neurologik), ditunjukkan
dengan berbicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis
otot yang bertanggungjawab untuk menghasilkan bicara.
2. Disfasia atau afasia (hilangnya kemampuan mengekspresikan diri
sendiri atau mengerti bahasa), terutama ekspresif (ketidakmampuan
untuk mengekspresikan diri; dihubngkan dengan area lobus frontal)
atau reseptif (ketidakmampuan mengerti apa yang dikatakan orang lain;
sering dihubungkan dengan lobus temporal kiri).
a. Aculcullia ; dyscalculia adalah kesukaran dalam mengerjakan
matematika atau simbul-simbul angka umum
b. Agnosia adalah kegagalan untuk mengenali benda-benda yang sudah
dikenal sebelumnya dengan merasakannya melalui indera. Macammacamnya adalah ; auditory agnosia, color agnosia, tactile agnosia
dan visual object agnosia.
c. Agraphia, dysgraphia adalah gangguan kemampuan menulis katakata
d. Alexia; dyslexia adalah kesukaran membaca
e. Anomia, dysnomia adalah kesukaran menyeleksi kata-kata yang tepat
terutama kata benda.
f. Paraphasia adalah menggunakan kata-kata yang salah, pengantian
kata,kesalahan tata bahasa, diobservasi pada bahasa dengan mulut
dan tulisan.
g. Perseveration adalah pengulangan terus menerus dan otomatis pada
satu aktivitas atau kata atau kalimat yang tidak tepat.
3. Apraksia (ketidakmampuan melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya), seperti terlihat saat klien mengambil sisir dan berusaha
untuk menyisir rambutnya. Verbal apraxia adalah kesukaran dalam
pembentukan dan menghubungkan kata-kata yang dimengerti walaupun
susunan otot-otot utuh.
41
tenang,
serba
membolehkan
dan
anjurkan
klien
bersosialisasi.
2. Meningkatkan kemampuan komunikasi
Klien aphasia perlu dipimpin untuk dalam upaya meningkatkan
ketrampilan
berkomunikasi.
Petingnya
peningkatan
kemampuan
42
mogok bicara bila kontrol emosi menurun atau menangis dan tertawa
tanpa
sebab.
Jelaskan
adanya
kelompok
pendukung
seperti
PROGNOSIS
Sepertiga penderita dengan infark otak akan mengalami kemunduran
status neurologiknya setelah dirawat. Sebagian disebabkan edema otak dan
maturasi iskemi otak. Infark luas yang menimbulkan hemiplegi dan penurunan
kesadaran 30-40 %. Sekitar 10 % pasien dengan stroke iskemik membaik
dengan fungsi normal. (Anonim, 2005). Juga dipermasalahkan apakah
seseorang akan mengalami stroke ulang. Prognosis lebih buruk pada pasien
dengan kegagalan jantung kongestif dan penyakit jantung koroner. Penyebab
utama kematian setelah jangka panjang adalah penyakit jantung
Penyembuhan dari stroke merupakan suatu proses yang alami, teknik
rehabilitasi memberikan ketrampilan kompensasi terhadap defisit fungsional.
Pada pola penyembuhan yang khas, kekuatan otot kembali pada bentuk
proksimal ke distal. Hal ini bertanggung jawab pada kemampuan pasien pasca
stroke untuk dapat berjalan pada akhirnya. Selain itu cedera pasca stroke
lainnya, seperti fraktur panggul atau lesi pleksus brachialis harus disingkirkan.
Pada waktu terjadi stroke (onset), apabila anggota gerak yang paralisis
secara total arefleksia, ekstremitas yang terkena tersebut dikatakan menjadi
flacid. Dalam 48 jam, refleks tendon dalam, biasanya kembali. Makin lama,
hal ini akan berkembang ke arah spastisitas dan akhirnya ke tonus otot yang
normal. Kelemahan otot menyembuh melalui pola sinergismenuju gerakan itu
sendiri. Proses penyembuhan ini bisa terhenti di setiap fase.
Dari sudut pandang fungsional, prognosis dihububungkan dengan
flasiditas yang memanjang, kembalinya reflek yang melambat, onset gerakan
motorik yang terlambat, dan sangat kurangnya gerakan tangan. Kurangnya
fungsi sensorik amat sangat memundurkan dalam hal aktivitas kehidupan
43
sehari-hari dan berjalan. Seorang pasien yang memiliki gerakan otot yang
volunter, namun tanpa sensasi tidak akan menggunakan anggota gerak yang
terkena secara fungsional.
Gangguan komunikasi dan fungsi menelan biasanya membaik setelah
beberapa bulan. Terapi bicara seringkali diteruskan hingga periode 1 sampai 2
tahun pada pasien afasia berat yang menunjukkan perbaikan.
Hemiplegia sinistra tipikal akan memerlukan rawat inap selama 3
sampai 4 minggu pada rehabilitasi perawatan akut. Hemiplegia dekstra,
dengan masalah menelan atau komunikas yang berat, bisa memerlukan waktu
sampai 4 hingga 6 minggu rehabilitasi rawat inap.
Seluruh terapi harus dilanjutkan dengan frekuensi yang lebih jarang ( 2
hingga 3 kali perminggu ) setelah keluar dari rehabilitasi perawatan akut
selama periode 1 hingga 4 bulan, atau sampai pasien mencapai tujuan yang
dibuat. Beberapa pasien memerlukan perawatan rumahan dan berlanjut
menjadi rawat jalan saat mobilitas membaik. Kunjungan tindak lanjut dokter
pada pasie rawat jalan harus dijadwalkan setiap bulan atau setiap dua bulan
untuk menilai kemajuan dan memperbarui resep terapi.
DAFTAR PUSTAKA
44
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Strok dalam: Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:
Media Aesculapius
Martono, Hadi & Kuswardani, Tuty. 2006. Stroke dan Penatalaksanaannya oleh
Internis dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta:
Pusat Penerbitan FK UI
Ranakusuma TAS, 2002. Updates In Neuroemergencies. Jakarta. FK Universitas
Indonesia
Sidharta,Priguna, 1979. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Jakarta: PT Dian
Rakyat.
Suroto. 2008. Stroke dalam: Script of Neurology Revised Edition. Surakarta:
Filamen 05
Vitriana, 2009. Motor Learning Dalam Pemulihan Motorik Pasca Stroke. Cermin
Dunia Kedokteran
45