Anda di halaman 1dari 14

REFERAT BEDAH PLASTIK

LUKA BAKAR PADA ANAK

Oleh :
Nurrini Susanti Yulianti

G99122089

Pembimbing :
dr. Dewi Haryanti Kurniasih, Sp.BP

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2014

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
2. ETIOLOGI
Luka bakar berdasarkan penyebab dibedakan atas:
Luka bakar karena api
Luka bakar karena air panas
Luka bakar karena listrik dan petir
Luka bakar karena bahan kimia ( yang bersifat asam atau basa kuat )
Luka bakar karena radiasi
Cedera akibat suhu sangat rendah ( frost bite )
Kerusakan jaringan disebabkan oleh api lebih berat dibandingkan dengan air panas;
kerusakan jaringan akibat bahan yang bersifat koloid (misalnya bubur panas) lebih berat
dibandingkan air panas. Luka bakar akibat ledakan juga menyebabkan kerusakan organ
dalam akibat daya ledak (eksplosif). Luka bakar karena bahan kimia menyebabkan
kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan yaitu diskonfigurasi jaringan yang
menyebabkan gangguan proses penyembuhan. Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan
oleh air panas atau uap panas (scald).
3. PATOFISIOLOGI
a. Zona Kerusakan Jaringan
1) Zona Koagulasi
Daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh
panas.
2) Zona Statis
Daerah yang berada langsung di luar zona koagulasi, terjadi kerusakan endotel
pembuluh darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi
gangguan perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan
respons inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca cedera dan
mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.

3) Zona Hiperemi
Daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak
melibatkan reaksi seluler.
b. Fase Luka Bakar
Dalam perjalanan penyakit dibedakan 3 fase pada luka bakar, yaitu :
1) Fase awal, fase akut, fase syok
Pada fase ini problem yang berkisar pada gangguan saluran nafas karena adanya
cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini juga terjadi gangguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit, akibat cedera termis yang bersifat
sistemik.
2) Fase setelah syok berakhir / diatasi / fase subakut
Fase ini berlangsung setelah syok berakhir / dapat di atasi. Luka terbuka akibat
kerusakan jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) dapat menimbulkan masalah,
yaitu :
a) Proses inflamasi
Proses inflamasi yang terjadi pada luka bakar berbeda dengan luka sayat elektif;
proses inflamasi di sini terjadi lebih hebat disertai eksudasi dan kebocoran
protein. Pada saat ini terjadi reaksi inflamasi lokal yang kemudian berkembang
menjadi reaksi sistemik dengan dilepaskannya zat-zat yang berhubungan dengan
proses immunologik, yaitu kompleks lipoprotein (lipid protein complex, burntoxin) yang menginduksi respon inflamasi sistemik (SIRS = Systemic
Inflammation Response syndrome).
b) Infeksi yang dapat menimbulkan sepsis
c) c. Proses penguapan cairan tubuh disertai panas / energi (evaporative heat
loss) yang menyebabkan perubahan dan gangguan proses metabolisme.
3) Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi.
Masalah pada fase ini adalah timbul penyulit dari luka bakar berupa parut
hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi karena kerapuhan jaringan
atau organ-organ stuktural, misalnya bouttonirre deformity.
4. KLASIFIKASI LUKA BAKAR

Klasifikasi luka bakar dibagi atas berdasarkan penyebab/ etiologi (seperti dijelaskan
diatas) dan kedalaman luka bakar.
a. Klasifikasi berdasarkan penyebab
Luka bakar karena api
Luka bakar karena air panas
Luka bakar karena bahan kimia (yang bersifat asam atau basa kuat)
Luka bakar karena listrik dan petir
Luka bakar karena radiasi
Cedera akibat suhu sangat rendah (frost bite)

B. Klasifikasi berdasarkan kedalaman luka


Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan
jaringan. Semakin lama waktu kontak, maka semakin luas dan dalam kerusakan jaringan
yang terjadi.

