Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
TOKSIKOLOGI
Definisi
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari sumber, sifat, serta khasiat
racun, gejala-gejala dan pengobatan pada keracunan, serta kelainan yang
didapatkan pada korban meninggal.
Pengertian racun
Menurut Taylor, racun adalah suatu zat yang dalam jumlah relatif kecil
(bukan minimal), yang jika masuk atau mengenai tubuh seseorang akan
menyebabkan timbulnya reaksi kimiawi (efek kimia) yang besar yang dapat
menyebabkan sakit, bahkan kematian.
Menurut Gradwohl racun adalah substansi yang tanpa kekuatan mekanis,
yang bila mengenai tubuh seorang (atau masuk), akan menyebabkan gangguan
fungsi tubuh, kerugian, bahkan kematian.
Sehingga jika dua definisi di atas digabungkan, racun adalah substansi
kimia, yang dalam jumlah relatif kecil, tetapi dengan dosis toksis, bila masuk atau
mengenai tubuh, tanpa kekuatan mekanis, tetapi hanya dengan kekuatan daya
kimianya, akan menimbulkan efek yang besar, yang dapat menyebabkan sakit,
bahkan kematian.
Jalan masuk
Racun dapat masuk ke dalam tubuh seseorang melalui beberapa cara:
1. Melalui mulut (peroral / ingesti).
2. Melalui saluran pernafasan (inhalasi)
3. Melalui suntikan (parenteral, injeksi)
4. Melalui kulit yang sehat / intak atau kulit yang sakit.
5. Melalui dubur atau vagina (perektal atau pervaginal) (Idris, 1985)
Klasifikasi racun
Racun dapat digolongkan sebagai berikut:
I. Pestisida
A. Insektisida

1.

Organoklorin
a. Derivat Chlorinethane: DDT
b. Derivat Cyclodiene

: Thiodane, Endrim, Dieldrine, Chlordan,

Aldrin, Heptachlor, toxapene.


c. Derivat Hexachlorcyclohexan

: Lindan, myrex.

2.

Organofosfat: DFP, TEPP, Parathion, Diazinon, Fenthoin, Malathion.

3.

Carbamat: Carbaryl, Aldicarb, Propaxur, Mobam.


B. Herbisida

1.

Chloropheoxy

2.

Ikatan Dinitrophenal

3.

Ikatan Karbonat: Prepham, Barbave

4.

Ikatan Urea

5.

Ikatan Triasine: Atrazine

6.

Amide: Propanil

7.

Bipyridye
C. Fungisida

1.

Caplan

2.

Felpet

3.

Pentachlorphenal

4.

Hexachlorphenal
D. Rodentisida

1.

Warfarin

2.

Red Squill

3.

Norbomide

4.

Sodium Fluoroacetate dan Fluoroacetamide

5.

Aepha Naphthyl Thiourea

6.

Strychnine

7.

Pyriminil

8.

Anorganik:
- Zinc Phosfat
- Thallium Sulfat
- Phosfor

- Barium Carbamat
- Al. Phosfat
- Arsen Trioxyde
II. Bahan Industri
III. Bahan untuk rumah tangga
IV. Bahan obat-obatan
V. Racun (tanaman dan hewan)
Berdasarkan sumber dan tempat dimana racun-racun tersebut mudah
didapat, maka racun dapat dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
1.

Racun-racun yang banyak terdapat dalam rumah tangga.


Misalnya: desinfektan, deterjen, insektisida, dan sebagainya.

2.

Racun-racun yang banyak digunakan dalam lapangan pertanian,


perkebunan.
Misalnya: pestisida, herbisida.

3.

Racun-racun yang banyak dipakai dalam dunia kedokteran / pengobatan.


Misalnya: sedatif hipnotis, analgetika, obat penenang, anti depresan, dsb.

4.

Racun-racun yang banyak dipakai dalam industri / laboratorium.


Misalnya: asam dan basa kuat, logam berat, dsb.

5.

Racun-racun yang terdapat di alam bebas.


Misalnya: opium ganja, racun singkong, racun jamur serta binatang.

Mekanisme kerja racun


1. Racun yang bekerja secara setempat (lokal)
Misalnya:
-

Racun bersifat korosif: lisol, asam dan basa kuat.

Racun bersifat iritan: arsen, HgCl2.

Racun bersifat anastetik: kokain, asam karbol.


Racun-racun yang bekerja secara setempat ini, biasanya akan

menimbulkan sensasi nyeri yang hebat, disertai dengan peradangan, bahkan


kematian yang dapat disebabkan oleh syok akibat nyerinya tersebut atau karena
peradangan sebagai kelanjutan dari perforasi yang terjadi pada saluran
pencernaan.

