Anda di halaman 1dari 21

Laporan Resmi

Mikologi
Identifikasi Jamur Perangkap pada Udara

Disusun Oleh :
Nama

: Reny Arifatul Lailiyah

Nim

: 20113046

Prodi

: D-IV Teknologi Laboratorium Medis

Tingkat

: III B

Prodi D-IV Teknologi Laboratorium Medis


Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Tahun Ajaran 2015/2016

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Udara bukanlah suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi
merupakan pembawa bahan partikel debu dan tetesan cairan, yang semuanya
ini mungkin dimuati oleh mikroba yang terdapat di udara. Banyak jenis jamur
pathogen

diantaranya

Aspergillus,

Mucor,

Rhizopus,

Penicillium,

Trichoderma yang tersebar di udara melalui butir - butir debu atau melalui
residu tetesan air ludah yang kering.
Dari kelompok jamur tersebut dapat tumbuh dari beberapa tempat,
dimana tingkat pencemaran udara di dalam ruangan karena mikroba di
pengaruhi oleh faktor - faktor seperti laju ventilasi, taraf kegiatan orang,
bahan makanan dan kebersihan pelaku suatu tempat. Misalnya, di
laboratorium, ruang tamu, kamar mandi, rumah sakit, dan sebagainya.
Makanan yang dibiarkan terbuka mudah sekali dihinggapi oleh jamur
kontaminan salah satunya adalah jamur Aspergillus sp. yang dapat
menghasilkan aflatoksin yang berbahaya bagi organ tubuh yang dapat
menimbulkan kerusakan pada hati dan ginjal.
Jika mendapatkan gejala seperti demam, batuk, sakit dada dan sesak
napas, maka disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter, gejala infeksi
jamur akan timbul dalam waktu 24jam setelah menghirup spora jamur.
Infeksi jamur Aspergillus dapat dengan mudah diobati dengan obat anti
jamur, namun masalah utamanya adalah diagnosa yang sangat rumit dan obat
yang harus segera digunakan setelah terinfeksi jamur Aspergillus.
Suhu merupakan faktor utama dalam pertumbuhan jamur. Pada
kondisi-kondisi alami, jamur perusak kayu dapat berkembang pada kisaran
suhu yang cukup tinggi. Suhu optimum berbeda-beda untuk setiap spesies,
tetapi pada umumnya terletak antara 22oC dan 35oC (Bedyaman dan
Nandika, 1989). Oleh karena itu, jenis jamur yang tumbuh pada satu tempat
bisa saja berbeda dengan jenis jamur yang tumbuh pada tempat lain karena
setiap tempat memiliki suhu yang berbeda atau pun sama.
B. Tujuan

1) Untuk mengetahui cara isolasi jamur secara perangkap.


2) Untuk mengetahui morfologi dan spesies jamur di udara.
3) Untuk mengetahui koloni jamur dari udara pada media SGA.
C. Metode
Pada praktikum ini menggunakan metode perangkap
D. Rumusan Masalah
- Apa jenis jamur pada sampel udara laboratorium media?
- Apa saja jenis jamur yang terdapat pada udara?
- Bagaimana struktur jamur pada sampel udara?
E. Manfaat
- Untuk mengetahui jenis jamur pada sampel udara laboratorium media.
- Untuk mengetahui jenis jamur yang terdapat pada udara.
- Untuk mengetahui struktur jamur pada sampel udara.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mikologi
Mikologi Berasal dari bahasa Yunani Mykes yang berarti Jamur dan
Logos yang

berarti Ilmu. Mikologi merupakan ilmu yang mempelajari

tentang jamur. Dalam bahasa Inggris Jamur disebut Fungi / Fungus. Kajian
dalam mikologi antara lain meliputi klasifikasi fungi, kerugian dan peranan
jamur dam kehidupan manusia. Seiring perkembangan teknologi jambur
banyak digunakan dalam bioteknogi, misalnya pembuatan tempe, pembuatan
pesellin. (Nurhayati, 2011).
B. Jamur
1. Ciri-Ciri Jamur
Kata jamur atau fungi mungkin akan selalu kita maknai sebagai
cendawan, yaitu organisme yang pendek, seperti serbuk atau spons,
tubuhnya berwarna-warni, dan tumbuh di atas tanah seperti tumbuhan.
Meskipun cendawan adalah organisme yang umum kita sebut sebagai
jamur (jamur yang sebenarnya), dan sebagian besar jamur tersebut
terlihat hidup di atas tanah, tetapi kata fungi memiliki makna yang
lebih luas. Fungi atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organism
eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile), bersifat uniselular
atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan, dan kitin,
tidak berklorofi l, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa
organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual
(Nurhayati, 2011).
Di alam ada sekitar 100.000 jenis jamur yang sudah dikenal dan
lebih dari 1.000 jenis baru yang berhasil dideskripsikan oleh para ahli
setiap tahunnya. Bahkan mungkin masih ada sekitar 200.000 jenis lain
yang sampai saat ini belum ditemukan atau dideskripsikan. Sementara
itu, kegiatan manusia dalam mengeksploitasi alam berpeluang
mengancam keberlangsungan hidup organisme tersebut. Perusakan
hutan hujan tropis yang hampir terjadi setiap hari atau perusakan
habitat jamur yang lain tidak diragukan lagi berpotensi membawa
4