1. Luka bakar derajat satu


Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperfisial), kulit hiperemik berupa eritem,
tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.
2.

Luka bakar derajat dua


Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai
proseseksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi,
dibedakan atas 2 (dua) bagian:
a) Derajat II dangkal (superfisial)
kerusakan mengenai sebagian superfisial dari dermis

apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjer keringat, kelenjer sebasea masih
utuh

penyembuhan terjasi spontan dalam waktu 10-14 hari.

Gambar. 1 bula pada telapak tangan karena memegang dandang panas, luka in i digolongkan ke dalam luka bakar derajat dua, karena
epidermis berada diatas luka

b) Derajat II dalam (deep)

kerusakan mengenai hampir saluruh bagian dermis

apendises kulit sperti folikel rambut, kelenjer keringat, kelenjer sebasea sebagian
masih utuh.
Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa.
Biasanya terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

Gambar.2 ;luka bakar derajat dua dalam, pada anak yang tersiram kopi panas, luka berwarna merah muda, lunak pada penekanan, dan
tampak basah, sensasi nyeri sulit ditentukan pada anak.

3. Luka bakar derajat tiga


Terjadi kerusakan pada seluruh ketebalan kulit. Meskipun tidak seluruh tebal
kulit rusak, tetapi bila semua organ kulit sekunder rusak dan tidak ada kemampuan lagi
untuk melakukan regenerasi kulit secara spontan/ reepitelisasi, maka luka bakar itu juga
termasuk derajat tiga. Penyebabnya adalah api, listrik,atau zat kimia. Mungkin akan
tampak berwarna putih seperti mutiara dan biasnya tidak melepuh, tampak kering dan
biasanya relatif anestetik. Dalam beberapa hari, luka bakar semacam itu akan
membentuk eschar berwarna hitam, keras, tegang dan tebal.

Gambar.3 ;lula bakar derajat tiga, pada anak yang memegang pengeriting rambut luka kering tidak kemerahan dan berwarna putih

Selama periode pasca luka bakar dini sampai 5 hari, akan sulit untuk
membedakan luka bakar derajat dua atau tiga, tetapi pada minggu kedua sampai minggu
ketiga pasca luka bakar di mana tampak drainase dan eschar yang terpisah dari luka
bakar derajat tiga. Setelah eschar diangkat, sisa jaringan dibawahnya (biasanya lapisan
subkutan) akan membentuk jaringan granulasi, suatu massa yang terdiri dari sel-sel
fibroblas dan jaringan penyambung yang kaya pembuluh darah kapiler. Permukaan
jaringan granulasi yang berwarna merah tua itu terbentuk setelah 21 hari, dan dalam
waktu 1 sampai 2 minggu kemudian sebaiknya dilakukan skin graft.

Klasifikas
i

Penyebab

Penampakan luar

Luka bakar
dangkal
(superficial
burn)
Luka bakar
sebagian
dangkal
(superficial
partialthickness
burn)
Luka bakar
sebagian
dalam (deep
partialthickness
burn)

Sinar UV,
paparan
nyala api

Kering dan merah; memucat


dengan penekanan

Cairan atau
uap panas
(tumpahan
atau
percikan),
paparan
nyala api
Cairan atau
uap panas
(tumpahan),
api, minyak
panas

Luka bakar
seluruh
lapisan (full
thickness
burn)

Cairan atau
uap panas,
api, minyak,
bahan kimia,
listrik
tegangan
tinggi

Sensasi

Waktu
penyembuha
n

Jaringan parut

Nyeri

36
hari

Tidak terjadi
jaringan parut

Gelembung berisi cairan,


berkeringat, merah;
memucat dengan penekanan

Nyeri bila
terpapar udara
dan panas

7-20 hari

Umumnya tidak
terjadi jaringan
parut; potensial
untuk perubahan
pigmen

Gelemb-text-color; borderstyle: none solid solid none;


border-width: medium 1pt
1ptung berisi cairan (rapuh);
basah atau kering
berminyak, berwarna dari
putih sampai merah; tidak
memucat dengan penekanan
Putih berminyak sampai
abu-abu dan kehitaman;
kering dan tidak elastis;
tidak memucat dengan
penekanan

