ABSTRAK
Myasis merupakan infestasi parasit pada jaringan hidup makhluk bertulang belakang (manusia dan atau hewan) yang disebabkan oleh larva
lalat ordo Diptera (belatung). Infestasi larva pada kulit dan luka adalah bentuk yang paling sering. Dilaporkan kasus seorang anak perempuan 10
tahun dengan keluhan luka disertai belatung pada kulit kepala. Pada pemeriksaan fisik ditemukan sebuah luka terbuka bentuk bulat, diameter
1,5 cm, kedalaman 1 cm, bergaung, berbau busuk, dengan tepi eritema disertai pus. Pada probing luka ditemukan 10 larvae berbentuk silinder,
bersegmen, putihkecokelatan dengan panjang 1,52 cm. Gambaran di atas mengarah pada diagnosis wound myasis dengan infeksi bakterial
sekunder. Pasien diterapi dengan ekstraksi larva secara mekanik diikuti debridemen dan irigasi saline, petroleum jelly untuk merangsang
granulasi pada kondisi lembap, antibiotik untuk infeksi sekunder. Luka sembuh dan menutup sempurna.
Kata kunci: Diptera, larva, myasis, myasis pada luka
ABSTRACT
Myasis is an infestation of larvae of flies from Diptera order in live vertebrates (humans and or animals). Larvae infestation in skin and wound
are the most common form. This is a report of a 10-year-old girl with chief complaint of an open wound with larvae in her scalp. Physical
examination revealed a round open lesion, 1.5 cm in diameter, 1 cm in depth, cavernous, malodorous, with florid and purulent margin. Probing
into the lesion revealed 10 larvae which are cylindrical, segmented, whitebrownish, and 1.52 cm in length. Those findings confirmed the
diagnosis of wound myasis with secondary bacterial infection. Patient was treated with mechanical larva extraction followed by debridement
and saline irrigation, petroleum jelly to stimulate granulation in humid condition, and antibiotics for secondary infection. The lesion was
healed and closed perfectly. Natharina Yolanda, Satyadharma Michael Winata. Wound Myasis in a Childcase report.
Key words: Diptera, larvae, myasis, wound myasis
PENDAHULUAN
Myasis adalah infestasi parasit pada jaringan
hidup atau kavitas manusia atau hewan
bertulang belakang disebabkan oleh larva
lalat ordo Diptera (belatung). Larva ini
mengkonsumsi jaringan mati atau jaringan
hidup, cairan tubuh, atau makanan yang
tercerna.1,2 Myasis merupakan penyakit
yang umum ditemui pada hewan, namun
jarang pada manusia. Beberapa spesies
lalat dari ordo Diptera dapat menyebabkan
myasis pada manusia di berbagai bagian
tubuh, paling sering di kulit.2,3 Secara klinis,
myasis dikelompokkan menjadi: (1) myasis
sanguinivorus (penyedot darah), (2) kutaneus
(furunkular dan migratorik), (3) myasis pada
luka (wound myasis), serta (4) myasis pada
kavitas. Myasis pada kavitas alami misalnya
infestasi pada kavum oral, aural, okular, nasal,
gastrointestinal, dan genitourinaria. Myasis
furunkular dan wound myasis adalah bentuk
yang paliing sering ditemui.2 Kami melaporAlamat korespondensi
KASUS
Seorang anak perempuan berusia 10 tahun
datang ke Balai Pengobatan Umum (BPU)
Puskesmas Niki dengan keluhan luka kulit
kepala yang sangat gatal dan disertai
belatung. Luka tersebut telah dialami
selama satu bulan, namun adanya belatung
baru dikeluhkan keluarga pasien satu hari
sebelum berobat. Keluarga pasien mengaku
telah mengeluarkan 30 buah belatung dari
luka tersebut. Pasien mengaku mengalami
ketombe pada kulit kepala sejak lama dan
sering menggaruk kulit kepala karena
gatal. Luka timbul akibat garukan terusmenerus. Awalnya, luka berupa borok kecil
dan kemudian membesar dan bernanah.