jenis- jenis organisme berspora tersebut kepada kepunahan, bahkan


sebelum mereka sempat ditemukan dan dipelajari oleh para ahli
(Nurhayati, 2011).
Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di
tempat-tempat yang lembab, sedikit asam, dan tidak begitu
memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak berfotosintesis, sehingga
hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-senyawa
organik yang diabsorbsi dari organisme lain (Nurhayati, 2011).
Jamur
yang
prinsip
nutrisinya
adalah
heterotrof
menyebabkannya memiliki kemampuan hidup sebagai pemakan
sampah (saprofi t) maupun sebagai penumpang yang mencuri
makanan dari inangnya (parasit). Jamur saprofit adalah jamur yang
makanannya berupa senyawa organik yang telah diuraikan. Jamur ini
memiliki enzim-enzim tertentu yang dapat merombak senyawasenyawa organik. Biasanya jamur ini hidup dibagian organisme yang
telah mati, misalnya pada serasah atau batang kayu yang telah lapuk
(Nurhayati, 2011).
Jamur parasit adalah jamur yang menyerap makanan dari
organisme yang ditumpanginya. Sifat parasit ini masih dapat
dibedakan lagi menjadi parasit obligat dan parasit fakultatif. Jamur
parasit obligat adalah jamur yang hanya bisa hidup sebagai parasit.
Bila ia berada di luar inangnya, maka ia akan mati. Contohnya adalah
Pneumonia carinii (parasit pada paru-paru penderita AIDS),
Epidermophyton fl oocosum (penyebab penyakit kaki atlet), dan
Ustilago maydis (jamur parasit pada tanaman jagung). Sedangkan
jamur parasit fakultatif adalah jamur yang di samping hidup parasit, ia
juga bisa hidup sebagai saprofi t. Jamur tersebut akan bersifat parasit
ketika mendapatkan hospes. Jamur memiliki kemampuan hidup yang
sangat mengesankan. Jamur juga dapat hidup pada suhu sekitar 22oC
30oC. Bahkan ada beberapa jenis jamur yang dapat tumbuh dengan
subur pada temperatur sekitar -5oC. Jamur juga dapat hidup pada
tempat yang mengan dung gula atau garam. Dan sifat umum lainnya
adalah jamur mampu memanfaatkan berbagai bahan makanan untuk

memenuhi keperluan hidupnya, tetapi tidak dapat menggunakan


senyawa karbon anorganik, seperti halnya bakteri (Nurhayati, 2011).
2. Struktur Tubuh Jamur
Dilihat dari struktur tubuhnya, jamur memiliki ciri-ciri yang
berguna untuk mengenal apakah suatu organisme merupakan jamur
atau bukan. Organisme yang termasuk jamur bisa terdiri atas satu sel
maupun terdiri atas banyak sel. Jamur yang bersel tunggal
(uniseluler), misalnya adalah ragi (Saccharomyces cerevisiae).
Sedangkan jamur yang tubuhnya bersel banyak (multiseluler) bisa
berupa jamur mikroskopis maupun jamur makroskopis. Jamur
mikroskopis adalah jamur yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop,
karena memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil. Contoh jamur
mikroskopis multiseluler adalah Aspergillus sp. dan Penicillium sp.
Jamur multiseluler juga ada yang bersifat makroskopis, mudah
diamati dengan mata telanjang, yang berukuran besar. Contoh jamur
makroskopis adalah jamur merang (Volvariella valvacea) dan jamur
kuping (Auricularia polytricha) (Rini, 2009).
Jamur merupakan organisme eukariotik (eu: sejati dan cariyon:
inti), yaitu organisme yang inti selnya memiliki selaput inti atau
karioteka yang lengkap. Di dalam sel jamur terdapat sitoplasma dan
nucleus yang kecil. Jamur memiliki bentuk tubuh bervariasi, ada yang
bulat, bulat telur, maupun memanjang. Pada jamur bersel banyak
(multiseluler) banyak terdapat deretan sel yang membentuk benang,
disebut hifa. Pada jamur yang sifat hidupnya parasit, hifa mengalami
modifi kasi, disebut haustoria. Haustoria merupakan organ untuk
menyerap makanan dari substrat tempat hidup jamur, dan organ ini
memiliki kemampuan untuk menembus jaringan substrat. (Rini,
2009).
Beberapa jaringan hifa akan membentuk miselium. Miselium
merupakan tempat pembentukan spora dan juga sebagai alat
reproduksi serta alat untuk mendapatkan makanan. Hifa juga bisa
membentuk struktur yang disebut badan buah.