Terasa dengan
penekanan saja

>21 hari

Hipertrofi,
berisiko untuk
kontraktur
(kekakuan akibat
jaringan parut
yang berlebih)

Terasa hanya
dengan
penekanan
yang kuat

Tidak dapat
sembuh (jika
luka bakar
mengenai >2%
dari TBSA)

Risiko sangat
tinggi untuk
terjadi kontraktur

Tabel 2 Klasifikasi kedalaman luka bakar


5.

PERHITUNGAN LUAS LUKA BAKAR


Walaupun hanya perkiraan saja , the rule of nine, tetap merupakan petunjuk yang baik
dalam menilai luasnya luka bakar: kepala, 7 persen, dan leher, 2 persen sehingga totalnya 9
persen. Setiap ekstrimitas atas, 9 persen : dan bagian anterior,2 x 9 persen. Badan bagian
posterior, 13 persen, dan bokong 5 persen, sehingga total 18 persen: dan setiap ekstrimitas
bawah, 2 x 9 : dan genitalia , 1 persen.

Gambar 5. Perhitungan luas luka bakar berdasarkan Rule of Nine oleh Wallace
Untuk area luka bakar yang tersebar kita dapat memperkirakan persentasenya dengan
menggunakan tangan dengan jari-jari pasien, dimana jari-jari dalam keadaan abduksi, dimana
sama dengan kurang lebih 1 persen dari total luas permukaan tubuh pasien.
Pada anak-anak terdapat perbedaan dalam luas permukaaan tubuh, yang umumnya
mempunyai pertimbangan lebih besar antara luas permukaan kepala dengan luas ekstrimitas
bawah dibandingkan pada orang dewasa. Area kepala luasnya adalah 19 persen pada waktu
lahir (10 persen lebih besar daripada orang dewasa). Hal ini terjadi akibat pengurangan pada
luas ekstrimitas bawah, yang masing-masing sebesar 13 persen. Dengan bertambahnya umur
setiap tahun, sampai usia 10 tahun, area kepala dikurangi 1 persen dan jumlah yang sama
ditambah pada setiap ekstrimitas bawah. Setelah usia 10 tahun, digunakan persentase orang
dewasa.
Rumus rule of nine dari Wallace tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas
relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil.
Oleh karena itu, digunakan rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 dari Lund dan Browder
untuk anak.

Gambar 6. Perhitungan luas luka bakar menurut Lund and Browder

Lahir-1
Area
tahun
Kepala
19
Leher
2
Badan bagian depan
13
Badan bagian belakang
13
Pantat kanan
2.5
Pantat kiri
2.5
Genitalia (kemaluan)
1
Lengan kanan atas
4
lengan kiri atas
4
Lengan bawah kanan
3
Lengan bawah kiri
3
Tangan kanan (telapak
2.5
tangan depan dan punggung
tangan)
Tangan kiri (telapak tangan 2.5
dan punggung tangan)
Paha kanan
5.5
Paha kiri
5.5
Betis kanan
5
Betis kiri
5
Kaki kanan (bagian tumit 3.5
sampai telapak kaki)
Kaki kiri
3.5

14
tahun
17
2
13
13
2.5
2.5
1
4
4
3
3
2.5

59
tahun
13
2
13
13
2.5
2.5
1
4
4
3
3
2.5

10 14
tahun
11
2
13
13
2.5
2.5
1
4
4
3
3
2.5

15
tahun
9
2
13
13
2.5
2.5
1
4
4
3
3
2.5

dewasa 2nd* 3rd* TBSA


7
2
13
13
2.5
2.5
1
4
4
3
3
2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