Riwayat kutu pada rambut dan trauma kepala
email: natharinayolanda@hotmail.com
601
LAPORAN KASUS
A
Gambar 1 (A) Luka terbuka pada regio parietal dekstra saat pasien datang berobat. Tepi luka tampak eritema dan disertai pus.
Tampak gumpalan skuama kekuningan pada batang rambut. (B) Ekstraksi larva dari dalam luka.
Gambar 2 (A) Saat pasien datang berobat; tampak hampir seluruh kulit kepala ditutupi lesi makula eritema multipel yang
ditutupi skuama halus dan berminyak. (B) Setelah pengobatan dengan miconazole krim selama 3 hari, skuama berkurang
dan lesi mengering. Lesi mencapai batas rambut bawah dan bagian posterior aurikula.
602
LAPORAN KASUS
untuk diagnosis klinis. Secara ekologi, myasis
dibagi menjadi (1) obligat (myasis akibat larva
yang memerlukan manusia untuk hidup) dan
(2) fakultatif (infestasi oportunistik). Klasifikasi
ekologis menunjukkan tingkat parasitisme
yang digunakan dalam program eradikasi.2-4
Gambar 4 Perkembangan luka selama perawatan. Setelah 5 hari pemberian antibiotik sistemik dan antiseptik lokal, tandatanda infeksi mereda sehingga dimulai pemberian petroleum jelly untuk merangsang jaringan granulasi. Setelah 3 hari
pemakaian petroleum jelly (hari 8), tampak jaringan granulasi di bawah kulit dan luka menutup.
603
LAPORAN KASUS
secara bedah diperlukan jika larva tidak dapat
dikeluarkan secara mekanik atau tertanam
pada poisisi yang sulit. Ekstraksi larva harus
dilakukan secara hati-hati untuk mencegah
ruptur yang dapat memicu infeksi bakteri
sekunder atau reaksi alergi.2,3
SIMPULAN
Telah dilaporkan satu kasus wound myasis
dengan infeksi bakterial sekunder pada
seorang anak perempuan. Faktor risiko pada
pasien ini adalah penyakit kulit (dermatitis
seboroik), luka dengan higienitas buruk,
serta status sosioekonomi rendah. Ciriciri luka myasis sesuai wound myasis, yaitu
luka bergaung dengan destruksi lokal
jaringan di bawah kulit disertai bau busuk.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Franza R, Leo L, Minerva T, Sanapo F. Myasis of the tracheostomy wound: case report. Acta Otorhinolaryngol Ital. 2006;26(4):2224.
2.
3.
Caissie R, Beaulieu F, Giroux M, Berthod F, Landry P. Cutaneus myasis: diagnosis, treatment, and prevention. J Oral Maxillofac Surg. 2008;66:50868.
4.
Passos M R L, Barreto N A, Varella R Q, Rodrigues G H S, Lewis D A. Penile myasis: a case report. Sex Transm Infect. 2004;80:1834.
5.
James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews Diseases of the Skin 11th edition. USA: Saunders Elsevier; 2011.
6.
Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini R. Cutaneous myasis. Dalam: Dermatology. Vol 1. 2nd ed. Mosby Elsevier; 2008:130001.
7.
Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Diseases caused by arthropods and other noxious animals. Dalam: Rooks Textbook of Dermatology. Vol 2. 7th ed. Malden, MA: Blackwell Publishing;
8.
Curtis SJ, Edwards C, Athulathmuda C, Paul J. Cutaneous myasis in a returning traveller from the Algarve: first report of tumbu maggots, Cordylobia anthropophaga, acquired in Portugal.
9.
Ghosh SK, Bandyopadhyay D, Sarkar S. Myasis in a large perigenital seborrheic keratosis. Indian J Dermatol. 2010;55:3056.127.
2004:33.811.
604