Badan buah

merupakan kumpulan hifa yang muncul dari dalam tanah atau kayu

yang lapuk. Badan buah dijumpai pada kelompok jamur tertentu


(Rini, 2009).
Berdasarkan ada tidaknya sekat atau septa dikenal adanya hifa
aseptat, hifa septat uninukleus, dan hifa septat multinukleus. Beberapa
jenis jamur memiliki hifa yang tidak bersekat. Didalam hifa tersebut
terdapat banyak intisel (multinukleus) yang menyebar didalam sitoplasmanya. Bentuk hifa yang demikian disebut soenositik.. Hifa jamur
bercabang-cabang membentuk miselium. Kita mengenal ada 2 macam
miselium, yaitu miselium vegetatif (berfungsi sebagai alat penyerap
makanan) dan miselium generatif (berfungsi sebagai alat reproduksi)
(Rini, 2009).
3. Cara Hidup dan Habitat jamur
Cara hidup jamur bervariasi, ada yang hidup secara soliter dan
ada yang hidup berkelompok (membentuk koloni). Pada umumnya
jamur hidup secara berkelompok atau berkoloni, karena hifa dari
jamur tersebut saling bersambungan atau berhubungan. Cara hidup ini
dijumpai misalnya pada jamur tempe (Rhizopus oryzae), jamur roti
(Mucor mucedo), dan Aspergillus fl avus. Jadi, kalau kalian melihat
jamurjamur tersebut yang nampak adalah koloninya, sedangkan
individu yang menyusunnya berukuran sangat kecil. Perhatikan
Gambar 5.8. Habitat jamur juga bermacam-macam. Berbagai jamur
hidup di tempat-tempat yang basah, lembab, di sampah, pada sisa-sisa
organisme, atau di dalam tubuh organisme lain. Bahkan banyak pula
jenis-jenis jamur yang hidup pada organisme atau sisa-sisa organisme
di laut atau air tawar. Jamur juga dapat hidup di lingkungan asam,
misalnya pada buah yang asam, atau pada pada lingkungan dengan
konsentrasi gula yang tinggi, misalnya pada selai. Bahkan, jamur yang
hidup bersimbiosis dengan ganggang (lumut kerak), dapat hidup di
habitat ekstrim dimana organisme lain sulit untuk bertahan hidup,
seperti di daerah gurun, gunung salju, dan di kutub. Jenis jamur
lainnya juga dijumpai hidup pada tubuh organisme lain, baik secara
parasit maupun simbiosis (Rini, 2009).
4. Cara Memperoleh Makanan

Jamur bersifat heterotrof, artinya tidak dapat menyusun atau


mensintesis makanan sendiri. Jamur tidak memiliki klorofi l,
sehinggatidak bisa berfotosintesis. Jamur hidup dengan memperoleh
makanan dari organisme lain atau dari materi organik yang sudah
mati. Untuk memenuhi kebutuhan makanannya, jamur dapat hidup
secara saprofi t, parasit, dan simbiotik (Rini, 2009).
Kebanyakan jamur adalah bersifat saprofi t. Jamur tersebut
memperoleh makanannya dari materi organik yang sudah mati atau
sampah. Untuk memperoleh makannya, hifa jamur mengeluarkan
enzim pencernaan, yang dapat merombak materi organik, menjadi
materi yang sederhana (anorganik) sehingga mudah diserap oleh
jamur. Jamur paying, jamur ragi (Saccharomyces cerevisiae), dan
jamur tempe (Rhizopus oryzae) termasuk dalam kelompok jamur ini
(Rini, 2009).
Beberapa jenis jamur, ada yang mendapatkan makanannya
langsung dari tubuh inangnya. Jamur tersebut hidup sebagai parasit
yang menyerang tumbuhan, biasanya mempunyai hifa khusus, yang
disebut haustoria. Bentuk hifa tersebut dapat menembus sel inang dan
menyerap zat makanan yang dihasilkan inang. Jamur parasit tersebut
sering menimbulkan penyakit pada tanaman, sehingga di bidang
pertanian menyebabkan penurunan hasil panen. Pada manusia, jamur
juga menyebabkan penyakit, misalnya penyakit kaki atlit (athletes
foot) dan penyakit panu. Lihat Gambar 5.10. Beberapa jenis jamur ada
yang membentuk hubungan simbiosis mutualisme dengan akar
tumbuhan. Dalam hal ini, jamur menyediakan materi organik bagi
tumbuhan dan sebaliknya, jamur memperoleh materi organik dari
tumbuhan. Selain itu beberapa jenis jamur ada juga yang bersimbiosis
dengan ganggang hijau (Chlorophyta) atau ganggang hijau-biru
(Cyanobacteria) membentuk lumut kerak atau Lichens (Rini, 2009).
5. Cara Reproduksi Jamur
Cara reproduksi jamur sangat bervariasi. Meskipun demikian,
reproduksi jamur umumnya terjadi dalam 2 cara, yaitu secara seksual
(perkembangbiakan