6.5
6.5
5
5
3.5

8
8
5.5
5.5
3.5

8.5
8.5
6
6
3.5

9
9
6.5
6.5
3.5

9.5
9.5
7
7
3.5

3.5

3.5

3.5

3.5

3.5
Total:

*derajat dua saat ini merupakan luka bakar sebagian baik dangkal maupun dalam; derajat 3
sebagai luka bakar seluruh lapisan (full-thickness)
Tabel 3. Penilaian luas area tubuh menurut Lund and Browder
6. DERAJAT KEPARAHAN LUKA BAKAR
Berdasarkan berat-ringannya luka bakar (American Burn Association):
a. Luka Bakar Berat ( Major Burn Injury )
Derajat II, terbakar >25% area permukaan tubuh pada dewasa
Derajat III, terbakar >25% area permukaan tubuh pada anak-anak
Derajat III, terbakar >10% area permukaan
Kebanyakan meliputi tangan, muka, mata, telinga, kaki atau perineum
b. Luka Bakar Sedang
Derajat II, terbakar 15-25% area permukaan tubuh pada dewasa

Derajat II, terbakar 10-20% are permukaan tubuh pada anak-anak


Derajat III, terbakar <10% area permukaan tubuh.
c. Luka Bakar Ringan
Derajat II, terbakar <15% area permukaan tubuh pada dewasa
Derajat II, terbakar <10% area permukaan tubuh pada anak-anak
Derajat III, terbakar <2% area permukaan tubuh.
Indikasi rawat inap :
1. Derajat 2 lebih dari 15% pada dewasa, dan lebih dari 10% pada anak
2. Derajat 2 pada muka, tangan, kaki, perineum
3. Derajat 3 lebih dari 2% pada dewasa, dan setiap derajat 3 pada anak
4. Luka bakar yang disertai trauma visera, tulang, dan jalan napas
7.

PENATALAKSANAAN
Secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis,
covering and comforting (contoh pengurang nyeri).
Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang
menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
Cooling :
o Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air dingin yang
mengalir selama 20 menit bukan dengan menggunakan es atau air es, hindari
hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada anak dan orang tua).
Cara ini efektif sampai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar
Cleaning : pembersihan luka tergantung dari derajat berat luka bakar, kriteria minor
cukup dilakukan dengan zat anastesi lokal, sedangkan untuk kriteria moderate sampai
major dilakukan dengan anastesi umum di ruang operasi untuk mengurangi rasa sakit.
Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan
risiko infeksi berkurang.
Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam
dari superficial partial thickness.
Covering : penutupan luka bakar dengan kassa sesuai dengan derajat luka bakar.
Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.
o Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg
o Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus
o Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg

Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari ABC


(Airway, Breathing, Circulation).
Airway and Breathing
Perhatikan lokasi luka, jika ditemukan luka pada wajah, leher atau bahu atas maka penderita
berpotensi mengalami luka inhalasi. Jika ditemukan maka harus segera diperiksa apakah
didapatkan tanda-tanda luka inhalasi seperti bulu hidung atau alis yang tebakar, adanya
material pada airway atas, ketidak mampuan penderita untuk mengatasi sekresi, serta
penderita tidak bisa bicara maupun didapatkan suara serak. Selain intu terdapat beberapa hal
yang perlu diawasi yakni adanya stridor, retraksi, nasal flaring, mengi, batuk, drooling,
edema pada wajah leher atau mulut, perlu dilakukan monitoring terhadap SaO2, saturasi o2,
pertimbangkan intubasi jika diperlukan dan letakkan kepala lebih tinggi..
Circulation
Penilaian terhadap vital sign perlu dilakukan terlebih dahulu yakni meliputi heart rate,
tekanan darah, CRT dan suhu tubuh pasien. Penilaian terhadap keadaan cairan harus
dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan
intravena (melalui infus) diberikan bila luas luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat
diberikan cairan melalui mulut. Cairan merupakan komponen penting karena pada luka bakar
terjadi kehilangan cairan baik melalui penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai
proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah
ke jaringan sekitar pembuluh darah yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema).
Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan
dalam pembuluh darah dapat berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat
dan mengganggu fungsi organ-organ tubuh.
Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal
Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan
pada bayi dengan luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari
Parkland : [3-4 cc x berat badan (kg) x %TBSA] + cairan rumatan (maintenance per 24 jam).
Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (1120kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan formula parkland (3-4ccx kgBB x
%TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan setengah sisanya dalam 16 jam
berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin
yaitu 0,5-1cc/kgBB/jam.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain complete blood count,
elektrolit, glukosa darah dan clotting factors.

