Oleh :
Nurrini Susanti Yulianti
G99122089
Pembimbing :
dr. Dewi Haryanti Kurniasih, Sp.BP
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
2. ETIOLOGI
Luka bakar berdasarkan penyebab dibedakan atas:
Luka bakar karena api
Luka bakar karena air panas
Luka bakar karena listrik dan petir
Luka bakar karena bahan kimia ( yang bersifat asam atau basa kuat )
Luka bakar karena radiasi
Cedera akibat suhu sangat rendah ( frost bite )
Kerusakan jaringan disebabkan oleh api lebih berat dibandingkan dengan air panas;
kerusakan jaringan akibat bahan yang bersifat koloid (misalnya bubur panas) lebih berat
dibandingkan air panas. Luka bakar akibat ledakan juga menyebabkan kerusakan organ
dalam akibat daya ledak (eksplosif). Luka bakar karena bahan kimia menyebabkan
kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan yaitu diskonfigurasi jaringan yang
menyebabkan gangguan proses penyembuhan. Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan
oleh air panas atau uap panas (scald).
3. PATOFISIOLOGI
a. Zona Kerusakan Jaringan
1) Zona Koagulasi
Daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh
panas.
2) Zona Statis
Daerah yang berada langsung di luar zona koagulasi, terjadi kerusakan endotel
pembuluh darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi
gangguan perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan
respons inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca cedera dan
mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.
3) Zona Hiperemi
Daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak
melibatkan reaksi seluler.
b. Fase Luka Bakar
Dalam perjalanan penyakit dibedakan 3 fase pada luka bakar, yaitu :
1) Fase awal, fase akut, fase syok
Pada fase ini problem yang berkisar pada gangguan saluran nafas karena adanya
cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini juga terjadi gangguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit, akibat cedera termis yang bersifat
sistemik.
2) Fase setelah syok berakhir / diatasi / fase subakut
Fase ini berlangsung setelah syok berakhir / dapat di atasi. Luka terbuka akibat
kerusakan jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) dapat menimbulkan masalah,
yaitu :
a) Proses inflamasi
Proses inflamasi yang terjadi pada luka bakar berbeda dengan luka sayat elektif;
proses inflamasi di sini terjadi lebih hebat disertai eksudasi dan kebocoran
protein. Pada saat ini terjadi reaksi inflamasi lokal yang kemudian berkembang
menjadi reaksi sistemik dengan dilepaskannya zat-zat yang berhubungan dengan
proses immunologik, yaitu kompleks lipoprotein (lipid protein complex, burntoxin) yang menginduksi respon inflamasi sistemik (SIRS = Systemic
Inflammation Response syndrome).
b) Infeksi yang dapat menimbulkan sepsis
c) c. Proses penguapan cairan tubuh disertai panas / energi (evaporative heat
loss) yang menyebabkan perubahan dan gangguan proses metabolisme.
3) Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi.
Masalah pada fase ini adalah timbul penyulit dari luka bakar berupa parut
hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi karena kerapuhan jaringan
atau organ-organ stuktural, misalnya bouttonirre deformity.
4. KLASIFIKASI LUKA BAKAR
Klasifikasi luka bakar dibagi atas berdasarkan penyebab/ etiologi (seperti dijelaskan
diatas) dan kedalaman luka bakar.
a. Klasifikasi berdasarkan penyebab
Luka bakar karena api
Luka bakar karena air panas
Luka bakar karena bahan kimia (yang bersifat asam atau basa kuat)
Luka bakar karena listrik dan petir
Luka bakar karena radiasi
Cedera akibat suhu sangat rendah (frost bite)
apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjer keringat, kelenjer sebasea masih
utuh
Gambar. 1 bula pada telapak tangan karena memegang dandang panas, luka in i digolongkan ke dalam luka bakar derajat dua, karena
epidermis berada diatas luka
apendises kulit sperti folikel rambut, kelenjer keringat, kelenjer sebasea sebagian
masih utuh.
Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa.
Biasanya terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
Gambar.2 ;luka bakar derajat dua dalam, pada anak yang tersiram kopi panas, luka berwarna merah muda, lunak pada penekanan, dan
tampak basah, sensasi nyeri sulit ditentukan pada anak.