generatif)

(perkembangbiakan vegetatif ).
8

dan

secara

aseksual

Perkembangbiakan

jamur

secara

generatif

adalah

perkembangbiakan yang diawali dengan peleburan gamet (sel-sel


kelamin), yang didahului dengan penyatuan 2 hifa yang berbeda, yang
disebut

konjugasi.

dikelompokkan

Berdasarkan
sebagai

gametnya,

isogami,

proses

anisogami,

ini

dapat

oogami,

gametangiogami, somatogami, dan spermatisasi (Rini, 2009).


Isogami yaitu peleburan 2 gamet yang sama bentuk dan ukuran
nya, bila gamet-gamet tersebut tidak sama ukurannya disebut
anisogami. Apabila peleburan 2 gamet tersebut yang berbeda adalah
bentuk dan ukurannya, maka disebut oogami. Pada oogami, ovum
yang dihasilkan dalam oogoium dibuahi oleh spermatozoid yang
dibentuk dalam anteridium. Sedangkan yang disebut dengan
gametangiogami adalah bila peleburan isi 2 gametangium yang
berbeda jenisnya tersebut menghasilkan zigospora (Rini, 2009).
Pada somatogami, yang terjadi yaitu peleburan 2 sel hifa. Dua
sel hifa yang tidak berdeferensiasi inti selnya berpasangan, kemudian
terbentuk hifa diploid yang selanjutnya akan dibentuk askospora.
Sedangkan spermatisasi yaitu peleburan antara spermatium (gamet
jantan)

dengan

gametangium

betina

(hifa)

yang

kemudian

berkembang membentuk hifa baru (diploid) dan menghasilkan


askospora (Rini, 2009).
Seperti halnya reproduksi seksual, reproduksi aseksual juga
dapat terjadi melalui beberapa cara. Cara reproduksi yang paling
sederhana adalah dengan pembentukan tunas (budding) yang biasa
terjadi pada jamur uniseluler, misalnya ragi (Saccharomyces
cerevisiae). Pada reproduksi dengan cara ini, jamur membentuk
semacam sel berukuran kecil yang kemudian tumbuh menjadi sel ragi
dengan ukuran sempurna yang akhirnya terlepas dari sel induknya
menjadi individu baru (Rini, 2009).
Selain dengan tunas, reproduksi aseksual juga dapat terjadi
dengan fragmentasi dan spora aseksual. Fragmentasi adalah
pemotongan bagian-bagian hifa dan setiap potongan tersebut dapat
tumbuh menjadi hifa baru. Reproduksi jamur secara fragmentasi
diawali dengan terjadinya pemisahan hifa dari sebuah miselium.
9