Pertolongan selanjutnya merupakan secondary survey yang meliputi:

Mengumpulkan informasi (anamnesis) secara lebih detai mengenai mekanisme

terjadinya injury.
Observasi apakah didapatkan luka lain
Pre hospital care
Medikasi
Alergi
Status imun pasien
Nutrisi
Monitor secara kontinyu sirkulasi distal dari area yang terbakar.
Manajemen nyeri pada anak merupakan suatu tantangan tersendiri. Nyeri akan
bertambah sulit diatas jika pasien dan keluarganya terlalu cemas. Maka untuk menilai
derajad nyeri akibat luka bakar pada anak perlu disesuaikan dengan umurnya

Untuk anak dibawah 3 tahun : FLACC scale-Facial expression, Leg movement,

Activity, Cry, and Consolability


Lebih dari 3 tahun: Wong-Baker faces dan Numeric scale 0 no pain to 10 worst pain

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. pemeriksaan Hb, Ht tiap 8 jam pada 2 hari pertama, dan tiap 2 hari pada 10 hari
selanjutnya
2. Fungsi hati dan ginjal tiap minggu
3. Pemeriksaan elektrolit tiap hari pada minggu pertama
4. Pemeriksaan AGD bila nafas lebih dari 32x/menit
5. Kultur jaringan pada hari ke-1, 3, 7.
10. KOMPLIKASI
1. Syok hipovolemik
2. Udem laring
3. Keracunan gas CO 1
4. SIRS (systemic inflammatory respone syndrome)
5. MOF (Multi Organ Failure)
6. Kontraktur

11. PROGNOSIS
Prognosis pada kasus luka bakar ditentukan oleh beberapa faktor, dan menyangkut
mortalitas dan morbiditas atau burn illness severity and prediction of outcome ; yang mana
bersifat bersifat kompleks.
Beberapa faktor yang berperan antara lain faktor penderita ( usia, gizi, jenis kelamin,
dan kelainan sistemik), faktor trauma ( jenis, luas, kedalaman luka bakar, dan trauma
penyerta), dan faktor penatalaksanaan (prehospital and inhospital treatment).
Prognosis luka bakar umumnya jelek pada usia yang sangat muda dan usia lanjut.
Pada usia yang sangat muda (terutama bayi) beberapa hal mendasar menjadi perhatian, antara
lain sistem regulasi tubuh yang belum berkembang sempurna ; komposisi cairan intravaskuler
dibandingkan dengan cairan ekstravaskuler, interstitial, dan intraselular yang berbeda dengan
komposisi pada manusia dewasa, sangat rentan terhadap suatu bentuk trauma. Sistem
imunologik yang belum berkembang sempurna merupakan salah satu faktor yang patut
diperhitungkan, karena luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang bersifat
imunosupresi.