2. Racun yang bekerja secara umum (sistemik)


Walaupun kerjanya secara sistemik, racun-racun dalam golongan ini
biasanya memiliki akibat / afinitas pada salah satu sistem atau organ tubuh
yang lebih besar bila dibandingkan dengan sistem atau organ tubuh lainnya.
Misalnya:
- Narkotik, barbiturate, dan alkohol terutama berpengaruh pada susunan
syaraf pusat.
- Digitalis, asam oksalat terutama berpengaruh terhadap jantung.
- Strychine terutama berpengaruh terhadap sumsum tulang belakang.
- CO, dan HCN terutama berpengaruh terhadap darah dan enzim pernafasan.
- Cantharides dan HgCl2 terutama berpengaruh terhadap ginjal.
- Insektisida golongan hidrokarbon yang di-chlor-kan dan phosphorus
terutama berpengaruh terhadap hati.
3. Racun yang bekerja secara setempat dan secara umum
Misalnya:
- Asam oksalat
- Asam karbol
Selain menimbulkan rasa nyeri (efek lokal) juga akan menimbulkan
depresi pada susunan syaraf pusat (efek sistemik). Hal ini dimungkinkan
karena sebagian dari asam karbol tersebut akan diserap dan berpengaruh
terhadap otak (Nawawi, 1989).
- Arsen
- Garam Pb
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja racun
1. Cara pemberian
Setiap racun baru akan menimbulkan efek yang maksimal pada tubuh
jika cara pemberiannya tepat. Misalnya jika racun-racun yang berbentuk gas
tentu akan memberikan efek maksimal bila masuknya ke dalam tubuh secara
inhalasi. Jika racun tersebut masuk ke dalam tubuh secara ingesti tentu tidak
akan menimbulkan akibat yang sama hebatnya walaupun dosis yang masuk ke
dalam tubuh sama besarnya.

Berdasarkan cara pemberian, maka umumnya racun akan paling cepat


bekerja pada tubuh jika masuk secara inhalasi, kemudian secara injeksi (i.v,
i.m, dan s.c), ingesti, absorbsi melalui mukosa, dan yang paling lambat jika
racun tersebut masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang sehat.
2. Keadaan tubuh
a. Umur
Pada umumnya anak-anak dan orang tua lebih sensitif terhadap racun
bila dibandingkan dengan orang dewasa. Tetapi pada beberapa jenis racun
seperti barbiturate dan belladonna, justru anak-anak akan lebih tahan.
b. Kesehatan
Pada orang-orang yang menderita penyakit hati atau penyakit ginjal,
biasanya akan lebih mudah keracunan bila dibandingkan dengan orang
sehat,

walaupun

racun

yang

masuk

ke

dalam

tubuhnya

belum

mencapai dosis toksis. Hal ini dapat dimengerti karena pada orang-orang
tersebut, proses detoksikasi tidak berjalan dengan baik, demikian pula
halnya dengan ekskresinya. Pada mereka yang menderita penyakit yang
disertai dengan peningkatan suhu atau penyakit pada saluran pencernaan,
maka penyerapan racun pada umumnya jelek, sehingga jika pada penderita
tersebut terjadi kematian, kita tidak boleh terburu-buru mengambil
kesimpulan bahwa kematian penderita disebabkan oleh racun. Dan
sebaliknya pula kita tidak boleh tergesa-gesa menentukan sebab kematian
seseorang karena penyakit tanpa melakukan penelitian yang teliti, misalnya
pada kasus keracunan arsen (tipe gastrointestinal) dimana disini gejala
keracunannya mirip dengan gejala gastroenteritis yang lumrah dijumpai.
c. Kebiasaan
Faktor ini berpengaruh dalam hal besarnya dosis racun yang dapat
menimbulkan gejala-gejala keracunan atau kematian, yaitu karena terjadinya
toleransi. Tetapi perlu diingat bahwa toleransi itu tidak selamanya menetap.
Menurunnya toleransi sering terjadi misalnya pada pencandu narkotik, yang
dalam beberapa waktu tidak menggunakan narkotik lagi. Menurunnya
toleransi inilah yang dapat menerangkan mengapa pada para pencandu

tersebut bisa terjadi kematian, walaupun dosis yang digunakan sama


besarnya.
d. Hipersensitif (alergi idiosinkrasi)
Banyak preparat seperti vitamin B1, penisilin, streptomisin dan
preparat-preparat yang mengandung yodium menyebabkan kematian, karena
sikorban sangat rentan terhadap preparat-preparat tersebut. Dari segi ilmu
kehakiman, keadaan tersebut tidak boleh dilupakan, kita harus menentukan
apakah kematian korban memang benar disebabkan oleh karena
hipersensitif dan harus ditentukan pula apakah pemberian preparat-preparat
mempunyai indikasi. Ada tidaknya indikasi pemberi preparat tersebut dapat
mempengaruhi berat-ringannya hukuman yang akan dikenakan pada
pemberi preparat tersebut.
3. Racunnya sendiri
a. Dosis
Besar-kecilnya dosis racun akan menentukan berat-ringannya akibat
yang ditimbulkan. Dalam hal ini tidak boleh dilupakan akan adanya faktor
toleransi, dan intoleransi individual. Pada intoleransi, gejala keracunan akan
tampak walaupun racun yang masuk ke dalam tubuh belum mencapai level
toksik. Keadaan intoleransi tersebut dapat bersifat bawaan / kongenital atau
intoleransi yang didapat setelah seseorang menderita penyakit yang
mengakibatkan

gangguan

pada

organ

yang

berfungsi

melakukan

detoksifikasi dan ekskresi.