Selanjutnya hifa tersebut akan tumbuh dengan sendirinya menjadi


miselium baru. Pada kondisi tertentu, hifa akan terdegeneralisasi
menjadi sporangia (penghasil spora aseksual) (Rini, 2009).
Cara reproduksi aseksual yang lain adalah dengan spora yang
disebut spora aseksual. Spora aseksual adalah spora yang dihasilkan
dari pembelahan secara mitosis. Pembentukan spora aseksual pada
jamur terjadi melalui spora yang dihasilkan oleh hifa tertentu. Spora
tersebut merupakan sebuah sel reproduksi yang dapat tumbuh
langsung menjadi jamur. Hal ini mirip dengan perkecambahan biji
pada tumbuhan tingkat tinggi (Rini, 2009).
C. Udara
Udara merujuk kepada campuran gas yang terdapat pada permukaan
bumi. Udara tidak tampak mata, tidak berbau, dan tidak ada rasanya.
Kehadiran udara hanya dapat dilihat dari adanya angin yang menggerakan
benda. Udara termasuk salah satu jenis sumber daya alam karena memiliki
banyak fungsi bagi makhluk hidup (Anonim, 2015).
Kandungan elemen senyawa gas dan partikel dalam udara akan
berubah-ubah dengan ketinggian dari permukaan tanah. Demikian juga
massanya, akan berkurang seiring dengan ketinggian. Semakin dekat dengan
lapisan troposfer, maka udara semakin tipis, sehingga melewati batas
gravitasi bumi, maka udara akan hampa sama sekali (Anonim, 2015).
Apabila makhluk hidup bernapas, kandungan oksigen berkurang,
sementara kandungan karbon dioksida bertambah. Ketika tumbuhan
menjalani sistem fotosintesa, oksigen kembali dibebaskan (Anonim, 2015).
D. Kandungan Mikroba di dalam Udara
Meskipun tidak ada mikroorganisme yang mempunyai habitat asli
udara, tetapi udara di sekeliling kita sampai beberapa kilometer di atas
permukaan bumi mengandung berbagai macam jenis mikroba dalam jumlah
yang beragam (Schlegel, 1994).
a. Udara di dalam ruangan
Tingkat pencemaran udara di dalam ruangan oleh mikroba
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti laju ventilasi, padatnya orang, dan
sifat serta taraf kegiatan orang-orang yang menempati ruangan tersebut.
Mikroorganisme dapat terhembuskan dalam bentuk percikan dari hidung
dan mulut misalnya selama bersin, batuk dan bahkan saat bercakap10

cakap. Titik-titik air yang terhembuskan dari saluran penapasan


mempunyai ukuran yang beragam dari mikrometer sampai milimeter.
Titik-titik air yang ukurannya jatuh dalam kisaran mikrometer yang
rendah tinggal di udara sampai beberapa lama, tetapi yang berukuran
besar segera jatuh ke lantai atau permukaan benda lain. Debu dari
permukaan ini kadang-kadang akan berada dalam udara selama
berlangsungnya kegiatan dalam ruangan tersebut (Schlegel, 1994).
b. Udara di luar atmosfer
Permukaan bumi, yaitu daratan dan lautan merupakan sumber dari
sebagian besar mikroorganisme yang ada dalam atmosfer. Angin
menimbulkan debu dari tanah, kemudian partikel-partikel debu tersebut
akan membawa mikroorganisme yang menghuni tanah. Sejumlah besar
air dalam bentuk titik-titik air memasuki atmosfer dari permukaan laut,
teluk, dan kumpulan air alamiah lainnya. Di samping itu, ada banyak
fasilitas pengolahan industri, pertanian, baik lokal maupun regional
mempunyai potensi menghasilkan aerosol berisikan mikroorganisme
(Schlegel, 1994).
Beberapa contoh antara lain :
Penyiraman air irigasi tanaman pertanian atau daerah hutan dengan

limbah air.
Pelaksanaan penebahan air skala besar.
Saringan tricling-bed di pabrik-pabrik pembersih air.
Rumah pemotongan hewan dan peleburan minyak.
Alga, protozoa, khamir, kapang, dan bakteri telah diisolasi dari

udara dekat permukaan bumi. Contoh mengenai jasad-jasad renik yang


dijumpai di atmosfer kota diperlihatkan pada tabel berikut:

Contoh udara tersebut diambil dari daerah perindustrian selama


jangka waktu beberapa bulan. Bagian terbanyak dari mikroba yang

11

berasal dari udara adalah spora kapang, terutama dari genus Aspergillus.
Di antara tipe-tipe bakteri yang ditemukan ada bakteri pembentuk spora
dan bukan pembentuk spora, basilus Gram positif, kokus Gram positif,
dan basilus Gram negatif.
E. Kelompok Kehidupan di Udara
Kelompok mikroba yang paling banyak berkeliaran di udara bebas
adalah bakteri, jamur (termasuk di dalamnya ragi) dan juga mikroalge.
Kehadiran jasad hidup tersebut di udara, ada yang dalam bentuk vegetatif
(tubuh jasad) ataupun dalam bentuk generatif (umumnya spora).
Menurut Suriawiria (1985), pencegahan kehadiran mikroba baik secara
fisik ataupun kimia yang dapat dilakukan, yaitu:
Secara fisik dengan penggunaan sinar-sinar bergelombang pendek
(umumnya sinar UV) sebelum dan sesudah tempat dipergunakan,
ataupun dengan cara penyaringan udara yang dialirkan ke dalam tempat

atau ruangan tersebut.