DAFTAR PUSTAKA

Moenadjat, Yefta, Dr, Sp.BP; Luka Bakar Pengetahuan Klinik Praktis; Jakarta, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2003.
Mansjoer, Arif, dkk (editor); Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, edisi III Luka Bakar;
Jakarta,Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.
Hansbrough JF, Hansbrough W. Pediatrics Burns. Pedriatics in Review. Vol 20;1999
Marzoeki, Djohansjah. Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya, Airlangga University Press,
Surabaya 1993 : 10 - 19.
Pusponegoro, Aryono D. Luka dalam de Jong, Wim (ed.).Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2.
Cet. I. Jakarta:EGC. 2005
Schwartz, Seymour I. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Cet. I. Jakarta: EGC. 2000.

Anda mungkin juga menyukai

  • Rhinosinusitis in Children 1-4
    Rhinosinusitis in Children 1-4
    Dokumen10 halaman
    Rhinosinusitis in Children 1-4
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Pendidikan
    Manajemen Pendidikan
    Dokumen20 halaman
    Manajemen Pendidikan
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • Definisi Komunikasi Politik
    Definisi Komunikasi Politik
    Dokumen2 halaman
    Definisi Komunikasi Politik
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • Responsi Kulit
    Responsi Kulit
    Dokumen32 halaman
    Responsi Kulit
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • Cherry Angioma
    Cherry Angioma
    Dokumen3 halaman
    Cherry Angioma
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • Gagal Jantung Kongestif
    Gagal Jantung Kongestif
    Dokumen8 halaman
    Gagal Jantung Kongestif
    amalia
    100% (1)
  • Komunikasi
    Komunikasi
    Dokumen12 halaman
    Komunikasi
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • Penilaian Cacat Penyakit Akibat Kerja
    Penilaian Cacat Penyakit Akibat Kerja
    Dokumen6 halaman
    Penilaian Cacat Penyakit Akibat Kerja
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • Bahan TB
    Bahan TB
    Dokumen6 halaman
    Bahan TB
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • Budaya
    Budaya
    Dokumen8 halaman
    Budaya
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • Luka
    Luka
    Dokumen23 halaman
    Luka
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • Megacolon
    Megacolon
    Dokumen9 halaman
    Megacolon
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • Limbik
    Limbik
    Dokumen6 halaman
    Limbik
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • Mental Geriatri
    Mental Geriatri
    Dokumen4 halaman
    Mental Geriatri
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • Quecetin
    Quecetin
    Dokumen2 halaman
    Quecetin
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • UKG Bahasa Indonesia
    UKG Bahasa Indonesia
    Dokumen13 halaman
    UKG Bahasa Indonesia
    Nurrini Susanti
    100% (1)
  • Pasien Berisiko Tinggi
    Pasien Berisiko Tinggi
    Dokumen3 halaman
    Pasien Berisiko Tinggi
    Nurrini Susanti
    100% (3)
  • Basicsbalazs
    Basicsbalazs
    Dokumen3 halaman
    Basicsbalazs
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • Tanaman Herbal
    Tanaman Herbal
    Dokumen26 halaman
    Tanaman Herbal
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • Ethic
    Ethic
    Dokumen2 halaman
    Ethic
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • Malaria
    Malaria
    Dokumen10 halaman
    Malaria
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • Laktasi
    Laktasi
    Dokumen3 halaman
    Laktasi
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • Responsi
    Responsi
    Dokumen32 halaman
    Responsi
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • Budaya
    Budaya
    Dokumen8 halaman
    Budaya
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • Diagnosis Salphingitis
    Diagnosis Salphingitis
    Dokumen2 halaman
    Diagnosis Salphingitis
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Psikiatri
    Jurnal Psikiatri
    Dokumen11 halaman
    Jurnal Psikiatri
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Kelompok 2
    BAB 1 Kelompok 2
    Dokumen8 halaman
    BAB 1 Kelompok 2
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Kelompok 2
    BAB 1 Kelompok 2
    Dokumen3 halaman
    BAB 1 Kelompok 2
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat
  • Hal 25-36
    Hal 25-36
    Dokumen9 halaman
    Hal 25-36
    Nurrini Susanti
    Belum ada peringkat