b. Konsentrasi
Untuk racun-racun yang kerjanya dalam tubuh secara lokal misalnya
zat-zat korosif, konsentrasi lebih penting bila dibandingkan dengan dosis
total. Keadaan tersebut berbeda dengan racun yang bekerja secara sistemik,
dimana dalam hal ini dosislah yang berperan dalam menentukan beratringannya akibat yang ditimbulkan oleh racun tersebut.
c. Bentuk dan kombinasi fisik
Racun yang berbentuk cair tentunya akan lebih cepat menimbulkan
efek bila dibandingkan dengan yang berbentuk padat. Seseorang yang
menelan racun dalam keadaan lambung kosong, tentu akan lebih cepat

keracunan bila dibandingkan dengan orang yang menelan racun dalam


keadaan lambungnya berisi makanan.
d. Adiksi dan sinergisme
Barbiturate, misalnya jika diberikan bersama-sama dengan alkohol,
morfin, atau CO, dapat menyebabkan kematian, walaupun dosis barbiturate
yang diberikan jauh di bawah dosis letal. Dari segi hukum kedokteran
kehakiman, kemungkinan-kemungkinan terjadinya hal seperti itu tidak
boleh dilupakan, terutama jika menghadapi kasus dimana kadar racun yang
ditemukan rendah sekali, dan dalam hal demikian harus dicari kemungkinan
adanya racun lain yang mempunyai sifat aditif (sinergitik dengan racun yang
ditemukan), sebelum kita tiba pada kesimpulan bahwa kematian korban
disebabkan karena reaksi anafilaksi yang fatal atau karena adanya
intoleransi.
e. Susunan kimia
Ada beberapa zat yang jika diberikan dalam susunan kimia tertentu
tidak akan menimbulkan gejala keracunan, tetapi bila diberikan secara
tersendiri terjadi hal yang sebaliknya.
f. Antagonisme
Kadang-kadang dijumpai kasus dimana seseorang memakan lebih dari
satu macam racun, tetapi tidak mengakibatkan apa-apa, oleh karena reaksireaksi tersebut saling menetralisir satu sama lain. Dalam klinik adanya sifat
antagonis ini dimanfaatkan untuk pengobatan, misalnya nalorfin dan
kaloxone yang dipakai untuk mengatasi depresi pernafasan dan oedema
paru-paru yang terjadi pada keracunan akut obat-obatan golongan narkotik.
Pengambilan bahan pemeriksaan toksikologi
1. Darah
Darah jantung diambil secara terpisah dari sebelah kanan dan sebelah kiri
masing-masing sebanyak 60ml. Darah tepi sebanyak 30-50 ml, diambil dari
vena iliaka komunis, bukan darah dari vena porta.

2. Urin

Diambil semua yang ada dalam kandung kemih. Penting karena


merupakan tempat ekskresi sebagian besar racun sehingga dapat untuk tes
pendahuluan. Juga penting untuk pemeriksaan penyaring racun dari golongan
narkotika atau stimulan.
3. Bilasan lambung
Pada mayat diambil lambung beserta isinya. Lambung diikat pada
perbatasan dengan usus dua belas jari agar pil/tablet tidak hancur.
4. Usus beserta isinya
Bahan ini sangat berguna terutama bila kematian terjadi dalam waktu
beberapa jam setelah menelan racun sehingga dapat diperkirakan saat kematian
dan dapat pula ditemukan pil yang tak dapat hancur oleh lambung (entericcoated).
Usus diikat tiap 60 cm atau diikat pada batas usus halus dan usus besar
dan antara usus besar dan poros usus. Ikatan tersebut berguna untuk mencegah
isi usus oral tidak tercampur dengan isi usus anal.
5. Hati
Semua hati harus diambil setelah disisihkan untuk pemeriksaan patologi
anatomi. Organ ini mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasikan racunracun sehingga kadar racun dalam hati sangat tinggi.
6. Ginjal
Kedua ginjal harus diambil. Ginjal penting pada keadaan intoksikasi
logam, pemeriksaan racun secara umum dan pada kasus dimana secara
histologik ditemukan Ca-oksalat atau sulfonamide.
7. Otak
Jaringan lipoid dalam otak mempunyai kemampuan untuk menahan
racun, misalnya CHCl3 tetap ada walaupn jaringan otak telah membusuk. Otak
bagian tengah penting pada intoksikasi CN karena tahan terhadap pembusukan.
8. Empedu
Sebaiknya kandung empedu jangan dibuka agar cairan empedu tidak
mengalir ke hati dan mengacaukan pemeriksaan.
Cara pengambilan sampel bias dari tiga tempat yaitu tempat masuk racun
(lambung, tempat suntikan), darah yang menandakan racun beredar secara
sistemik, dan tempat keluarnya racun (urin, empedu).
Menurut Curry, contoh bahan pemeriksaan yang rutin harus diambil adalah
lambung beserta isinya, darah, seluruh hati dan seluruh urin.

Anda mungkin juga menyukai