Gambar.3 ;lula bakar derajat tiga, pada anak yang memegang pengeriting rambut luka kering tidak kemerahan dan berwarna putih
Selama periode pasca luka bakar dini sampai 5 hari, akan sulit untuk
membedakan luka bakar derajat dua atau tiga, tetapi pada minggu kedua sampai minggu
ketiga pasca luka bakar di mana tampak drainase dan eschar yang terpisah dari luka
bakar derajat tiga. Setelah eschar diangkat, sisa jaringan dibawahnya (biasanya lapisan
subkutan) akan membentuk jaringan granulasi, suatu massa yang terdiri dari sel-sel
fibroblas dan jaringan penyambung yang kaya pembuluh darah kapiler. Permukaan
jaringan granulasi yang berwarna merah tua itu terbentuk setelah 21 hari, dan dalam
waktu 1 sampai 2 minggu kemudian sebaiknya dilakukan skin graft.
Klasifikas
i
Penyebab
Penampakan luar
Luka bakar
dangkal
(superficial
burn)
Luka bakar
sebagian
dangkal
(superficial
partialthickness
burn)
Luka bakar
sebagian
dalam (deep
partialthickness
burn)
Sinar UV,
paparan
nyala api
Cairan atau
uap panas
(tumpahan
atau
percikan),
paparan
nyala api
Cairan atau
uap panas
(tumpahan),
api, minyak
panas
Luka bakar
seluruh
lapisan (full
thickness
burn)
Cairan atau
uap panas,
api, minyak,
bahan kimia,
listrik
tegangan
tinggi
Sensasi
Waktu
penyembuha
n
Jaringan parut
Nyeri
36
hari
Tidak terjadi
jaringan parut
Nyeri bila
terpapar udara
dan panas
7-20 hari
Umumnya tidak
terjadi jaringan
parut; potensial
untuk perubahan
pigmen
Terasa dengan
penekanan saja
>21 hari
Hipertrofi,
berisiko untuk
kontraktur
(kekakuan akibat
jaringan parut
yang berlebih)
Terasa hanya
dengan
penekanan
yang kuat
Tidak dapat
sembuh (jika
luka bakar
mengenai >2%
dari TBSA)
Risiko sangat
tinggi untuk
terjadi kontraktur
Gambar 5. Perhitungan luas luka bakar berdasarkan Rule of Nine oleh Wallace
Untuk area luka bakar yang tersebar kita dapat memperkirakan persentasenya dengan
menggunakan tangan dengan jari-jari pasien, dimana jari-jari dalam keadaan abduksi, dimana
sama dengan kurang lebih 1 persen dari total luas permukaan tubuh pasien.
Pada anak-anak terdapat perbedaan dalam luas permukaaan tubuh, yang umumnya
mempunyai pertimbangan lebih besar antara luas permukaan kepala dengan luas ekstrimitas
bawah dibandingkan pada orang dewasa. Area kepala luasnya adalah 19 persen pada waktu
lahir (10 persen lebih besar daripada orang dewasa). Hal ini terjadi akibat pengurangan pada
luas ekstrimitas bawah, yang masing-masing sebesar 13 persen. Dengan bertambahnya umur
setiap tahun, sampai usia 10 tahun, area kepala dikurangi 1 persen dan jumlah yang sama
ditambah pada setiap ekstrimitas bawah. Setelah usia 10 tahun, digunakan persentase orang
dewasa.
Rumus rule of nine dari Wallace tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas
relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil.
Oleh karena itu, digunakan rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 dari Lund dan Browder
untuk anak.
Lahir-1
Area
tahun
Kepala
19
Leher
2
Badan bagian depan
13
Badan bagian belakang
13
Pantat kanan
2.5
Pantat kiri
2.5
Genitalia (kemaluan)
1
Lengan kanan atas
4
lengan kiri atas
4
Lengan bawah kanan
3
Lengan bawah kiri
3
Tangan kanan (telapak
2.5
tangan depan dan punggung
tangan)
Tangan kiri (telapak tangan 2.5
dan punggung tangan)
Paha kanan
5.5
Paha kiri
5.5
Betis kanan
5
Betis kiri
5
Kaki kanan (bagian tumit 3.5
sampai telapak kaki)
Kaki kiri
3.5
14
tahun
17
2
13
13
2.5
2.5
1
4
4
3
3
2.5
59
tahun
13
2
13
13
2.5
2.5
1
4
4
3
3
2.5
10 14
tahun
11
2
13
13
2.5
2.5
1
4
4
3
3
2.5
15
tahun
9
2
13
13
2.5
2.5
1
4
4
3
3
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
6.5
6.5
5
5
3.5
8
8
5.5
5.5
3.5
8.5
8.5
6
6
3.5
9
9
6.5
6.5
3.5
9.5
9.5
7
7
3.5
3.5
3.5
3.5
3.5
3.5
Total:
*derajat dua saat ini merupakan luka bakar sebagian baik dangkal maupun dalam; derajat 3
sebagai luka bakar seluruh lapisan (full-thickness)
Tabel 3. Penilaian luas area tubuh menurut Lund and Browder
6. DERAJAT KEPARAHAN LUKA BAKAR
Berdasarkan berat-ringannya luka bakar (American Burn Association):
a. Luka Bakar Berat ( Major Burn Injury )
Derajat II, terbakar >25% area permukaan tubuh pada dewasa
Derajat III, terbakar >25% area permukaan tubuh pada anak-anak
Derajat III, terbakar >10% area permukaan
Kebanyakan meliputi tangan, muka, mata, telinga, kaki atau perineum
b. Luka Bakar Sedang
Derajat II, terbakar 15-25% area permukaan tubuh pada dewasa
PENATALAKSANAAN
Secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis,
covering and comforting (contoh pengurang nyeri).
Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang
menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
Cooling :
o Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air dingin yang
mengalir selama 20 menit bukan dengan menggunakan es atau air es, hindari
hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada anak dan orang tua).
Cara ini efektif sampai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar
Cleaning : pembersihan luka tergantung dari derajat berat luka bakar, kriteria minor
cukup dilakukan dengan zat anastesi lokal, sedangkan untuk kriteria moderate sampai
major dilakukan dengan anastesi umum di ruang operasi untuk mengurangi rasa sakit.
Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan
risiko infeksi berkurang.
Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam
dari superficial partial thickness.
Covering : penutupan luka bakar dengan kassa sesuai dengan derajat luka bakar.
Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.
o Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg
o Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus
o Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg
terjadinya injury.
Observasi apakah didapatkan luka lain
Pre hospital care
Medikasi
Alergi
Status imun pasien
Nutrisi
Monitor secara kontinyu sirkulasi distal dari area yang terbakar.
Manajemen nyeri pada anak merupakan suatu tantangan tersendiri. Nyeri akan
bertambah sulit diatas jika pasien dan keluarganya terlalu cemas. Maka untuk menilai
derajad nyeri akibat luka bakar pada anak perlu disesuaikan dengan umurnya
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. pemeriksaan Hb, Ht tiap 8 jam pada 2 hari pertama, dan tiap 2 hari pada 10 hari
selanjutnya
2. Fungsi hati dan ginjal tiap minggu
3. Pemeriksaan elektrolit tiap hari pada minggu pertama
4. Pemeriksaan AGD bila nafas lebih dari 32x/menit
5. Kultur jaringan pada hari ke-1, 3, 7.
10. KOMPLIKASI
1. Syok hipovolemik
2. Udem laring
3. Keracunan gas CO 1
4. SIRS (systemic inflammatory respone syndrome)
5. MOF (Multi Organ Failure)
6. Kontraktur
11. PROGNOSIS
Prognosis pada kasus luka bakar ditentukan oleh beberapa faktor, dan menyangkut
mortalitas dan morbiditas atau burn illness severity and prediction of outcome ; yang mana
bersifat bersifat kompleks.
Beberapa faktor yang berperan antara lain faktor penderita ( usia, gizi, jenis kelamin,
dan kelainan sistemik), faktor trauma ( jenis, luas, kedalaman luka bakar, dan trauma
penyerta), dan faktor penatalaksanaan (prehospital and inhospital treatment).
Prognosis luka bakar umumnya jelek pada usia yang sangat muda dan usia lanjut.
Pada usia yang sangat muda (terutama bayi) beberapa hal mendasar menjadi perhatian, antara
lain sistem regulasi tubuh yang belum berkembang sempurna ; komposisi cairan intravaskuler
dibandingkan dengan cairan ekstravaskuler, interstitial, dan intraselular yang berbeda dengan
komposisi pada manusia dewasa, sangat rentan terhadap suatu bentuk trauma. Sistem
imunologik yang belum berkembang sempurna merupakan salah satu faktor yang patut
diperhitungkan, karena luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang bersifat
imunosupresi.
DAFTAR PUSTAKA
Moenadjat, Yefta, Dr, Sp.BP; Luka Bakar Pengetahuan Klinik Praktis; Jakarta, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2003.
Mansjoer, Arif, dkk (editor); Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, edisi III Luka Bakar;
Jakarta,Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.
Hansbrough JF, Hansbrough W. Pediatrics Burns. Pedriatics in Review. Vol 20;1999
Marzoeki, Djohansjah. Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya, Airlangga University Press,
Surabaya 1993 : 10 - 19.
Pusponegoro, Aryono D. Luka dalam de Jong, Wim (ed.).Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2.
Cet. I. Jakarta:EGC. 2005
Schwartz, Seymour I. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Cet. I. Jakarta: EGC. 2000.