Secara kimia dengan penggunaan senyawa-senyawa yang bersifat
membunuh mikroba, baik dalam bentuk larutan alkohol (55-75%),
larutan sublimat, larutan AMC (HgCl2 yang diasamkan), dan sebagainya.
(Dwidjoseputro, D. 2005).
Kelompok mikroba yang paling banyak ditemukan sebagai jasad hidup

yang tidak diharapkan kehadirannya melalui udara, umumnya disebut jasad


kontaminan

(hal

ini

mengingat

apabila

suatu

benda/substrat

yang

ditumbuhinya dinyatakan sebagai substrat yang terkontaminasi). Adapun


kelompok mikroba yang termasuk dalam jasad kontaminan antara lain adalah:
1) Bakteri: Bacillus, Staphylococcus, Pseudomonas, Sarcina dan
sebagainya.
2) Jamur: Aspergillus, Mucor, Rhizopus, Penicillium, Trichoderma, dsb.
3) Ragi: Candida, Saccharomyces, Paecylomyces, dan sebagainya.
Banyak jenis dari jamur kontaminan udara yang bersifat termofilik,
yaitu jamur yang tahan pada pemanasan tinggi di atas 800C, misal selama
suatu benda/substrat sedang disterilkan. Ketahanan ini umumnya kalau
mereka sedang berada di dalam stadia/ fase spora. Ini terbukti bahwa
walaupun suatu substrat/media sudah disterilkan, tetapi di dalamnya setelah

12

melewati waktu tertentu kemudian tumbuh dan berkembang pula bakteri


ataupun jamur tanpa diharapkan sebelumnya (Dwidjoseputro, D. 2005).
Ruangan tempat pembedahan di rumah-rumah sakit sangat dihindari
sekali kehadiran mikroba kontaminannya. Karenanya ruangan tersbut akan di
jaga kebersihannya sebelum dipergunakan untuk keperluan operasi secara
menyeluruh (Dwidjoseputro, D. 2005).
F. Aspergillus sp.
Aspergilus merupakan fungi dari filum ascomycetes yang berfilamen,
mempunyai hifa berseptat, dan dapat ditemukan melimpah di alam. Fungi ini
biasanya diisolasi dari tanah, sisa tumbuhan, dan udara di dalam ruangan.
Jamur Aspergillus terdiri dari beberapa jenis, diantaranya Aspergillus niger,
A. flavus, dan Aspergillus terreus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
jamur Aspergillus niger, Aspergillus flavus dan Aspergillus parasitivus dapat
digunakan sebagai biopestisida karena kemampuannya dalam menghasilkan
mikotoksin untuk membunuh serangga (Nurhayati, 2011).
Spesies Aspergillus merupakan jamur yang umum ditemukan di materi
organik. Meskipun terdapat lebih dari 100 spesies, jenis yang dapat menimbulkan
penyakit pada manusia ialah Aspergillus fumigatus dan Aspergillus niger,
kadang-kadang bisa juga akibat Aspergillus flavus dan Aspergillus clavatus yang
semuanya menular dengan transmisi inhalasi.
Aspergillus fumigatus adalah jamur yang ditemukan dimana mana pada
tanaman yang membusuk. Jamur ini dapat berkelompok kemudian memasuki
jaringan kornea yang mengalami trauma atau luka bakar, luka lain, atau telinga
luar (oktitis eksterna).

13

BAB III
PROSEDUR KERJA

A. Prinsip
Dengan menggunakan perangkap jamur dari udara dapat diketahui
bentuk koloni dan morfologi dari jamur spesies.
B. Alat& Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk pemeriksaan jamur yaitu : obyek
glass, cover glass, pipet pasteur, ose bulat, lampu spiritus, plate, dan
mikroskop.
Berikut ini adalah bahan yang digunakan pada pemeriksaan jamur yaitu
: cat LCB, dan media SGA.
C. Sampel
Jenis
Lokasi

: Udara
: Laboratorium Media

D. Prosedur Kerja
1) Cara isolasi
- Plate yang berisi SGA dibuka 10 menit lalu ditutup.
- Di inkubasi dengan suhu kamar 5-7 hari.
- Diamati secara mikroskopis.
2) Car pengamatan
- Disiapkan obyek glass yang bersih dan kering.
- Diteteskan 2 tetes cat LCB.
- Diambil koloni jamur dengan ose bulat.
- Dicampur, ditutup dengan cover glass.
- Diperiksa dibawah mikroskop.

14

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Didapatkan jamur jenis Aspergillus Fumigatus pada sampel udara
laboratorium media.

Makroskopik
Warna
Bentuk
Konsistensi
Tekstur
Mikroskopik
Hifa
Miselium
Psedohifa
Spora Jamur
Bentuk Spora

: Hijau kebiruan
: Koloni berfilamen
: Kering
: Seperti kapas
:+
:+
:+
:+
:+

B. Pembahasan
Aspergillus Fumigatus
1) Taxonomy
Superkingdom : Eukaryota.
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Pezizomycotina
Class : Eurotiomycetes
Order : Eurotiales
Family : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Species : Aspergillus fumigatus

2) Sejarah penemuan
Aspergilosis pertama kali di laporkan oleh Virchow pada tahun 1956.
Sejak itu banyak kasus yang dilaporkan dari berbagai negara, salah
satunya Indonesia.
3) Morfologi
Gambaran mikroskopik dari Aspergillus fumigatus memiliki tangkai
tangkai panjang (conidiophores) yang mendukung kepalan ya yang besar
(vesicle). Di kepala ini terdapat spora yang membangkitkan sel hasil dari

15

rantai panjang spora. A. fumigatus ini mampu tumbuh pada suhu 37C
(sama dengan temperatur tubuh). Pada rumput kering Aspergillus
fumigatus dapat tumbuh pada suhu di atas 50oC.
4) Epidemiologi
Aspergillus terdapat di alam sebagai saprofit. Hampir semua bahan
dapat ditumbuhi jamur tersebut, terutama di daerah tropik dengan
kelembaban yang tinggi. Sifat ini memudahkan jamur aspergillus
menimbukan penyakit bila terdapat faktor presdisposisi.
5) Siklus Hidup
Aspegillus fumigatus mempunyai suatu haploid genome yang stabil,
dengan tidak mengalami siklus seksual. A. fumigatus bereproduksi dengan
pembentukan conidiospores yang dilepaskan ke dalam lingkungan. A.
fumigatus ini mampu tumbuh pada suhu 37C (sama dengan temperatur
tubuh). Spesies Aspergillus secara alamiah ada dimana-mana, terutama
pada makanan, sayuran basi, pada sampah daun atau tumpukan kompos.
Konidia biasanya terdapat di udara baik di dalam maupun di luar ruangan
dan sepanjang tahun. Aspergillus juga bisa tumbuh di daun-daun yang
telah mati, gandum yang disimpan, kotoran burung, tumpukan pupuk dan
tumbuhan yang membusuk lainnya.
6) Penyebaran
Melalui inhalasi konidia yang ada di udara.
7) Penyakit
Penyakit yamg ditimbulkan oleh jamur ini adalah Aspergilosis
Bronkopulmoner

Alergika.

ABPA terjadi

karena

terdapat

reaksi

hipersensitivitas terhadap A. fumigatus akibat pemakaian kortikosteroid


terus menerus. Akibatnya akan terjadi produksi mukus yang berlebih
karena kerusakan fungsi silia pada saluran pernapasan. Mukus ini
berbentuk sumbatan yang mengandung spora A. fumigatus dan eosinofil di
lumen saluran napas. Akan terjadi presipitasi antibodi IgE dan IgG melalui
reaksi hipersensitivitas tipe I menyebabkan deposit kompleks imun dan
sel-sel inflamasi di mukosa bronkus. Deposit ini nantinya akan
menghasilkan

nekrosis

jaringan

dan

infiltrat

eosinofil

(reaksi

hipersensitivitas tipe III) hingga membuat kerusakan dinding bronkus dan

16

berakhir menjadi bronkiektasis. Tak jarang ditemui spora pada mukus


penderita aspergilosis paru.
Penderita biasanya mengeluh batuk produktif dengan gumpalan mukus
yang dapat membentuk kerak di bronkus., kadang menyebabkan hemoptisis.
ABPA juga bisa terjadi berbarengan dengan sinusitis fungal alergik, dengan
gejala sinusitis di dalamnya dengan drainase sinus yang purulen.
Secara umum gejala klinis aspergilosis tidak ada yang khas, pasien ABPA
mungkin akan mengalami demam, batuk berdahak, dengan mengi pada
auskultasi. Pasien dengan aspergilosis invasif dan CNPA selain mengalami
demam juga sering batuk berdahak. Khusus pengidap aspergilosis invasif
akan mengalami takipneu dan hipoksemia berat. Penderita aspergiloma akan
mengalami gejala sesuai penyakit yang mendasarinya, namun gejala yang
paling sering ialah hemoptisis. Secara umum, gejala klinis dan hasil lab
semua jenis aspergilosis akan sesuai dengan penyakit yang mendasarinya.
8) Diagnosa
Dari berbagai pemeriksaan diperoleh hasil sebagai berikut :
Jumlah eosinofil meningkat
Kadar antibodi IgE meningkat (kadar IgE total dan IgE khusus untuk

aspergillus)
Tes kulit antigen aspergillus
Antibodi aspergillus positif
Rontgen dada menunjukkan adanya infiltrasi dan bayangan yang

mengerupai jari tangan


CAT scan dada menunjukkan adanya bronkiektasis sentral atau

sumbatan lendir
Pewarnaan dan biakan dahak untuk jamur
Bronkoskopi disertai pembiakan dan biopsi transbronkial
Biopsi paru (jarang dilakukan).
9) Pengobatan
Prinsip pengobatan yang disebabkan oleh jamur Aspergillus fumigatus
adalah dengan menghilangkan jamur dan sporanya yang terdapat dalam
tubuh.
Penderita ABPA diobati sesuai proses penyakitnya, karena ABPA
terjadi akibat proses hipersensitivitas, maka respon alergi harus dikurangi.
Meskipun ABPA terjadi karena pemakaian kortikosteroid terus-menerus,
namun pengobatannya juga menggunakan kortikosteroid, namun dengan
oral, bukan lagi inhalasi. ABPA yang kronik memerlukan antijamur

17

semisal itraconazole yang dapat mempercepat hilangnya infiltrat. ABPA


yang berbarengan dengan sinusitis alergik fungal memerlukan tindakan
operasi jika terdapat polip obstruktif. Kadang-kadang dapat juga dibilas
dengan amfoterisin untuk mempercepat peyembuhan.
10) Cara Pencegahan :
Udara ruangan yang disaring dengan High Efficiency Particulate Air
(HEPA) dapat menurunkan infeksi aspergillosis invasive pada
penderita yang dirawat di RS terutama penderita dengan netropenia.
Orang-orang dengan faktor predisposisi (asma, fibrosis kistik, dll), sebaiknya
menghindari lingkungan dimana jamur aspergillus ditemukan.

18

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi dari pemeriksaan jamur diatas didapatkan jennis jamur
Aspergillus Fumigatus pada udara laboratorium media.
B. Saran
1. Untuk analis ( laboratorium) :
Pada saat pengambilan sampel harus hati-hati supaya serbuk roti
tidak ikut terbawa ke obyek glass, yyang nanti dapat menyulitkan

pemeriksaan.
Menggunakan APD

19

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Udara, (online), (https://id.wikipedia.org/wiki/Udara), diakses
pada tanggal 27 september 2015.
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Imagraph.
Hang Y.D, D.F,Splittstoessitr R.E.E, Woodams, dan R.M. Sherman, 1977, Citric
Acid Fermentation of Brewery Waste. J. of Food Science. 42 (2) : 383-388.
Nurhayati, 2011, Penggunaan Jamur dan Bakteri dalam Pengendalian Penyakit
Tanaman secara Hayati yang Ramah Lingkungan, Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Kampus
Unsri, Sumatera Selatan.
Purwantisari, Susiana, & Hastuti, Rini, 2009, Uji Antagonisme Jamur Patogen
Phytophthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman
Kentang

Dengan

Menggunakan

Trichoderma

spp.

Isolat

Lokal,

Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA UNDIP, Semarang.


Sarjoko. 2011. Mekanisme Biopestisida dalam Mengendalikan Organisme
Pengganggu Tumbuhan, (http://ditjenbun.deptan.go.Id/bbp2tpbon/ index.
php ?option=com_content view=article &id =11 6 %3 Amekanismebiopestisida-dalammengendalikanorganismepengganggutumbuhanpt
&catid = 12%3 Anews & Itemid = 21), diunduh pada tanggal 11 september
2015.
Schlegel, Hans G, dan Karin Schmidt. 1994. Mikrobiologi Umum edisi keenam.
Terjemahan Tedjo Baskoro: Allgemeine Mikrobiologie 6. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Srikandi, 1989, Mikrobiologi Pangan, Departemen Pendidikan dan kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.

20

LAMPIRAN
a) Hasil pemeriksaan mikroskopis jamur pada sampel udara

b) Jamur Aspergillus fumigatus mikroskopis 1

c) Jamur Aspergillus fumigatus mikroskopis 2

21

Anda mungkin juga menyukai